Hati-hati para pejabat, pelaksana kegiatan, aparat, media atau siapa saja ketika
menyebut PPTK. Bisa-bisa salah kaprah dan ujung-ujungnya gagal paham.
Ternyata PPTK itu terdapat beberapa varian berdasarkan ruang lingkup tugas dan
dasar aturannya. Mari kita belajar bersama dan berhati-hati bersama agar tidak ada
yang di dzolimi.
Beberapa hari terakhir ini kembali mencuat diskusi tentang PPTK dalam
pengadaan barang/jasa. Bahkan dampaknya sudah masuk ke ranah proses
hukum pidana khusus. Seolah-olah PPTK menjadi penanggungjawab penuh atas
tidak berhasilnya sebuah proses pengadaan. Bahkan dibeberapa kasus, justru
oknum yang menjabat PPTK, yang memang merasapowerfull melebihi Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) yang bertandatangan kontrak. Atas dasar diskursus itu
mari kita buka asal-usul PPTK ini.
Akibat dari akronim yang sama yaitu PPTK kemudian didekati dengan pola
pemahaman “UU Kebiasaan” yang berlaku, kemudian diimplementasikan tanpa
membaca aturan sesuai konsideran dan dasar hukum yang digunakan, fakta
dilapangan pencampuran antara kebiasaan dan keinginan akhirnya memunculkan
pembenaran atas satu hal yang keliru.
Saya akan coba bahas satu persatu akronim berdasarkan 3 peraturan ini.
Definisi
Pasal 1 angka 16. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat
PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau
beberapa kegiatandari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
Definisi ini menggambarkan bahwa PPTK adalah pejabat unit SKPD yang
melaksanakan kegiatan berdasarkan program pada bidang tugasnya. Jika
demikian patut kiranya disebutkan bahwa jabatan PPTK ini adalah tugas struktural
terkait tugas pokok dan fungsi jabatan.
Kemudian terdapat juga kalimat “kegiatan dari suatu program”. Jika kita runut
dari definisi UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN) pasal 1 angka 16, bahwa Program adalah instrumen kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah.
41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
42. Kegiatan adalah bagian dari programyang dilaksanakan oleh satu atau lebih
unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakanpengerahan sumber daya baik
yang berupapersonil (sumber daya manusia),
barangmodal termasuk peralatan dan teknologi,dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagaimasukan
(input) untuk menghasilkankeluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan
yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
Pasal 12
(2) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas mencakup:
Penjelasan Pasal 12
Ayat (1) Penunjukan PPTK sebagaimana dimaksud dalam ayat ini melalui usulan
atasan langsung yang bersangkutan.
Kiranya tegas sekali bahwa tanggungjawab PPTK (Versi PP 58/2005) paling jauh
hanyalah sampai pada Dokumen Administrasi Kegiatan dan Dokumen Administrasi
Pembayaran. Artinya PPTK (Versi PP 58/2005) hanya bertanggungjawab
secara formil terhadap administrasi kegiatan dan pembayaran (Dokumen
administrasi SPP-LS Permendagri 13/2006 Pasal 92).
Tapi apa lacur kalau kemudian aturan hanya dilihat sebagai dokumen aturan yang
tidak diacu dalam pelaksanaan bahkan dalam aturan turunan teknis turunannya.
Lihat kutipan SK PPTK yang saya dapatkan dari sebuah provinsi.
Silakan untuk didiskusikan untuk bahan perbaikan.
Uraian Tugas, Fungsi dan Kewenangan PPTK sangat berbeda dengan Pasal 12 PP
58/2005 dan Permendagri 2006 sebagaimana diubah dengan Permendagri
21/2011. Yang memprihatinkan adalah betapa berat dan luasnya tanggungjawab
seorang PPTK dalam SK ini, yaitu Mempertanggunjawabkan SEMUA
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya. Sementara PPTK(Versi PP
58/2005) membatasi tanggungjawab PPTK sampai pada tanggungjawab
formil/administratif saja yaitu Dokumen Administrasi Kegiatan dan Pembayaran.
Makna SEMUA KEGIATAN
sama saja dengan mempertanggungjawabkan secara formil maupun materiil.
Sebagai catatan, berkat SK ini, salah satu pengemban tugasnya telah ditahan
sebagai tersangka. Kejadian seperti ini tidak tertutup terjadi juga ditempat-tempat
lain. Terlepas dari yang bersangkutan terbukti atau tidak kejahatannya, semoga
pembuat SK diberi kesadaran dan pengampunan.
Pasal 13
menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 14
PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) pada satuan kerja pusat,
UPT, satuan kerja khusus, danSKPD pelaksana Dekonsentrasi, Tugas
Pembantuan, dan Urusan Bersama merupakan pejabat struktural satu tingkat di
bawah dan dalam unit kerja yang sama dengan PPK.
Selain PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditambah pejabat/staf
sebagai PPTK dalam satu unit pengelola kegiatan dan anggaran pada satuan
kerja pusat, UPT, dan satuan kerja khusus.
menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
Jika kita lihat dari Permendagri 3/2013 kesamaan peran dengan PPTK versi PP
58/2005 tertuang dalam pasal 14 ayat 3 huruf a dan b ditegaskan melalui ayat 4
bahwa yang dimaksud dengan menyiapkan dokumen anggaran atas beban
pengeluaran pelaksanaan kegiatan adalah mencakupdokumen
administrasi kegiatan maupundokumen administrasi yang terkait dengan
persyaratan pembayaran.
Perbedaan lainnya pada Permendagri 3/2013 disebutkan pada ayat (2) bahwa
selain PPTK (yang pejabat struktural), dapat ditambah pejabat/staf sebagai
PPTK dalam satu unit pengelola kegiatan. Staf dapat ditunjuk sebagai PPTK di
lingkup Kemendagri. Untuk PP 58/2005 dan Permendagri 13/2006 tidak
sedikitpun kalimat yang membuka peluang staf dapat ditunjuk sebagai PPTK.
Oke, sekarang kita masuk ke wilayah peraturan lain yang juga kerap disalahpahami
berkaitan dengan peran dan fungsi PPTK(Versi PP 58/2005).
Berkiblat ini ternyata dipahami secara umum sama dengan meng-copy paste
mentah-mentah dari sisi pemahaman tanpa memperhatikan aturan yang
mendasari. Berikut uraiannya.
Pasal 4
(1) Setiap pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga harus mendapat bantuan teknis berupa
tenaga PENGELOLA TEKNIS dari Departemen Pekerjaan Umum dalam rangka
pembinaan teknis.
1. PENGELOLA KEGIATAN
3) Pengelola Administrasi Satuan Kerja yaitu staf satuan kerja yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja, yang sesuai ketentuan dapat terdiri atas
beberapa staf;
Kemudian poin 4 tentang Pengelola Teknis dijabarkan pada poin 6 sebagai berikut:
Direktur Jenderal Cipta Karya c.q. Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
untuk satuan kerjasatuan kerja Kementerian/Lembaga tingkat Pusat di wilayah DKI
Jakarta; atau
Dinas Pekerjaan Umum/Instansi teknis provinsi yang bertanggung jawab dalam
pembinaan bangunan gedung sebagai bentuk penyelenggaraan tugas
dekonsentrasi untuk satuan kerja- satuan kerja Kementerian/Lembaga di luar
wilayah DKI Jakarta;
Dari runtutan ini maka dapat dipahami bahwa peran dan fungsi Pengelola Teknis
Kegiatan, atau yang juga kerap disebutPejabat Pengelola Teknis
Kegiatan (PPTK versi Permenpu 45/2007), berada dibawah komando PPK.
Dengan demikian PPTK versi Permenpu 45/2007 bertanggungjawab secara formil
terkait administrasi teknis kegiatan konstruksi. Sedangkan yang bertanggungjawab
secara materiil tetaplah PPK yang bertandatangan kontrak.
Maka kita lihat PPTK versi PP 58/2005 bahwa yang ditunjuk sebagai PPTK bukan
atas dasar kompetensi teknis tapi hanya tentang jabatan saja. Sementara jika akan
merangkap tugas sebagai PPTK versi Permenpu 45/2007, diarea materiil ke-PPK-
an Konstruksi bangunan, yang menjabat harus pejabat fungsional bidangtata
bangunan dan perumahan atau yang bersertifikat pengelola teknis. Jika yang
bersangkutan jelas-jelas tidak punya kompetensi teknis ke-konstruksi-an maka
membebankan 2 peran dan fungsi adalah hal yang tidak akuntabel dan
profesional.
Secara legal formal PPTK gabungan (PP 58/2005 dan Permenpu 45/2007) harus
dibekali dengan Surat Keputusan yang juga sesuai secara substantif dan legal.
Konsideran dan Dasar Hukum harus jelas memasukkan unsur PP 58/2005 dan
turunannya, Permen PU 45/2007 dan turunannya dan juga Perpres 54/2010
beserta seluruh perubahan dan aturan turunannya.
PPTK versi PP 58/2005 adalah Pejabat pada unit SKPD bukan Staf pada unit
SKPD karena jabatan PPTK adalah jabatan struktural berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsi jabatan atau unsur manajerial.
Melibatkan PPTK versi 58/2005 ke dalam wilayah teknis materiil pekerjaan atau
pelaksanaan kontrak tanpa membekali dengan kompetensi teknis yang cukup,
tidak sesuai dengan asas profesionalisme dan segala kesalahan berpotensi
menjadi tanggungjawab pejabat yang memberi perintah (UU 30/2014 pasal 54
ayat 2).
0 Add a comment