Anda di halaman 1dari 14

KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM

KESEHATAN MASYARAKAT
“REFORMASI KESEJAHTERAAN KESEHATAN MELALUI REFORMASI DI
BIDANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL”

oleh:

Nurul Mukhlisa

17111024130220

FAKULTAS ILMU KESEHATAN & FARMASI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah


memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang mata kuliah
“Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat”, yang disajikan penulis
berdasarkan dari berbagai sumber. Upaya ini di harapkan dapat mengoptimalkan penguasaan
mahasiswa terhadap kompetensi yang ada.
Makalah ini memuat tentang materi dan penambahan ilmu pengetahuan dengan tema
Reformasi Kesejahteraan Kesehatan dan judul makalah Reformasi di bidang Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.Penyusun membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca yang membangun.Terima kasih.

Samarinda, 17 Juni 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reformasi Kesejahteraan Kesehatan
2.2 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional
2.3 Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional
2.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
2.5 Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
2.6 Reformasi Kesejahteraan Kesehatan melalui JKN

BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu komponen penting yang paling mendapat
perhatian di dalam sistem jaminan social. Dalam Undang-undang No.23 Tahun 1992
tentang kesehatan disebutkan bahwa pemerintah mengembangkan, membina dan
mendorong penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dimana pembiayaan dilakukan secara
praupaya. Yang dimaksud praupaya adalah pembiayaan berupa iuran yang dibayar dimuka
untuk jangka waktu tertentu. Pemeliharaan kesehatan yang dimaksud adalah suatu rangkaian
upaya untuk memberikan perlindungan kesehatan terhadap peserta dan terdiri daro berbagai
jenis dan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat peningkatan kesehatan, pencegahan
dan penyembuhan penyakit. Upaya pemeliharaan kesehatan tersebut menakup pemeliharaan
kesehatan dasar yang sifatnya wajib diikuti.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia berpedoman pada Sistem
Kesehatan Nasional (SKN). Subsistem SKN meliputi; pertama, upaya kesehatan dimana
upaya kesehatan ini sangat terpengaruh oleh faktor pembiayaan. Subsistem kedua adalah
pembiayaan kesehatan. Di dalam Keputusan Mentri Kesehatan No.1457/Menkes/SK/X/2003
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota, juncto
Keputusan Mentri Kesehatan No.1091/Menkes/SK/X/2004 tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota menyebutkan jaminan
pemeliharaan kesehatan prabayar sebagai salah satu standar pelayanan minimal di bidang
kesehatan yang harus dipenuhi di tingkat Kabupaten dan Kota.
Bila diperhatikan secara seksama, model dasar penyelenggaraan pelayanan di
Indonesia mengikuti model semashko yang bercampur aduk dengan sistem jaminan
kesehatan sosial, jaminan kesehatan komersial dan pembiayaan tunai langsung. Secara
umum, pelayanan dibiayai oleh pemerintah, dilayani oleh petugas pemerintah dengan falitas
pemerintah tetapi karena keterbatasan dana dan penerapan berbagai inovasi kebijakan
menyebabkan semuanya menjadi bercampur aduk. Persoalannya adalah inovasi dan
intervensi yang dilakukan pemerintah cenderung bersifat parsial dan fragmentaris sehingga

1
belum mampu menjawab tuntutan equitas, mutu, efisiensi dan transparansi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Akibatnya, walaupun telah disediakan kartu askeskin, misalnya, namun
pasien miskin tersebut masih dibebani biaya-biaya lain. Dalam kondisi sekarang apakah
model seperti masih mampu menjawab tantangan-tantangan yang muncul akibat
perkembangan masyarakat dan teknologi kesehatan yang tentu saja tidak murah.
Sistem jaminan kesehatan yang berintegrasi dalam sistem jaminan sosial lainnya ini
dimaksudkan untuk mengatasi ketidakadilan dalam akses sekaligus membenahi kerumitan
dalam penyelenggaraan dan pembiayaan pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan
reformasi di bidang penyelenggaraan dan pembiayaan pelayanan kesehatan yang mengacu
pada kerangka konsep yang komprehensif dan terpadu. Keadilan dibangun dengan cara
membangun satu sistem jaminan kesehatan dan sosial yang dapat memenuhi kriteria
kepesertaan wajib dengan manfaat yang mampu memenuhi asa, tujuan dan prinsip-prinsip
sistem jaminan sosial seperti yang ditetapkan oleh UU SJSN. Ukuran sistem pembiayaan
yang adil salah satunya adalah dimana setiap orang mampu mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya; dan membayar pelayanan tersebut sesuai
dengan kemampuannya membayar.

1.2Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini di harapkan, mahasiswa yang membacanya dapat
mengetahui, menyampaikan serta menyebutkan tentang pengetahuan dengan tema Reformasi
Kesejahteraan Kesehatan melalui Reformasi di bidang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional,
dimulai dari pengertian Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu reformasi kesejahteraan kesehatan ?
2. Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional ?
3. Apa saja Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional ?
4. Bagaimana manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada masyarakat ?
5. Apa saja prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional ?
6. Bagaimana reformasi kesehatan di Indonesia melalui Jaminan Kesehatan Nasional ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi Kesejahteraan Kesehatan


Reformasi menurut KBBI adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang
sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau Negara. Jika, ditarik kesimpulan,
Reformasi adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat menuju ke arah yang lebih baik
atau memperbaiki kesalahan di masyarakat, baik di bidang sosial, politik, agama atau
bahkan di bidang kesehatan.
Kesejahteraan menurut KBBI adalah suatu hal atau keadaan sejahtera; keamanan,
keselamatan, ketenteraman;- jiwa kesehatan jiwa; - sosial keadaan sejahtera masyarakat.
Dengan kesimpulan, bahwasaannya kesejahteraan adalah keadaan dimana selamat, aman
atau makmur, baik itu di lihat dari jiwa seseorang ataupun keadaan sosial masyarakat
tersebut.
Adapun, kesehatan menurut WHO adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik,
mental, dan sosial yang todak hanya terbebas dari penyakit ataupun kecacatan. Sedangkan
kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1993, sehata adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
eknomis.
Jadi, Reformasi Kesejahteraan Kesehatan adalah Reformasi kesehatan adalah rubrik
umum yang digunakan untuk membahas pembuatan kebijakan utama kesehatan atau
perubahan-untuk sebagian besar, kebijakan pemerintah yang mempengaruhi penyediaan
layanan kesehatan di tempat tertentu. Reformasi perawatan kesehatan biasanya berusaha
untuk:
1) Memperluas cakupan penduduk yang menerima perawatan kesehatan melalui
program asuransi baik sektor publik maupun perusahaan swasta asuransi.
2) Memperluas berbagai penyedia layanan kesehatan konsumen.
3) Meningkatkan akses ke spesialis perawatan kesehatan.
4) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
5) Mengurangi biaya perawatan kesehatan.

3
2.2 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh dan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang berikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah peraturan BPJS No. 1 tahun 2014.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional, ini
diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
(Mandatory) berdasarkan Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

2.3 Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional


Agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Jaminan Kesehatan
Nasional diluncurkan pemerintah republik Indonesia sejak 1 Januari 2014, Kementrian
kesehatan melakukan berbagai upaya untuk memperkuat pelayanan kesehatan. Berbagai
peraturan dan panduan tentang pelayanan kesehatan dan standar tarif dasar bagi pemberi dan
pengelola pelayanan kesehatan telah dikeluarkan.

2.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional


Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 jenis yaitu secara medis dan non
medis.
1) Manfaat medis berupaya pelayanan kesehatan komprehensif, yakni pelayanan yang
diberikan bersifat paripurna mulai dari prefentif, promotif, kueatif dan rehabilitatif.

4
Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi
peserta.
2) Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulan. Manfaat akomodasi untuk
layanan rawat inap sesuai hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulan hanya
diberikan untuk pasien rujukan antar fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu
sesuai rekomendasi dokter. Promotif dan preventif yang diberikan bagi upaya
kesehatan perorangan. Jaminan Kesehatan Nasional menjangkau semua penduduk,
artinya seluruh penduduk termasuk warga asing harus membayar iuran dengan
prosentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu,
iurannya dibayar oleh pemerintah. Harapannya semua penduduk Indonesia sudah
menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun 2019.

2.5 Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional


1) Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong- royong
dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan
wajib bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan
peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini jaminan sosial
dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi keseluruhan rakyat Indonesia.
2) Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba) bagi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama penyelenggaraan jaminan
sosial adalah untuk memenuhi kepentingan sebesar-besarnya peserta. Dana amanat, hasil
pengembangannya, dan surplus anggaran akan dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
3) Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Prinsip
manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal
dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4) Prinsip portabilitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5) Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat
menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan

5
pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari
pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta
secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup
seluruh rakyat.
6) Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada
badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7) Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.6 Reformasi Kesehatan di Indonesia melaui Jaminan Kesehatan Nasioanal


Indonesia termasuk ke dalam salah satu Negara berkembang yang masih dihadapkan
pada persoalan tentang rendahnya akses masyarakat, terutama masyarakat miskin terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan dapat di jangkau. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Thabrani pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa, 10 persen penduduk kaya
yang ada di Indonesia memperoleh kemudahan dalam mengakses kesehatan, 12 kali lebih
besar dibandingkan 10 persen penduduk miskin. Sementara, pengeluaran out of pocket
bersifat regresif sehingga semakin menambah berat beban biaya yang harus ditanggung oleh
kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Pembebasan biaya pelayanan di puskesmas di beberapa wilayah kabupaten dan kota,
ternyata tidak memperbesar akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan. Riset
yang dilakukan oleh Susilowati di tahun 2004 menemukan bahwa akses ini lebih banyak
dimanfaatkan oleh penduduk perkotaan besar sebanyak 34,4% dibandingkan dengan
penduduk pedesaan 26,9%. Sementara pada kenyataannya kelompok yang paling rentan
terhadap kesehatan ada di pedesaan mencapai 25,2% daripada perkotaan 17,7%. Artinya
telah terjadi ketidakadilan dalam pembiayaan kesehatan karena subsidi yang dilakukan
pemerintah justru dinikmati oleh masyarakat mampu.
Walaupun pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai program kesehatan
masyarakat, peningkatan investasi ada pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan,
desentralisasi sistem kesehatan, namun akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tetap
menjadi persoalan utama yang berkontribusi pada kemiskinan. Penyebab utama seluruh

6
persoalan ini terletak pada terbatasnya akses masyarakat terhadap sistem jaminan kesehatan.
Persoalannya sekarang adalah sejauh mana kesehatan dan jaminan sosial ini dipahami
sebagai sebuah alat dan prasyarat untuk mengatasi persoalan kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan dan sejauh mana persoalan ini diselenggarakan dalam kebijakan
yang efektif dan koheren.
Untuk mendukung reformasi kesehatan di Indonesia maka pemerintah membuat sutau
kebijakan yang bernama Sistem Kesehatan Nasional (SKN) . Sistem Kesehatan Nasional
adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945.
SKN berguna untuk :
1) Mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak
asasi manusia,
2) Memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi
dan misi RPJPK Th 2005-2025,
3) Memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif,
4) Melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,
5) Meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.
Sistem Kesehatan Nasional memiliki azas antara lain perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, dan pengutamaan serta manfaat yang
secara ringkas dapat dikemukakan bahwa pembangunan kesehatan harus diupayakan secara
terintegrasi antara Pusat dan Daerah dengan mengedepankan nilai-nilai pembangunan
kesehatan, yaitu: a) Berpihak pada Rakyat, b) Bertindak Cepat dan Tepat, c) Kerjasama Tim,
d) Integritas yang tinggi, e) Transparansi dan Akuntabel.
Terdapat 7 subsistem SKN antara lain upaya kesehatan; pembiayaan kesehatan;
Sumber Daya Manusia kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan dan minuman;
manajemen dan informasi kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat.
Realisasi paradigma sehat yang sebagian besar tertuang di dalam Visi Indonesia Sehat
2010, masih cukup jauh dari harapan. Bahkan tidak berlebihan jika mengatakan
pembangunan kesehatan kita saat ini terancam gagal. Sebagai gambaran, indeks

7
pembangunan manusia (Human Development Index/HDI) Indonesia tahun 2004 berada di
peringkat 111, sementara sebagai perbandingan, Vietnam yang tahun 1995 lalu HDI-nya di
peringkat 117, justru melejit ke urutan 95 pada tahun yang sama. HDI merupakan gambaran
keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa dari Program Pembangunan PBB (UNDP),
yang dilihat dari tiga aspek, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Setidaknya, terdapat dua faktor penting yang menyebabkan kegagalan program
kesehatan di negara kita. Pertama, kebijakan kesehatan kita masih terjebak dalam level
kuratif (pengobatan). Ini sangat bertolak belakang dengan Paradigma Sehat yang lebih
menomorsatukan terbangunnya kesadaran sehat di masyarakat. Kesadaran sehat akan banyak
berpengaruh terhadap status kesehatan setiap orang. Sementara status kesehatan,
sebagaimana H.L. Blum mengutarakannya, erat tergantung dari empat hal, yakni perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetika.
Lewat level kuratif, pemerintah masih euphoria dengan menghabiskan uang banyak
dan waktu berpikir tentang bagaimana mengobati penyakit dan menanggulangi wabah
epidemik yang terjadi di masyarakat. Akibatnya, secara struktural, hingga institusi pelayanan
kesehatan paling bawah, Puskesmas, telah terjadi kesalahan kategorial dalam memetakan
problem kesehatan di negara kita. Program-program pengobatan penyakit berjalan paralel
dengan semakin meningkatnya angka kematian akibat penyakit bersangkutan. Fenomena ini,
jika dikaji secara rasional mestinya lebih difokuskan pada upaya penanggulangan penyakit
melalui strategi promosi dan prevensi kesehatan di semua lini.

Pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan menggulirkan 7 Reformasi Pembangunan


Kesehatan yaitu :
1) Revitalisasi pelayanan kesehatan
2) Ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu sumberdaya manusia,
3) Menguoayakan ketersediaan, distribusi, kemanan, mutu, efektifitas, keterjangakauan
obat, vaksin dan alat kesehatan
4) Jaminan kesehatan,
5) Keberpihakan kepada daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah
bermasalah kesehatan (DBK),
6) Reformasi birokrasi dan

8
7) World class health care.

Adapun pendekatan reformasi yang perlu diperhatikan, yaitu :


1) Definisikan permasalahan yang dinyatakan dalam outcomes,
2) Nilai-nilai etik yang melandasi reformasi,
3) Analisa politik yang perlu dilakukan sepanjang proses,
4) Hubungan sebab-akibat (yang evidence-based) untuk menilai kinerja,
5) Membangun strategi reformasi yang berdasarkan determinan kinerja system,
6) Memperhatikan implementasinya
Ada 3 sasaran utama kinerja untuk reformasi :
1) Status kesehatan,
2) Perlindungan resiko,
3) Kepuasan publik

Perangkat sektor kesehatan bias diubah/dimodifikasi melalui kebijakan public.


Mengubah setelan tombol pengendali (control knobs) yang dipakai untuk mempengaruhi
hasil akan berpengaruh pada kinerja sector kesehatan. Berikut ini ada beberapa tombol
pengendali kebijakan dalam reformasi kesehatan, yaitu :
a. Pembiayaan
b. Pembayaran
c. Pengorganisasian
d. Regulasi
e. Promosi

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program Jaminan Kesehatan Sosial Nasional ditujukan untuk memberikan manfaat
pelayanan kesehatan yang cukup komprehensif, mulai dari pelayanan preventif seperti
imunisasi dan Keluarga Berencana hingga pelayanan penyakit katastropik seperti penyakit
jantung dan gagal ginjal. Baik institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dapat
memberikan pelayanan untuk program tersebut selama mereka menandatangani sebuah
kontrak kerja sama dengan pemerintah. Biaya untuk membiayai program Jamsosnas ini
cukup besar bagi pengusaha dan pekerja formal yang harus membayar kontribusi agar dapat
menikmati manfaatnya.
Untuk program Jaminan Kesehatan Nasional, pekerja formal harus membayar pajak
sekitar enam persen dari gaji kotor mereka, yang dibagi rata antara pekerja dan pihak yang
mempekerjakannya. Kontribusi pekerja sektor informal dan wiraswastawan akan ditentukan
di kemudian hari.
Sebagai bagian dari reformasi program jaminan sosial nasional, pemerintah berencana
untuk membuat sebuah program jaminan kesehatan nasional (JKN) yang secara teoritis
direncanakan akan membiayai seluruh biaya kesehatan semua penduduk Indonesia. Program
ini dibuat berdasarkan asas keadilan sosial, bantuan sosial, dan partisipasi wajib. Seluruh
warga negara Indonesia wajib membayar iuran untuk program ini, termasuk mereka yang
sudah berpendapatan tinggi dan warga negara asing yang bekerja di Indonesia, yaitu
kelompok masyarakat yang dianggap sudah menjadi anggota sebuah asuransi kesehatan yang
cukup baik.

3.2 Saran
Saya berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan kesehatan dan dapat menciptakan generasi yang cerdas.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.web.id/ (diakses pada tanggal 18 Juni 2018)

http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1 (diakses pada tanggal 18 Juni 2018)

https://wimee.wordpress.com/2011/06/20/reformasi-kesehatan/ (diakses pada tanggal 18 Juni 2018)

https://sanggar.wordpress.com/2008/03/07/reformasi-sistem-jaminan-
kesehatanmewujudkan-mimpi-atas-kesehatan-bagi-semua/ (diakses pada tanggal 18 Juni 2018)

Kemenkes RI. 2013. Bahan paparan: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kemenkes RI.

Arifianto, Alex. 2004. Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia: Sebuah Analisis
Atas Rancangan Undang-Undang Jaminan Sosial Nasional (RUU Jamsosnas). Jakarta:
Lembaga Penelitian SMERU.

11

Anda mungkin juga menyukai