Anda di halaman 1dari 7

1.

Teori Dasar
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil (batuan sedimen) yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Jenis dan kualitas batubara menuru SNI :
- Batubara energi rendah (brown coal)
Merupakan jenis batubara yang peringkatnya paling rendah. Sifatnya mudah rapuh, lunak, memiliki
kadar air tinggi (10-70%), terdiri atas batubara energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara
lignitik yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya < 7000 cal/gr.
- Batubara energi tinggi (hard coal)
Semu jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi dari brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih
keras, memiliki kadar air relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat
penanganan (coal handling) relatif tahan terhadap kerusakan fisik. Nilai kalorinya > 7000 cal/gr.

Calorific Value
27.9 – 31.4 27.9 – 33.7 17.4 – 23.26 13.9 – 17.4
(MJ/kg)
Tabel 1. Rentang karakteristik batubara berdasarkan Speight, 2005

Data yang telah diberikan asisten mengandung informasi posisi, ketebalan, calorific value, ash content,
serta sulphur value.

a. Calorific Value
Calorific value adalah energi yang dihasilkan oleh materi tersebut saat dibakar dalam kondisi tekanan
tetap dan kondisi “standar” (saat T = 0O dan P = 1 bar). Proses kombusi menghasilkan uap air dan
beberapa cara bisa digunakan untuk mengumpulkan energi yang dikandung uap air tersebut dengan
cara mengkondensasikannya.
 GCV / Gross Calorific Value
Air dari peledakan dikondensasikan semua dan energi dari uap air tersebut diambil semua
 NCV / Net Calorific Value
Produk peledakan mengandung uap air dan panas dari uap air tidak diambil

b. Ash Content
Kandungan abu batubara adalah materi non-combustible yang tersisa setelah batubara terbakar. Materi
ini merepresentasikan materi yang tersisa setelah karbon (C), oksigen (O2), sulfur (S), serta air (H2O)
hilang terbakar. Materi yang tersisa ini merepresentasikan besar real batubara tersebut.
2. Metode Analisis + script Matlab

Gambar 1. Script pemanggilan data

Data Standar Statistika

Gambar 2. Script mencari data standar statistika


Hasil data statistik dasar :

Gambar 3. Hasil perhitungan

Analisa :
Dari data di atas, didapatkan bahwa rata-rata calorific value dari batubara di daerah yang dianalisa adalah
24.6239 MJ/kg. Tetapi, kandungan abu rata-rata di batubara daerah ini juga termasuk tinggi, yaitu 16.9%. Dari
rata-rata calorific value dan ash content bisa ditentukan bahwa batubara di daerah ini adalah bituminous.
Autokorelasi dan Cross Korelasi

Gambar 4. Script autokorelasi dan cross korelasi

Analisa :
- Autokorelasi
Gambar 7 memperlihatkan autokorelasi calorific value dan ash content.
- Cross korelasi
Gambar 7 memperlihatkan cross korelasi dua pasang data, yaitu thickness seam – calorific value serta
calorific value – ash content.
o Ketebalan dan calorific value tidak memiliki korelasi di awal (korelasi = 0), tetapi lama kelamaan
maksimum di 1. Ini menyatakan bahwa, pada awalnya, ketebalan dan calorific value tidak memiliki
hubungan spasial. Tetapi, semakin dalam, volume yang dianalisa semakin besar, sehingga jumlah
calorie yang tercakup juga semakin besar. Oleh karena itu, pada akhir proses korelasi, nilainya
maksimum (korelasi = 1)
o Pada awal proses korelasi, calorific value dan ash content memiliki korelasi yang tinggi, tetapi
nilainya terbalik (korelasi = -1). Lama kelamaan, nilai korelasi menjadi maksimum (korelasi = 1).
Artinya, calorific value dan ash content berbanding terbalik. Semakin tinggi calorific value, harusnya
ash content semakin rendah. Semakin tinggi ash content, maka calorific value akan semakin rendah.
Gambar 7. Grafik autokorelasi dan cross korelasi
Variogram

Gambar 8. Script variogram X, Y, dan calorific value Gambar 9. Hasil variogram

Gambar 10. Script variogram X, Y, dan ash content Gambar 11. Hasil variogram
Analisa :
Variogram digunakan untuk mendapatkan nilai range (a) dan sill (c0) yang akan digunakan pada metode
Kriging. Nilai c0 yang digunakan adalah nilai variansi dari calorific value dan ash content. Daftar nilai range
dan sill untuk Kriging calorific value dan ash content :
Range Sill
Calorific Value 800 6.043
Ash Content 800 8.711

Kriging

Gambar 12 a (kiri) & b (kanan). Hasil Kriging X, Y, dan calorific value


menggunakan Matlab (12a) dan Surfer (12b)

Gambar 13 a (kiri) & b (kanan). Hasil Kriging X, Y, dan calorific value


menggunakan Matlab (13a) dan Surfer (13b)

Analisa :
Dapat dibandingkan bahwa Kriging menggunakan Matlab cukup akurat, karena di Surfer juga mirip. Skala
juga sama. Representasi nilai calorific value dan ash content dari masing-masing peta memperlihatkan sifat
berbanding terbalik di daerah yang sama.
3. Daftar Pustaka
- Speight, James G.. 2005. Hanbook of Coal Analysis. John Wiley & Sons Inc. : New York
- www.geologinesia.com, diakses pada 17 April 2017 pukul 09.46

Anda mungkin juga menyukai