Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit infeksi yang disebabkan olehTreponema
pallidum , yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik .Selama perjalanan
penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Selain itu penyakit sifilis ini juga
bersifat laten dan kronis, juga dapat kambuh lagi sewaktu-waktu. Penyebaran dari
penyakit sifilis terjadi dengan kontak langsung dengan penderita salah satunya adalah
dengan seks. Orang-orang yang termasuk rentan untuk penyakit sifilis adalah para pekerja
seks seperti gigolo dan wanita pekerja seks, namun tidak menutup kemungkinan juga
pada orang yang sering bergonta-ganti pasangan.
Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000
kasus pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus
sifilis primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466
kasus dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and Prevention.Sebagian besar
dari peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan
pria lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus
yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital
terjadi penurunan selama sepuluh tahun terakhir.
Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis
sehingga penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama
penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak
dapat dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis
mencoba memberikan pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai dari definisi,
tanda terkena penyakit sifilis (gejala), diagnosis, dan khususnya cara penularannya yaitu
dengan kontak langsung.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan sifilis.?
2. Apa saja etiologi dari sipilis?
3. Bagimanakah patofisiologi dari sifilis?
4. Apa saja faktor predisposisi dari sifilis?
5. Bagaimanakan gambaran pathway dari sifilis?
6. Apa saja klasifikasi dari sifilis?
7. Apa saja Gejala klinis dari sifili?
8. Bagaimnana Penatalaksaan medis?
9. Bagimana Pemeriksaan fisik dan penunjangnya?
10. Bagimana program Program dietnya?
11. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi?
12. Bagaimana Asuhan keperawatannya?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang penyakit sifilis
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien sifilis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-
waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah
dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat
memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus
plasenta sehingga dapat menginfeksi janin.( Soedarto, 1990 ).
B. Etiologi
Sifilis di sebabkan oleh treponema pallidum ,treponema pallidum termasuk orde
spirochaeta ,famili treponemetoceae yang berbentuk seperti spiral dengan panjang
antara 5-20 mikron dan lebar 0,1-0,2 mikron, mudah di lihat dengan mikroskop
lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi
Organisme ini bersifat anoerob mudah di matikan oleh sabun ,oksigen,sapranin,bahkan
oleh aquades,di dalam donor darah yang di simpan dalam lemari es treponema pallidum
akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat di tularkan melalui transfusi menggunakan
darah segar (Soedarto,1990) Sifilis ini juga dapat menular melalui hubungan seksual
dengan penderita sifilis ,kontak kulit dengan lesi mengandung T.pallidum juga akan
menularkan penyakit sifilis.
C. Patofisiologi
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme
dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa
jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi
sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan

3
menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam
cairan cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati,
penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum
tulang belakang mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri
parenchymatousneurosifilis.Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari
sifilis menunjukkan tanda- tanda endotelialarteritis.Endotelialarteritis disebabkan oleh
pengikatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.
D. Faktor Predisposisi
1. Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).
2. Sering berganti pasangan.
3. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.
4. Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.
5. Janin yang orang tuanya menderita sifilis.
6. Kurangnya kebersihan diri .
7. Virulensi kuman yang tinggi.
8. Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

4
E. Pathway

Sex berisiko Pajanan Orang tua yang sifilis


tinggi treponema
Hygiene rendah, virulensi paldium Kontak langsung
kuman tinggi
Masuk ke
mukosa
Treponema masuk ke saluran limfatik dan
menginvansi
Sifilis

Limfatik Mukosa Plasenta


dan janin
Skuama, vesikel, secret dan darah
Infeksi
dari hidung
primer
Skuama, vesikel, papul, secret dan
Papula jadi ulkus darah dari hidung, osteocondritis
bersih, tidak nyeri, dan
menonjol (chancre)
Keratitis intersial(akibatkan
Kerusakan Ulserasi (chancre) kebutaan), tuli, perforasi palatum durum,
integritas kulit soliter dan keras, yg tidak nyeri kelainan tibia
Risiko keterlambatan
tumbuh&kembang
Diob Pengungkapan Tidak mengetahuai
ati penyakit dan penanganan, informasi tidak
Sem adekuat
buh Tidak Kurang
diobati pengetahuan
Infeksi Terbentuk
sekunder jaringan parut Infeksi Infeksi
meningens organ lain
Nye Nyeri Ruam, 5
Infeksi SSP L g
ri kepala macula paluler non
imfa injal
tenggorokan pruritus
Kena Infark otak Limfa
Lesi Gagal
ikan suhu denopati
Penu pustuler ginjal
tubuh
runan BB Optic d Tre
F. Kasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain:
a. Sifilis Stadium I : Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar 3
minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat
kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya
pada penularan ekstrakoital.
b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri
pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir,
dan limfadenitis yang generalisata.
c. Sifilis Stadium III :Terjadi guma setelah 3 – 7 tahun setelah infeksi.Guma dapat
timbul pada semua jaringan dan organ, membentuknekrosis sentral juga ditemukan di
organ dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma),
tidak nyeri.
d. Sifilis Kongenital :
1) Sifilis Kongenital Dini :Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi
dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma,
secret hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto
roentgen.
2) Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7 – 9 tahun
dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi

6
Hutchinson, paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan
frontalis.
3) Sifilis Stigmata :Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi
Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal
kepala (frontal bossing).
e. Sifilis Kardiovaskular :Umumnya bermanifestasi selama 10 – 20 tahun setelah
infeksi. Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan
ditandai oleh insufisiensi aorta atau aneureksma, berbentuk kantong pada aorta
torakal.
f. Neurosifilis :
1) Neurosifilis asimtomatik. : Pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan
susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan
sel, protein total dan tes serologis reaktif.
2) Neurosifilis meningovaskuler :Adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni
kerusakan pembuluh darah serebru, infark dan ensefalomalasia. Pemeriksaan
sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis
reaktif.
3) Neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis : Gejala dan
tanda paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan
parenkimatosa. Gejala tabes dorsalis, yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan
kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.

G. Gejala Klinis
a. Sifilis primer: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh
Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah
masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih,
tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi
primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan
terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional
yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang
7
hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat
masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 –
6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak
diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
b. Sifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 2–10 minggu setelah chancre sembuh.
Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola
papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan
dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di
sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu–abu putih
sampai eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada
membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit
seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat
badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh
sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi
30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan
protein serebrospinal (CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala
neurologis sifilis laten.
c. Relapsing sifilis :Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak
tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala klinik dapat
timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu
dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang
timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing
sifilis yang ada terdiri dari :
a) Sifilis laten :Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis
sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten
awal). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat
yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan
selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung
setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala
klinik hanya reaksi STS positif.
8
b) Sifilis tersier : Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun – tahun sejak sesudah
gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai
menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis,
kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul,
noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai
semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta,
aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat (neurosifilis).
c) Sifilis kongenital : Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu
hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil
dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan
mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis
mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul
sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil
kongenital sifilis bayi mempunyai lesi – lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan
tulang – tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika
sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang
timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau
tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan,
juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel – nose, saber shin (
tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang – kadang gigi Hutchinson
dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi
kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa
disembuhkan. (Soedarto, 1990).

H. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum, Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD,
nadi, respirasi.
b. Pemeriksaan sistemik : Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat
perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi),
genitalia, ekstremitas atas dan bawah.
9
I. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah
rutin)
1) pemeriksaan T Palidum
Cara pemeriksaannya adalah : mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat
bentuk dan pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Pemeriksaan
dilakukan 3 hari berturut-turut jika pada hasil pada hari 1 dan 2 negatif
sementara itu lesi dikompres dengan larutan garam saal bila negative bukan
selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit.
2) pemeriksaan TSS
TSS atau serologic test for sifilis . TSS dibagi menjadi 2 :
a) Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu
kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu
test ini dsdapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase
Positif (BFP).
b) Tes treponemal
Test ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya
b. Pemeriksaan Yang Lain
Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi
pada sifilis kongenital.Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya untuk melihat
aneurisma aorta. Pada neurosifilis,test koloidal emas sudah tidak dipakai lagi
karena tidak khas. Pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada likuor
serebrospinalis hanya menunjukan adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat
dan tidak selalu berarti terdapat neurosifilis. Harga normal iyalah 0-3 sel/mm3, Jika
limfosit melebihi 5/mm3 berarti ada peradangan. Harga normal protein total ialah
20-40 mg/100 mm3

J. Penatalaksanaan

10
a. Penatalaksanaan Medis :Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif).
Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin
4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S
II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas
meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu
90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan
sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi
hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.
1) Sifilis primer dan sekunder
a) Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1
x seminggu
b) Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari
selama 10 hari.
c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit,
diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.

2) Sifilis laten

a) Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit

b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit
sehari).

c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).

3) Sifilis III

a) Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit

b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)

11
c) Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu)

4) Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:

a) Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

5) Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan:

a) Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari

b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.

*Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.

K. Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1) Bahaya PMS dan komplikain
2) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindarkan lagi.
5) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6) Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.
K. Program Diet
1) Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum.
2) Ps diberikan porsi makanan kecil tetapi sering.
3) Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna.
4) Sayuran dan buah-buah untuk jus.

12
5) Susu rendah lemak dan sudah dipasteurisasi setiap hari (susu sapi atau kedelai).
6) Hindari makanan di awetkan atau beragi.
7) Makanan bebas dari pestisida atau zat kimia.
8) Rendah serat, makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan.
9) Rendah laktosa dan lemak jika ps diare.
10) Hindari rokok, kafein dan alcohol.

L. Komplikasi
a. Benjolan kecil atau tumor: Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang
dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini
dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.
b. Masalah Neurologi: Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah
pada nervous sistem, seperti:
1) Stroke
2) Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord
(meningitis)
3) Koordinasi otot yang buruk
4) Numbness (mati rasa)
5) Paralysis
6) Deafness or visual problems
7) Personality changes
8) Demensia
c. Masalah kardiovaskular: Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi
aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan
valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.
d. Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya
mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV.
Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat
mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.
13
e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui
keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir
premature juga menjadi lebih tinggi.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut :
a. Anamnesa
1) Tanyakan kepada klien sejak kapan mengeluhkan nyeri
2) Bagaimana dan berupa apa saja kelainan pada awalnya dan apakah menyebar/menetap.
3) Apakah ada sensasi panas, gatal serta cairan yang menyertai.
4) Obat apa saja yang telah dipakai dan bagaimana pengaruh obat tersebut apakah membaik,
memburuk atau menetap.
5) Apakah klien mengeluhkan adanya nyeri pada tulang, nyeri pada kepala, mengeluh
kesemutan, mati rasa (sebagai tanda kerusakan neurologis)

14
6) Tanyakan sosi-ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga, gaya hidup dan penyakit
keluarga/ individu sekitarnya.
7) Bagaimana aktivitas seksual (pernah /sering melakukan sex berisiko missal berganti-ganti
pasangan, oral / anal sex, homo seksual, melakuakan dengan psk,)
8) Apakah ada tanda-tanda kelainan pada alat kelamin pasangan seperti kemerahan, muncul
benjolan, dan vesikel.
9) Bagaimana dengan urine klien apakah bercampur darah, urine tdak lancer, nyeri saat
berkemih.
10) Apa disertai dengan febris, anoreksia
11) Pada sifilis kongietal selain ananmnesa diatas, perlunya ditanya orang tua apakah pernah
keluar secret bercampur darah dari hidung, perforasi palatum durum, gangguan
pengelihatan dan pendengaran, gangguan berjalan, serta keterlambatan tumbuh kembang.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi:
a) Kaji jenis efloresensi: Eritema dan papula, macula, pustule, vesikula dan ulkus
b) Timbulnya lesi pada alat kelamin , ekstragenital, bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan
anus
c) Kelainan selaput lendir dan limfadenitis
d) Kelainan pada mata dan telinga
e) Kelainan pada tulang dan gaya berjalan
f) Kelainan pada kepala (invasi pada meningen)
2) Palpasi
Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan,
3) Auskultasi: apakah ada perubahan suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh (lebih dari 37,2oC), kulit teraba
hangat.
b. Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d laporan nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri,
wajah tampak meringis, klien tampak gelisah.
c. Kerusakan integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya tanda elfloresensi

15
d. Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh
(bentuk/struktur dan fungsi), perasaan negative terhadap tubuh.

No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Dx Hasil
Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau suhu pasien (derajat dan 1. Suhu diatas
1
keperawatan selama …x… pola) 37,2oCd
jam, diharapkan suhu tubuh 2. Berikan kompres hangat menunjukka
dalam rentang normal, 3. Anjurkan pasien untuk banyak n proses
dengan kriteria hasil : minum 1500-2000 cc/hari infeksius
 Suhu tubuh normal 4. Anjurkan pasien untuk 2. Membantu
(36,5oC – 37,2oC). menggunakan pakaian yang tipis mengurangi
 Akral teraba hangat, dan mudah menyerap keringat demam
tidak kemerahan, 5. Kolaborasi dalam pemberian cairan 3. Untuk
 Turgor kulit elastic intravena mengganti

 Mukosa bibir lembab 6. Kolaborsi dengan tim medis dalam cairan tubuh
pemberian antipiretik yang hilang
akibat
evaporasi
4. Memeberik
an rasa
nyaman dan
pakaian
yang tipis
mudah
menyerap
keringat dan
tidak
merangsang
peningkatan
suhu tubuh.
5. Pemberian
cairan
sangat
penting bagi

16
pasien
dengan suhu
tubuh yang
tinggi.
6. Antipiretik
untuk
menurunkan
panas tubuh
pasien.

2. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda- tanda vital (TD, N, RR, 1. Tanda- tanda
keperawatan selama …x… dan suhu) vital dapat
jam, diharapkan nyeri 2. Kaji keluhan, lokasi, intensitas, menunjukan
berkurang/hilang, dengan frekuensi dan waktu terjadinya tingkat
kriteria hasil : nyeri (PQRST) perkembangan
 Pasien tidak 3. Dorong ekspresi, perasaan tentang pasien
mengeluh nyeri nyeri. 2. Mengindikasika
 Skala nyeri 0-4 (0-10) n kebutuhan
 Pasien tidak gelisah untuk intervensi
dan tanda-
4. Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, tandaperkemba
massage, guiding imajenery. ngan atau
resolusi
komplikasi
3. Pernyataan
memungkinkan
5. Jelaskan dan bantu pasien dengan pengungkapan
tindakan pereda nyeri emosi dan apat
nonfarmakologi dan noninvasive meningkatkan
mekanisme
koping
6. Kolaborasi dengan dokter 4. Memfokuskan
pemberian analgesik sesuai kembali
indikasi pehatian,
meningkatkan

17
relaksasi dan
meningkatkan
rasa control
yang dapat
menurunkan
ketergantungan
farmakologis
5. Pendekatan
dengan
menggunakan
relaksasi dan
nonfarmakologi
lainnya telah
menunjukkan
keefektifan
dalam
mengurangi
nyeri.
6. Analgetik
memblok
lintasan nyeri
sehingga nyeri
akan berkurang
3. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kerusakan kulit yang terjadi 1. Menjadi data
keperawatan selama pada klien dasar untuk
…x… jam, diharapkan 2. Catat ukuran atau warna, kedalaman memberikan
integritas kulit membaik luka dan kondisi sekitar luka. informasi
secara optimal, dengan intervensi
kriteria hasil : 3. Lakukan perawatan luka dengan perawatan luka,
 Pertumbuhan jaringan teknik steril. alkat apa yang
meningkat 4. Bersihkan area perianal dengan akan dipakai
 Keadaan luka membersihkan feses menggunakan dan jenis
membaik air mengalir. larutan apa
 Luka menutup 5. Kolaborasi dengan ahli gizi yang akan

 Mencapai pningkatan pemberian asupan nutrisi digunakan.

18
penyembuhan luka dengan TKTP 2. Memberikan
tepat waktu 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam informasi dasar
. pemberian obat antibiotika topical tentang
kebutuhan dan
petunjuk
tentang sirkulasi
3. Perawatan luka
dengan teknik
steril dapat
mengurangi
kontaminasi
kuman langsung
ke area luka.
4. Mencegah
meserasi dan
menjaga
perianal tetap
kering¸menjaga
kebersihan kulit
serta mencegah
komplikasi
5. Diet TKTP
diperlukan
untuk
meningkatkan
asupan dari
kebutuhan
pertumbuhan
jaringan
6. Mengurangi
tekanan pada
area yang sama

4 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Memberikan


keperawatan selama …x… 2. Lakukan komunikasi dua arah untuk data dasar untuk
19
menit, diharapkan menggali informasi tentang mengetahi
terpenuhinya pengetahuan persepsi diri dan menajemen tingkat
pasien tenteng kondisi koping pasien pemahaman
penyakit, dengan kriteria 3. Lakukan simulasi personal hygine pasien tentang
hasil : dan perawatan luka pada area yang penyakit,
 Mengungkapkan terjadi efloforasi terutama ulkus pencegahan
pengertian tentang 4. Beri informasi pasien/ orang serta
proses penyakit, terdekat tentang perawatan pasien pengobatan
pencegahan, di rumah sakit dan dirumah 2. Peningkatan
perawatan tindakan (hygine dan pentingnya koping positif
yang dibutuhkan pengonsumsian obat sesuai akibat adanya
dengan dosis)serta komlikasijika gangguan citra
kemungkinan pengobatan tidak dilakukan. tubuh, klien
komplikasi. 5. Beri informasi tentang bahaya mau menerima
 Mengenal prilaku sex berisiko dan cara kondisinya dan
perubahan gaya penanggulangan/ pencegahan serta mau
hidup/ tingkah laku komlikasi jika bersoaialisasika
untuk mencegah n
terjadinya 3. Memandirikan
komplikasi klien dan
keluarga untuk
Hygine yang
terjaga dapat
meminimalkan
risiko infeksi,
dapat
mempercepat
proses
penyembuhan

4. Informasi
dibutuhkan
untuk
meningkatkan
perawatan diri,

20
untuk
menambah
kejelasan
efektivitas
pengobatan dan
mencegah
komplikasi
5. Merubah
persepsi dan
prilaku sex
yang berisiko
menularan
penyakit

3. Implementasi Keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi yang ada

4. Evaluasi Keperawatan
Dx 1: Suhu tubuh normal (36 – 37oC), Kulit tidak pasnas, tidak kemerahan, Turgor kulit elastic,
Mukosa bibir lembab.
Dx 2: Pasien tidak mengeluh nyeri, Skala nyeri 0-1 (0-10), Pasien tidak gelisah.

Dx 3: Pertumbuhan jaringan meningkat ,Keadaan luka membaik, Luka menutup, Mencapai


penyembuhan luka tepat waktu.
Dx 4 dan 5: Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, pencegahan, perawatan tindakan
yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi.Mengenal perubahan gaya hidup/
tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi

21
22

Anda mungkin juga menyukai