Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA/I

TERHADAP ABORSI DI SMA NEGERI 2 DARUL


MAKMUR KECAMATAN DARUL MAKMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH:
YUSRIZARNI
NIM: 08C10104104

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA/I
TERHADAP ABORSI DI SMA NEGERI 2 DARUL
MAKMUR KECAMATAN DARUL MAKMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH:
YUSRIZARNI
NIM: 08C10104104

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
2013
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja merupakan periode transisi antara anak-anak ke masa dewasa,

atau anak usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku

tertentu seperti susuh diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.

Remaja mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam

aspek seksualnya. Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang bijaksanadari

para orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya serta tentunya dari

remaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat,

(Sarwono, 2011).

Sedangkan menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan

seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan

mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif

mandiri.

Selanjutnya pada masa remaja mulai berfungsi hormon-hormon seksual.

Hal ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam dorongan seksual. Dorongan

seksual tersebut cenderung untuk dipenuhi pada waktu ini. Apakah dorongan

seksual itu akan dipenuhi pada waktu itu atau tidak tergantung pada individu yang

bersangkutan. Sekarang ini pandangan remaja terhadap seks kian berubah, remaja

dengan sikap keserbabolehan, sebagaian menganggap hubungan seks pranikah

1
2

tidak perlu dipersoalkan, dan tidak jarang dikalangan remaja, mahasiswa,

melakukakan hubungan pranikah. Baik pelajar, mahasiswa, pemuda-pemudi tidak

sekolah, mereka tinggal dikota atau di desa. Waktu pacaran tergiur melakukan

cumbu rayu, peluk cium dan bila gejolak nafsu tidak terkendali berlanjutnya ke

hubungan badan, mulai berhubungan seks dengan coba-coba (Tanjung, 2007).

Kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan

hubungan seksual mengakibatkan terjadinya kehamilan, yang sebagian besar tidak

dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang

serba salah dan memberikan tekanan batin (stress), oleh karena itu untuk

menghentikan kehamilan tersebut dilakukan aborsi. Aborsi adalah pengeluaran

hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Manuaba, 1998).

Aborsi pada usia remaja merupakan indikasi bahwa remaja memiliki

kehidupan reproduksi yang tidak sehat serta belum siap dalam memasuki

kehidupan berkeluarga. Padahal, untuk membentuk keluarga yang berkualita

diperlukan kesiapan dalam pengetahuan dan kesesuaian sikap dalam mengatur

reproduksiinya, sehingga pembentukan keluarga adalah proses yang direncanakan

dan tidak dilakukan secara dini serta tanpa rencana atau keluarga prematur. Aborsi

tidak aman dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran reproduksi, sehingga

menimbulkan nyeri panggul yang kronis, infeksi ruang panggul, dan berakibat

kemandulan dikemudian hari. Resiko lebih berat apabila perempuan menginap

penyakit menular seksual (Wilopo, 2005).


3

Kehamilan pada usia remaja memang mempunyai resiko yang lebih

tinggi (kesulitan waktu melahirkan, sakit/cacat/kematian bayi/ibu) dari pada

kehamilan dalam usia-usia di atasnya (Sarwono, 2011).

Di Indonesia masalah aborsi masih kontroversial, namun terlepas dari

kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah kesehatan

masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.

Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan

adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga

merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi

perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi

aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai

perdarahan atau sepsis. (Gunawan, 2000).

Di Indonesia setiap tahunnya ada 2,5 juta aborsi dimana 1,5 juta

diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja. Aborsi yang terjadi

dikalangan remaja bisa terjadi karena rasa takut pada orang tua dan masyarakat

sekelilingnya, serta karena peraturan sekolah. Perubahan sikap atau persepsi

remaja tentag seksualitas, seiring dengan itu juga terjadi prilaku seksual

dilakangan remaja, ini bisa di pandangg sebagai perubahan pandangan remaja

pada nilai-nilai sosial dan nilai moral.

Diperkirakan setiap tahun ada 2,5 juta nyawa tak berdosa melayang sia-

sia akibat aborsi. Angka ini terhitung besar, sebab jumlahnya separuh dari jumlah

kelahiran di Indonesia, yaitu 5 juta kelahiran per tahun. “Dari 2,5 jutaan pelaku

aborsi itu, 1-1,5 juta di antaranya adalah remaja (BKKBN tahun 2010).
4

Data dari Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

menyatakan sebanyak 21,2 persen remaja mengaku pernah melakukan aborsi,

(Nugroho, Iwan dkk, 2012).

Sedangkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan

Raya terdapat 3 kasus aborsi yang dilakukan oleh remaja, salah satunya terdapat

di wilayah kerja Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten

Nagan Raya dimana SMA Negeri 2 Darul Makmur merupakan wilayah kerja

Puskesmas Alue Bilie (Dinas Kesehatan Nagan raya, 2012).

Adapun akar masalah menunjukkan aborsi pada remaja yang disebabkan

oleh pergaulan bebas yang dimulai dengan aktivitas “pacaran”, melihat fenomena

yang terjadi pada saat ini, banyak norma-norma yang telah dilanggar dan seakan-

akan para pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya sebagai

pasangan yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan,

seringnya berduaan, saling berkontak secara fisik (sentuhan, ciuman, maupun

berpelukan) hingga berlanjut kepada tindakan asusila, yakni melakukan hubungan

seksual pra nikah. Hal ini bukanlah sesuatu bentuk kekhawatiran saja, melainkan

memang sebuah kenyataan yang terjadi pada masyarakat kita. kontrol keluarga

(orang tua) dan kontrol sosial masyarakat yang pada era modern ini semakin

melemah dan berkurang. Masing-masing menganggap bahwa itu adalah urusan

masing-masing pribadi yang tak boleh dicampurtangani oleh siapapun. Padahal

norma agama telah jelas memerintahkan untuk mengantisipasi mengenai

pergaulan yang bebas di kalangan manusia. Tingkat pengetahuan yang kurang

tentang aborsi dan sikap remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma agama.
5

Para siswa khususnya remaja putri di SMA Negeri 2 Darul Makmur juga

tidak luput dengan arus informasi yang semakin gencar tersebut. Apabila siswi

tidak dibekali dengan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap informasi yang

di dapat, hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan seks pranikah yang

kemudian berlanjut terhadap terjadinya kasus aborsi dari hubungan yang tidak

diinginkan tersebut.

Dari sinilah, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

masalah tersebut dengan mengambil kasus yang terdapat di wilayah kerja

Puskesmas Alue Bilie dan melakukan penelitian pada SMA Negeri 2 Darul

Makmur Kecamatan Darul Makmur yang siswa dan siswi mencapai 450 siswa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah di atas, ini merupakan sebuah fenomena yang

terjadi di masyarakat, dan tidak hanya dikota-kota besar bahkan di desa juga

terdapat, hal ini dipengaruhi dengan mudahnya mendapat akses gambar porno,

para remaja yang masih rentan dan peka terhadap hal-hal yang baru, maka dari itu

pengetahuan dan sikap remaja perlu mendapat perhatian agar remaja tersebut

tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak dinginkan akibat dampak dari seks

bebas yang berkaitan dengan informasi yang diterima dari media eletkronik, cetak

dengan melakukan budaya coba-coba dalam pergaulan sehari-hari.


6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa/i terhadap

aborsi di SMA Negeri 2 Darul Makmur.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa/i terhadap aborsi di SMA Negeri 2

Darul Makmur

2. Untuk mengetahui sikap siswa/i terhadap aborsi di SMA Negeri 2 Darul

Makmur

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Untuk menambah bahan bacaan di Perpustakaan bagi Mahasiswa UTU,

Fakultas Kesehatan Masyarakat

2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih peneliti

mengembangkan cara berfikir objektif dan menjadi suatu pengalaman

berguna.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan

dalam penyuluhan di masa yang akan datang.

2. Bagi siswa dan masyarakat menambah wawasan tentang pengetahuan

aborsi
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut WHO (1992) dalam buku Notoadmojo (2005) bahwa

pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku,

dan media masa.

Sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses

belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar

berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2003).

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Taufit, 2007).

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, teliga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmodjo. 2010).

Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi

dalam 6 tingkat pengetahuan

7
8

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut hars dapat mmengitepretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui

tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan dan memisahkan,

kemudiian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
9

sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2007) yaitu:

1. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,

sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan

akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

2. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya

yang ada dan agama yang dianut.

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru

dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

4. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang

tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka

pengalaman akan semakin banyak.

2.2.Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : "pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
10

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,

pembuatan mendidik;"

Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan

makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau

pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja

dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini

melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan

kelompok dimana dia hidup.

Menurut UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2.2.1. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Perkembangan Siswa

Sekolah merupakan pendidikan formal yang secara sistematik

melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka

membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang

menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun social.

Menurut Havighurs (1961) dalam buku yusuf sekolah mempunyai peranan

atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas

perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini sekolah sudah seharusnya

berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif atau kondisi yang dapat

mendasilitasi siswa yang berusia remaja untuk mencapai perkembangannya.

Tugas perkembangan remaja itu menyangkut aspek-aspek kematangan dalam


11

berinteraksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat

hidup, dan kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Hurlock (1986) dalam buku yusuf mengemukakan bahwa sekolah

merupakan faktor penentu bagi pengembangan kepribadian anak (siswa), baik

dalam cara berfikir, bersikap, maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai

subtitusi keluarga dan guru substitusi orang tua. Ada beberapa alasan, mengapa

sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak,

yaitu, siswa harus hadir di sekolah, sekolah memberikan pengaruh kepada anak

secara dini seiring dengan masa perkembangan konsep dirinya, anak-anak banyak

menghabiskan waktunya di sekolah dari pada di tempat lain di luar rumah,

sekolah memberi kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, sekolah

memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan

kemampuannya secara realistik.

2.3.Remaja

2.3.1. Pengertian

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa latin adolencere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

kematangan” ( Ali, 2010)

Seseorang dikatakan sudah memasuki usia remaja yaitu usia 16 atau 17

tahun dan berakhir pada usia 21 tahun. Seeorang disebut remaja apabila sudah

ditandai dengan kematangan seksual dan menampakkan identitasnya sebagai


12

individu terpisah dari ketergantungan keluarga, mempersiapkan diri menghadapi

tugas, menentukan masa depan, dan mencapai usia matang secara hukum.

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa yang meliputi masa perubahan biologis, perubahan psikologis, dan

perubahan social (Notoatmojo, 2011).

Mohammad (1994) remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, di mana usia

13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara

biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia

ketika mereka pada umumnya secara sosial dan psikologis mampu mandiri.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga

mampu bereproduksi (Yusuf, 2011).

Menurut yusuf masa remaja dapat di bagi ke dalam tiga periode, yaitu:

a. Masa praremaja (12-15 tahun)

Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu yang relative

singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja.

b. Masa Madya (15-18 tahun)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,

kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya,

teman yang dapat turut merasakan duka dan dukanya.


13

c. Masa remaja akhir (19-22)

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada sadarnya telah

tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas

perkembangan masa remaja, yaitu menenmukan pendirian hidup dan

masuklah individu ke dalam masa dewasa.

2.4. Sikap

Thurstone (dalam Azwar, 1988) mengatakan bahwa sikap berkaitan

dengan tingkat perasaan, yakni derajat aspek positif atau negatif seseorang pada

objek-objek fisik, psikologi dan social yang dinyatakan dalam unsur senang atau

tidak senang, bahagia atau tidak bahagia dan setuju atau tidak setuju.

Gordon W. Allport mengatakan sikap dengan pola kepribadian

seseorang. Menurut beliau sikap adalah kesiapan seseorang untuk beraksi pada

objek dengan cara tertentu. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial

bereaksi apabila seseorang dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

renpons.

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah

mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap

negatif terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak

menyukai obyek tertentu (Sarwono, 2000).

Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada

pada seseorang akan memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang.

Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau
14

tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau

keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar-ideal gambaran

kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang akan diambil sebagai respon

terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui

dari sikapnya (Hariyadi, 2003).

Sax (1980) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik sikap yakni

meliputi arah, intesita, keleluasaan, konsistensi, spontanitas.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2007).

Menurut Azwar (2009) Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yaitu:

1. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi objek sikap

2. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan

yang dimiliki terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar

(2009) adalah:
15

1. Pengalaman pribadi

Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai

tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan obyek psikologis.

2. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang

mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita

akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan

pergaulan heteroseksual.

3. Orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponensosial yang

ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, sesorang

yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat

kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati

khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap

sesuatu.

4. Media massa

Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.


16

5. Institusi/ lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu system mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri ndividu.

6. Faktor emosi dalam diri individu

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaiamana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden

(Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoadmodjo, 2003).

2.5.Aborsi

2.5.1 Pengertian

Pada dasarnya istilah aborsi digunakan untuk menunjukkan pengeluaran

hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan

pandangan umum, suatu peristiwa dikatakan sebagai aborsi memberikan batas

yaitu apabila feutus itu keluar dari kandungan sebelum 28 minggu hamil dan berat

feutus yang keluar 1000 gram.

Aborsi adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi yang belum

mmapu hidup di luar tubuh ibu. Aborsi terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20
17

minggu atau dengan berat badan lebih kurang dari 500 gram (Tukan, 1994).

Sedangkan menurut (Badudu dan Mohammad, 1996), mengartikan aborsi sebagai

pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu

secara sengaja maupun tidak biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda

(sebelum bulan keempat masa kehamilan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukannya aborsi pada remaja

antara lain karena kehidupan sosial keluarga yang mendorong seseorang wanita

melakukan aborsi seperti kehidupan seksual yang bebas, tekanan ekonomi, bisa

juga terjadi pada wanita yang terlanjur hamil yang merasa malu karena belum

punya ikatan pernikahan yang sah atau hanya akibat pergaulan bebas. Masyarakat

pada umumnya mencela wanita hamil diluar pernikahan. Untuk menutupi malu

banyak wanita melakukan aborsi, karena aborsi umumnya terjadi karena alasan

tersebut (Tukan, 1994)

Kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan

hubungan seksual mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja, yang sebagian

besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam

situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin (Bagus, 1998).

Perempuan yang melakukan aborsi karena didorong oleh motivasi yang

berbeda-beda. Ada perempuan yang memilih aborsi karena alasan ekonomi,

khawatir terhadap kemiskinan dan karena tidak ingin mempunyai keluarga besar,

ingin mempertahankan status sebagai perempuan karier dan sebagainya. Ada juga

yang khawatir bahwa janin dalam kandungan akan lahir dalam keadaan cacat.

Tindakan Aborsi bisa juga muncul akibat moral pada perempuan yang hamil yang

tidak sanggup menerima sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan diluar
18

nikah. Ada juga perempuan yang terdorong oleh faktor lingkungan misalnya sikap

dari penolong (dokter, bidan, dukun, dan lain-lain), pemakaian kontrasepsi.

Faktor keagamaan dan adat istiadat yang dipercaya dan diyakini remaja

bersangkutan sangat mempengaruhi. Makin kuat keyakinan dan pengalaman nilai-

nilai agama dan adat istiadat, maka makin kuat dorongan untuk tidak terlibat

dalam hubungan seks pranikah dan aborsi.

2.6. Jenis Aborsi

1. Abortus imminens

Abortus immines ialah peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks.

2. Abortus insipiens

Abortus insipiens ialah peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan sebelum

20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil

konsepsi dalam uterus.

3. Abortus inkompletus

Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

4. Abortus kompletus

Abortus kompletus ialah semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

5. Abortus servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh

ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul


19

dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang bundar dengan

dinding menipis.

6. Missed abortion

Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin

mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

7. Abortus habitualis

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih

berturut-turut.

8. Abortus infeksiosus, abortus septik

Abortus infeksiosus, abortus septic ialah abortus yang disertai infeksi pada

genitalia, sedang abortus septic ialah abortus enfeksiosus berat disertai

penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

2.7. Dampak Aborsi

Menurut Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)

dr. Nurdadi Saleh SpOG, aborsi menyebabkan kanker serviks atau kanker leher

rahim. Kanker serviks bisa pula dari luka dan infeksi di leher rahim akibat

peralatan aborsi. Selain itu, obat-obatan penggugur kandungan dan tindak kuretase

(pembersihan rahim) dapat membuat rahim tipis, bahkan sobek.” Rahim yang

sudah sobek harus diangkat seluruhnya, sehingga perempuan tidak mungkin lagi

mengandung

Yang masih tergolong ringan akibat aborsi adalah haid jadi tidak teratur

karena lapisan endometrium (lapisan terdalam rahim tempat menempelnya telur

yang sudah dibuahi) rusak atau terluka setelah tindakan aborsi. Lebih parah lagi
20

kalau aborsi dilakukan secara tidak steril. Infeksi kandungan akibatnya. Infeksi

membuat saluran telur mengalami perlengketan, sehingga sulit terjadi pembuahan

(mandul).

Aborsi juga meningkatkan risiko terkena kanker payudara sampai 40

persen. Persentase itu akan meningkat jika aborsi dilakukan berulang. Aborsi juga

risikonya menyebabkan kematian. Kematian mendadak terjadi karena pendarahan

hebat dan pembiusan yang gagal (Majalah Detik,Edisi 30, 25 Juni 2012).

Menurut Soetjiningsih (2004) Aborsi yang dilakukan oleh remaja dapat

mengakibatkan dampak negative secara fisik, psikis, dan social :

1 .Risiko fisik Pendarahan dan komplikasi merupakan salah satu resiko aborsi.

Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa

mengakibatkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa

berakibat fatal yaitu kematian.

2. Risiko Psikis Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut,

panik, tekanan atau stress, trauma mengangat proses abortus dan kesakitan.

Kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama.

Selain itu abortus juga sering kehilangan kepercayaan diri.

3. Risiko social ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar

karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami kehamilan

yang tidak diinginkan dan aborsi. Selanjutnya remeaja perempuan lebih sukar

menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan terputus

atau masa depan terganggu.

4. Risiko ekonomi biaya aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikaso maka biaya

semakin tinggi.
21

Berbagai komplikasi serius yang bisa timbul akibat aborsi antara lain:

1. Pendarahan hebat

Jika leher rahim robek atau terbuka lebar akan menimbukan pendarahan yang

dapat berbahaya bagi keselamatan ibu. Terkadang dibutuhkan pembedahan

untuk menghentikan pendarahan tersebut.

2. Infeksi

Infeksi dapat disebabkan oleh alat medis tidak steril yang dimasukkan ke

dalam rahim atau sisa janin yang tidak dibersihkan dengan benar.

3. Aborsi tidak sempurna

Adanya bagian dari janin yang tersisa di dalam rahim sehingga dapat

menimbulkan perdarahan atau infeksi.

4. Sepsis (keracunan darah)

Biasanya terjadi jika aborsi menyebabkan infeksi tubuh secara total yang

kemungkinan terburuknya menyebabkan kematian.

5. Kerusakan leher rahim

Kerusakan ini terjadi akibat leher rahim yang terpotong, robek atau rusak

akibat alat-alat aborsi yang digunakan.

6. Kerusakan organ lain

Saat alat dimasukkan ke dalam rahim, maka ada kemungkinan alat tersebut

menyebabkan kerusakan pada organ terdekat seperti usus atau kandung

kemih.
22

7. Kematian

Meskipun komplikasi ini jarang terjadi, tapi kematian bisa terjadi jika aborsi

menyebabkan perdarahan yang berlebihan, infeksi, kerusakan organ serta

reaksi dari anestesi yang dapat menyebabkan kematian.

8. Gangguan kesehatan mental

Aborsi dapat mempengaruhi emosional dan spiritual pelakunya. Gangguan

mental kadang muncul seperti kecemasan, depresi atau mungkin mencoba

melakukan bunuh diri.

9. Mengganggu kehamilan berikutnya

Melakukan lebih dari satu kali aborsi akan meningkatkan risiko melahirkan

prematur pada kehamilan berikutnya serta komplikasi lain seperti masalah

pada mata, otak, pernapasan atau usus bayi.

2.8. Kerangka Teori

Pengetahuan
(Manuaba,1998

Hamil di luar nikah


Sosial Ekonomi
Aborsi di kalangan
Sanksi Sosial Masyarakat
Keagamaan dan adat remaja
istiadat
(Tukan, 1998, Tanjung
2007)

Sikap (Hariyadi, 2003)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


23

2.9. Kerangka Konsep

Variable independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Aborsi di kalangan
remaja
Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.10. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan aborsi

2. Ada hubungan antara sikap dengan aborsi


24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional dimana

variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada obyek penelitian diobservasi

dan diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan dari keduanya .

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Darul Makmur Kecamatan

Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya pada bulan tanggal 15 sampai 16 Maret

2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMA Negeri 2 Darul

Makmur Tahun Ajaran 2012/2013, yang berjumlah 544 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili populasi.Untuk mendapatkan besarnya sampel pada


25

penelitian ini dengan cara menggunakan rumus solvin menurut Notoadmojo, 2005

sebagai berikut :

N
n=
1+ ( )

keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = derajat kebebasan = 10 % = 0,1

berdasarkan rumus, maka jumlah sampel adalah :

N
n =
1+ ( )

544
n =
1 + 544 (0,1)

544
=
6,44

= 84

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

proportionate stratified simple random sampling. Karena setiap strata dilakukan

dengan simple random sampling dan dengan proporsi yang sama.

∑ siswa

26

Berikut ini daftar distribusi jumlah sampel siswa/I SMAN 2 kelas 1, 2,

dan 3.

Table 3.1

Proporsi jumlah sampel SMAN 2 Darul Makmur kelas 1, 2, 3,

No Siswa/I SMAN 2 ∑ Siswa/i/ angkatan ∑ sampel

1. Kelas 1 201/544 x 84 31 siswa/i

2. Kelas 2 154/544 x 84 24 siswa/i

3. Kelas 3 189/544 x 84 29 siswa/i

Jumlah 544 84 ssiswa/i

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung

kepada siswa/i dengan menggunakan pedoman wawancara (kuisioner) tentang

pengetahuan dan sikap siswa/i terhadap aborsi di SMA Negeri 2 Darul Maknur

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Nagan Raya serta data lain

yang mendukung dalam penelitian ini.


27

3.5. Defenisi Operasional

No Variabel Keterangan
Variable Idependen
1. Pengetahuan Definisi Merupakan segala sesuatu yang
diketahui oleh responden,
pengetahuan seks, kesehatan
reproduksi dan aborsi
Cara Ukur Angket
Alat Ukur Kuisioner
Hasil Ukur 1. Baik
2. Kurang baik
Skala Ukur Ordinal
2 Sikap Definisi Kecenderungan siswa/i untuk
melakukan penilaian atau bertindak
sesuai dengan pengetahuannya
berkaitan dengan aborsi
Cara Ukur Angket
Alat Ukur Observasi
Hasil Ukur 1. Positif
2. Negatif
Skala Ukur Ordinal
Variable Dependen
3. Aborsi Definisi Pendapat/pandangan siswa/I tentang
aborsi
Cara Ukur Angket
Alat Ukur Kuisioner
Hasil Ukur 1. Tidak Setuju
2. Setuju
Skala Ukur Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran

1. Pengetahuan

a. Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 4

b. Kurang baik : Apabila resondenden menjawab benar dengan skor < 4

2. Sikap siswa

a. Positif : apabila pertanyaan yang diajukan dengan setuju > 5

b. Negatif : apabila pertanyaan yang diajukan dengan benar < 5


28

3. Aborsi

a. Tidak Setuju : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 3

b. Setuju : Apabila responden menjawab dengan benar < 3

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.

Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi. Untuk uji statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal

menggunakan uji statistik Chi Square karena sesuai dengan data yang digunakan.

Taraf kepercayaan 95% atau dengan alfa 5% (0,05), dikatakan bermakna apabila p

< 0,05 dan jika p > 0,05 dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna.

Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :

1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E>5, maka uji yang dipakai sebaliknya

Contiuty Correction

3. Bila tabel lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan

uji Pearson Chi Square


29

Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini

digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.


30

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Asrori Mohammad. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta didik. PT Bumi Aksara.
Gunawan , Ary H. 2000. Sosiolgi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoadmojo, S. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ilmu dan Seni . Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
, 2011. Psikologi Remaja. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Manuaba, I (1998). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanit., PT. Arcan.
Jakarta.
M. Rizal, Bahtiar Rivai dkk. Ngeri 1 dari 5 Remaja Melakaukan Aborsi. Majalah
Detik. 25 Juni 2012.
Sarwono, w. (2011), Psikologi Remaja, Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta

, 2000, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang.

Sugeng Hariyadi, 2003, Psikologi Perkembangan, Semarang: UPT. UNNES


Press.

Tanjung, Armaidi, (2007). Fee Sex No, Nikah Yes. Amzal. Jakarta
Taufit. 2007. Prinsip - prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang perawatan. CV.
Informedika. Jakarta
Winkjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan, Edisi 1. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
31
30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 Maret

sampai dengan tanggal 16 maret 2013 di SMA Negeri 2 Darul Makmur. Jumlah

responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 84 orang siswa/i di SMA

Negeri 2 Darul Makmur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

membagikan angket yang terdiri dari 23 item pertanyaan yang di ukur dengan

menggunakan skala ordinal. Angket tersebut mengukur variabel pengetahuan,

sikap, dan aborsi.

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SMA Negeri 2 Darul Makmur terletak di Jalan Sukamulia – Seuneu’am

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya

4.1.2. Analisis Univariat

4.1.2.1. Pengetahuan siswa/i

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pengetahuan siswa/i


terhadap aborsi di SMA Negeri 2 Darul Makmur

No Pengetahuan siswa/i Frek %


1 Kurang Baik 27 32,1
2 Baik 57 67,9
Jumlah 84 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)

30
31

Dari tabel diatas didapatkan bahwa pengetahuan siswa/i dari SMA

Negeri 2 Darul Makmur tentang aborsi mayoritas baik yaitu sebanyak 57 orang

(67,9%) dari 84 siswa/i yang diteliti, dan 27 orang (31,2%) berpengetahuan

kurang baik.

4.1.2.2. Sikap siswa/i

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan sikap siswa/i


terhadap aborsi di SMA Negeri 2 Darul Makmur tahun 2013

No Sikap siswa/i Frek %


1 Negatif 8 9,5
2 Positif 76 90,5
Jumlah 84 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)

Dari tabel diatas didapatkan bahwa sikap siswa/i dari SMA Negeri 2

Darul Makmur terhadap aborsi mayoritas positif yaitu sebanyak 76 orang (90,5%)

dari 84 siswa/i yang diteliti, dan 8 orang (9,5%) memiliki sikap yang negatif

terhadap aborsi.

4.1.2.3. Aborsi

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tanggapan siswa/i


terhadap aborsi di SMA Negeri 2 Darul Makmur tahun 2013

No Tindakan Aborsi Frek %


1 Setuju 26 31,0
2 Tidak setuju 58 69,0
Jumlah 84 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)

Dari tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas siswa/i dari SMA Negeri 2

Darul Makmur tidak setuju aborsi dilakukan pada kehamilan yang tidak dinginkan
32

yaitu sebanyak 58 orang (69,0%) dari 84 siswa/i yang diteliti, dan 26 orang

(31,0%) setuju dilakukan aborsi.

4.1.3. Analisis Bivariat

4.1.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Aborsi

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi dan persentase hubungan pengetahuan


dengan aborsi di SMA Negeri 2 Darul Makmur tahun 2013

P
Aborsi Jumlah α
Value
No Pengetahuan Setuju Tidak Setuju
n % n % F %
Kurang Baik 10 37,0 17 63,0 27 100 0,564 0,05
Baik 16 28,1 41 39,4 57 100
Jumlah 26 58 84 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 27 responden

berpengetahuan kurang baik 10 orang, memiliki tanggapan setuju dilakukan

aborsi (37,0%). Sedangkan 57 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 41

responden memiliki tanggapan yang tidak setuju (39,4).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat

kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,564 > 0,05 artinya Ho

diterima jadi tidak ada hubungan antara pengetahuan siswa/i dengan aborsi. Bila

dilihat dari nilai OR yaitu 1,5 (0,5 – 3,9) artinya responden yang pengetahuan

kurang baik 1,5 kali setuju melakukan aborsi dibandingkan siswa/i yang

berpengetahuan baik.
33

4.1.3.3. Hubungan Sikap siswa/i terhadapa Aborsi

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi dan persentase hubungan sikap terhadap


aborsi di SMA Negeri 2 Darul Makmur tahun 2013

P
Aborsi Jumlah α
Value
No Sikap Setuju Tidak Setuju
n % N % F %
Positif 19 25,0 57 52,5 76 100 0,001 0,05
Negatif 7 87,5 1 12,5 8 100
Jumlah 26 58 84 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 19 responden mepunyai

sikap positif 7 orang, memiliki tanggapan setuju dilakukan aborsi (25,0%).

Sedangkan 8 responden, mempunyai sikap yang negatif sebanyak 1 responden

memiliki tanggapan yang tidak setuju (12,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat

kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,001 < 0,05 artinya Ha

diterima berarti ada hubungan antara sikap siswa/i dengan aborsi. Bila dilihat dari

nilai OR yaitu 21,0 (2,4 – 181,8) artinya responden yang sikap negatif 21,0 kali

setuju melakukan aborsi dibandingkan siswa/i yang mempunyai sikap yang

positif.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Hubungan Pengetahuan siswa/i SMA Negeri 2 Darul Makmur terhadap

Aborsi

Siswa- siswi SMAN 2 Darul Makmur merupakan remaja yang sedang

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak- kanak

menjadi dewasa. Hal ini dapat dilihat dari tahap perkembangan fisik ketika tanda-
34

tanda seksual sekundernya mencapai kematangan seksual dan terjadi peralihan

dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih

mandiri (Sarwono, 2006). Pada penelitian ini jumlah responden adalah 84 siswa/i.

Menurut Smith dan Anderson dalam Dhamayanti (2009) munculnya dorongan

seksual terjadi pada remaja pertengahan yaitu usia 14 sampai 16 tahun. Ciri khas

remaja pertengahan yaitu para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara

penuh, anak laki- laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan

sudah mengalami haid (Soetjiningsih, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 27 responden

berpengetahuan kurang baik 10 orang, memiliki tanggapan setuju dilakukan

aborsi (37,0%). Sedangkan 57 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 41

responden memiliki tanggapan yang tidak setuju (39,4).

Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,564 ternyata nilai p value lebih

besar dari nilai α berarti Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan terhadap aborsi.

Pengetahuan seksual pranikah dan aborsi remaja didapat dari berbagai

sumber yaitu media elektronik, media cetak, teman, guru dan orangtua. DalaM

penelitian Oktarina (2009), orang yang memiliki sumber informasi yang lebih

banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber

informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa.

Pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa

sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah dan

penyuluhan. Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 2 Darul Makmur

menunjukkan bahwa responden berpengetahuan baik. Pada penelitian ini remaja


35

memiliki pengetahuan baik dikarenakan secara umum remaja kelas X, XI dan XII

sudah mendapatkan pendidikan seksual dan ada juga dilakukan penyuluhan oleh

puskesmas terdekat pendidikan seksual tidak berdiri sendiri, tetapi diberikan

melalui pelajaran biologi, beberapa materi yang diberikan yaitu reproduksi sehat,

proses kehamilan, KB, organ-organ reproduksi, sehingga mereka cukup

menguasai tentang pengetahuan seksual pranikah dan dampak yang diakibatkan

oleh hubungan seksual pranikah tersebut. Dampak yang diakibatkan dari seksual

pranikah remaja yaitu adalah kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman

dan juga penyakit kelamin. Pengetahuan Aborsi pada siswa/i SMAN negeri 2

Darul Makmur yaitu 67,9 % siswa/i mempunyai pengetahuan yang baik.

Pengetahuan baik terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Yang dimaksud pengetahuan disini adalah merupakan segala sesuatu

yang diketahui responden tentang aborsi dan bahaya yang ditimbulkan dari aborsi

tersebut. Notoadmojo (2005) tingkat pengetahuan kedua adalah memahami suatu

objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut tidak sekedar dapat

menyebutkan tapi dapat menginterpretasikan secara benar yakni aborsi dimaksud.

Hubungan antara pengetahuan terhadap aborsi dengan siswa/i

berpengetahuan baik dan mempunyai tanggapan yang tidak setuju (akan

kecenderungan untuk menghindari aborsi), sedangkan pada siswa/i dengan

pengetahuan yang kurang baik dan mempunyai tanggapan yang setuju

(kecenderungan untuk melakukan aborsi).

Meskipun mereka sudah mengetahui resiko yang akan dialami pada

proses penguguran kandungan dan komplikasi yang akan terjadi apabila aborsi itu
36

dilakukan tanpa adanya pertimbangan tentang kesehatan, karena dengan tindakan

aborsi akan banyak masalah yang timbul, seperti adanya komplikasi dan juga

gangguan alat reproduksi (Soetjingsih, 2004).

Remaja adalah seorang anak manusia yang berusia 14-21 tahun. Di

dalam keadaan ini mereka sangat rawan terhadap apapun, mereka selalu ingin

mencoba segala sesuatu yang ada di dunia ini tanpa memikirkan akibatnya di

masa yang akan datang. Untuk itu para remaja perlu mendapat pendidikan atau

bimbingan agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa

masyarakat dan agamanya (Suarta, 2007).

Perilaku seksual diluar nikah yang salah satunya menyebabkan

kehamilan adalah suatu kenyataan yang semakin mengrajalela pada remaja,

apalagi sekarang banyak peredaran gambar-gambar porno, film-film yang lolos

sensor tapi tetap berbau porno yang dapat mendorong para remaja untuk

berprilaku yang menyimpang dari etika yang ada di masyarakat, dorongan seksual

sangat mudah mudah terpicu oleh gambar-gambar tersebut (Pangkahila, 1996).

Akses internet yang sangat terbuka bagi para remaja menjadi sarana bagi

mereka untuk mengakses media-media porno. Fenomena ini bukan saja hanya di

kota-kota besar, namun juga sudah merambah ke daerah-daerah yang jauh dari

perkotaan. Kegiatan menonton adegan-adegan porno membuat mereka penasaran

dan tertantang untuk melakukannya. Walhasil, banyak kasus pornoaksi dan

pornografi yang melibatkan remaja sebagai pelaku utamanya.

Sampai sekarang belum ada data yang pasti yang muncul kepermukaan

tentang resiko yang akan dihadapi apabila melakukan aborsi. Mayoritas responden

dalam penelitian ini tidak setuju dilakukan aborsi ini dikarenakan mereka sudah
37

mengetahui dampak buruk dari tindakan aborsi terhadap kesehatan dan juga

pendidikan kesehatan sedini mungkin dapat diinformasikan kepada remaja agar

mereka tidak mendapatkan informasi yang salah.

Permasalahan remaja kini di ambang memprihatinkan, bahwa salah satu

penyebabnya adalah sebagai upaya remaja dalam mencari jati dirinya. Selain jati

diri, rasa penasaran remaja, naluri seksual, minimnya pengetahuan, keluarga

broken home, faktor lingkungan seperti pengaruh teman dan media, merupakan

beberapa faktor maraknya pergaulan bebas. Penyebab utama gaul bebas karena

lemahnya iman, masyarakat yang tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar,

sistem yang menciptakan kondisi buruk, hukum bukan Islam, dan adanya phobi

terhadap Islam. Pergaulan bebas merupakan tanggung jawab bersama untuk

mengatasinya. Selain memberikan solusi preventif (pencegahan) dan kuratif

(pengobatan), memandang perlunya solusi promotif, yaitu upaya untuk

mempromosikan tentang bahaya pergaulan bebas di kalangan remaja. Dan ini

tugas kita bersama pemerintah.

4.2.2 Hubungan sikap siswa/i SMA Negeri 2 Darul Makmur terhadap Aborsi

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 19 responden mepunyai

sikap positif 7 orang, memiliki tanggapan setuju dilakukan aborsi (25,0%).

Sedangkan 8 responden, mempunyai sikap yang negatif sebanyak 1 responden

memiliki tanggapan yang tidak setuju (12,5%).

Hubungan antara sikap dengan aborsi menunjukkan arah kecenderungan

siswa dengan yang positif akan lebih ke arah tidak setuju (kecenderungan untuk

menghindari aborsi), sedangkan pada siswa/i dengan sikap yang negatif akan
38

mempunyai kecenderungan ke arah yang setuju (kecenderungan untuk melakukan

aborsi). Hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi square dapat diambil

kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima jadi ada hubungan yang signifikan antara

sikap dengan aborsi pada siswa/i.

Sikap negatif pada penelitian ini dipengaruhi oleh faktor antara lain

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

institusi atau lembaga pendidikan/ agama dan faktor emosi dalam diri individu

(Azwar 2009). Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut

Walgito(2003) adalah faktor pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

Sikap negatif pada penelitian ini dipengaruhi oleh faktor antara lain

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

institusi atau lembaga pendidikan/ agama dan faktor emosi dalam diri individu

(Azwar 2009). Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut

Walgito(2003) adalah faktor pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut (Walgito, 2003) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat

pengetahuan seseorangnya.Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan

pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Dengan demikian

dapat diambil kesimpulan bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan baik

tentang aborsi maka mereka akan cenderung mempunyai sikap positif. Sebaliknya
39

remaja yang kurang pengetahuannya tentang aborsi cenderung mempunyai sikap

negatif/ sikap menerima adanya perilaku untuk melakukan aborsi.

Sugeng Hariyadi (2003) juga berpendapat bahwa sikap merupakan

penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan

memberikan gambaran corak bagaimana tingkah laku seseorang. Dari

mengetahui sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau

tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau

keadaan yang dihadapinya

Di kalangan remaja masih banyak mengatakan bahwa aborsi harus

dilegalkan dalam segala kondisi, sehingga aborsi menjadi pilihan bagi kehamilan

pada remaja. Etika yang berlaku dimasyarakat juga masih kurang bisa mengontrol

tingkah laku remaja dalam pergaulan. Dalam hal ini keluarga memiliki peranan

penting dalam upaya mengembangkan kepribadian anak, perhatian anak yang

penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama

maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk

mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat

(Saringged, 2003).
40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan analisa data maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan antara lain:

1. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik

tentang aborsi sebanyak 66 orang (78,6%), sebagian besar responden

memiliki sikap yang positif terhadap aborsi yaitu sebanyak 76 (90,5%).

2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,564 > 0,05

artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa/i

terhadap aborsi. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 1,5 artinya responden yang

pengetahuan kurang baik 1,5 kali setuju melakukan aborsi dibandingkan

siswa/i yang berpengetahuan baik.

3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,001< 0,05

artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa/i terhadap

aborsi. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 21,0 artinya responden yang sikap

negatif 21,0 kali setuju melakukan aborsi dibandingkan siswa/i yang

mempunyai sikap yang positif.

40
41

5.2 Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Nagan Raya agar dapat memberikan penyuluhan ke

sekolah-sekolah agar siswa/i tidak hanya memahami pentingya

pengetahuan, tetapi dapat betindak sesuai dengan pehamannya.

2. Diharapkan bagi pihak sekolah agar bekerja sama dengan Diken

Kesehatan untuk melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan

reproduksi dan bahaya yang ditimbulkan apabila melakukan aborsi.

3. Untuk masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dan bahaya yang timbul dari aborsi, sehingga apabila

sudah terlanjur terjadi kehamilan pada remaja tidak dengan mudahnya

melakukan hal-hal yang berhaya bagi mereka dan masa depannya.

4. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperluas lingkup

pengambilan sampel. Dan meneliti faktor yang lebih kompleks

pengaruhnya terhadap aborsi, selain faktor pengetahuan dan sikap yaitu

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media

massa, lembaga pendidikan, lembaga agama dan faktor emosi dalam diri

individu.
42

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Asrori Mohammad. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta didik. PT Bumi Aksara.

Bagus, Ida GM. 1998. Memahami Kesehatan Produksi Wanita. Penerbit Arca.
Jakarta

Gunawan , Ary H. 2000. Sosiolgi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoadmojo, S. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ilmu dan Seni . Penerbit


Rineka Cipta. Jakarta.

, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

, 2011. Psikologi Remaja. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Nugroho, Iwan dkk, (2012) Majalah Detik, Edisi 30, 25 Juni.

Manuaba, I (1998). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanit., PT. Arcan.


Jakarta.

M. Rizal, Bahtiar Rivai dkk. Ngeri 1 dari 5 Remaja Melakaukan Aborsi. Majalah
Detik. 25 Juni 2012.

Priyatno, Duwi (2010) Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. MediaKom.
Yogyakarta

Sugeng, Hariyadi, 2003, Psikologi Perkembangan, Semarang: UPT. UNNES


Press.

Sarwono, w. (2011), Psikologi Remaja, Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta

, 2000, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang.

Soetjingsih, 2004, Tumbuh Kembang remaja dan Permasalahannya. CV.


Safung Seto. Jakarta

Sugeng Hariyadi, 2003, Psikologi Perkembangan, Semarang: UPT. UNNES


Press.

Tanjung, Armaidi, (2007). Fee Sex No, Nikah Yes. Amzal. Jakarta
43

Taufit. 2007. Prinsip - prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang perawatan. CV.
Informedika. Jakarta

Tukan, S (1994), Metode Pendidikan Seks Perkawinan dan Keluarga, Jakarta,


Erlangga

Winkjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan, Edisi 1. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
44

4. Hampir mayoritas responden mengetahui aborsi, namun responden belum

seluruhnya memahami aborsi, dan dampak melakukan aborsi pada

reproduksi remaja.

5. Sikap responden terhadap aborsi adalah pada tingkatan yang baik.

6. Berdasarkan hasil penelitian bivariat didapatkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan siswa/i terhadap aborsi dengan nilai p=

0,213

7. Berdasarkan hasil penelitian bivariat didapatkan ada hubungan yang

signifikan antara sikap siswa/i terhadap aborsi dengan nilai p=0,001

5.2. Saran

5. Hasil penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan pada siswa/i SMA

Negeri 2 Darul Makmur

6. Penelitian ini tidap dapat menjadi acuan untuk menggambarkan keadaan

keseluruhan mengerani pengetahuan dan sikap siswa/i terhadap aborsi di


45

SMA Negeri 2 Darul Makmur, hal ini disebabkan karena penelitian ini

hanya dilakukan pada satu SMA saja mengingat keterbatasan waktu.

7. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperluas lingkup

pengambilan sampel. Dan meneliti faktor yang lebih kompleks

pengaruhnya terhadap aborsi, selain faktor pengetahuan dan sikap yaitu

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media

massa, lembaga pendidikan, lembaga agama dan faktor emosi dalam diri

individu
46

Anda mungkin juga menyukai