Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STEP 7
SDA
Fase Tidur
Terdapat dua fase utama tidur, yaitu Non-Rapid Eye Moevement (NREM) dan
Rapid Eye Movement (REM).Keterangan serta tahapan-tahapan yang terjadi di
dalamnya adalah sebagai berikut.
N1 – dimulai saat kita mulai tertidur dan berlangsung dalam waktu yang
sangat singkat, sekitar 5 menit. Mata bergerak sangat lambat di bawah
kelopak, aktifitas otot menurun, dan pada tahap ini kita sangat mudah
terbangun. Banyak orang yang merasakan sensasi seperti ‘terjatuh’ pada
tahap ini, yang menyebabkan kontraksi otot secara tiba-tiba (disebut
hypnic myoclonia).
N2 – tahap ini bisa dikatakan sebagai tahap awal saat kita benar-benar
tidur, dan berlangsung antara 10-30 menit. Pada tahap ini otot tubuh
menjadi sangat rileks, aktifitas otak lebih lambat, gerakan mata berhenti,
detak jantung melambat dan temperatur tubuh menurun. Seseorang agak
susah terbangun di tahap ini.
N3 & N4 – kedua tahap ini merupakan tahap paling dalam dari tidur
NREM. Sangat sulit untuk terbangun pada tahap ini, dan jika terbangun
kita akan mengalami disorientasi serta membutuhkan penyesuaian selama
beberapa menit. Pada bagian terdalam dari tahap ini, aktifitas otak sangat
lambat, dan aliran darah lebih banyak diarahkan ke otot, mengisi energi
fisik tubuh.
Selama tahap tidur lelap (deep sleep) pada fase NREM, tubuh akan
meregenerasi dan memperbaiki sel-sel tubuh, serta memperkuat sistem imun
tubuh.
Fase REM biasanya terjadi 70 – 90 menit setelah kita tertidur.Fase tidur ini
lebih dalam dari NREM.Selama fase REM ini, biasanya mata bergerak-
gerak/berkedut (itulah mengapa fase ini disebut rapid eye movement) dan napas
menjadi lebih tidak teratur, aktifitas otak dan ritme detak jantung juga
meningkat.
Umumnya mimpi terjadi saat fase tidur REM. Namun otak ‘melumpuhkan’
otot-otot tubuh, khususnya tangan dan kaki, sehingga kita tidak ikut bergerak
saat bermimpi.
Sleep Regulation
Most researchers think that there is not one simple sleep control center but a small number of
interconnecting systems or centers that are located chiefly in the brainstem and that mutually
activate and inhibit one another. Many studies also support the role of serotonin in sleep
regulation.Prevention of serotonin synthesis or destruction of the dorsal raphe nucleus of
the brainstem, which contains nearly all the brain's serotonergic cell bodies, reduces
sleep for a considerable time. Synthesis and release of serotonin by serotonergic neurons are
influenced by the availability of amino acid precursors of this neurotransmitter, such as L-
tryptophan. Ingestion of large amounts of L-tryptophan (1 to 15 g) reduces sleep latency
and nocturnal awakenings. Conversely, L-tryptophan deficiency is associated with less time
spent in REM sleep.Norepinephrine-containing neurons with cell bodies located in the
locus ceruleus play an important role in controlling normal sleep patterns. Drugs and
manipulations that increase the firing of these noradrenergic neurons markedly reduce REM
sleep (REM-off neurons) and increase wakefulness. In humans with implanted electrodes (for
the control of spasticity), electrical stimulation of the locus ceruleus profoundly disrupts all
sleep parameters. Brain acetylcholine is also involved in sleep, particularly in the production
of REM sleep. In animal studies, the injection of cholinergic-muscarinic agonists into pontine
reticular formation neurons (REM-on neurons) results in a shift from wakefulness to REM
sleep. Disturbances in central cholinergic activity are associated with the sleep changes
observed in major depressive disorder. Compared with healthy persons and nondepressed
psychiatric controls, patients who are depressed have marked disruptions of REM sleep
patterns. These disruptions include shortened REM latency (60 minutes or less), an
increased percentage of REM sleep, and a shift in REM distribution from the last half
to the first half of the night. Administration of a muscarinic agonist, such as arecoline, to
depressed patients during the first or second NREM period results in a rapid onset of REM
sleep. Depression can be associated with an underlying supersensitivity to acetylcholine.
Drugs that reduce REM sleep, such as antidepressants, produce beneficial effects in
depression. Indeed, about half the patients with major depressive disorder experience
temporary improvement when they are deprived of sleep or when sleep is restricted.
Conversely, reserpine (Serpasil), one of the few drugs that increase REM sleep, also produces
depression. Patients with dementia of the Alzheimer's type have sleep disturbances
characterized by reduced REM and slow-wave sleep. The loss of cholinergic neurons in the
basal forebrain has been implicated as the cause of these changes. Melatonin secretion from
the pineal gland is inhibited by bright light, so the lowest serum melatonin concentrations
occur during the day. The suprachiasmatic nucleus of the hypothalamus may act as the
anatomical site of a circadian pacemaker that regulates melatonin secretion and the
entrainment of the brain to a 24-hour sleep-wake cycle. Evidence shows that dopamine has an
alerting effect. Drugs that increase dopamine concentrations in the brain tend to produce
arousal and wakefulness. In contrast, dopamine blockers, such as pimozide (Orap) and the
phenothiazines, tend
P.751
to increase sleep time. A hypothesized homeostatic drive to sleep, perhaps in the form of an
endogenous substance—process S—may accumulate during wakefulness and act to induce
sleep. Another compound—process C—may act as a regulator of body temperature and
sleep duration.
Sindroma depresi adalah gangguan mood yang biasanya ditandai hilangnya perasaan kendali,
subjektif, merasakan adanya penderitaan yg berat
Penyebab gagguan mood adalah
•Faktor biologis,
•Faktor genetika, dan
•Faktor psikososial.
•Kemungkinan ketiga faktor juga dapat berinteraksi. Contohnya adalah:
Faktor psikososial dan genetika dapat mempengaruhi faktor biologi
(konsentrasi neurotransmiter tertentu) dalam menimbulkan gangguan mood.
Faktor biologis dan psikososial juga dapat mempengaruhi ekspresi
gen.
Faktor biologis dan genetika juga dapat mempengaruhi respon
seseorang terhadap stresor psikososial
Faktor Biologi
Amin biogenik. neurotransmiter amin biogenik adalah: norepinefrin, serotonin,
dopamin, GABA dan neuroendokrin.
NOREPINEFRIN.
Reseptor adrenergik-alfa2, karena aktivasi reseptor tersebut => ↓
jumlah norepinefrin yang di lepaskan.
Reseptor adrenergik-alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergik dan
mengatur jumlan serotonin yang dilepaskan.
SEROTONIN.
serotonin => depresi, dan beberapa pasien yang bunuh diri memiliki
konsentrasi metabolit serotonin di dalam cairan serebrospinalis yang
rendah dan konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di
trombosit, seperti yang diukur oleh imipramin (Tofranil) yang berikatan
dengan trombosit..
DOPAMIN.
Aktivitas dopamin pada depresi dan pada mania. penelitian
tentang hubungan antara dopamin dan gangguan mood.
bahwa jalur dopamin mesolimbik mengalami disfungsi pada depresi dan
bahwa reseptor dopamin tipe 1 (DI) hipoaktif pada depresi.
FAKTOR NEUROKIMIAWI LAIN.
Neurotransmiter asam amino, khususnya gamma-aminobutyric acid
(GABA) dan peptida neuroaktif (khususnya vasopresin dan opiat endogen)
=> patofisiologi gangguan mood.
Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa sistem pembawa kedua
(second-messenger), seperti: adenylate cyclase, phosphotidylinositol, dan
regulasi kalsium—juga memiliki relevansi penyebab.
REGULASI NEUROENDOKRIN.
Hipotalamus sebagai pusat regulasi sumbu neurohormonal dan
hipotalamus menerima banyak masukan (input) neuronal yang
menggunakan neurotransmiter amin biogenik.
Sumbu neuroendokrin utama ggn mood adalah: sumbu adrenal, tiroid,
dan hormon pertumbuhan.
Kelainan neuroendokrin lainnya adalah:
↓ sekresi nokturnal melantonin, ↓ pelepasan prolaktin terhadap
pemberian tryptophan, ↓ kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan
luteinzing hormone (LH), dan ↓ testosteron pada laki-laki.
Faktor Genetika
Penelitian keluarga.
• saudara derajat pertama penderita ggn bipolar I => 8 - 18 kali > saudara
derajat pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan bipolar I & 2-
10 kali lebih menderita ggn depresif berat.
• saudara derajat pertama penderita ggn depresif berat => 1,5-2,5 kali >
saudara derajat pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan
bipolar I dan 2-3 kali lebih mungkin menderita gangguan depresif berat.
Penelitian adopsi.
Anak biologis dari orang tua yg menderita, berada dlm risiko menderita
ggn mood, bahkan jika dibesarkan oleh keluarga angkat yg tidak menderita
gangguan.
Penelitian kembar.
• Anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan
bipolar I pada kembar monozigotik adalah 33-90 %, untuk ggn depresif
berat angka adalah 50 %.
• Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah 5-25 %
untuk ggn bipolar I dan 10-25 % untuk ggn depresif berat.
Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan.
- peristiwa kehidupan (clefts) melepaskan corticotropin-releasing hormone (CRH),
menstimulasi pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari hipofisis
anterior. ACTH => pelepasan kortisol dari korteks adrenal. Kortisol memberikan
umpan batik (feed back) pada jaringan kerja melalui sekurangnya dua mekanisme:
- mekanisme umpan balik cepat, peka terhadap kecepatan peningkatan konsentrasi
kortisol, beroperasi melalui reseptor kortisol di hipokampus dan menyebabkan ↓
pelepasan ACTH;
- mekanisme umpan batik lambat, sensitif terhadap konsentrasi kortisol, bekerja
melalui reseptor hipofisis dan adrenal.
Serotonin
serotonin terlibat dalam patofisiologi depresi. Kekurangan serotonin dapat mempresipitasi depresi dan pasien dengan
impulsivitas bunuh diri memiliki kadar metabolit serotonin rendah (1,3).
Markas besar badan sel neuron serotonergik berada di batang otak pada area yang dinamakan rafe nukleus. Dari
rafe nukleus banyak terdapat proyeksi neuron ke bagian lain otak dan di luar otak.Proyeksi ke korteks frontalis
diduga penting dalam pengaturan mood.Proyeksi ke basal ganglia berperan pada gerakan seperti obsesi dan
kompulsi.Proyeksi ke daerah limbik terlibat pada keadaan cemas dan panik. Proyeksi ke hipotalamus mengatur
selera serta perilaku makan. Neuron serotonergik di pusat tidur batang otak mengatur tidur terutama tidur stadium 3 dan 4
(slow wave sleep). Proyeksi serotonergik ke bawah ke medula spinalis diduga bertanggung jawab terhadap refleks spinalis,
bagian dari reseptor seksual seperti orgasme dan ejakulasi. Terdapat zona “pacuan” di batang otak yang dapat memediasi
muntah. Juga terdapat reseptor perifer di sistem gastrointestinal yang mengatur fungsi gastrointestinal misalnya gerakan
usus. Defisiensi serotonin mengakibatkan satu sindrom yang meliputi mood depresi, anxietas, panik, fobia, obsesi-kompulsi
dan bulimia. (1)
Terdapat bukti, bahwa neurotransmisi serotonin sebagian dipengaruhi atau dikontrol faktor genetik. Tonus serotonin
berfluktuasi. Dalam keadaan stres akut terjadi peningkatan serotonin sementara, dalam keadaan stres kronik menyebabkan
penurunan aktivitas serotonin dan penyimpanan serotonin. sehingga mempunyai efek kompensasi yang bermakna. (1,6)
Macam Afek
afek sesuai (appropriate affect): irama perasaan harmonis dg pikiran dan
pembicaraan, rentang emosi lengkap/luas diekspresikan scr sesuai
afek tdk sesuai (inappropriate affect): irama perasaan tdk harmonis dg pikiran dan
pembicaraan
afek terbatas (restricted or constricted affect): penurunan irama perasaan kurang
parah
afek tumpul (blanted affect): penurunan berat pd intensitas irama perasaan
afek datar (flat affect): hampir tdk ada – tdk ada tanda ekspresi afek, suara monoton
wajah kosong tdk ada gerakan
afek labil (labile affect): perubahan irama perasaan yg cepat dan tiba-tiba yg tdk
berhubungan dg situasi eksternal
GANGGUAN BIPOLAR I
Pasien mengalami eposide manik atau episode campuran (simtom mania
maupun depresi)
Kriteria Diagnostik DSM IV:
Munculnya 1 atau lebih episode manik atau episode campuran,
kadang alami episode depresi mayor.
Periode yang jelas dan persisten dari mood yang naik, meluap-luap
atau irritable, minimal 1 minggu. Dalam periode ini ada 3 atau lebih
simtom berikut (atau 4 simtom jika mood hanya irritable)
Simtom-simtom :
Meningkatnya kepercayaan diri atau ide kebesaran
Berkurangnya kebutuhan untuk tidur
Jadi lebih banyak bicara atau tekanan untuk terus bicara
Flight of ideas atau perasaan subyektif bahwa pikiran seperti
berlomba
Distraktibilitas
Peningkatan aktivitas yang mengarah pada tujuan
Keterlibatan berlebihan pada aktivitas menyenangkan yang miliki
potensi besar untuk timbulkan konsekuensi menyakitkan
11.DD? (alasan) ?
F30.0Hipomania
• Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),afek yang meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas,menetap selama sekurang-kurangnya beberapa
hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihiapa yang
digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.
•Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitassosial memang sesuai dengan
diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka
diagnosismania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
• Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih beratdari F30.1 (mania tanpa
gejala psikotik).
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteriauntuk mania tanpa gejala psikotik
(F30.1); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masalampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain(hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau.
F31.3Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atauSedang
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.0) ataupun sedang (F32.1);dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat TanpaGejala Psikotik
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala
Psikotik
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.
F32.Episode Depresi
afek depresif
Gejala Lainnya :
f. Tidur terganggu
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
1. KRITERIA DIAGNOSIS
- tidak boleh ada gejala yang berat dan keinginan untuk bunuh diri
- hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya
- menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan
rumah tangga.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkibn tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap
episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga kecuali paada taraf yang sangat terbatas.
- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu.
(PPGDJ III)
Tanyakan kpn dy pny ide utk bunuh diri, bila dlm wktu 2 minggu gagasan bunuh
diri masih adadepresi berat (indikasi untk rawat inap), bila stlh 2 minggu tdk ada
ide bunuh diridepresi ringan/sedang dengan gejala somatik.
F33.2 Gangguan Depresif Berulang Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Untuk Diagnostik pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik (F32.2) dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal dua minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Untuk Diagnostik pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3) dan
c. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal dua minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna
F33.4 Gangguan Depresif Berulang Kini Dalam Remisi
Pedoman Diagnostik
Untuk Diagnostik pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus pernah dipenuhi di
masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk
episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun
(F30-F39)
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal dua minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna
F34.0 Siklotimia
• Ciri esensial adalah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi
banyak periode depresi ringan danhipomania ringan, diantaranya tidak ada yang
cukup parah ataucukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-
) atau gangguan depresif berulang (F33.-).
• Setiap episode alunan afektif ( mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk mana
pun yang disebut dalam episodemanik (F30.-) atau episode depresif (F32.-).
F34.1 Distimia
• Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangatlama yang tidak pernah
atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang
ringan atausedang (F33.0 atau F33.1).
• Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-
kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.
• Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan iniseringkali merupakan kelanjutan
suatu episode depresif tersendiri (F32) dan berhubungan dengan masa berkabung
ataustres lain yang tampak jelas.
• Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (F34.0) atau distimia
(F34.1),namun secara klinis bermakna.
EFEK SAMPING
2. Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia)
4. Mulut kering diatasi dengan mengunyh permen atau suatu agonis kolinergik
DOSIS
• Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.
Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV,
100 mg/hari pada hari V dan VI.
• Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai
15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
• Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
• Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage.
Misalnya:
amytriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu,