Anda di halaman 1dari 57

PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN PEKERJAAN
BIDANG PENATAAN AGRARIA
DI DAERAH
TAHUN 2018

GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN


Direktorat Jenderal Penataan Agraria
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
ridha-Nya, sehingga Petunjuk Teknis Gugus Tugas Reforma Agraria tahun 2018 ini
dapat disusun dengan baik.
Petunjuk Teknis Gugus Tugas Reforma Agraria ini akan membantu Gugus
Tugas Reforma Agraria sebagai pedoman atau petunjuk pelaksanaan kegiatan yang
menjadi tugas bagi Gugus Tugas Reforma Agraria di Daerah.
Petunjuk Teknis ini disusun dan dipersiapkan secara komprehensif
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang terkait dengan pelaksanaan
landreform.
Sebagai pedoman, Petunjuk Teknis ini harus dibaca, dimengerti dan
dipahami, sehingga seluruh kegiatan Reforma Agraria dapat dilaksanakan dengan
baik, tepat sasaran dan akuntabel.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kekuatan kepada


kita semua.
Selamat berkarya.

Jakarta, 2 Februari 2018

A.n. Menteri Agraria dan Tata Ruang/


Kepala Badan Pertanahan Nasional
Direktur Jenderal Penataan Agraria,

H.S. Muhammad Ikhsan


NIP 19620209 198703 1 002

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang …………………………………………........ 1
B Maksud, Tujuan, dan Sasaran …………………………….... 3
1. Maksud …………………………………………..……….. 3
2. Tujuan ……………………………………………………. 3
3. Sasaran …………………………………………………… 3
C Ruang Lingkup ……………………………………………... 3
D Manfaat …………………………………………………....... 4
E Substansi Pekerjaan ……………………………………....... 4
F Referensi ………………………………………………….... 4

BAB II GAMBARAN UMUM GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA


A Tim Reforma Agraria Nasional…………………………....... 7
B Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat ………………………. 8
C Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi......………………… 10
D Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota....………... 18

BAB III SUBSTANSI PEKERJAAN GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA


3.1 Ruang Lingkup Pekerjaan ……………………………… 26
3.1.1 Tahap Persiapan ………………………………………… 26
3.1.2 Tahap Pelaksanaan ……………………………………… 27
3.1.3 Tahap Pelaporan ………………………………………… 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram Gugus Tugas Reforma Agraria ……………… 5
Gambar 2 Organisasi Tim Pelaksana Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi
…………………………………….. 8
Gambar 3 Diagram Alur Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi
……………………………………………….. 15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh SK Gubernur tentang GTRA Provinsi
Lampiran 2 SK Ketua Tim Pelaksana Harian tentang Tim Pelaksana GTRA
Provinsi
Lampiran 3 Format Hasil Penatan Asset dan Pengembangan Akses
Reform by Name by Address
Lampiran 4 Format Daftar Isi Pelaporan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reforma Agraria merupakan salah satu cita-cita Pemerintah sebagaimana yang
terdapat dalam Nawacita dan telah menjadi program prioritas nasional sesuai
dengan amanat RPJMN 2014-2019. Pelaksanaan Reforma Agraria perlu ditangani
dengan seoptimal mungkin oleh segenap jajaran Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional di Pusat dan Daerah. Karena itu diperlukan
keterlibatan seluruh sumberdaya secara optimal dalam rangka mendukung
tercapainya tujuan reforma agraria, yaitu terselenggaranya aset reform disertai
akses reform. Ada 5 kegiatan agenda utama dalam pelaksanaan program Reforma
Agraria yaitu :

1. Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik Agraria;


2. Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Obyek Reforma Agraria;
3. Kepastian Hukum dan Legalisasi Aset Atas Tanah Obyek Reforma Agraria;
4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penggunaan, Pemanfaatan dan Produksi
Obyek Reforma Agraria;
5. Kelembagan Pelaksanaan Reforma Agraria Pusat dan Daerah.

Salah satu implementasi kegiatan pada butir ke-5 tentang Kelembagaan


Pelaksanaan Reforma Agraria Pusat dan Daerah yaitu dengan pembentukan
Gugus Tugas Reforma Agraria di Daerah. Gugus Tugas Reforma Agraria terdiri dari
unsur-unsur teknis yang melaksanakan penyiapan data dan lokasi serta fasilitasi
pemberian aset reform, yang terdiri dari unsur-unsur Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Unit
Kerja Daerah Kementerian/Lembaga Pusat terkait.

1
Direktorat Jenderal Penataan Agraria memiliki tugas dan fungsi mencakup bidang
pengaturan dan penataan pertanahan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Direktorat Jenderal Penataan
Agraria memiliki tugas untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan,
menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK), memberikan bimbingan
teknis dan supervise, memonitoring dan evaluasi dalam konteks penyelenggaraan
penatagunaan tanah, penataan penguasaan dan pemanfaatan tanah, konsolidasi
tanah dan landreform yang sangat berkaitan erat dengan pelaksanaan program
Reforma Agraria. Sedangkan pelaksanaan penatagunaan tanah, penataan
penguasaan dan pemanfaatan tanah, konsolidasi tanah dan landreform dilakukan
langsung di 33 Kantor Wilayah BPN Provinsi dan 500 Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota.
Pembentukan Gugus Tugas di daerah sangat diperlukan mengingat untuk
mencapai target Reforma Agraria dibutuhkan suatu kerjasama yang baik antar
stakeholder di daerah. Pada tahun 2017 pelaksanaan Gugus Tugas Reforma
Agraria baru pada tingkat pusat melalui kegiatan Pembinaan, Sosialisasi,
Konsultasi dan Supervisi, sedangkan pelaksanaan Gugus Tugas Reforma Agraria di
Daerah baru dimulai pada tahun 2018 di 33 Provinsi yang anggarannya
dialokasikan pada DIPA Kanwil BPN Provinsi. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria ini disusun dengan harapan akan menjadi
acuan Kantor Wilayah BPN Provinsi dalam rangka melaksanakan kegiatan Gugus
Tugas Reforma Agraria.

2
B. Maksud, Tujuan, dan Sasaran
1. Maksud
Petunjuk teknis ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Kanwil BPN Provinsi, c.q,
Kabid 3 bidang Penataan Pertanahan dalam melaksanakan kegiatan penataan
pertanahan terkait Gugus Tugas Reforma Agraria.

2. Tujuan
Petunjuk teknis pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja bidang
Penataan Pertanahan yang menjadi tugas pembinaan dari Direktorat Jenderal
Penataan Agraria.

3. Sasaran
Sasaran petunjuk teknis pelaksanaan ini adalah Kabid 3 bidang Penataan Agraria
Kanwil BPN Provinsi, agar dapat melaksanakan tugas terkait Gugus Tugas Reforma
Agraria melalui pekerjaan-pekerjaan yang dijelaskan dalam Petunjuk Teknis
Pelaksanaan. secara tepat waktu dan sesuai dengan rencana.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria di Daerah
Tahun Anggaran 2018, mencakup:
1. Gambaran umum Gugus Tugas Reforma Agraria.
2. Lingkup kegiatan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan Gugus Tugas
Reforma Agraria
3. Pelaporan pelaksanaan kegiatan

3
D. Manfaat
Manfaat buku petunjuk teknis pelaksanaan ini adalah sebagai acuan bagi Kabid 3
bidang Penataan Agraria Kanwil BPN Provinsi, dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan rencana dan tepat waktu.

E. Substansi Pekerjaan
Substansi Gugus Tugas Reforma Agraria Daerah, dirinci dalam dokumen DIPA dan
Kertas Kerja RKA-KL Tahun Anggaran 2018.

F. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria;
5. Undang-Undang Nomor 51/Prp. Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian
Tanah tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya;
6. Undang-Undang Nomor 56/Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah
Pertanian;
7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
10. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-
Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar;

4
16. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca
Tambang;
17. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang;
18. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Badan Pertanahan
Nasional

5
BAB II
GAMBARAN UMUM
GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA

Pelaksanaan Reforma Agraria tidak saja menjadi perhatian bagi Kementerian


ATR/BPN namun juga merupakan perhatian dari kementerian/lembaga tinggi lain
karena di dalam program Reforma Agraria kita tidak saja bicara terkait target 9 juta
ha melalui penataan asset tanah obyek reforma agraria yang berasal dari pelepasan
kawasan hutan, transmigrasi maupun bekas-bekas tanah perkebunan namun juga
melalui penataan akses. Berbicara mengenai Reforma Agraria berarti akan banyak
sektor yang terlibat didalamnya. Untuk itu sangat dibutuhkan koordinasi yang sangat
baik antar K/L maupun stakeholder lain agar pelaksanaan penataan asset dan
penataan akses dapat berjalan secara komprehensif dan terintegrasi. Pembentukan
kelembagaan Reforma Agraria menjadi sangat penting dalam rangka
mengharmonisasikan pelaksanaan RA baik di pusat maupun di daerah. Kelembagaan
Reforma Agraria tergambar dalam diagram sebagai berikut:

TIM REFORMA
AGRARIA
NASIONAL

GUGUS TUGAS RA GUGUS TUGAS RA GUGUS TUGAS RA


PUSAT PROVINSI KAB/KOTA

Tim Tim Tim


Sekretariat
Pelaksana Sekretariat Pelaksana Sekretariat Pelaksana

Gambar 1 Diagram Gugus Tugas Reforma Agraria

6
A. Tim Reforma Agraria Nasional
Kelembagaan Penyelenggara Reforma Agraria di tingkat Pusat adalah Tim Reforma
Agraria Nasional yang fungsinya adalah menjalankan program Reforma Agraria sesuai
dengan kebijakan Nawacita maupun RPJMN sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 33
Ayat (3) UUD 1945, TAP MPR RI. NO. IX/MPR/2001 Undang-Undang NO. 17 Tahun
2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 dan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang
RPJMN Tahun 2015-2019, selain itu juga memberikan suatu arahan kebijakan yang
perlu ditindaklanjuti pada tataran teknisnya. Tim Reforma Agraria Nasional diketuai
oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan susunan keanggotaan
sebagaimana diagram berikut:

Ketua: Menteri Koordinator Bidang


Perekonomian

Anggota:
Menteri/Kepala Lembaga yang membidangi urusan:
1. Dalam Negeri;
2. Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan;
3. Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
4. Pertanian;
5. Badan Usaha Milik Negara;
6. Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi;
7. Perencanaan Pembangunan Nasional;
8. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; dan
9. Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan.

Gambar 2 Diagram Susunan Keanggotaan Tim Reforma Agraria Nasional

Tugas dari Tim Reforma Agraria Nasional adalah :


1. Menetapkan kebijakan dan rencana Reforma Agraria
2. Koordinasi dan penyelesaian kendala dalam penyelenggaraan Reforma Agraria;
3. Pengendalian dan pengawasan serta pelaporan pelaksanaan Reforma Agraria;

7
4. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden dalam rangka pelaksanaan
kebijakan Reforma Agraria

Tim Reforma Agraria Nasional di dalam pelaksanaan operasionalnya dibantu Gugus


Tugas Reforma Agraria Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

B. Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat


Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat diketuai oleh Menteri ATR/BPN dengan wakil
ketua Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sebagai Ketua
Pelaksana Harian adalah Direktur Jenderal Penataan Agraria dengan anggota
Pejabat Tinggi Madya pada Kementerian/Lembaga yang berkaitan dengan
penataan aset dan penataan akses. Susunan Keanggotaan Gugus Tugas Reforma
Agraria Pusat dapat dilihat pada diagram sebagai berikut:

Ketua: Menteri Agraria dan Tata


Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Wakil Ketua : Deputi Bidang Koordinasi


Pengelolaan Energi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian

Ketua Pelaksana Harian:


Direktur Jenderal Penataan Agraria

Anggota:
Pejabat Tinggi Madya pada Kementerian/Lembaga
yang berkaitan dengan penataan aset dan penataan
akses

Gambar 3 Diagram Susunan Keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat

8
Kementerian/lembaga yang berkaitan dengan penataan aset dan penataan akses
merupakan kementerian/lembaga yang membidangi urusan:
a. agraria, tata ruang dan pertanahan;
b. lingkungan hidup dan kehutanan;
c. desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi;
d. pertanian;
e. kelautan dan perikanan;
f. pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
g. koperasi, usaha kecil dan menengah;
h. perindustrian;
i. perdagangan;
j. Badan Usaha Milik Negara;
k. keuangan;
l. energi sumber daya mineral;
m. perencanaan pembangunan nasional; dan
n. dalam negeri.

Dalam penyelenggaraan Reforma Agraria, khususnya yang terkait dengan


penyelesaian masalah sengketa dan konflik, Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat
dibantu oleh Panglima TNI, Jaksa Agung, dan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia.
Tugas dari GTRA Pusat adalah :
1. Melaksanakan Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik
Agraria;
2. Mengkoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka penataan aset di
tingkat pusat;
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Reforma
Agraria di tingkat pusat;
4. Mengkoordinasikan integrasi pelaksanaan penataan aset dan penataan
akses di tingkat pusat;

9
5. Menyampaikan laporan hasil Reforma Agraria Nasional kepada Presiden
Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana tersebut di atas, Gugus Tugas Reforma
Agraria Pusat dibantu oleh Tim Pelaksana Harian dan Sekretariat. Susunan
organisasi Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat adalah sebagai berikut:

Gambar 4 Diagram Struktur Organisasi Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat

C. Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi


Di tingkat Provinsi, GTRA juga dibentuk untuk membantu pelaksanaan Reforma
Agraria di Provinsi. GTRA Provinsi diketuai oleh Gubernur dengan wakil ketua
Sekretaris Daerah Provinsi dan anggota Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah
Provinsi, Pejabat Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, serta wakil dari
masyarakat yang berpengalaman di bidang reforma agraria. Susunan
keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi ditetapkan oleh Gubernur.
Secara operasional, Gubernur dalam menyelenggarakan Reforma Agraria dibantu
oleh Tim Pelaksana Harian yang diketuai oleh Kepala Kantor Wilayah Badan

10
Pertanahan Nasional. Susunan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria
Provinsi adalah sebagai berikut:

Gambar 5 Diagram Susunan Keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi

Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi, terdiri dari dinas yang membidangi
urusan:
a. tata ruang;
b. lingkungan hidup dan kehutanan;
c. desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi;
d. pertanian;
e. kelautan dan perikanan;
f. pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
g. koperasi, usaha kecil dan menengah;
h. pemberdayaan masyarakat;
i. perindustrian;
j. perdagangan;
k. Badan Usaha Milik Daerah;

11
l. keuangan;
m. energi sumber daya mineral; dan
n. perencanaan pembangunan daerah
Susunan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi dapat disesuaikan
sesuai dengan potensi aset dan akses reform yang ada di daerah masing-masing.

Dalam penyelenggaraan Reforma Agraria, khususnya yang terkait dengan


penyelesaian masalah sengketa dan konflik, Gugus Tugas Reforma Agraria
Provinsi dibantu oleh Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala Pengadilan Tinggi, Kepala
Kepolisian Daerah dan Panglima Daerah Militer/Komandan Resort Militer.
Tugas dari GTRA Provinsi adalah :
1. Penyelesaian Konflik Agraria di tingkat Provinsi;
2. Mengkoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka penataan aset di
tingkat provinsi;
3. Memfasilitasi Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Reforma Agraria di
tingkat provinsi;
4. Mengkoordinasikan integrasi pelaksanaan penataan asset dan penataan
akses di tingkat provinsi;
5. Memperkuat kapasitas pelaksanaan Reforma Agraria di tingkat Provinsi;
6. Menyampaikan laporan hasil Reforma Agraria Provinsi kepada Gugus Tugas
Reforma Agraria Pusat.

Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana tersebut di atas, Gugus Tugas Reforma


Agraria Provinsi dibantu oleh Tim Pelaksana Harian dan Sekretariat. Susunan
organisasi Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi adalah sebagai berikut:

12
Gambar 6 Diagram Struktur Organisasi Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi

Sekretariat membantu operasionalisasi kegiatan GTRA Provinsi, sedangkan Tim


Pelaksana Harian membantu terlaksananya penyelenggaraan Reforma Agraria di
tingkat Provinsi. Tim Pelaksana Harian terdiri dari beberapa satuan tugas. Dalam
pelaksanaannya Tim Pelaksana Harian dapat dibantu oleh tenaga outsourcing
sesuai dengan kebutuhan.

Tugas Sekretariat adalah:


1. Menyusun kerja penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Provinsi;
2. Menyiapkan pelaksanaan administrasi kegiatan termasuk penyiapan konsep
SK dan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria tingkat Provinsi;
3. Melaksanakan penguatan kapasitas pelaksana Reforma Agraria Daerah;
4. Menyiapkan bahan laporan hasil pelaksanaan Reforma Agraria Provinsi
kepada Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat.

13
Tugas Tim Pelaksana Harian GTRA Provinsi adalah :
1. Melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating data
TORA hasil pengumpulan data TORA ke kab/kota
2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi (pengumpulan data) potensi
Pemberian Pemberdayaan Masyarakat Reforma Agraria baik oleh Pemerintah
Daerah maupun pihak terkait lainnya;
3. Menyiapkan Bahan Penyelesaian Konflik Agraria di tingkat Provinsi;
4. Memfasilitasi pelaksanaan integrasi penataan aset dan penataan akses;
5. Penyusunan data by name by address penataan aset dan penataan akses;
6. Menyusun dan membuat system database TORA di tingkat Povinsi;

Rincian struktur organisasi Sekretariat dan Tim Pelaksana Harian GTRA Provinsi
dapat dilihat pada diagram berikut:

Ketua Pelaksana Harian


Kakanwil BPN Provinsi

Sekretariat Pelaksana GTRA Provinsi


Kabid Penataan Pertanahan
Dibantu oleh :
• Es. 3 Bappeda Provinsi
• Kasie LR dan KT
• Tenaga Outsourcing

Satgas Penataan Asset Satgas Pengembangan Akses Reform


•Koord. Kasie LR dan KT •Koord : Kasie Penetapan hak Tanah
dan Pemberdayaan Hak Tanah
Masyarakat
•Tanah Transmigrasi
Koord : Kasie Bina Pengadaan & Penetapan Tanah; Anggota: •Anggota SKPD bidang
Pejabat SKPD bidang Transmigrasi, dll 1. Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
•Tanah dari Kawasan Hutan 2. Pemberdayaan masyarakat
Koord : Kasie PGT, Anggota Pejabat SKPD LHK dan BPKH 3. koperasi dan UKM
4. Pertanian dan Perkebunan
•Tanah Terlantar 5. Kelautan dan Perikanan
Koord : Kasie Pengendalian Pertanahan 6. perindustrian;
7. perdagangan;
8. Badan Usaha Milik Daerah;
•Tanah HGU Habis dan PTSL 9. keuangan
Koord : Kasie Pengukuran dan Pemetaan Dasar

•Data TORA Usulan Daerah/Masy


Koord : Kasie Kawasan Tertentu

Gambar 7 Diagram Struktur Organisasi Sekretariat dan Tim Pelaksana Harian GTRA
Provinsi

14
Tim Sekretariat, bertugas melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan dalam
rangka mendukung kelancaran koordinasi dan pelaksanaan penyelenggaraan
Reforma Agraria di Tingkat Provinsi. Sebagai koordinator Tm sekretariat adalah
Kepala Bidang Penataan Pertanahan dibantu oleh Eselon 3 dari SKPD bidang
Perencanaan dan Pembangunan Daerah serta outsourcing konsultan perorangan
sejumlah 3 s/d 7 orang (lulusan S1 jurusan perencanaan wilayah dan kota,
geografi/geodesi dan sosial ekonomi pertanian) sesuai dengan kebutuhan tim
kerja. Dan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan konsultan perorangan
tersebut perlu menyediakan komputer (laptop) sejumlah konsultan perorangan
yang dibutuhkan.
Tim Satgas, bertugas dalam pelaksanaan inventarisasi, identifikasi, pengolahan,
analisa, updating data, pelaporan data Tanah Obyek Reforma Agraria dan potensi
pengembangan akses reform, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak internal
dan eksternal yang terkait dalam rangka penyelenggaraan Reforma Agraria di
Tingkat Provinsi.
Tim Satgas terbagi atas Satgas Penataan Aset dan Satgas Pengembangan Akses
Reform. Satgas Penataan Aset meliputi Satgas Data Tanah Transmigrasi , Satgas
Data Kawasan Hutan, Satgas Data Tanah Terlantar, Satgas Data Tanah HGU
Habis/Bekas Hak dan PTSL, Satgas Data TORA Usulan Daerah Tk. II/ Masyarakat
Partisipatif. Koordinator dari Satgas Penataan Asset adalah Kepala Seksi Land
Reform dan Konsolidasi Tanah.
Deskripsi tugas dan keanggotaan masing-masing Satgas adalah sebagai berikut:
1) Satgas Data Kawasan Hutan, bertugas melaksanakan inventarisasi, identifikasi,
pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data tanah obyek reforma
agraria yang berasal dari pelepasan kawasan hutan, serta berkoordinasi
dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam rangka
penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Provinsi. Satgas ini beranggotakan
- Kepala Seksi Penatagunaan Tanah sebagai koordinator;

15
- Kepala Seksi Survei dan Pemetaan Tematik;
- Pejabat yang ditugaskan oleh SKPD yang menangani bidang lingkungan
hidup dan kehutanan;
- Pejabat yang ditugaskan oleh Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan;
2) Satgas Data Tanah Terlantar, bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data tanah
obyek reforma agraria yang berasal dari tanah terlantar/tanah negara lainnya,
serta berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait
dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Provinsi. Satgas ini
beranggotakan:
- Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan sebagai Koordinator;
- Kepala Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan;
- Kepala Seksi Penanganan Perkara Pertanahan;
3) Satgas Data Tanah HGU Habis/Bekas Hak dan PTSL, bertugas melaksanakan
inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan
data tanah obyek reforma agraria yang berasal dari data HGU Habis/Bekas
Hak dan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), serta berkoordinasi
dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam rangka
penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Provinsi. Satgas ini
beranggotakan:
- Kepala Seksi Pengukuran dan Pemetaan Dasar sebagai Koordinator;
- Pejabat yang ditugaskan oleh SKPD yang menangani bidang permukiman;
4) Satgas Data Tanah Transmigrasi, bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data tanah
obyek reforma agraria yang berasal dari data tanah transmigrasi, serta
berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam
rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Provinsi. Satgas ini
beranggotakan:

16
- Kepala Seksi Bina Pengadaan dan Penetapan Tanah Pemerintah sebagai
Koordinator;
- Pejabat yang ditugaskan oleh SKPD yang menangani bidang transmigrasi
5) Satgas Data TORA Usulan Daerah Tk. II/ Masyarakat Partisipatif, bertugas
melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating data,
dan pelaporan data tanah obyek reforma agraria yang berasal dari data TORA
usulan daerah/partisipasi masyarakat, serta berkoordinasi dengan pihak-pihak
internal maupun eksternal terkait dalam rangka penyelenggaraan reforma
agraria di tingkat Provinsi. Satgas ini beranggotakan:
- Kepala Seksi Kawasan Tertentu (Koordinator);
- Pejabat fungsional Kanwil BPN (1 Orang).
6) Satgas Pengembangan Akses Reform, bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, dan pengembangan rencana dan kegiatan pemberian akses
reform bagi penerima TORA, serta berkoordinasi dengan pihak-pihak internal
maupun eksternal terkait dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di
tingkat Provinsi. Tim ini beranggotakan:
- Kepala Seksi Penetapan Hak Tanah dan Pemberdayaan Hak Tanah
Masyarakat sebagai Koordinator;
- Pejabat yang ditugaskan oleh SKPD yang menangani bidang :
 Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Pemberdayaan masyarakat
 koperasi dan UKM
 Pertanian dan Perkebunan
 Kelautan dan Perikanan
 perindustrian;
 perdagangan;
 Badan Usaha Milik Daerah;
 Keuangan.
17
Untuk provinsi yang akses reformnya lebih kepada non pertanian, anggota tim
pengembangan akses reform dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan
kondisi wilayah.
Tim Satgas menyesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan sumber TORA yang
tersedia di masing-masing provinsi. Sebagai contoh Untuk provinsi yang hanya
melaksanakan PTSL cukup membentuk tim sekretariat, Tim Data Tanah HGU
Habis/Bekas Hak dan PTSL, dan tim pengembangan akses reform yang
anggotanya juga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan.

D. Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota


Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota diketuai oleh Bupati/Walikota
dengan wakil ketua Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota. Sebagai Ketua Pelaksana
Harian adalah Kepala Kantor Pertanahan dengan anggota Pejabat Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, Pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota,
dan Wakil dari masyarakat yang berpengalaman di bidang reforma agraria.
Susunan Keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota dapat
dilihat pada diagram sebagai berikut:

18
Ketua: Bupati/Walikota

Wakil Ketua : Sekretaris Daerah Kab/Kota

Ketua Pelaksana Harian:


Kepala Kantor Pertanahan

Anggota:
1. Pejabat Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota,
2. Pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, dan
3. Wakil dari masyarakat yang berpengalaman di
bidang reforma agraria.

Gambar 8 Diagram Susunan Keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria


Kabupaten/Walikota

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan penataan


aset dan penataan akses merupakan Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota yang membidangi urusan:
a. tata ruang;
b. lingkungan hidup dan kehutanan;
c. desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi;
d. pertanian;
e. kelautan dan perikanan;
f. pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
g. koperasi, usaha kecil dan menengah;
h. pemberdayaan masyarakat;
i. perindustrian;
j. perdagangan;
k. Badan Usaha Milik Daerah;
l. keuangan;
m. energi sumber daya mineral; dan
n. perencanaan pembangunan daerah.
19
Susunan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota dapat
disesuaikan sesuai dengan potensi aset dan akses reform yang ada di daerah
masing-masing.

Dalam penyelenggaraan Reforma Agraria, khususnya yang terkait dengan


penyelesaian masalah sengketa dan konflik, Gugus Tugas Reforma Agraria
Kabupaten/Kota dibantu oleh Komandan Distrik Militer, Kepala Kejaksaan Negeri,
Kepala Pengadilan Negeri, dan Kepala Kepolisian.
Tugas dari GTRA Kabupaten/Kota adalah :
a. Penyelesaian Konflik Agraria di tingkat Kabupaten/Kota;
b. Mengkoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka penataan aset di
tingkat kab/kota;
c. Memberikan usulan dan rekomendasi tanah-tanah untuk ditegaskan sebagai
tanah Negara sekaligus ditetapkan sebagai TORA kepada Menteri atau
pejabat;
d. Melaksanakan Penataan Penguasaan dan Pemilikan TORA;
e. Mewujudkan Kepastian Hukum dan Legalisasi Hak atas TORA;
f. Melaksanakan Pemberdayaan Masyarakat Reforma Agraria;
g. Melaksanakan integrasi pelaksanaan penataan aset dan penataan akses di
tingkat kabupaten/kota;
h. Memperkuat kapasitas pelaksanaan Reforma Agraria di tingkat
kabupaten/kota;
i. Menyampaikan laporan hasil Reforma Agraria kabupaten/kota kepada
Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi.

Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana tersebut di atas, Gugus Tugas Reforma


Agraria Kabupaten/Kota dibantu oleh Tim Pelaksana Harian dan Sekretariat.
Susunan organisasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:

20
GUGUS TUGAS
RA KAB/KOTA

SEKRETARIAT

Satgas Pengembangan
Satgas Penataan Aset
Akses Reform

Kawasan Tanah HGU Habis/ Tanah TORA Usulan


Hutan Terlantar PTSL Transmigrasi Daerah/masyarakat

Gambar 9 Diagram Struktur Organisasi Gugus Tugas Reforma Agraria


Kabupaten/Kota

Sekretariat membantu operasionalisasi kegiatan GTRA Kabupaten/Kota,


sedangkan Tim Pelaksana Harian membantu terlaksananya penyelenggaraan
Reforma Agraria di tingkat Kabupaten/Kota. Tim Pelaksana Harian terdiri dari
beberapa satuan tugas. Dalam pelaksanaannya Tim Pelaksana Harian dapat
dibantu oleh tenaga outsourcing sesuai dengan kebutuhan.
Tugas Sekretariat adalah:
1. Menyusun kerja penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Kabupaten/Kota;
2. Menyiapkan pelaksanaan administrasi kegiatan termasuk penyiapan konsep
SK dan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria tingkat Kabupaten/Kota;
3. Melaksanakan penguatan kapasitas pelaksana Reforma Agraria Daerah;
4. Menyiapkan bahan laporan hasil pelaksanaan Reforma Agraria
Kabupaten/Kota kepada Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi.

Tugas Tim Pelaksana Harian GTRA Kabupaten/Kota adalah :


1. Melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating data
TORA hasil pengumpulan data TORA ke lokasi
21
2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi (pengumpulan data) potensi
Pemberian Pemberdayaan Masyarakat Reforma Agraria baik oleh Pemerintah
Daerah maupun pihak terkait lainnya;
3. Menyiapkan Bahan Penyelesaian Konflik Agraria di tingkat Kabupaten/Kota;
4. Memfasilitasi pelaksanaan integrasi penataan aset dan penataan akses;
5. Penyusunan data by name by address penataan aset dan penataan akses;
6. Menyusun dan membuat system database TORA di tingkat Kabupaten/Kota;
Rincian struktur organisasi Sekretariat dan Tim Pelaksana Harian GTRA
Kabupaten/Kota dapat dilihat pada diagram berikut:

Ketua Pelaksana Harian


Kepala Kantor Pertanahan

Sekretariat Pelaksana GTRA Provinsi


Kasi Penataan Pertanahan
Dibantu oleh :
• Es. 4 Bappeda Kabupaten/Kota
• Kasunbsi LR dan KT
• Tenaga Outsourcing

Satgas Penataan Asset Satgas Pengembangan Akses Reform


•Koord. Kasubsi LR dan KT •Koord : Kasubsi Penetapan HT dan
Pemberdayaan HT Masyarakat
•Tanah Transmigrasi •Anggota SKPD bidang
Koord : Kasubsi Fasilitasi Pengadaan & Penetapan Tanah 1. Pekerjaan Umum dan
Pemerintah Anggota: Pejabat SKPD bidang Transmigrasi, dll Perumahan Rakyat
2. Pemberdayaan masyarakat
•Tanah dari Kawasan Hutan 3. koperasi dan UKM
Koord : Kasiubsi PGT dan Kawasan Tertentu Anggota Pejabat 4. Pertanian dan Perkebunan
SKPD LHK
5. Kelautan dan Perikanan
•Tanah Terlantar 6. perindustrian;
Koord : Kasubsi Pengendalian Pertanahan 7. perdagangan;
8. Badan Usaha Milik Daerah;
9. keuangan
•Tanah HGU Habis dan PTSL
Koord : Kasubsi Pengukuran dan Pemetaan Dasar dan Tematik,
anggota Kasubsi PHT dan Pejabat SKPD permukiman

•Data TORA Usulan Daerah/Masy


Koord : Kasubsi Penanganan Sengketa, Konf lik dan Perkara
Pertanahan

Gambar 7 Diagram Struktur Organisasi Sekretariat dan Tim Pelaksana Harian GTRA
Kabupaten/Kota

Tim Sekretariat, bertugas melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan dalam


rangka mendukung kelancaran koordinasi dan pelaksanaan penyelenggaraan
Reforma Agraria di Tingkat Kabupaten/Kota. Sebagai koordinator Tm sekretariat
adalah Kepala Seksi Penataan Pertanahan dibantu oleh Eselon 4 dari SKPD

22
Kabupaten/Kota bidang Perencanaan dan Pembangunan Daerah serta
outsourcing konsultan perorangan (lulusan S1 jurusan perencanaan wilayah dan
kota, geografi/geodesi dan sosial ekonomi pertanian) sesuai dengan kebutuhan
tim kerja. Dan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan konsultan perorangan
tersebut perlu menyediakan komputer (laptop) sejumlah konsultan perorangan
yang dibutuhkan.
Tim Satgas, bertugas dalam pelaksanaan inventarisasi, identifikasi, pengolahan,
analisa, updating data, pelaporan data Tanah Obyek Reforma Agraria dan potensi
pengembangan akses reform, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak internal
dan eksternal yang terkait dalam rangka penyelenggaraan Reforma Agraria di
Tingkat Kabupaten/Kota.
Tim Satgas terbagi atas Satgas Penataan Aset dan Satgas Pengembangan Akses
Reform. Satgas Penataan Aset meliputi Satgas Data Tanah Transmigrasi , Satgas
Data Kawasan Hutan, Satgas Data Tanah Terlantar, Satgas Data Tanah HGU
Habis/Bekas Hak dan PTSL, Satgas Data TORA Usulan Desa/ Masyarakat
Partisipatif. Koordinator dari Satgas Penataan Asset adalah Kepala Subseksi Land
Reform dan Konsolidasi Tanah.
Deskripsi tugas dan keanggotaan masing-masing Satgas adalah sebagai berikut:
1) Satgas Data Kawasan Hutan, bertugas melaksanakan inventarisasi, identifikasi,
pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data tanah obyek reforma
agraria yang berasal dari pelepasan kawasan hutan, serta berkoordinasi
dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam rangka
penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Kabupaten/Kota. Koordinator
Satgas ini yaitu Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu
dengan anggota Pejabat yang ditugaskan oleh SKPD Kabupaten/Kota yang
menangani bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
2) Satgas Data Tanah Terlantar, bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data tanah

23
obyek reforma agraria yang berasal dari tanah terlantar/tanah negara lainnya,
serta berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait
dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Kabupaten/Kota.
Koordinator Satgas ini yaitu Kepala Subseksi Pengendalian Pertanahan.
3) Satgas Data Tanah HGU Habis/Bekas Hak dan PTSL, bertugas melaksanakan
inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan
data tanah obyek reforma agraria yang berasal dari data HGU Habis/Bekas
Hak dan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), serta berkoordinasi
dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam rangka
penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Provinsi. Koordinator Satgas ini
yaitu Kepala Subseksi Pengukuran dan Pemetaan Dasardan Tematik; dan
beranggotakan Kasubsi Pendaftaran Hak Tanah dan Pejabat yang ditugaskan
oleh SKPD yang menangani bidang permukiman.
4) Satgas Data Tanah Transmigrasi, bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data tanah
obyek reforma agraria yang berasal dari data tanah transmigrasi, serta
berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam
rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Kabupaten/Kota.
Koordinator Satgas ini yaitu Kepala Subseksi Fasilitasi Pengadaan dan
Penetapan Tanah Pemerintah dan anggotanya Pejabat yang ditugaskan oleh
SKPD Kabupaten/Kota yang menangani bidang transmigrasi.
5) Satgas Data TORA Usulan Daerah Tk. II/ Masyarakat Partisipatif, bertugas
melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating data,
dan pelaporan data tanah obyek reforma agraria yang berasal dari data TORA
usulan daerah/partisipasi masyarakat, serta berkoordinasi dengan pihak-pihak
internal maupun eksternal terkait dalam rangka penyelenggaraan reforma
agraria di tingkat Kabupaten/Kota. Koordinator Satgas ini yaitu Kepala
Subseksi Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan.

24
6) Satgas Pengembangan Akses Reform, bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, dan pengembangan rencana dan kegiatan pemberian akses
reform bagi penerima TORA, serta berkoordinasi dengan pihak-pihak internal
maupun eksternal terkait dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di
tingkat Kabupaten/Kota. Koordinator satgas ini yaitu Kepala Subseksi
Penetapan Hak Tanah dan Pemberdayaan Hak Tanah Masyarakat dan anggota
adalah Pejabat yang ditugaskan oleh SKPD yang menangani bidang :
 Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Pemberdayaan masyarakat
 koperasi dan UKM
 Pertanian dan Perkebunan
 Kelautan dan Perikanan
 perindustrian;
 perdagangan;
 Badan Usaha Milik Daerah;
 Keuangan.

Untuk Kabupaten/kota yang akses reformnya lebih kepada non pertanian,


anggota tim pengembangan akses reform dapat disesuaikan berdasarkan
kebutuhan dan kondisi wilayah.
Tim Satgas menyesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan sumber TORA yang
tersedia di masing-masing Kabupaten/kota. Sebagai contoh Untuk provinsi yang
hanya melaksanakan PTSL cukup membentuk tim sekretariat, Tim Data Tanah
HGU Habis/Bekas Hak dan PTSL, dan tim pengembangan akses reform yang
anggotanya juga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan.
Apabila sebelum tersusunnya Petunjuk Teknis ini Gugus Tugas Reforma Agraria di
tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota telah ditetapkan yang susunan organisasi
dan keanggotaannya berbeda dengan susunan dalam petunjuk teknis dan tidak
dimungkinkan untuk direvisi, maka Gugus Tugas Reforma Agraria tetap diteruskan
dan dirubah pada tahun anggaran berikutnya.
25
BAB III
SUBSTANSI PEKERJAAN
GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA

A. Ruang Lingkup Pekerjaan


Sesuai dengan alokasi anggaran yang ada pada DIPA masing-masing Kantor
Wilayah BPN, ruang lingkup pekerjaan Gugus Tugas Reforma Agraria meliputi:
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Pelaporan

1. Tahap Persiapan
a) Pembentukan Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi
Tahap awal untuk melaksanakan pekerjaan adalah membentuk Gugus
Tugas Reforma Agraria Provinsi yang penetapannya melalui Surat
Keputusan Gubenur.Sekretariat melalui Kepala Kanwil BPN Provinsi
menyiapkan dan menyusun konsep SK GTRA yang sebelumnya telah
dibahas melalui rapat koordinasi dengan SKPD dan stakeholder terkait dan
kemudian menyampaikan kepada Gubernur untuk ditetapkan. Gugus
Tugas Reforma Agraria akan bertugas selama tahun anggaran 2018.
Surat Keputusan Gubernur tentang Pembentukan Gugus Tugas Reforma
Agraria Provinsi adalah sebagaimana contoh pada Lampiran 1. Surat
Keputusan Kepala Kantor Wilayah tentang Tim Pelaksana Harian adalah
sebagaimana contoh pada Lampiran 2.
b) Penunjukan Konsultan Perorangan
Tahap selanjutnya adalah penunjukan konsultan perseorangan yang akan
membantu pelakanaan pekerjaan GTRA. Jumlah konsultan perseorangan
antara 3 s/d 7 orang dengan kualifikasi lulusan S1 jurusan perencanaan
wilayah dan kota, geografi/geodesi dan sosial ekonomi pertanian. Jumlah

26
konsultan perseorangan disesuaikan dengan kebutuhan tim kerja dan
anggaran yang tersedia.
c) Penyiapan rencana kerja pelaksanaan GTRA
Melalui Sekretariat Tim Pelaksana Harian menyiapkan rencana kerja
pelaksanaan GTRA selama satu tahun anggaran dan menyiapkan berkas-
berkas administrasi serta perlatan kerja yang dibutuhkan.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Pelaksanaan Rapat Koordinasi GTRA Provinsi
Rapat koordinasi penyelenggaraan reforma agraria provinsi dilaksanakan 1
(satu) kali di masa awal terbentuknya gugus tugas reforma agraria. Dalam
rapat ini disampaikan arahan dalam pelaksanaan tugas dari gugus tugas
yang dibentuk, mengingat rapat ini diselenggarakan dalam bentuk
fullboard selama 2 hari. Bertindak sebagai narasumber dalam rapat ini
adalah Gubernur, Sekretaris Provinsi, satu orang Pejabat Eselon I dari
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 1 orang Pejabat Eselon II dari
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kakanwil BPN Provinsi, Kepala
Bappeda dan Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan. Sebagai peserta
dalam rapat koordinasi ini adalah anggota gugus tugas reforma agraria dan
para kepala kantor pertanahan dalam lingkup provinsi. Pada rapat
koordinasi ini.
b) Pelatihan Teknis Penyelenggaraan Reforma Agraria
Pelatihan teknis penyelenggaraan reforma agraria dilaksanakan dalam
rangka menyampaikan tata cara kerja tim gugus tugas reforma agraria
kepada para pelaksana di daerah. Bertindak sebagai narasumber dalam
acara ini adalah Kakanwil BPN Provinsi, 1 orang pejabat eselon II dari
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 1 orang pejabat eselon III dari
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 4 orang pejabat eselon III dari Kanwil
BPN. Sebagai peserta dalam pelatihan teknis ini adalah petugas yang

27
ditunjuk oleh setiap kantor pertanahan masing-masing sebanyak 2 orang
dan seluruh Tim Pelaksana, Tim Kerja dan tenaga ahli. Khusus untuk
provinsi DKI jakarta, Bali dan DIY.
c) Pengumpulan Data TORA dan Rencana Pengembangan Akses Reform
Pengumpulan data TORA dan rencana pengembangan akses reform
disetiap kabupaten/kota terpilih dilaksanakan oleh Tim Kerja atau petugas
yang ditunjuk dari Kantor Wilayah BPN. Dalam pelaksanaan kegiatan ini
dialokasikan sejumlah anggaran untuk perjalanan dinas ke lokasi-lokasi
kegiatan reforma agraria maupun ke lokasi rencana pelaksanaan kegiatan
reforma agraria.
Teknis Pelaksanaan Pengumpulan Data TORA adalah sebagai berikut:
Pengumpulan data TORA adalah pengumpulan data/informasi lokasi-lokasi
bidang tanah yang berpotensi untuk dijadikan sebagai Tanah Obyek
Reforma Agraria (TORA). Data TORA berasal dari berbagai sumber baik
yang berasal dari internal Kementerian ATR/BPN, dan sumber eksternal
dari Kementerian/Lembaga lain (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dan Kementerian Desa dan PDTT), Pemerintah Daerah,
maupun usulan dari masyarakat (kelompok masyarakat dan LSM). Data
TORA yang dikumpulkan adalah data spasial dan data tabular (atribut).
Secara umum data TORA berasal dari kelompok-kelompok tanah Negara
yang dikelompokkan menjadi:
1) Tanah Transmigrasi yang Belum Bersertipikat
Pengumpulan data atas tanah transmigrasi yang sudah ada SK HPL
maupun yang belum ada SK HPLnya; sudah ada SK HPLnya yang telah
diteruskan pendaftarannya menjadi sertipikat HPL dan yang belum
menjadi sertipikat HPL; serta tanah transmigrasi yang berasal dari
pelepasan Kawasan Hutan.

28
2) Legalisasi Aset/Pensertipikatan Tanah oleh Pemerintah
Pengumpulan data atas tanah yang akan dijadikan target
pensertipikatan tanah oleh pemerintah..
3) HGU Habis, tanah terlantar dan tanah negara lainnya:
a) HGU dan Hak Guna Bangunan
i. Tanah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan:
- yang telah habis masa berlakunya, tidak diperpanjang,
dan/atau tidak diperbarui dan/atau permohonan
perpanjangan haknya ditolak;
- yang penggunaan tanahnya melebihi dari luas yang
tercantum dalam surat keputusan pemberian Hak yang
bersangkutan.
ii. Tanah yang diperoleh dari pelepasan Hak Guna Usaha yang
diubah menjadi Hak Guna Bangunan karena penyesuaian tata
ruang.
iii. Tanah yang diperoleh dari kewajiban menyerahkan sebagian
dari tanah yang diusahakan oleh pemegang hak.
b) Tanah Terlantar
Dilakukan terhadap tanah hasil penertiban tanah terlantar:
i. telah ditetapkan menjadi Tanah Cadangan Umum Negara yang
pendayagunaannya ditujukan untuk kegiatan Reforma Agraria.
ii. pelepasan sebagai hasil optimalisasi penggunaan dan
pemanfaatan tanah terindikasi terlantar.
c) Tanah Negara Lainnya
i. Tanah hasil penyelesaian konflik;
ii. Tanah bekas tambang yang telah direklamasi di luar kawasan
hutan;
iii. Tanah timbul;

29
iv. Tanah Negara yang belum digarap dan/atau telah digarap;
v. Tanah-tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak rakyat
atas tanah, meliputi:
- tanah yang dihibahkan oleh perusahaan dalam bentuk
tanggung jawab sosial dan/atau lingkungan;
- tanah hasil konsolidasi yang subyeknya memenuhi kriteria
reforma agraria yaitu berupa sumbangan tanah untuk
pembangunan (STUP) dan tanah pengganti biaya
pelaksanaan (TPBP) Konsolidasi Tanah yang telah disepakati
untuk diberikan kepada pemerintah sebagai TORA; dan
4) Tanah yang berasal dari pelepasan kawasan hutan dan tanah hasil
perubahan tata batas kawasan hutan.

Kegiatan pengumpulan data TORA dilakukan dalam satuan wilayah


administrasi Kabupaten/Kota, dengan informasi sampai desa/kelurahan.
Kegiatan inventarisasi lokasi Tanah Obyek Reforma Agraria secara umum
menghasilkan data spasial dan tekstual lokasi TORA, dalam format shape
file (.shp) dan terdefinisi dalam system proyeksi UTM atau lat/long. Untuk
keseragaman data, struktur data sebagai berikut:

1. Tanah Transmigrasi yang belum Bersertipikat


Tahun
No Fid Prov Kab/Kota Kec Desa/kel SP Status Ket Luas (ha)
penempatan
1
2

Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)

30
- SP : Nama satuan permukiman transmigrasi (type: text,
width:50)
- Status : Status tanah transmigrasi (Belum HPL/SK HPL/SHPL)
(type: text, width:50)
- T_Penempatan : Tahun penempatan transmigran
- Keterangan : Informasi tanah transmigrasi (masuk dalam kawasan
hutan/konflik dengan masyarakat (type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)

2. HGU habis
Hak
No Fid Prov Kab/Kota Kec Desa/kel Pemilik No. SK Ket Luas (ha)
Berakhir
1
2

Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Pemilik : Nama PT pemegang hak/bekas pemegang (type: text,
width:50)
- Tahun_hak : Tanggal, bulan dan tahun berakhirnya Hak (type: text,
width:50)
- No. SK : Nomor SK Hak/ Nomor HGU(type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi HGU habis (dikuasai masyarakat, dikuasai pihak
ketiga….)(type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)

3. Tanah Terlantar
Tanggal Luas
No Fid Prov Kab/Kota Kec Desa/kel Pemilik No. SK Ket
SK (ha)
1
2

Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
31
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Pemilik : Nama PT pemilik/bekas pemilik (type: text, width:50)
- No. SK : Nomor SK Penetapan Tanah terlantar (type: text,
width:50)
- Tanggal : Tanggal, bulan dan tahun SK(type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi tanah terlantar (dikuasai masyarakat, dikuasai
pihak ketiga….) (type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)

4. Tanah Negara lainnya


No Fid Prov Kab/Kota Kec Desa/kel Jenis_TN Ket Luas (ha)
1
2

Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Jenis TN : Jenis Kelompok tanah negara lainnya (Tanah timbul, TN
Bebas, TN dikuasai (type: text, width:50)
- No. SK : Nomor SK Penetapan Tanah terlantar (type: text,
width:50)
- Keterangan : Informasi TN lainnya (dikuasai masyarakat, dikuasai
pihak ketiga….)(type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)

5. Pelepasan Kawasan Hutan


No Fid Prov Kab/Kota Kec Desa/kel No. SK Tanggal SK Kriteria Ket Luas (ha)
1
2

Keterangan
32
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- No. SK : Nomor SK Penetapan Pelepasan Kawasan Hutan (type:
text, width:50)
- Tanggal : Tanggal, bulan dan tahun SK(type: text, width:50)
- Kriteria : Kriteria/kategori pelepasan kawasan hutan (alokasi 20%
kebun, permukiman dan fasos, fasum, transmigrasi dll…)
(type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi terkait dengan PKH (sudah tata batas, perlu tata
batas ….)(type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)

Untuk keperluan pengolahan TORA diperlukan kegiatan pengumpulan data


pendukung yang terdiri antara lain informasi penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanahnya. Kegiatan pengumpulan data
pendukung dilakukan dengan menggunakan bantuan data skunder
ataupun data primer hasil pengumpulan data di lapangan. Dari kegiatan
inventarisasi ini diharapkan terkumpul data nominatif subyek dan obyek
reforma agraria (jumlah dan daftar nama subyek, serta jumlah bidang
obyek reforma agraria).

Sumber Jumlah Jumlah


No Fid Prov Kab/Kota Kec Desa/kel Luas Ket
Obyek bidang KK
1
2

Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)

33
- Sumber_TORA: Kelompok TORA, dari PKH, HGU habis dst (type: text,
width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
- Jumlah_bid : Jumlah bidang tanah (type: double, precision:9, scale: 0)
- Jumlah_KK : Jumlah KK /subyek (type: double, precision:9, scale: 0)
- Keterangan : Informasi tambahan (type: text, width:50)

Dari kegiatan pengumpulan data TORA ini diharapkan terkumpul


data/informasi lokasi TORA antara lain berupa penggunaan dan
penguasaan tanahnya, RTRW dan data pendukung seperti kemampuan
tanah dan untuk melihat kelayakan untuk ditindaklanjuti dengan kegiatan
redistribusi tanah.

Kab/ Desa Sumber Penggunaan RTRW


No Fid Prov Kec Luas Penguasaan Ket
Kota /kel Obyek Tanah
1
2
3

Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Sumber_TORA: Kelompok TORA, dari PKH, HGU habis dst (type: text,
width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
- Penggunaan_T : Jenis penggunaan tanah (type: text, width:50)
- Penguasaan : Jenis penguasaan tanah (type: text, width:50)
- RTRW : Arahan pola ruang pada lokasi (type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi tambahan (type: text, width:50)

34
d) Supervisi/Monitoring Penyelenggaraan Reforma Agraria ke
Kabupaten/Kota.
Supervisi/monitoring pelaksanaan tugas gugus tugas reforma agraria ke
kabupaten/kota oleh Tim Pelaksana dan atau petugas yang ditunjuk dalam
rangka memantau dan memberikan masukan dan bimbingan bagi para
pelaksana di kantor pertanahan.
e) Penyusunan database pelaksanaan penataan asset dan pengembangan
akses reform
Tim Sekretariat membuat suatu database hasil pelaksanaan penataan
asset dan pengembangan akses reform yang sudah terintegrasi by name
by address dalam kerangka data yang sistematis. Format database
penataan asset dan pengembangan akses reform sebagaimana contoh
pada Lampiran 3.
Alur Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria secara umum ditunjukan pada
diagram alur berikut:

Gambar 8 Alur Kegiatan Tugas Reforma Agraria di Daerah.


35
3. Tahap Pelaporan
Ada tiga laporan yang harus diselesaikan oleh Sekretariat Gugus Tugas
Reforma Agraria Provinsi, yaitu:
a. Laporan Pendahuluan, berisi rencana kerja penyelenggaraan Reforma
Agraria di tingkat provinsi selama 1 tahun
b. Laporan Kemajuan, berisi kemajuan pelaksanan penyelenggaran
Reforma Agraria
c. Laporan Akhir, berisi laporan hasil penyelenggaran Reforma Agraria
disertai dengan file data base dan contoh keberhasilan pelaksanan
penataan aset dan penataan akses.

B. Output Pekerjaan
Output yang dihasilkan oleh Gugus Tugas Reforma Agraria adalah:
1. Realisasi pelaksanaan reforma agraria tahun 2018 se-Provinsi (akses reform
dan aset reform);
2. Rencana lokasi tanah obyek reforma agraria (TORA) se-Provinsi untuk tahun
2019;
3. Arahan program-program akses reform dan pemberdayaan dalam kerangka
reforma agraria untuk tahun 2019.
4. Data by name by address hasil pelaksanaan Reforma Agraria sejak 2015.
5. Laporan success story pelaksanaan reforma agraria secara utuh (aset plus
akses) beserta informasi perubahan/perkembangan/capaian peningkatan
kondisi subyek Reforma Agraria.

36
Lampiran SK Gugus Tugas

GUBERNUR ............................

KEPUTUSAN GUBERNUR ............................


NOMOR : ..............

TENTANG

TIM GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA


PROVINSI ...................

GUBERNUR ............................

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Reforma Agraria 9


juta hektar pada RPJMN 2015-2019, diperlukan suatu
kerjasama dan koordinasi yang baik dalam
pelaksanaan program dan kegiatan Reforma Agraria
guna mencapai target Reforma Agraria;
b. bahwa untuk mendukung pelaksanaan Reforma
Agraria sebagaimana dimaksud huruf a perlu dibentuk
Tim Gugus Tugas Reforma Agraria yang terdiri dari
unsur-unsur teknis terkait pemberian Aset Reform dan
Akses Reform maupun dinas-dinas dan stakeholder
terkait dengan agraria;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan
Keputusan Gubernur tentang Tim Gugus Tugas
Reforma Agraria Se-Provinsi ............
Mengingat : 1. Undang - Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104);
2. Undang - Undang Nomor 56 Tahun 1960 tentang
Penetapan Luas Tanah Pertanian (Lembaran Negara
Tahun 1960 Nomor 174);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
4. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara RI. Tahun 2003
Nomor 47);
5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemeritah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 4437);
6. Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4725) ;
7. Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI.
Tahun 2009 Nomor 130) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti
Kerugian (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor
280) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 tentang
Perubahan dan Tambahan Peraturan Pemerintah
Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian
(Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 112);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 58);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1997
Nomor 59) Jo Peraturan Menteri Negara Agraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2013
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
13. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 198/PMK.05/2010 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitasi
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat;
14. Peraturan Gubernur Nomor …. Tahun …. tentang
Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Provinsi ..…
;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI


................................ TIM GUGUS TUGAS REFORMA
AGRARIA DI PROVINSI…….. TAHUN ANGGARAN
......
KESATU : Tim Gugus Tugas Reforma Agraria Se-Provinsi ……
dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum
dalam lampiran Keputusan ini;

KEDUA : Tim sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU


mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Memperkuat kapasitas pelaksanaan Reforma Agraria
di tingkat Provinsi;
b. Mengkoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka
penataan aset di tingkat provinsi;
c. Mengkoordinasikan integrasi pelaksanaan penataan
asset dan penataan akses di tingkat provinsi;
d. Memfasilitasi Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Reforma Agraria di tingkat provinsi;
e. Penyelesaian Konflik Agraria di tingkat Provinsi;
f. Menyampaikan laporan hasil Reforma Agraria
Provinsi kepada Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat;
KETIGA : Biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan pada :
a. Anggaran Pendadapat dan Belanja Negara (APBN);
b. Anggaran Pendadapat dan Belanja Daerah (APBD);

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan,


dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kesalahan dan atau kekeliruan dalam keputusan
ini akan diadakan perbaikan dan atau pembetulan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di
pada tanggal
.

GUBERNUR .................................

Cap & ttd

( ......................................... )
TEMBUSAN disampaikan Kepada Yth :
1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia di Jakarta;
2. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta;
3. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia di Jakarta;
4. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional di Jakarta;
5. Bupati/Walikota Se-Provinsi .............. di Tempat
6. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi ………
7. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Se-Provinsi ............ di Tempat
8. Arsip.
Lampiran Keputusan Gubernur ..............
Nomor : ..................................
Tanggal : ..................................

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA


SE PROVINSI…….

Ketua : Gubernur
Wakil Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi
Ketua Pelaksana Harian : Kepala Kantor Wilayah BPN
Anggota : 1. Pejabat Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang
menangani urusan:
a. tata ruang;
b. lingkungan hidup dan kehutanan;
c. desa, pembangunan daerah tertinggal dan
transmigrasi;
d. pertanian;
e. kelautan dan perikanan;
f. pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
g. koperasi, usaha kecil dan menengah;
h. pemberdayaan masyarakat;
i. perindustrian;
j. perdagangan;
k. Badan Usaha Milik Daerah;
l. keuangan;
m. energi sumber daya mineral; dan
n. perencanaan pembangunan daerah
2. Pejabat Kantor Wilayah BPN Provinsi (Kabid IK,
Kabid HHK, Kabid PT, Kabid PMPP)
3. Pejabat yang ditunjuk oleh Balai Pemantapan
Kawasan Hutan
4. Wakil dari masyarakat yang berpengalaman di
bidang Reforma Agraria
Susunan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi dapat disesuaikan
sesuai dengan potensi aset dan akses reform yang ada di daerah masing-masing.

GUBERNUR .................................

Cap & ttd

( ......................................... )
Lampiran SK Pelaksana Harian Gugus Tugas RA

BADAN PERTANAHAN NASIONAL


KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI ...................
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI
.....................................
NOMOR : ..............

TENTANG

TIM PELAKSANA HARIAN


GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA
PROVINSI ...................

KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI


.....................................

Menimbang : a. bahwa dalam rangka membantu pelaksanaan tugas


Tim Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi ……,
diperlukan Tim Pelaksana Harian Gugus Tugas
Reforma Agraria yang akan melaksanakan kegiatan
teknis penyelenggaran Reforma Agraria;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan
Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional tentang Tim Pelaksana Harian Gugus Tugas
Reforma Agraria Se-Provinsi ............

Mengingat : 1. Undang - Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun


1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104);
2. Undang - Undang Nomor 56 Tahun 1960 tentang
Penetapan Luas Tanah Pertanian (Lembaran Negara
Tahun 1960 Nomor 174);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
4. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara RI. Tahun 2003
Nomor 47);
5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemeritah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 4437);
6. Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4725) ;
7. Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI.
Tahun 2009 Nomor 130) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti
Kerugian (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor
280) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 tentang
Perubahan dan Tambahan Peraturan Pemerintah
Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian
(Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 112);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 58);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1997
Nomor 59) Jo Peraturan Menteri Negara Agraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2013
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
13. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 198/PMK.05/2010 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitasi
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat;
14. Peraturan Gubernur Nomor …. Tahun …. tentang
Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Provinsi ..…
;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH BPN


PROVINSI ................................ TIM PELAKSANA
HARIAN GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA DI
PROVINSI…….. TAHUN ANGGARAN ......

KESATU : Tim Pelaksana Harian Gugus Tugas Reforma Agraria Se-


Provinsi …… dengan susunan keanggotaan sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Tim sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyiapkan pelaksanaan administrasi kegiatan
termasuk penyiapan konsep SK dan keanggotaan
Gugus Tugas Reforma Agraria tingkat Provinsi;
b. Menyusun dan membuat database TORA di tingkat
Povinsi;
c. Melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pengolahan,
analisa, updating data TORA hasil pengumpulan data
TORA ke kab/kota
d. Menyusun data/rencana kerja pemberian Asset
Reform dan Akses Reform masyarakat Reforma
Agraria baik oleh Pemerintah Daerah maupun pihak
terkait lainnya;
e. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi
(pengumpulan data) potensi Pemberian
Pemberdayaan Masyarakat Reforma Agraria baik
oleh Pemerintah Daerah maupun pihak terkait
lainnya;
f. Menyiapkan data dan bahan Konflik Agraria di
tingkat Provinsi;
g. Memfasilitasi pelaksanaan integrasi penataan aset dan
penataan akses;
h. Penyusunan data by name by address penataan aset
dan penataan akses;
i. Menyiapkan bahan laporan hasil pelaksanaan
Reforma Agraria Provinsi kepada Gugus Tugas
Reforma Agraria Pusat
KETIGA : Biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan pada :
a. Anggaran Pendadapat dan Belanja Negara (APBN);
b. Anggaran Pendadapat dan Belanja Daerah (APBD);
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kesalahan dan atau kekeliruan dalam keputusan
ini akan diadakan perbaikan dan atau pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di
pada tanggal
.

KEPALA KANTOR WILAYAH


BPN
PROVINSI .............................

Cap & ttd

( ......................................... )
NIP.

TEMBUSAN disampaikan Kepada Yth :


1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia di Jakarta;
2. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta;
3. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia di Jakarta;
4. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional di Jakarta;
5. Bupati/Walikota Se-Provinsi .............. di Tempat
6. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi ………
7. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Se-Provinsi ............ di Tempat
8. Arsip.
Lampiran Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
..............
Nomor : ..................................
Tanggal : ..................................

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PELAKSANA HARIAN GUGUS TUGAS


REFORMA AGRARIA SE-PROVINSI …….

Ketua : Kepala Kanwil BPN Provinsi


Sekretariat : 1. Kepala Bidang Penataan Pertanahan
2. Es. 3 Bappeda Provinsi
3. Kepala Seksi Landreform dan Konsolidasi
Tanah
Satgas Penataan Aset
Koordinator : Kepala Seksi Land Reform dan Konsolidasi
Tanah
Satgas Tanah Transmigrasi
Koordinator : Kepala Seksi Bina Pengadaan dan Penetapan
Tanah
Anggota : Pejabat SKPD bidang Transmigrasi
Satgas Tanah dari Kawasan Hutan
Koordinator : Kepala Seksi Penatagunaan Tanah
Angggota : 1. Pejabat SKPD bidang lingkungan hidup dan
kehutanan
2. Pejabat Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Satgas Tanah Terlantar
Koordinator : Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan
Satgas Tanah HGU Habis dan PTSL
Koordinator : Kepala Seksi Pengukuran dan Pemetaan Dasar
Satgas TORA Usulan Daerah/Masyarakat
Koordinator : Kepala Seksi Kawasan Tertentu
Satgas Pengembangan Akses Reform
Koordinator : Kepala Seksi Penetapan Hak Tanah dan
Pemberdayaan Hak Tanah Masyarakat
Anggota : Pejabat SKPD yang menangani bidang:
1. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2. Pemberdayaan masyarakat
3. koperasi dan UKM
4. Pertanian dan Perkebunan
5. Kelautan dan Perikanan
6. perindustrian;
7. perdagangan;
8. Badan Usaha Milik Daerah;
9. Keuangan.

Anggota tim pengembangan akses reform dapat disesuaikan berdasarkan


kebutuhan dan kondisi wilayah. Tim Satgas menyesuaikan dengan kebutuhan
berdasarkan sumber TORA yang tersedia di masing-masing provinsi.

KEPALA KANTOR WILAYAH


BPN
PROVINSI .............................

Cap & ttd

( ......................................... )
NIP.
Form by name by addres
HASIL PENATAAN ASSET REFORM DAN AKSES REFORM
(BY NAME BY ADDRESS)
PROVINSI.........................................

Nama Penerima Tanah Jumlah KK Penerima


Jumlah Nama Penerima Tanah Jenis Mata Yang Cocok dengan Yang Sesuai Kriteria
Kabupaten Kecamatan Desa Luas (Ha) Program Pemberdayaan KL
KK (Subyek) Pencaharian Kriteria Program Pemberdayaan Program Pemberdayaan
KL
Lampiran Sistematika Laporan

SISTEMATIKA LAPORAN PELAKSANAAN REFORMA


AGRARIA
TAHUN ANGGARAN 20......

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Maksud dan Tujuan
II. PELAKSANAAN KEGIATAN REFORMA AGRARIA
TAHUN 20.... (T0)
a. Laporan Realisasi pelaksanaan Reforma Agraria se
Provinsi (asset reform dan akses reform);

b. Laporan success story pelaksanaan reforma agraria secara


utuh (aset plus akses) beserta informasi
perubahan/perkembangan/capaian peningkatan kondisi
subyek Reforma Agraria

c. Masalah dan Kendala Pelaksanaan Kegiatan


d. Langkah-Langkah Penanganan Masalah

III. RENCANA KEGIATAN TAHUN 20... (T+1)

a. Rencana lokasi tanah obyek reforma agraria (TORA) se-


Provinsi
b. Arahan program-program akses reform dan
pemberdayaan dalam kerangka reforma agraria

IV. PENUTUP
V. LAMPIRAN

a. Daftar Hasil Penataan Asset Reform dan Akses Reform


(by name by addres)
b. Daftar Isian Masalah Pelaksanaan Reforma Agraria

Catatan :
Laporan dibuat dalam bentuk hardcopy dan softcopy

Anda mungkin juga menyukai