Anda di halaman 1dari 15

Pada kraniotomi, bagian tengkorak yang bernama flap tulang (bone flap) akan dibuka atau

diangkat untuk menjangkau otak, melakukan biopsi, atau mengurangi tekanan


intrakranial. Apabila dikembalikan ke posisi semula, maka tulang akan ditahan dengan
baut dan plat logam. Jika flap tulang diangkat permanen, maka prosedur ini disebut
kraniektomi.

Kraniotomi dapat dikategorikan berdasarkan teknik bedah dan bagian otak yang dibedah.
Berdasarkan letak bagian otak, kraniotomi dibedakan menjadi parietal, suboccipital,
frontotemporal, dan temporal. Namun, ada kasus di mana pembedahan dilakukan pada
lebih dari satu bagian otak.

Sedangkan untuk teknik, kraniotomi dapat menggunakan teknik lubang kunci atau burr
(melubangi tengkorak dengan pengeboran) atau skull base, untuk pembedahan yang
kompleks atau riskan.

Kraniotomi dapat dilakukan untuk:

 Menyembuhkan penyakit otak – Contohnya adalah tumor otak (jinak dan ganas),
aneurisma, ataucedera traumatis. Penyakit ini dapat menimbulkan tekanan
intrakranial atau peningkatan tekanan dari cairan serebrospinal. Jika tidak segera
diobati, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen atau
kematian.

 Menghentikan pendarahan intrakranial – Ini adalah akumulasi darah pada otak


karena pecahnya arteri. Arteri seringkali pecah karena kondisi lain, misalnya
bertambahnya tekanan pada dinding arteri atau cedera otak traumatis.
Pendarahan intrakranial dapat menyebabkan sel otak mati.

 Melakukan biopsi – Biopsi otak adalah prosedur pengambilan sampel jaringan


otak untuk analisis mikroskopis. Prosedur ini sering digunakan untuk menentukan
keganasan tumor.

 Melakukan aspirasi – Hampir serupa dengan biopsi, aspirasi adalah pengambilan


sampel cairan untuk analisis.

 Mengobati penggumpalan darah – Darah akan menggumpal ketika ada cedera


yang menyebabkan trombosit saling berkumpul. Kondisi ini dapat menyumbat
arteri dan meningkatkan tekanan dalam otak.

 Mengobati patah tulang pada tengkorak – Tengkorak adalah salah satu tulang
terkuat di tubuh, karena fungsinya sebagai pelindung otak, yang sangat lunak.
Akan tetapi, tengkorak juga dapat mengalami patah tulang apabila terkena
benturan keras.

 Memasang suatu alat – Implan saraf biasanya digunakan untuk bypass area otak
yang sudah tidak berfungsi akibat penyakit, seperti stroke atau cedera.
Kemungkinan komplikasi kraniotomi

Sebelum, bagaimana melakukan kraniotomi sebuah, Anda perlu tahu tentang


kemungkinan komplikasi, yang mungkin termasuk:

 Pendarahan;

 Infeksi;

 Cephaledema;

 Kerusakan otak, maka mungkin:

 Perubahan dalam memori, laku, berpikir, pidato;

 Masalah penglihatan;

 Masalah dengan saldo;

 Masalah usus dan kandung kemih;

 Kejang;

 Kelumpuhan atau kelemahan;

 Reaksi anesteziyu (misalnya, pusing, menurunkan tekanan darah, sesak napas);

 Serangan jantung;

 Gumpalan darah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi

a. Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor,


mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan.
(Hinchliff, Sue. 1999).

b. Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk


meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)

c. Jadi post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang


tengkorak untuk, untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan
bekuan darah atau menghentikan perdarahan.

d. Craniektomy adalah insisi pada tulang tengkorak dan membersihkan tulang


dengan memperluas satu atau lebih lubang. Pembedahan craniektomy dilakukan
untuk mengangkat tumor, hematom, luka, atau mencegah infeksi pada daerah
tualang tengkorak.

e. Cranioplasty adalah memperbaiki kerusakan tulang kepala dengan menggunakan


bahan plastic atau metal plate.

2.2 Indikasi

Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai berikut


:

a. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.

b. Mengurangi tekanan intrakranial.

c. Mengevakuasi bekuan darah .

d. Mengontrol bekuan darah,

e. Pembenahan organ-organ intrakranial,

f. Tumor otak,

g. Perdarahan (hemorrage),

h. Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)

i. Peradangan dalam otak


j. Trauma pada tengkorak.

2.3 Pemeriksaan Diagnostik

Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :

a. Tomografi komputer (pemindaian CT)

Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya,


ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan otak, hemoragik.

Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark


mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.

b. Pencitraan resonans magnetik (MRI)

Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di potongan
lain.

c. Electroencephalogram (EEG)

Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis

d. Angiografy Serebral

Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat


edema, perdarahan trauma

e. Sinar-X

Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari


garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulang

f. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak

g.Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas


metabolisme pada otak

h. Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan


subarakhnoid

i. Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi
yang akan dapat meningkatkan TIK

j. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam


meningkatkan TIK/perubahan mental
k. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab
terhadap penurunan kesadaran

l. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi


yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

(Doenges, Marilynn.E, 1999)

2.4 Penatalaksanaan Medis

a. Praoperatif

Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan medikasi


antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum
pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai edema
serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik
(furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama
pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu yang
mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum
pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama
pemberian diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien
dapat diberikan antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada
praoperasi untuk menghilangkan ansietas.

Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi)


sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.

b. Post operatif

· Mengurangi Edema Serebral

Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol,


yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak (dengan
sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan melalui diuresis osmotik.
Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam selama 24 sampai 72
jam ; selanjutnya dosisnya dikurangi secara bertahap.

· Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang

Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri.
Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya
sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan.
Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit
kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam) diresepkan untuk pasien yang
telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah
prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk mempertahankan
medikasi dalam rentang terapeutik.

· Memantau Tekanan Intrakranial

Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang
menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke
sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan melalui pulsasi cairan
dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem dengan sambungan
stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam dipantau dengan memutar
stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa sistem tersebut kencang
pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk
menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps
ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan
ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tanpak
tersumbat. Pirau ventrikel kadang dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu
untuk mengontrol hipertensi intrakranial, terutama pada pasien tumor fossa
posterior

2.5 Komplikasi pasca bedah

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau
kraniotomi adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan intrakranial

b. Perdarahan dan syok hipovolemik

c. Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit

d. Infeksi

e. Kejang

2.6 Asuhan Keperawatan

1. PREOPERASI

a. Pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon pada preoperasi

1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana
prosedur bedah dan kemungkinan gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan
reaksi pasien terhadap rencana pembedahan. Menanyakan pada klien tentang
pengalaman pembedahan, pengalaman anestesi, riwayat pemakaian tembakau,
alcohol, obat-obatan. Biasanya klien mengalami perubahan status kognitif karena
pembedahan ang akan dihadapi.

2) Pola nutrisi metabolic

Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan
setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan
kesukaan klien?kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu. Biasanya
sebelum pembedahan, pasien dipuasakan selama 6-8 jam. Segala bentuk defisiensi
nutrisi dan cairan harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal.

3) Pola eliminasi

Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien? Apakah mengalami gangguan? Kaji
apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?. Biasanya klien yang
dipasangi keteter akan merasa sakit saat BAK .

4) Pola aktivas latihan

Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi


pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu
keluarga, dan apakah aktivitas terganggu karena perasaan cemas yang dirasakan.

5) Pola istirahat tidur

Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri dan
lain lain.

Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat
(Ruth F. Craven, Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana
mengalami kecemasan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara
3 – 5 jam, sedangkan kebutuhan tidur dan istirahat normal adalah antara 7 – 8 jam.
(Gunawan L, 2001).

6) Pola kognitif persepsi

Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan


penglihatan,pendengaran, dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? atau
lakukan pengkajian nervus cranial.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya?


Apakah klien merasa rendah diri ? biasanya klien akan merasa rendah diri akibat
pembedahan yang akan dijalani. Klien akan takut akan terjadi hal yang tidak
diinginkan setelah operasi.

8) Pola peran hubungan

Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya?. Pola peran hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan
kepribadiannya. Klien dengan kepribadian tipe ekstrovert pada orang biasanya
memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan
seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa cemas dalam
menghadapi pra operasi.

9) Pola reproduksi dan seksualitas

Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien berkaitan dengan kecemasan dan ketakutan sebelum operasi?
Pada pasien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah
tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya

10) Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres? Pada pasien pre operasi dapat mengalami
berbagai ketakutan . Takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian,
takut tentang ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau ancaman lain
terhadap citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas

11) Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi pembedahan?

b. Diagnosa keperawatan preoperasi

Adapun beberapa diagnosa yang dapat ditegakkan pada pra operatif bedah
kraniotomi

1. Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan : pembedahan


2. Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi berhubungan dengan
keterbatasan koginitf.

3. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan metastase


tumor ke jaringan lunak.

4. Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir
dari pembedahan

5. Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-operatif dan harapan


pasca-operatif

Batasan karakteristik:

· Insomnia

· Kawatir

· Menggigil

· Gelisah

· Tidak nafsu makan

· Tekanan darah meningkat

· Sulit konsentrasi

c. intervensi keperawatan

1. Nilai kembali keadaan penyakit atau prognosis

2. Diskusikan kembali mengenai kegiatan, tekankan pentingnya peningkatan


aktivitas tersebut sesuai kemampuan

3. Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa jam

4. teliti keluhan pasien mengenai munculnya kembali nyeri

d. evaluasi preoperatif

evaluasi preoperatif dapat disesuaikan dengan tujuan

1. Meningkatnya pengetahuan tentang respon fisiologis dan psikologis pembedahan.


Mengutarakan pemahaman proses penyakit serta respon yang akan ditimbulkan
pasca operasi, sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat
pilihan terapi berdasarkan informasi

2. Meningkatnya pengetahuan intra dan post operatif


3. Emosi stabil,relaks dan nyaman
4. Fungsi fisiologis normal
5. Cairan dan elektrolit seimbang
2. INTRAOPERATIF

Saat pasien tiba diruang operasi, secara prinsip ada 3 grup tenaga yang berbeda
yang mempersiapkan keperawatannya,

1. ahli anastesi atau perawat anastesia


memberikan agens anastetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat
dimeja operasi
2. ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan
3. perawat intraoperatif yang mengatur ruang operasi

a. pengkajian

1. Cek status/medical record pasien dan kelengkapannya setelah tiba di ruang op

2. Tanda-tanda vital: Hipotensi(terutama karena perubahan posisi)


yang berhubungan dengan perubahan pada kecepatan nadi mungkin
mencerminkan hipovolemia akibat kehilangan darah, pembatasan
pemasukan oral mual/muntah
3. Cek rambut, kosmetik dan alat bantu
4. Kesiapan klien
Salah satu kesiapan klien adalah bagaimana posisi klien saat dimeja operasi, ini
bergantung pada prosedur operasi yang akan dilakukan juga pada kondisi fisik
pasien

b.diagnosa keperawatan

1. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan tindakan operatif

2. Resiko distress pernafasan berhubungan dengan ketidakaduquatan


pulmo
3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
banyak
4. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
c. intervensi

adapun intervensi yang bertujuan untuk:

a. Tidak terjadi distres pernafasan


Auskultasi suara napas, catat ada tidaknya suara ronki/mengi. Rasionalnya
menandakan bahwa adanya akumulasi sekret/ pembersihan jalan napas
b. Perdarahan terkontrol
c. Terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Menurunkan kecemasan pasien
Beberapa lanjutan intervensi, yaitu:

a. Monitoring TTV dan status cardiopulmonal

b. Motivasi pasien untk berdoa


c. Manotoring status cairan dan elektrolit
d. Monitoring jumlah perdarahan
3. POSTOPERATIF

a. Pengkajian

pengkajian awal pasien ini termasuk mengevaluasi saturasi oksigen dengan


oksimetri nadi dan memantau volume dan keteraturan nadi, kedalaman, dan sifat
pernafasan, warna kulit, tingkat kesadaran, dan kemampuan pasien untuk berespon
terhadap perintah. Bagian yang dioperasi yang diperikasa terhadap drainase atau
hemoragi dan terhadap adanya pengkleman selang yang seharusnya tidak diklem
dan dihubungkan keperalatan drainase.

Adapun pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon pada pasien


postoperasi

1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya


dan pentingnya kesehatan bagi klien?

Bagaimana pandangan klien tentang penyakitnya setelah pembedahan? Apakah


klien merasa lebih baik setelah pembedahan?

2) Pola nutrisi metabolic

Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan
setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan
kesukaan klien?kaji riwayat alergi klien.

Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan


sesudah pembedahan. Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post
operatif dengan decompresi dan drainase lambung. Makanan yang dianjurkan pada
pasien post operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat
diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung
antioksidan membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi.
Pembatasan diet yang dilakukan adalah NPO (nothing peroral) .

Biasanya makanan baru diberikan jika:

· Perut tidak kembung

· Peristaltik usus normal

· Flatus positif

· Bowel movement positif

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan


cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui
kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang
keluar juga harus dimonitor.

3) Pola eliminasi

Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi kliensetelah pembedahan? Apakah


mengalami gangguan? Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi
nya?. Biasanya klien dipasangi keteter pasca operasi. Kontrol volunter fungsi
perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.

4) Pola aktivas latihan

Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, apakah klien dapat


melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?

Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil.
Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan
posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen
dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.

5) Pola istirahat tidur

Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur pasca operasi seperti
nyeri dan lain lain. Biasanya pasien mengalami gangguan tidur karena nyeri pasca
operasi.

6) Pola kognitif persepsi

Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,


pendengaran, dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi?atau lakukan
pengkajian nervus cranial. Kaji apakah ada komplikasi pada kognitif, sensorik,
maupun motorik setelah pembedahan.
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Jahitan
dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau kranioplasti
dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.

CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan
untuk menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.

7) Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya?


Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien mengalami gangguan citra tubuh
karena efek pembedahan.

8) Pola peran hubugan

Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya?

9) Pola reproduksi dan seksualitas

Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien? Pada klien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang
mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya

10) Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres?

11) Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah


ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?

b. Diagnosa keperawatan post operasi

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan, edema serebral.

2. Potensial terhadap ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan


kerusakan hipotalamus, dehidrasi, dan infeksi.

3. Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan


hipoventilasi, aspirasi dan imobilisasi.

4. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan edema periorbital, balutan


kepala, selang endotrakea dan efek TIK
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan atau
ketidakmampuan fisik

6. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.

7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.

8. Resiko tinggi infeksi berhubungan berhubungan dengan tindakan invasif,


penurunan tingkat kesadaran, lamanya, type dari tindakan pembedahan.

9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.

10. Pola nafas inefektif berhubungan dengan gangguan integritas jaringan otak,
hypoxemia dampak dari anestesi, serebral edema, area pembedahan sekitar medulla
obongata atau pons.

11. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.

12. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.

13. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

c. implementasi keperawatan

tujuan utama pasien dapat mencakup fungsi pernafasan yang optimal, reda dari
nyeri dan ketidak nyamanan pasca operatif, pemeliharaan suhu tubuh normal, bebas
dari cedera, pemeliharan keseimbangan nutrisi, kembalinya fungsi perkemihan
yang normal, pemulihan mobilitas, dan rencana rehabilitasi.

d. intervensi keperawatan

1. Pantau status pernafasan, GCS, status neurologis, peningkatan


kemampuan menelan, berbicara, respon terhadap rangsang
2. Pantau TTV
3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman
Selain memberikan lingkungan aman nyaman, kontrol jugasuhu lingkungan dan
pasien

4. Alih baring tiap 2 jam


5. Pantau GDA
6. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya
7. Pendidikan kesehatan pasien dan keluarga perawatan di rumah
8. Motivasi pasien kontrol nyeri dengan nafas falam dan ditraksi
9. Perawatan luka
e. Evaluasi post operatif
1. Tercapainya homeostatis neurologis/meningkatakan perfusi jaringan serebral
2. Tercapainya pengaturan suhu dan suhu tubuh dalam keadaan normal
3. Mengkoping penurunan sensori dan citra tubuh
4. Pertukaran gas normal
5. Menunjukkan peningkatan konsep diri
6. Tidak terjadi komplikasi

Anda mungkin juga menyukai