Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, ketika

dirinya mengalami gangguan kesehatan yang pasti dilakukan adalah

melakukan pengobatan yang sesuai dengan yang dideritanya (Budhi

Purwanto, 2016)

Penggunaan tanaman obat keluarga atau TOGA merupakan salah satu

cara untuk melakukan swamedikasi (self medication) yaitu upaya yang

dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit atau

pengobatan sebelum ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Dibandingkan

dengan obat medis atau sintetik yang mengandung bahan kimia obat herbal

lebih relatif aman dilihat dari segi efek samping, lebih murah, mudah

didapat, dan bernilai estetika bagi lingkungan. (Lingga Ikaditya, 2016)

World Health Organization telah mendukung penggunaan tanaman

obat keluarga menjadi obat herbal atau tradisional yang direkomendasikan

sebagai alternatif untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit kronis,

degeneratif dan kanker, sehingga mengupayakan agar dapat kembali ke

alam (back to nature) yang lebih menguntungkan disbanding obat sintetik

atau modern. (Hendri Wasito, 2011)

Negara yang juga memiliki potensi sumber daya alam hayati adalah

Brazil dan yang banyak memanfaatkan tanaman obat sebagai obat herbal

atau tradisional adalah China, Thailand dan India. Separuh populasi China

menggunakan lebih dari 1.500 herbal yang berbeda dan 1.000 yang sudah
paten, sehingga menjadi peluang untuk dapat disekspor ke negara-negara

lain, misalnya Jepang telah membelanjakan obat herbal lebih dari 2 milyar

US Dollar. (Umar Zein, 205)

Indonesia juga memiliki lebih dari 3.500 species flora sebagai

tanaman obat paten yang banyak menyimpan potensi sumber daya alam

hayati sebagai sumber obat-obatan dari 35.000 species yang menyebar di

seluruh kepulauan Indonesia, Obat tradisional (obat herbal) banyak

digunakan masyarakat menegah ke bawah terutama dalam upaya

pencegahan penyakit (Preventif), penyembuhan (Kuratif), pemulihan

kesehatan (Rehabilitative) serta peningkatan kesehatan (Promotif). studi

untuk mengenali tumbuhan obat yatu etnobotani (Zaman et al, 2013)

Di Jawa Barat kawasan cagar alam gunung tilu Bandung selatan

sebagian besar berasal dari suku sunda dan suku jawa tidak sedikit

masyarakat yang memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan dalam

pengobatannya. Persentase bagian yang digunakan paling tinggi adalah daun

(31%) sedang yang paling rendah adalah biji (3%) (Oktaviana 2008).

Dan pada masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai lebih

banyak memanfaatkan bagian daun daripada bagian lain sebagai bahan baku

pembuatan obat. Begitu juga dengan masyarakat adat Kampung Dukuh di

Garut, bagian yang paling banyak digunakan adalah daun karena relatif

mudah dan dijadikan berupa lalaban (Hidayat,2009 dan Rahayu at al, 2012).

Tetapi, semakin banyak manusia yang memilih secara instan sehingga

pengolahan tanaman obat kurang dioptimalkan penggunaannya. Umumnya


di Indonesia sedikit banyaknya yang masih memanfaatkan tanaman obat

yaitu dari kalangan umur yang lebih tua dengan tingkat pendidikan yang

rendah, karena Indonesia khususnya Jawa telah mengolah tanaman obat

sebagai jamu yang merupakan warisan nenek moyang.

Berdasarkan Riskesdas bahwa tingkat konsumsi jamu paling besar

adalah usia lebih dari 35 tahun dan semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin menurun tingkat konsumsi jamu (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI nomor 9 tahun 2016 tentang

upaya pemerintah indonesia untuk akses terhadap pemanfaatan Tanaman

obat keluarga yaitu dengan pengembangan kesehatan tradisional melalui

asuhan mandiri pemanfaatan tanaman obat keluarga dan keterampilan

(Permenkes RI, 2016).

Dikarawang dusun warudoyong Rt 040 Desa Rengasdengklok selatan,

Sedikitnya tanaman obat keluarga ditanam dari sekitar 41% responden

hanya 5% yang sudah mempunyai tanaman obat keluarga

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Kesehatan Masyarakat Tentang

Tanaman Obat Keluarga Di Dusun Warudoyong Rt 040 Desa

Rengasdengklok Selatan Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten

Karawang Barat Tahun 2018”.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengambil rumuskan

masalah yaitu “Gambaran Kesehatan Masyarakat Tentang Pengetahuan

Tanaman Obat Keluarga Di Dusun Warudoyong Rt 040 Desa

Rngasdengklok Selatan Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang

Barat Tahun 2018?”

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk membangun desa apotek hidup dengan melakukan

pemberdayaan keluarga dalam pengelolaan tanaman obat keluarga.

b. Untuk menerapkan metode peningkatan derajat kesehatan dan

perekonomian desa rengasdengklok selatan.


1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan referensi tentang pelatihan pemanfaatan

tanaman obat yang dijalankan oleh peneliti.

1.4.2. Bagi Tempat Penelitian

Dapat menjadi lingkungan yang lebih mendukung terpeliharanya

masyarakat yang lebih sehat

1.4.3. Bagi institusi

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna memberikan

sumbangan pemikiran untuk bidang pendidikan khususnya yang

berkaitan dengan Tanaman Obat Keluarga. Selain itu, diharapkan

dapat menjadi bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya

dan juga dapat menjadi sebagai bacaan diperpustakaan.

1.4.4. Bagi Responden

Memberikan gambaran dan wawasan pengetahuan masyarakat di RT

040 RW 09 Desa Rengasdengklok Selatan Kabupaten Karawang

tentang tanaman obat keluarga. Masyarakat dapat lebih

memaksimalkan pemanfaatan tanaman obat yang terdapat

perkarangan rumah, sehingga tumbuhan obat dapat diramu menjadi

obat tradisional yang tepat yang dapat dimanfaatkan untuk

penyembuhan penyakit bagi masyarakat yang mana sebagai

pengobatan awal sebelum pengobatan secara medis.


1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pentingnya

tanaman obat keluarga bagi masyarakat dusun warudoyong dengan

mengambil sample pada 41 kepala keluarga (KK), waktu pengumpulan data

dilakukan satu hari pada tanggal 14 maret dengan menggunakan metode

wawancara pada setiap kepala keluarga. Jenis penelitian yang dipakai

menggunakan kualitatif yaitu mengambil data ordinal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Obat Keluarga

2.1.1. Pengertian Tanaman Obat Keluarga

TOGA atau Tanaman Obat Keluarga adalah sekumpulan

tanaman berkhasiat obat untuk kesehatan keluarga yang ditata

menjadi sebuah tanaman dan memiliki nilai keindahan (Permenkes

nomor 9, 2016)

2.1.2. Jenis-jenis tanaman obat keluarga sesuai bagian yang

dimanfaatkan

a. Daun, Misalnya : Daun salam untuk menurunkan kadar gula

rematik, daun jinten untuk batuk, mules dan sariawan. Daun

Seledri untuk mengurangi tekanan darah tinggi.

b. Kulit batang, Misalnya : Kayu Manis untuk diare, kembung

pada perut dan sesak nafas. Kayu rapet untuk keputihan dan

pelangsing badan.

c. Bunga, Misalnya : Cengkih untuk batuk dan penyaki campak.

Rosella untuk mengurangi tekanan darah tinggi dan

menurunkan kolestrol

d. Buah, Misalnya : Kapulaga untuk perut kembung, Ketumbar

untuk perut kembung, cabai merah untuk pegal-pegal dan

masuk angin.

e. Biji, Misalnya : Pala untuk maag, jinten untuk obat cacingan


dan mulas.

f. Rimpang, Misalnya : Jahe untuk kembung dan mual, kencur

untuk batuk, sakit kepala, masuk angin, kunyit untuk amandel

dsenri dan nyeri haid, temulawak untuk menambahkan nafsu

makan dan radang lambung.

Tabel 2.1

Jenis-jenis Tanaman Obat Keluarga

No Nama Tanaman Khasiat

Sirih sebagai antiseptik untuk kesehatan wanita,


1 Sirih
menguatkan gigi

Untuk sakit maag, perut, diare, penurun panas,


2 Kunyit
pendingin perut

Meningkatkan nafsu makan dan menambah


3 Temulawak
stamina

4 Jahe Mengeringkan luka dan penghangat badan

5 Kumis kucing Susah kencing dan sakit pinggang

Untuk gatal-gatal dan alergi, flek, darah tinggi,


6 Daun Binahong
gula darah

7 Daun Beluntas Menghilangkan bau badan

8 Kencur Untuk obat batuk

9 Sambiloto Obat kencing manis

10 Temu ireng Obat hipertensi dan meningkatkan nafsu makan


2.1.3. Metode pemberian dan pengolahan tanaman obat keluarga

a. Direbus dengan air, diminum airnya. Untuk merebus gunakan

api yang mudah diatur, setelah mendidih biarkan 5 menit,

kemudian api dikecilkan beberapa menit sampai air rebusan

tersisa sesuai kebutuhan

b. Ditumbuk dalam bentuk segar lalu diperas airnya

c. Ditumbuk dalam bentuk kering lalu di seduh dengan air hangat

d. Diparut, diperas, setelah selesai diambil airnya sesuai

kebutuhan

e. Diekstraksi sampai diperoleh bentuk serbuk kering, lalu

diseduh dengan air matang

f. Rebus, sejumlah bahan atau ramuan dimasak dengan volume

tertentu air hingga diperoleh ½ atau 1/3 dari jumlah pertama

lalu diminum sesuai kebutuhan.

g. Diseduh, sejumlah bahan atau ramuan bahan, serbuk bahan

ditambah air mendidih dengan volume tertentu, tutup dan

diamkan hingga dingin.

h. Peras, remas. Sejumlah bahan atau ramuan bahan diperas atau

diremas, lalu hasil perasan dapat diminum sesuai kebutuhan.

i. Infus atau cekok. Sebanyak 10 bagian bahan atau ramuan

bahan direndam dengan 20 bagian air, diamkan selama 15

menit, tambahkan air lagi sebanyak 100 bagian lalu kukus

bahan atau ramuan tadi selama 15 atau 30 menit.


2.2. Budidaya Tanaman Obat Keluarga

2.2.1. Pengolahan tanah

sebagian besar tanaman obat diusahakan di tanah kering. Pada

dasarnya pengolahan tanah bertujuan menyiapkan tempat atau

media tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sehingga

mendapatkan hasil produksi yang optimal. Kondisi tanah yang baik

bagi tanaman diantaranya struktur tanah remah (ringan),

mengandung bahan organik, struktur tanah baik dan mengandung

nutrisi yang cukup bagi kebutuhan tanaman.

Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam pengolahan tanah

bagi tanaman obat antara lain :

a. Bagi tanaman obat yang dipungut hasilnya dalam bentuk umbi

(tuber) umumnya dikehendaki pengolahan-pengolahan tanah

cukup dalam (25 – 40 cm), struktur gembur sehingga

pertumbuhan umbi atau rimpang dapat berkembang dengan

baik.

b. Menghindari tercampurnya bahan induk yang belum melapuk

dalam daerah pekarangan tanaman. Untuk itu perlu adanya

waktu yang cukup untuk memberi kesempatan terjadinya

proses pelapukan, antara lain proses oksidasi, sehingga akan

terbentuk lapisan tanah yang menjamin pertumbuhan akar. Hal

itu penting yaitu pada waktu membuat lubang tanah (sedalam


40x 60) bagi tanaman obat berbentuk pohon, seperti Cengkeh

(Eugenia caryophyllata), Kola (Cola nitida).

c. Pembuatan teras – teras apabila tanah terlalu miring,agar erosi

dapat diperkecil, misal dalam penanaman Sereh (Cymbopogon

nardus ).

d. Pengolahan tanah intensif, diusahakan bebas gulma pada awal

pertumbuhan, yaitu untuk tanaman obat berhabitur perdu

seperti Kumis kucing (Orthosiphon stamineus), Mentol

(Mentha piperita), Timi (Thymus vulgaris).

e. Pembuatan guludan sering dilengkapi dengan saluran drainase

yang baik, terutama bagi tanaman yang tidak toleran terhadap

genangan air seperti Cabe ( Capsicum annuum ).

2.2.2. Penanaman Tanaman Obat Keluarga

Dalam penanaman dikenal dengan cara penanaman bahan

tanaman (benih atau stek ) secara langsung pada lahan dan

disemaikan dahulu baru kemudian diadakan pemindahan tanaman

ke lahan yang telah disediakan. Persemaian dilakukan terutama

bagi tanaman yang pada waktu masih kecil memerlukan

pemeliharaan intensif. Tanpa perlakuan tersebut akan

mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi. Disamping itu

persemaian diperlukan apabila benih terlalu kecil sehingga sulit

untuk mengatur tanaman sesuai dengan perkembangan teknologi

tepat guna. Tujuan lain dari adanya persemaian agar dapat


memanfaatkan (menghemat) waktu musim tanam tiba (umumnya

pada awal musim hujan), sehingga pada saat musim tiba tanaman

telah mengawali tumbuh lebih dahulu. Contohnya temulawak

(Curcuma xanthorrhiza), rimpang ditunaskan lebih dahulu pada

persemaian yang lembab dan agak gelap, baru kemudian belahan

rimpang dengan tunasnya ditanam di lahan.

2.2.3. Pemeliharaan tanaman

Beberapa faktor penghambat lingkungan fisik dan kimia

dalam penanaman Obat Tanaman Keluarga, seperti kekurangan

air, tingginya suhu, kesuburan tanah, hendaknya diperkecil

pengaruhnya.

Beberapa tindakan pemeliharaan pada tanaman obat adalah :

a. Bibit yang mudah layu, perlu adanya penyesuaian waktu

tanamnya sehingga tidak mendapat sinar matahari berlebihan,

misalnya penanaman Tempuyung (Sonchus arvensis) hendaknya

dilakukan pada sore hari dan diberi naungan sementara.

b. Penyiangan yang intensif guna menekan populasi gulma

disamping dapat mengurangi kesempatan tumbuh tanaman

usaha juga dapat mengganggu kebersihan hasil pada saat

panen ( misal pada tanaman Mentha arvensis).

c. Pembubunan dan penggemburan dilakukan untuk memperbaiki

sifat tanah.

d. Perbaikan saluran air untuk mencegah terjadinya genangan atau


kelebihan air yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

e. Untuk mengurangi evaporasi (penguapan) air tanah, sehingga

kelembaban tanah dapat tetap sesuai , dilakukan pemberian

Misalnya pada tanaman Jahe ( Zingiber officinale) pemberian

mulsa jerami dapat menaikkan hasil sebesar 35 %.

f. Pemangkasan bunga, yang berarti mencegah perubahan fase

vegetatif ke generatif yang banyak memerlukan energi, sehingga

kandungan bahan berkhasiat sebagai sumber energi tidak

berkurang. Pada tanaman Dioscorea compositae kandungan

glikosida diosgenin dapat bertambah dengan dilakukan

pemangkasan bunga.

g. Pemangkasan pucuk batang akan menstimulir percabangan,

sehingga dapat menambah jumlah daun yang tumbuh serta

kandungan alkaloida dalam akar bertambah. Misalnya pada

tanaman Kumis kucing (Orthosiphon stamineus).

h. Pemupukan nitrogen dapat meningkatkan kandungan alkaloida

dalam akar Pule pandak ( Rauwolfia serpentina).

(Maulana Surya.2014
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINSI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal yang khusus (Notoatmodjo, 2010)

Variabel merupakan ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Notoatmodjo, 2010)

(Variabel Idependent)

(Variabel Dependent)
Pendidikan

Tanaman Obat
Ekonomi
Keluarga

Pekerjaan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Sumber : Green dalam Notoatmodjo (2010)


Seperti yang dijelaskan pada kerangka tentang tanaman obat keluarga

sebagai Variabel Dependent sehingga dipengaruhi oleh pendidikan dan

pekerjaan sebagai Variabel Idependent yang sejatinya dapat

mempengaruhi pengetahuan terhadap tanaman obat keluarga.

Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke

generasi berikutnya melalu pemelajaran dari mulai sekolah dasar sampai

dengan perguruan tinggi, melalui pelatihan ataupun penelitian.

(Wikipedia,2005)

Pekerjaan adalah upaya seseorang untuk mendapatkan hasil bagi

kelangsungan hidup dirinya sendiri dan keluarganya, atau hubungan yang

melibatkan dua belah pihak antara dirinya dengan orang lain atau

perusahaan. (Wikipedia, 2017)

Menurut distribusi dari data MMD didapatkan sebanyak 90%

responden berpendidikan rendah, dan didapatkan juga banyaknya

pekerjaan hanya sebagai ibu rumah tangga. Sehingga, rendanya

pendidikan menjadikan kurangnya pengetahuan tentang tanaman obat

keluarga. Klasifikasi hasil MMD melalui data sekunder dengan cara

melihat langsung ke tempat responden.


3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.2

Definisi Operasional

Definisi Cara Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur

Variabel Dependent

1. Ya,

bila responden
Konsep
mempunyai
Dasar dan
Tanaman Obat toga.
Budidaya Kuesioner Melihat
1 2. Tidak, bila
Keluarga
Tanaman SMD kuesioner
responden ordinal
Obat
tidak
Keluarga
memiliki

toga.

Variabel Idependent

1. tinggi ,bila

Jenjang responden

pendidikan berpendidik

terakhir yang an tinggi


Melihat
1 Pendidikan dicapai Kuesioner 2. rendah, bila ordinal
kuesioner
responden responden

yaitu tamat berpendidik

SD an rendah
Pekerjaan
1. Ya, bila
dicapai
ibu bekerja
responden Melihat
2 pekerjaan Kuesioner 2. Tidak, bila ordinal
yaitu ibu kuesioner
ibu tidak
rumah
bekerja
tangga

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif

yaitu dengan melihat objek penelitian (Variabel Dependent) dan Variabel

Idependent) dalam waktu Yang bersamaan. Bab 4

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Ds. Rengasdengklok Selatan RT 040 /

RW 09 Kab. Karawang

3.4.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada Maret Tahun 2018

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti, penelitian

ini maksudkan untuk seluruh masyarakat dusun. Warudoyong, desa

Rengasdengklok selatan RT 040 RW09 kabupaten Karawang yaitu

pada bulan Maret tahun 2018.


3.5.2. Sampel
Sampel adalah contoh yang diambil dari sebagian populasi, peneliti
mengambil 5 kepala keluarga yang memiliki toga jenisnya lidah
buaya, kumis kucing,sereh dan kunyit, dari sebanyak 41 kepala
keluarga di dusun warudoyong desa Rengasdengklok selatan RT.040
RW.09 kabupaten Karawang. Bab 4
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1. Hasil Penelitian


Telah dilakukan penelitian tentang Sedikit Banyaknya yang Menanam
Tanaman Obat Keluarga di dusun Warudoyong RT/RW 040/09 desa
Rengasdeklok Selatan Kabupaten Karawang. Pengumpulan data lakukan pada
bulan Maret 2018, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara sekunder dimana
peneliti melakukan pengambilan data dari Hasil Kuesioner MMD. Setelah
data terkumpul, selanjutnya disusun dalam tabel induk (Master Tabel) dan
diolah dengan menggunakan Microsoft Exel. Data tersebut dinalisis
menggunakan analisis univariat untuk melihat sebaran frekuensi responden.
Hasil-hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai
berikut:
4.1.1. Analisis Univariat
Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk melihat

frekuensi responden serta melihat gambaran distribusi dari 41

responden yang dilakukan peneliti dari data berikut.

1. Hasil yang didapat sebagai berikut

Berikut ini adalah distribusi frekuensi Tertinggi Masalah yang ada

pada seluruh responden.


Tabel 3.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tertinggi Masalah yang ada pada

seluruh responden di dusun Warudoyong desa Rengasdengklok Selatan

Karawang Tahun 2018

DISTRIBUSI PHBS
100% - - - - 10 5 - - -
90% 25 25 27
80% 49
70%
60% 76
88
50% 100 100 100 100 90 95 100 100 100
40% 75 75 73
30% 51
20%
10% 24
12
0%

SUDAH BELUM

Hasil dari Tabel 5.3 Terlihat bahwa masalah yang tertinggi adalah

Permasalahan Tanaman Obat Keluarga 88% yang tidak memiliki Tanaman

Obat Keluarga dan 12% yang mempunai Tanaman Obat keluarga.

4.2. Pembahasan
Telah dilakukan penelitian yang dilakukan di dusun Warudoyong Rt 040 Desa
Rengasdenglok Selatan kabupaten Karawang tentang tanaman obat keluarga,
dengan total populasi sebanyak 41 responden pada bulan Maret. Dari hasil
penelitian diperoleh variabel yang menggambarkan kesehatan masyarakat
terhadap tanaman toga dengan persentase hanya 5 kepala keluarga yang
memiliki tanaman toga dari 41 kepala keluaga.
4

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka telah diperoleh tingkat

pendidikan dan pekerjaan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang

pemanfaatan tanaman obat keluarga di dusun warudoyong desa

rengasdengklok selatan kabupaten karawang. Terdapat 5 kepala keluarga

yang memiliki tanaman obat keluarga jenisnya lidah buaya, kumis

kucing,sereh dan kunyit dari 41 kepala keluarga. Hasil dari penelitian juga

Terlihat bahwa masalah yang tertinggi adalah Permasalahan Tanaman Obat

Keluarga 88% yang tidak memiliki Tanaman Obat Keluarga dan 12% yang

mempunai Tanaman Obat keluarga.

5.2. Saran
5.2.1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pengobatan dengan menggunakan tanaman obat keluarga sebagai
alternatife terapi.
5.2.2. Bagi Tempat Penelitian
Dapat digunakan untuk bahan masukan, referensi dan pertimbangan

bagi dusun. Warudoyong, desa Rengasdengklok selatan RT 040 RW09

kabupaten Karawang.
.

5.2.3. Bagi Institusi


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

memperluas informasi bagi institusi

5.2.4. Bagi Responden


Diharapkan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kesahatan

dengan banyak menganali tenatang tanaman obat keluarga.


.

DAFTAR PUSTAKA

ejurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/p3m/article/viewfile/180/171

respository

Anda mungkin juga menyukai