Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atay kedua
ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi
disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang
rusak. (Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab umum Hydronephrosis termasuk ureteroceles,
katup uretra posterior dan batu ginjal. Jika USG bayi Anda menunjukkan tanda-tanda
masalah ini, Anda akan diberikan informasi tentang kondisi dan bagaimana hal itu dapat
diobati.
Penyakit ginjal masih merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia.
Menurut PERNEFRI Perhimpunan Nefrologi Indonesia), penduduk Indonesia yang
menderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah sebanyak 8,6%. Penyakit ginjal sendiri
bermanifestasi dalam 2 bentuk yaitu Penyakit Ginjal Kronik dan Gangguan Ginjal Akut
atau Acute Kidney Injury (AKI).
Prognosis dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi
yang mengawali terjadinya Hydronephrosis, unilateral atau bilateral dari ginjal yang
terserang Hydronephrosis, fungsi ginjal yang tersisa, durasi terjadinya Hydronephrosis,
dan apakah Hydronephrosis terjadi pada ginjal yang sedang masih dalam masa
pertumbuhan pada bayi atau pada ginjal yang sudah matang. Kasus bilateral Prenatal
Hydronephrosis pada prenatal atau bayi yang ginjalnya masih berkembang dapat
menghasilkan prognosis buruk jangka panjang, yang berakibat pada kerusakan ginjal
permanen meskipun obstruksinya sembuh pada saat postnatal (Onen, 2007).
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini untuk dapat
mengetahui dan memahami gangguan Hydronephrosis serta agar dapat memberikan
pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan gangguan
hidronefrosis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hydronephrosis?
2. Apakah etiologi dari hydronephrosis?
3. Apakah patofisiologi hydronephrosis?
4. Apakah manifestasi klinis hydronephrosis ?
5. Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari hydronephrosis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?
7. Apakah komplikasi hydronephrosis?
8. Apakah prognosis dari hydronephrosis?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan hydronephrosis?

C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi Hideronefrosis.
2. Untuk mengetahui etiologi Hideronefrosis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hideronefrosis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hideronefrosis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis.
7. Untuk mengetahui tentang Web of Cause Hideronefrosis.
8. Untuk mengetahui komplikasi Hideronefrosis
9. Untuk mengetahui prognosis Hideronefrosis
10. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Hideronefrosis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih
proksimal terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal.Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises.
Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan aliran
urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa
kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin
membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).

B. Klasifikasi Hidronefrosis
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis,
diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks
berbentuk Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias
mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi
ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan
korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya
atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias
menggembung.

C. Etiologi Hidronefrosis
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis
adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh
proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini
berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah
satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
1. Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis
renalis)
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis
renalis terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang
letaknya abnormal, dan tumor
2. Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke
uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
3. Penyakit ureter kongenital
4. Penyakit ureter yang didapat didapat
b. Hidronefrosis Bilateral
1. Hyperplasia prostat pada usia lanjut
2. Adanya katup uretra posterior congenital
3. Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik
4. Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
5. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan

Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:


1. Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2. Striktur uretra
3. Batu ginjal
4. Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5. Abnormalitas kongenital
6. Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
7. Bekuan darah
8. Kandung kemih neurogenik
9. Ureterokel
10. Tuberkulosis

D. Patofisiologis Hidronefrosis
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran
mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan
cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi
tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada
obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan
bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang
berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral
yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan
insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat
memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan
nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar
disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya
asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal
permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran
gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria,
asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau
pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus
menjadi normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal
ginjal akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak
segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan
medis(Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi
terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan kandung
kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan
oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat
menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap
asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena
suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus
ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung
menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa
minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu
perubahan menjadi ireversibel.

E. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan
terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik
akan muncul, seperti:
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4. Pruritis (gatal kulit).
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang

Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya


(smeltzer dan Bare,2002):
1. Aliran urin berkurang
2. Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta
pyuria
3. Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4. Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5. Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
7. Air kemih dari 10% penderita mengandung darah.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis
mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan
hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada
pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk
menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang
dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4. CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter.
Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung
kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Hidronefrosis akut
a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui
sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
2. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
a. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari jaringan
fibrosa.
b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda.
c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
d. Terapi hormonal untuk kanker prostat
e. Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika
infeksi dapat dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.
f. Pelebaran uretra dengan dilator.

Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi, diantaranya

1. Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosis yang disebabkan karena adanya obstruksi
saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system
urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan
anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan
dengan memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke
dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau
pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang menghalangi
keluarnya urin.
2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang
menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal.
ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal.
Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk
selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa
gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser.
3. Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive
dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses
perkutan untuk mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu
yang tinggi.
4. Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat
ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi
ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan memperthankan caliber atau
patensi ureter sesudah pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak
dan lentur.

H. Komplikasi Hidronefrosis
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:
1. Batu ginjal
2. Sepsis
3. Hipertensi renovaskuler
4. Nefropati obstruktif
5. Infeksi
6. Pielonefritis
7. Ileus paralitik
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC

Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis


PlusMitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC

Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.

Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract


Obstruction.Available from : URL : http://www.urology-textbook.com/hydronephrosis.html
[Diakses tanggal 15 Maret 2015]

Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL :


http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html [Diakses
tanggal 15 Maret 2016]

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai