I. Definisi
Gastric outlet obstruction (GOO) atau pyloric obstruction adalah hasil atau akibat
klinis dan patofisiologis dari proses penyakit sehingga menyebabkan hambatan pada
pengosongan gaster (Castellanos, 2017).
II. Etiologi
Secara umum, GOO dikategorikan menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu
jinak dan malignansi. Kategori ini membantu dalam penanganan dan terapi selanjutnya.
Penyakit jinak yang dapat menyebabkan GOO adalah
PUD
Polip gaster
Pyloric stenosis
Congenital duodenal webs
Gallstone obstruction
Pancreatic pseudocyst
Sedangkan, keganasan yang dapat menyebabkan GOO adalah
Pancreatic cancer
Duodenal cancer
Cholangiocarcinomas
Gastric cancer
Metastases ke organ daerah gastric outlet. (Castellanos, 2017)
III. Epidemiologi
Menurut statistik, 37% GOO disebabkan oleh penyakit jinak, seperti peptic ulcer
disease (PUD). Sedangkan, sisanya obstruksi disebabkan secara tidak langsung oleh
malignansi. Insidensi terjadinya GOO pada pasien PUD < 5%. Di United States, sekitar
2000 pasien di operasi karena PUD dan terdata hanya 5-8% pasien yang mengalami
komplikasi GOO. GOO akibat malignansi tersering adalah keganasan peripancreatic
sekitar 15-20%. (Castellanos, 2017)
IV. Patofisiologi
Patofisiologi dari GOO adalah adanya obstruksi yang disebabkan penyebab
intrinsik atau ekstrinsik pada pylorus atau duodenum. Mekanisme terjadi obstruksi
tergantung pada etiologi yang mendasari. (Castellanos, 2017)
Gejala muncul secara intermiten dan berkembang hingga obstruksi total. Muntah
adalah gejala kardinal pada GOO. Pada obstruksi parsial, cairan masih dapat melalui
gaster dan duodenum. Penurunan berat badan yang signifikan akibat kekurangan intake
kalori muncul pada saat obstuksi total terjadi. Malnutrisi dapat terjadi akibat absorpsi
nutrisi yang terganggu atau akibat adanya keganasan. Pada keadaan obstruksi akut atau
kronik, muntah terus-menerus akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dan gangguan
elektrolit. (Castellanos, 2017)
Obstruksi total persisten, abdomen secara progresif akibat gaster yang berdilatasi.
Gaster akan kehilangan kemampuan berkontraksi. Makanan yang tidak dicerna akan
terakumulasi dan menjadi faktor risiko terjadinya pneumonia aspirasi. (Castellanos,
2017)
V. Manisfestasi Klinis
Gejala utama dari GOO adalah mual dan muntah kontinu. Muntah dalam kasus ini
termasuk muntah nonbilious karena isi muntahan belum tercampur dengan cairan
empedu, biasanya muntahan berupa sisa makanan yang belum dicerna. Pada awal
obstruksi, muntah terjadi intermiten satu jam setelah makan. (Castellanos, 2017)
Pada pasien GOO akibat ulkus duodenum atau obstruksi parsial biasanya muncul
gejala retensi gaster, yaitu cepat kenyang, rasa penuh pada epigatrium, kembung,
penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium, penurunan berat badan, dan gangguan
pencernaan. Gejala di atas menyebabkan pasien dalam keadaan dehidrasi, malnutrisi,
hingga terjadi gangguan metabolik. (Castellanos, 2017)
Nyeri abdomen tidak khas pada kasus GOO. Nyeri abdomen yang terjadi
dikarenakan etiologi dari GOO itu sendiri, seperti ulkus peptikum dan kanker pancreas.
(Castellanos, 2017)
VI. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang hingga
berat disertai tanda - tanda dehidrasi, anemia, dan malnutrisi. Hal paling menonjol dari
pemeriksaan fisik adalah adanya distensi abdomen, bising usus pada auskultasi dapat
hanya terdengar pada sebagian abdomen dengan peningkatan bising usus, timpani pada
sebagian abdomen dan sebagian lagi dull karena adanya cairan. Pada palpasi ada nyeri
tekan abdomen, diffuse tenderness, teraba adanya massa pada epigastrium dan/atau
abdomen atas kiri. Pemeriksaan succussion splash didapatkan sloshing sound pada
auskultasi akibat adanya cairan atau udara pada obstruksi. Pemeriksaan succussion
splash dilakukan dengan cara posisi pasien supine beralaskan meja keras, letakkan
stetoskop di atas abdomen, dan pemeriksa memberikan tekanan pada bagian abdomen
yang akan diperiksa. Succussion splash dapat digunakan untuk pemeriksaan
hidropneumotoraks, gastroparesis, dan asites. (Franco, 2007; Castellanos, 2017)
Foto polos abdomen. Tampak adanya distensi gaster pada tanda panah yang
gambar, (Balderramo, 2008)
Foto barium meal. Tampak saluran cerna bagian atas setelah meminum kontras
ditemukan adanya stenosis pada bulbus duodeni (tanda panah) dan ulkus niche (*) pada
duodenum descendens. (Balderramo, 2008)
CT scan abdomen menunjukkan dilatasi gaster (Franco, 2007)
VIII. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis GOO ditegakkan segera konsultasi untuk dilakukan operasi.
GOO yang disebabkan oleh ulkus dapat diterapi dengan obat. Jika terapi dengan obat
tidak menunjukkan perbaikan atau penyembuhan dalam 48-72 jam maka terapi
selanjutnya adalah operasi. Kontraindikasi dilakukan operasi bergantung pada keadaan
umum pasien, pada pasien dengan malnutrisi berat penundaan operasi dianjurkan hingga
kondisi pasien optimal. (Castellanos, 2017)
Pengosongan lambung perlu dilakukan terlebih dahulu dengan memasang
nasogastric tube untuk dekompresi gaster. Obat yang diberikan sesuai dengan penyakit
penyebab GOO. Pada pasien GOO akibat ulkus peptikum maka focus pengobatan pada
mengurangi produksi asam lambung dengan proton pump inhibitor dan histamine-2 (H-
2) blockers. (Castellanos, 2017)
Selain itu, perlu juga memperbaiki keadaan umum pasien. Pasien dengan dehidrasi
dengan gangguan elektrolit perlu dilakukan rehidrasi serta koreksi gangguan elektrolit
dengan pemberian cairan natrium klorida secara intravena. (Castellanos, 2017)
Pada pasien dengan rekuren GOO dapat dilakukan pemasangan balon melalui
endoskopi. Pemasangan balon dengan vagotomy baik untuk gastroparesis. (Castellanos,
2017)
Lebih dari 75% pasien dengan GOO memerlukan tindakan operasi dan tindakan
operasi merupakan terapi definitif. Prosedur operasi GOO yang disebabkan ulkus
peptikum adalah vagotomy dan antrectomy, vagotomy dan pyloroplasty, truncal
vagotomy dan gastrojejunostomy, pyloroplasty, dan laparoscopic variant. Hasil terbaik
dengan vagotomy, antrectomy, dan Billroth II reconstruction (gastrojejunostomy).
(Castellanos, 2017)
Penatalaksanaan pada GOO akibat keganasan tetapi tindakan operasi. Akan tetapi,
kebanyakan pada kasus ini keganasan yang terjadi sudah stadium lanjut sehingga tumor
tidak dapat direseksi. Pasien keganasan 13-20% mengalami GOO sebelum akhirnya
mengalami perburukan akibat penyakitnya. Prosedur operasi pada kasus keganasan yang
dipilih tetap gastrojejunostomy. (Castellanos, 2017)
Setelah tindakan operasi perlu monitor ketat terhadap cairan dan elektrolit.
Pemasangan nasogastric tube dan pemberian antibiotic disarankan.
IX. Komplikasi
Terapi dengan endoskopi baik dengan dilatasi balon atau pemasangan stent dapat
berisiko terjadinya perforasi walau kecil kemungkinannya. (Castellanos, 2017)
Komplikasi operasi yang terjadi biasanya berhubungan dengan status gizi pasien.
Karena itu, sebelum operasi perlu diperbaiki keadaan gizi dan nutrisi pasien. Penundaan
operasi dapat dilakukan atas indikasi minimal satu minggu pasien diberi nutrisi parenteral
total. (Castellanos, 2017)
Intervensi yang dilakukan segera akan sulit dikarenakan adanya dilatasi gaster dan
oedem dinding gaster. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kebocoran pada
anastomosis. Penundaan operasi selama beberapa hari dapat dilakukan agar terlebih
dahulu dilakukan dekompresi gaster dengan penyedotan melalui selang nasogastric.
(Castellanos, 2017)
Perlu diperhatikan semua pasien yang akan dilakukan reseksi gaster dengan
penyebab jinak maupun ganas dapat muncul sindrom postgastrektomi, yaitu alkaline
gastritis dan afferent loop syndrome. Gejala dapat berat pada 1-2% pasien. (Castellanos,
2017)
DAFTAR PUSTAKA
Franco, LM, Dryden, NJ. 2007. Gastric-Outlet Obstruction. The New England Journal of
Medicine. N Engl J. Med 356;9. Pg 942
Castellanos, AE. 2017. Gastric Outlet Obstruction. Retrieve from
https://emedicine.medscape.com/article/190621-overview 18th February 2018, 7 PM.
Balderramo, DC. 2008. Gastric Outlet Obstruction. Revista Espanola de Enfermedades
Digestivas. Rev Esp Enferm Dig 100;2. Pg 98-99.