HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang.............................................................................
1
B. Tujuan..........................................................................................
3
C. Manfaat........................................................................................
3
0
II. Interpretasi Data Dasar .......................................................................
37
III. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial ...................................
37
IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera ...............................................
37
V. Perencanaan Asuhan ..........................................................................
37
VI. Penatalaksanaan .................................................................................
38
VII. Evaluasi ..............................................................................................
39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat pada suatu wilayah tertentu adalah angka kematian ibu
melahirkan (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Jumlah kematian ibu
melahirkan per 100.000 kelahiran hidup dalam waktu 1 tahun, semakin
meningkatnya angka ini menunjukkan bahwa semakin meningkat juga
masalah kesehatan disuatu wilayah tertentu (DIKES RI, 2009).
AKI untuk propinsi NTB telah mengalami sedikit peningkatan yang
tidak terlalu signifikan, yaitu pada tahun 2007 mencapai 95/100000 kelahiran
hidup dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 100/100000 kelahiran hidup.
Untuk AKB Provinsi NTB telah mengalami penurunan dalam kurun waktu
2003-2012, namun masih di atas angka nasional. Menurut data dari Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di Provinsi NTB pada tahun
2007 sebesar 72/1000 kelahiran hidup mengalami penurunan menjadi sebesar
57/1000 kelahiran hidup sesuai data SDKI 2012 (DIKES NTB, 2012).
Tidak hanya angka kematian ibu (AKI) tetapi angka kematian balita
(AKB) dimana jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, hal ini
dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan
anak termasuk status gizi, sanitasi dan angka kesakitan lainnya.
Laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB tahun
2012 diketahui sebanyak 1.502 kasus kematian balita (terdiri dari 1.432 kasus
kematian bayi dan 82 kasus kematian anak balita) dari 103.524 kelahiran
hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) dapat menggambarkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat setempat karena bayi adalah kelompok usia yang paling
rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.
Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial-ekonomi dan kesehatannya. AKB Provinsi NTB
telah mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012, Namun masih
diatas angka nasional.
Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
di Provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000 kelahiran hidup
2
mengalami penurunan menjadi sebesar 57/1000 kelahiran hidup sesuai data
SDKI 2012. Perbandingan data AKB Provinsi NTB dengan data AKB
Indonesia tahun 2003 – 2012 terlihat bahwa AKB Provinsi NTB cukup tinggi
dan diperlukan upaya yang sangat keras menurunkan AKB untuk mencapai
target. Menurunkan AKB berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan Umur
harapan Hidup (UHH) suatu Negara. Berdasarkan perhitungan target yang
ingin dicapai maka Pemerintah Provinsi NTB telah Menetapkan target AKB
yang tertuang dalam RPJMD Provinsi NTB tahun 2009-2013 turun menjadi
42/1000 kelahiran hidup. Disamping itu pemerintah pusat juga telah
menetapkan target yang ingin dicapai sesuai MDGs ke-4 pada tahun 2015
yaitu AKB turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Laporan rutin
(pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB tahun 2012 terjadi 1.432
kematian bayi dari 103.524 kelahiran hidup. Kasus kematian bayi yang
dilaporkan di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2008-2012 bahwa
jumlah kasus kematian bayi tahun 2012 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya kematian bayi antara lain
dikarenakan masih adanya persalinan oleh dukun sebesar 9,65% dan masih
adanya ibu hamil resti atau komplikasi yang belum ditangani sebanyak
9,09%. (Dikes Provinsi NTB, 2012).
Penyebab kematian ibu digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Kematian ibu paling banyak pada tahun 2012
masih disebabkan oleh perdarahan yaitu sebesar 27 %, Preeklampsi /
Eklampsi sebesar 24 %, Infeksi sebesar 6 %, Emboli sebesar 2 %, dan lain-
lain sebesar 38 %, yang merupakan penyebab langsung kematian ibu.
Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain keadaan kesehatan ibu hamil
yang buruk, anemia, dan penyakit infeksi akut/kronis (malaria, TBC,
hepatitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain). Di samping itu ada faktor-
faktor lain yang melatarbelakangi kematian ibu diantaranya: faktor perilaku
masyarakat yang dipengaruhi oleh sosial budaya atau tradisi, ekonomi dan
pendidikan (Dikes Provinsi NTB. 2012)
Di provinsi NTB pada tahun 2012, cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih (pn) sebanyak 90,35% cakupan pelayanan ibu
nifas sebanyak 90,3%, cakupan pelayanan kunjungan neonatal lengkap
3
sebanyak 93,53%, (Dinas kesehatan NTB: 2012). Di Puskesmas Gunungsari
pada tahun 2014, angka kematian maternal sebanyak 9, neonatal sebanyak 4,
bayi sebanyak 2.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan
pendekatan Manajemen Kebidanan pada bayi baru lahir sesuai 7 Langkah
Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswi mampu melakukan pengumpulan data dengan benar pada
Ny.”K” tentang asuhan bayi baru lahir.
b. Mahasiswi mampu menginterpretasi data untuk menegakkan diagnosa
pada Ny.”K” tentang asuhan bayi baru lahir.
c. Mahasiswi mampu mengidentifikasi masalah potensial dan
mengantisipasi penanganan pada Ny.”K” tentang asuhan bayi baru
lahir.
d. Mahasiswi mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera
pada Ny.”K” tentang asuhan bayi baru lahir.
e. Mahasiswi mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada
Ny.”K” tentang asuhan bayi baru lahir.
f. Mahasiswi mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada
Ny.”K” tentang asuhan bayi baru lahir.
g. Mahasiswi mampu melaksanakan evaluasi hasil tindakan asuhan
kebidanan pada Ny.”K” tentang asuhan baru lahir.
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman institusi pendidikan
dalam pelaksanaan kasus asuhan bayi baru lahir.
b. Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
c. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab
kesenjangan antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk
pendidikan kasus asuhan bayi baru lahir.
2. Bagi Penulis
4
Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Belajar menerapkan
langsung pada masyarakat di lapangan perkembangan ilmu pengetahuan
yang diperolehnya di dalam kelas.
3. Bagi Masyarakat
a. Dapat menambah pengetahuan klien khususnya dan masyarakat
umumnya dalam perawatan bayi baru lahir.
b. Klien atau masyarakat dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada
bayi baru lahir.
c. Klien khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat menolong
dirinya sendiri terhadap perubahan Fisiologis bayi baru lahir dan
perawatan bayi baru lahir.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Fisiologi
Saat bayi dilahirkan dan sirkulasi fenoplasenta berhenti berfungsi, bayi
mengalami perubahan fisiologi yang besar sekali dan cepat. Segera setelah
pola pernafasan bergeser dari satu inspitasi episodic dangkal menjadi pola
inhalasi lebih dalam dan teratur (Cuningham FG, 2005)
6
Segera setelah lahir yang meununjukkan terbentuknya mekanis pada
thorax sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan kenaikan
tekanan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis
(stimulasi kimiawi) dan merangsang dingi didaerah muka dapat merangsang
permulaan gerakan pernafasan (stimulasi sensorik).
Dengan terpotongnya tali pusat maka sirkulasi plasenta terhenti, aliran
darah ke atrium kanan menurun, sehingga tekanan jantung menurun, tekanan
rendah di aorta hilang sehingga tekanan jantung kiri meningkat. Paru-paru
mengalami retensi dan aliran darah ke paru-paru meningkat yang
menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat. Hal tersebut mengakibatkan
ductus botalli tidak berfungsi dan foramen ovale menutup. Pada 24 jam
pertama neonatus akan mengeluarkan tinja yang pertama yang biasa disebut
mekonium. Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus dipengaruhi oleh
pemberian makanan atau minuman. Enzim pada saluran pencernaan biasanya
sudah terdapat pada neonatus kecuali enzim amilase.
Enzim hepar pada neonatus belum aktif benar misalnya enzim G6PD
yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sehingga neonatus memperlihatkan
gejala ikterus fisologi.
Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas sehingga
metabolisme per kilo garam berat badannya besar. Pada jam-jam 1 energi
didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari ke-2 energi berasal
dari pembakaran lemak. Neonatus, apabila mengalami hipotermi bayi
mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan cara pembakaran cadangan
lemak coklat yang memberi energi lebih banyak daripada lemak biasa.
Hormone yang didapatkan dari itu masih berfungsi, hal ini terlihat adanya
pembesaran kelenjar susu, kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari
vagina yang menyerupai darah haid. Ginjal pada neonatus baru bisa
memproses air yang didapat setelah 5 hari kelahiran. Ginjal pada neonatus
belum berfungsi ssempurna karena jumlah nefron matier tudak sebanyak
orang dewasa, tidak seimbangnnya antara luas permukaan glomerulus dan
volume tubulus proximal dan aliran darah ginjal pada neonatus relative
kurang bila dibandingkan orang dewasa.
C. Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir Normal
7
Menurut Varney (2006), Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi
dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (di luar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode
Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran
untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi
adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam
kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
1. Perubahan Sistem Pernafasan.
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru–
paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx
yang bercabnga dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8
tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
8
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru -
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru - paru secara mekanis.
3) Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan
saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
4) Penimbunan karbondioksida (CO2), Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
5) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada
20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat
akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
9
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio
sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan
beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan
trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari
paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi.
Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulasi luar rahim.
2. Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar
rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan resistensinya,
sehingga mengubah aliran darah.
10
1. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen
pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium
kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan
pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah
lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
b. Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
1) Sirkulasi darah fetus
a) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
(1) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami
deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
(2) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum
mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
(3) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan
darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
(4) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari
venrtriculuc dexter dan aorta desendens
11
(5) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang
mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus
umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di
dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri
hypogastica.
b) Sistem sirkulasi fetus
(1) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen
dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica
meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena
cava inferior
(2) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena
umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
(3) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah
beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus,
menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan
membawanya ke atrium dextrum
(4) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar
darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra
untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati
valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui
aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok
darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan
demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru
yang mengalami oksigenasi
(5) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala
dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini
bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior
melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus
dexter
12
(6) Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru
- paru yang nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien
sedikit
(7) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari
vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk
memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas
inferior
(8) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria
illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok
dari peredaran darah maternal.
2) Perubahan pada saat lahir
a) Penghentian pasokan darah dari plasenta
b) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
c) Penutupan foramen ovale
d) Fibrosis
(1)Vena umbilicalis
(2)Ductus venosus
(3)Arteriae hypogastrica
(4)Ductus arteriosus
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim
ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
13
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan
panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1
sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Melalui penggunaan ASI
b. Melaui penggunaan cadangan glikogen
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama
lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami
hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen
digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi
yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan
14
risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum
lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi;
kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan
menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya.
Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di
seluruh di sel-sel otak.
5. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lair.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus
bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh”
pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas
kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung
ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru
lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
6. Sistem Kekebalan Tubuh/ Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami:
a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. Fungsi saringan saluran napas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada
15
BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum
mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan
sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan
balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali
terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang
aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
16
E. Reflek – Reflek Fisiologis
1. Tahap Gerak Refleks Telapak Tangan (palmar
grasp reflex)
Tahapan gerak refleks telapak tangan merupakan salah satu dari
seluruh refleks bayi yang paling dikenal dan merupakan salah satu yang
paling awal muncul pada usia balita. Gerak refleks ini merupakan respons
yang ditampilkan terhadap rangsanga yang halus pada telapak tangannya.
Apabila telapak tangan dirangsang dengan apa saja, maka keempat jari
tangan secara spontan akan menutup, meskipun ibu jari tidak memberikan
respons terhadap rangsangan ini. Namun gerak refleks tangan ini menjadi
ciri khas dari perkembangan motorik yang diperlihatkan anak balita. Jadi
pada tahapan ini anak balita sudah memiliki kemampuan menggunakan
telapak tangannya sebagai alat komunikasi dengan ibunya
2. Tahap Gerak Refleks Menghisap (sucking reflex)
Tahapan gerak refleks menghisap dilakukan oleh bibir yang
mendapat rangsangan, misalnya sentuhan susu ibu. Rangsangan ini
sebenarnya menimbulkan dua respons yang berkaitan dengan menghisap.
(1) terbentuk tekanan negatif di dalam oral sehingga timbul aksi
menghisap, dan (2) lidah akan menimbulkan tekanan positif, lidah akan
menekan ke arah atas dan sedikit ke arah depan dengan setiap aksi
menghisap. Setelah diberi rangsangan yang sesuai akan terjadi serangkaian
gerakan menghisap, masingmasing gerakan ini terdiri dari penerapan
tekanan positif dan negatif secara serentak.
3. Tahap Gerak Refleks Pencarian (search reflex)
Tahapan gerak refleks pada pencarian ini membantu bayi
mendapatkan sumber makanan dan kemudian refleks menghisap membuat
bayi dapat mencerna makanan. Refleks ini pada umumnya dapat
ditimbulkan dengan sentuhan lembut pada daerah sekitar mulut. Jadi, pada
tahapan ini anak sudah memiliki kemampuan melakukan
pencarian sesuatu dengan geraknya.
4. Tahap Gerak Refleks Moro (moro reflex)
Tahapan gerak refleks moro paling bermanfaat untuk mendiagnosis
kematangan neurologis bayi. Gerak refleks ini sering kali muncul pada
saat lahir dan berakhir pada saat bayi berumur 4 s/d 6 bulan. Salah satu
rangsangan untuk membangkitkan reflex moro adalah dengan jalan
17
menelentangkan bayi di atas kasur. Rangangan ini aka membuat lengan,
jari-jari, dan kaki meregang.
5. Tahap Gerak Refleks tidak Simetrik Leher
(asymmetrical tonic neck reflex)
Tahapan gerak refleks tidak simetrik leher pada umumnya dapat
dilihat pada bayi yang lahir prematur. Refleks ini dapat muncul jika bayi
dalam keadaan telungkup. Jika kepala bayi diputar ke salah satu sisi atau
yang lainnya, maka anggota tubuh yang searah dengan perputaran tersebut
akan membuka, sedangkan anggota tubuh pada arah berlawanan akan
menutup. Gerak refleks ini biasanya paling bertahan hingga bayi berusia 2
s/d 3 bulan, selanjutnya akan menghilang.
6. Tahapan Gerak Refleks Simetrik Leher
(symmetrical tonic neck reflex)
Tahapan gerak refleks simetrik pada leher memberikan respons yang
sama dengan anggota tubuhnya. Respons simetris ini dapat timbul dengan
jalan menempatkan bayi dalam posisi duduk yang ditumpu (dipegang
orang dewasa). Jika bayi dimiringkan cukup jauh ke belakang, maka leher
akan memanjang, yang sesuai dengan refleksmembuka tangan dan
menutup kaki. Namun, apabila dimiringkan ke depan maka terjadi refleks
yang sebaliknya. Apabila refleks ini bertahan lama akan menimbulkan
hambatan pada kemampuan bayi dalam mengangkat kepala dengan sadar
saat berada dalam posisi telungkup.
7. Tahap Gerak Refleks Telapak Kaki (plantar grasp reflex)
Tahapan gerak refleks ini normalnya dapat dilihat pada anak mulai
dari sejak lahir hingga sepanjang tahun pertama usia bayi tersebut. Refleks
ini dapat ditimbulkan dengan jalan menerapkan sedikit tekanan, biasanya
dengan ujung jari, pada tumit kaki, yang membuat seluruh jari kaki
menutup. Gerakan menutup ini sebagai upayanya untuk menangkap
rangsangan. Refleks ini harus lebih dahulu dilampaui sebelum anak dapat
berdiri dengan tegak, berdiri sendiri, dan berjalan.
18
menyentuh lantai. Tekanan pada telapak kaki akan membuat kaki
mengangkat dan selanjutnya diturunkan. Aksi kaki ini sering muncul
secara bergantian, dan oleh karena mirip dengan gerakan berjalan yang
masih pemula. Refleks ini sering disebut juga dengan refleks berjalan,
namun tidak disertai oleh stabilitas atau gerakan lengan yang terjadi jika
berjalan secara sadar.
19
G. Mencegah Kehilangan Panas
1. Keringkan bayi dengan seksama : mengeringkan dengan menyeka tubuh
bayi juga merupakan rangasangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernafasannya
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. Ganti handuk
atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain
yang baru ( hangat, bersih, dan kering )
3. Selimuti bagian kepala: bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang
relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut tidak tertutup
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya; pelukan ibu pada
tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan
panas. Sebaiknya pemberian asi harus di mulai dalam waktu satu jam
pertama kelahiran
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi
baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
bayi pada sat berpakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan
sedikitnya enam jam setelah lahir.
H. Perawatan Awal
Bayi baru lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar dapat
tumbuh secara normal dan sehat.
Segera setelah lahir, dokter atau Bidan dengan lembut akan
membersihkan lendir dan benda-benda lain dari mulut, hidung dan
tenggorokan bayi dengan alat penghisap. Bayi akan segera bernafas sendiri.
Tali pusat dijepit pada dua tempat dan dipotong diantaranya. Bayi
kemudian dikeringkan dan dibaringkan diatas selimut hangat yang steril atau
diatas perut ibunya.
Bayi kemudian ditimbang dan diukur panjangnya. Dokter akan
memeriksa adanya kelainan yang jelas terlihat, sedangkan pemeriksaan fisik
20
secara lengkap akan dilakukan kemudian. Kondisi bayi secara keseluruhan
dinilai pada menit pertama dan 5 menit setelah kelahiran dengan
menggunakan skor Apgar. Skor Apgar adalah penilaian bayi baru lahir yang
didasarkan pada:
1. Warna kulit bayi (merah muda atau biru)
2. Denyut jantung
3. Pernafasan
4. Respon bayi
5. Ketegangan otot (lemah atau aktif)
Menjaga kehangatan bayi baru lahir adalah suatu hal yang sangat
penting. Sesegera mungkin bayi diberi baju dari bahan yang nyaman,
dibedong dan kepalanya ditutup untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
Diberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik untuk perlindungan terhadap
infeksi akibat kontak dengan organisme berbahaya selama persalinan.
Setelah dipindahkan ke ruang perawatan, bayi ditempatkan dalam
tempat tidur bayi yang kecil dalam posisi miring dan menjaganya tetap
hangat. Menidurkan bayi dalam posisi miring akan mencegah penyumbatan
saluran pernafasan oleh cairan atau lendir yang bisa menghalangi pernafasan.
Karena semua bayi baru lahir memiliki sedikit jumlah vitamin K, dokter
atau Bidan memberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan
(penyakit perdarahan pada bayi baru lahir). Larutan antiseptik dioleskan pada
tali pusat yang baru dipotong untuk mencegah infeksi.
Sekitar 6 jam atau lebih setelah lahir, bayi dimandikan. Bidan mencoba
untuk tidak membersihkan bahan putih berminyak (verniks kaseosa) yang
menutupi hampir seluruh kulit bayi baru lahir, karena bahan ini membantu
melindungi terhadap infeksi.
a. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik lakukan anamnesis mengenai :
1) Riwayat penyakit keturunan
2) Riwayat kehamilan sebelumnya
3) Riwayat kehamilan sekarang
4) Riwayat persalinan sekarang
21
Pemeriksaan fisik dilakukan 3 kali yaitu :
1) Pada saat lahir :
Tujuannya adalah :
a) untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterine.
b) Untuk mencari kelainan congenital terutama yang perlu
penanganan segera.
2) Penilaian adaptasi neonatus
Dilakukan dengan cara menghitung nilai APGAR.
3) Mencari kelainan congenital
Pada anamnesis perlu ditanyakan pada ibu :
a) Penggunaan obat-obatan teratogenik
b) Terkena radiasi
c) Infeksi virus pada trimester I kelainan bawaan pada keluarga
d) Ibu menderita penyakit yang dapat meganggu pertumbuhan janin :
DM, Asma.
Sebelum memeriksa bayi perlu diperiksa :
a) Cairan Amnion
1) Cairan amnion perlu diukur/diperkirakan
2) Pada polihidramnion biasanya dari ibu dengan DM dan
eklampsia, bayi biasanya terdapat anamsephalus, obstruksi
traktus intestinalis bagian atas.
b) Plasenta
1) Plasenta ditimbang
2) Perhatikan adanya perkapuran dan nekrosis
3) Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat ½ chorion
(menetukan kembar identik)
4) Perhatikan adanya anastomosis vaskuler antara kedua amnion
c) Tali Pusat
1) Pelu diperhatikan kesegaran tali pusat
2) Ada tidak simpul pada tali pusat
22
3) Perhatikan tali pusat harus terdiri dari 1vena yang berdinding
tipis dan 2 arteri yang berdinding tebal.
d) Berat Badan dan Masa Kehamilan
1) Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan adalah
2kali lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan
2) Pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian kelainan
congenital 10x lebih besar.
23
Keadaan gizi nronatus dinilai dari berat badan dan panjang
badan disesuaikan dengan masa kehamilan.
6) Suhu
a) Diukur pada rectum, suhu tubuh normal 36,5-37,5ºC.
b) Suhu yang meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, infeksi,
kenaikan suhu lingkungan.
c) Kenaikan suhu merata disebabkan oleh kenaikan suhu lingkungan.
d) Ekstremitas dingin dan tubuh panas kemungkinan disebabkan oleh
sepsis.
e) Infeksi neonatus dapat tidak disertai kenaikan suhu tubuh bahkan
sering terjadi hipotermi.
b. Pengumpulan Data Umum
1) Berat badan
2) Panjang Badan
3) Lingkar kepala
4) Lingkar dada
5) Lingkar lengan atas
c. Pemeriksaan Sistematis Secara Rinci
1) Kepala dan Leher
a) Pemeriksaan ubun-ubun perlu diperhatikan ukuran dan ketegangan,
adanya molding
b) Perhatikan kelainan yang disebabkan oleh trauma lahir seperti
kaput succedaneum, sephal hematoma atau fraktur tulang
tengkorak
c) Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti anansefali,
microsephalus, dan macrosephalus.
d) Lingkar kepala diukur saat lahir, akibat adanya perubahan yang
terjadi pada saat lahir, pemeriksaan ini cenderung berubah 48 jam
berikutnya, akan lebih baik jika lingkar kepala diukur 2-4hari
setelah lahir.
2) Wajah
24
a) Seringkali wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi
janin intrauterine
b) Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa syndrome seperti
syndrome down
c) Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi,
patah tulang zigomatikus
3) Mata
a) Periksa mata untuk memastikan bahwa kedua mata ada, kaji ukuran
dan bentuk mata.
b) Pemeriksaan mata neonatus seringkali sulit dilakukan karena
biasanya mata tertutup
c) Menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan mata neonatus
dapat terbuka sehingga dapat diperiksa
d) Katarak kongenital dapat mudah terlihat sebagai pupil yang
berwarna putih
e) Trauma pada mata terlihat sebagai oedema palpebra, perdarahan
konjungtiva
f) Perhatikan adanya secret mata.
4) Telinga
a. Perhatikan letak daun telinga, daun telinga yang letaknya rendah
atau low set ear terdapat pada neonatus dengan syndrome pierce
robin
b. Membrane tymphani diperiksa untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi
5) Hidung
a) Hal-hal yang harus pada hidung adalah bentuk dan lubang hidung,
pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm
b) Neonatus bernapas melalui hidung, bila bernapas melalui mulut
kemungkinan terdapat obstruksi jalan napas
c) Pernapasan cuping hidung menunjukkan adanya gangguan paru.
25
6) Mulut
a) Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi
b) Obsevasi mulut bayi, bibir harus terbentuk dan simetris,
ketidaksimetrisan bibir megindikasikan adanya palsi wajah
c) Daerah antara mulut dan hidung harus diperiksa untuk mengetahui
adanya bibir sumbing
d) Bagian dalam mulut harus diperiksa dengan pencahayaan yang
baik, langit-langit diperiksa keutuhannya terutama pada
persambungan antara palatum lunak dank eras
e) Pada saat memeriksa bagian dalam mulut periksa adanya bercak
putih pada gusi atau palatum, adanya gigi.
7) Leher
a) Bayi biasanya berleher pendek, yang harus diperiksa
kesimetrisannya
b) Lakukan perabaan pada leher bayi dengan menggerakkan jari
kesekeliling leher untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan,
kelainan tulang dan tumor
c) Bayi harus dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan.
8) Dada
Inspeksi :
a) Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas
b) Pada inspirasi normal dinding dada bergerak bersama dengan
dinding perut
c) Laju napas neonatus normal berkisar anatara 40-60 x/menit,
perhitungan harus dilakukan 1 menit penuh
d) Kelainan payudara neonatus kadang-kadang tampak membesar dan
sering kali disertai dengan sekresi air susu, akibat pengaruh
hormone pada ibu
e) Kadang-kadang ditemukan putig susu berlebihan
Palpasi:Dengan palpasi dapat menemukan fraktur klavikula serta
untuk menetukan posisi jantung
Perkusi:Jarang dilakukan perkusi dada
26
Auskultasi :
a) Laju jantung dihitung selama satu menit penuh dengan
menggunakan stetoskop, niormalnya 120-160x/menit dan
dipengaruhi oleh aktivitas bayi
b) Bunyi napas neonatus adalah broncovesikuler.
9) Abdomen
a) Observasi abdomen yang harus tampak bulat dan bergerak secara
serentak dengan gerakan dada ketika bernapas
b) Dinding perut neonatus lebih datar daripada dinding dada
c) Inspeksi untuk memastikan bentuknya dan lakukan palpasi secara
perlahan untuk memastikan kemungkinan adanya pembengkakan
d) Tali pusat harus di klem dan inspeksi dengan baik untuk
memastikan tidak adanya tanda-tanda perdarahan
10)Genitalia
a) Pada bayi laki-laki ukuran penis antara 3-4cm (panjang) dan 1-1,3
cm (lebar)
b) Scrotum harus dipalpasi secara perlahan untuk memastikan bahwa
jumlah testis ada 2
c) Testis biasanya sudah turun ke dalam pada bayi cukup bulan
d) Pada bayi perempuan vulva harus diperiksa dengan merentangkan
kedua labia secara perlahan untuk memastikan adanya klitoris,
orifisium urethra dan vagina
e) Pada bayi cukup bulan labia minora tertutup oleh labia mayora
f) Kadang-kadang tampak secret yang berdarah dari vagina hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormone ibu ‘wihdrawal bleeding” .
11) Anus
a) Pemeriksaan anus bukan hanya untuk mengetahui ada atau tidak
atresia anii, melainkan untuk mengetahui posisinya
b) Pengeluaran mekonium akan berlangsung dalam waktu 12 jam
pertama setelah kelahiran
c) 99% bayi aterm dan 95% preterm akan mengeluarkan mekonium
dalam waktu 48 jam setelah kelahiran
27
d) Bila setelah 48 jam mekonium belum keluar kemungkinan adanya
kelainan seperti mega kolon, obstuksi saluran cerna.
12)Tulang Belakang
a) Untuk pemeriksaan tulang belakang bayi diletakkan dalam posisi
telungkup
b) Tangan pemeriksa meraba sepanjang trulang belakang untuk
mencari adanya tanda abnormalitas yang nyata seperti spina bifida
dan adanya pembengkakan.
13)Ekstremitas
a) Perhatikan pergerakan ekstremitas apabila asimetris kemungkinan
adanya patah tulang atau kelumpuhan syaraf
b) Jumlah jari kaki dihitung dan diperiksa, catat adanya polydactily
dan syndactily.
14)Kulit
a) Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang
bersifat seperti lemak “verniks kaseosa”
b) Tebal jaringan subkutan pada neonatus cukup bulan 0,25 -0,5 cm
c) Rambut halus yang terdapat pada punggung bayi “lanugo”
d) Perhatikan apakah ada kelainan bawaan
e) ± 40 % neonatus cukup bulan di kulit hidung, pipi, terdapat bintik
putih kekuningan “milia”
f) Di daerah dahi dan ketiak terlihat “miliara kristalia”
28
J. Penilaian
Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan system nilai
APGAR/APGAR Score yaitu: (Manuaba, 2002).
Tabel 2.9. APGAR Score
K. Penatalaksanaan
a. Segera setelah bayi lahir, nilai pernafasannya. Letakkan bayi diatas perut
ibu
b. Keringkan bayi dengan kain bersih dan kering. Periksa ulang pernafasan
bayi
c. Klem tali pusat dengan 2 klem dan potong diantara kedua klem dan
pertahankan kebersihannya
d. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibu
e. Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut
hangat
f. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap 15
menit
29
g. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinyaBerikan obat mata eritromisin 0,5%
atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit karena klamidia
h. Hindari memandikan bayi 6 jam setelah melahirkan
i. Lakukan perawatan tali pusat :
1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara
dan tutupi dengan kain bersih yang longgar
2) Cuci tali pusat dengan sabun dan air bersih lalu keringkan sampai
betul-betul kering
3) Ajarkan tanda-tanda bahaya dan segera rujuk apabial ditemukan tanda
bahaya
4) Pernafasan sulit atau > 60x/mnt
5) Hipotermi atau hipertermia
6) Hisapan lemah dan atau muntah
7) Tali pusat merah, bengkak, bernanah dan atau berbau busuk
8) Tidak buang air kecil dalam 24 jam, tinja lembek, sering serta terdapat
lendir dan darah dalam tinja
9) Aktifitas lemah, lunglai, atau kejang.
j. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayinya sehari-hari.
1) Berikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam mulai hari kelima
2) Pertahankan bayi selalu dengan ibu
3) Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih
4) Jaga tali pusat agar selalu bersih dan kering
5) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit
6) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi.
Sumber : ( Saefuddin AB, 2003)
L. Kunjungan Neonatus
Jadwal kunjungan bayi baru lahir dan neonatus yaitu :
a. 24 jam setelah pulang awal
1) Timbang berat badan bayi.
2) Bandingkan berat badan dengan berat badan lahir dan berat badan
pada saat pulang
3) Jaga selalu kehangatan bayi
30
4) Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana caranyamerawat tali
pusat.
b. 1 minggu setelah pulang
1) Timbang berat badabn bayi. Bandingkan dengan berat badansaat ini
dengan berat badan saat bayi lahir. Catat penurunandan penambahan
ulang BB bayi.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi
4) Kaji keadekuaatan suplai ASI
c. 4 minggu setelah kelahiran
1) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan pengukuran
pada kelahiran dan pada usia 6 minggu
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Perhatikan nutrisi bayi
4) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGUMPULAN DATA
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
1. Identitas bayi
Nama : By. M
Umur bayi : 7 hari
Tgl / jam lahir : 5 januari 2018/11.00 WITA
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 4 januari 2018
Anak ke : I (satu)
2. Identitas orang tua
Nama Ayah : Tn.”J” Nama ibu : Ny.”K”
Umur : 29 tahun Umur : 18 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Sasak/indo Suku /bangsa : Sasak/Indo
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Pesanggaran Alamat : Pesanggara
Telp :- Telp :-
32
Pada Trimester 1 : Ibu mengatakan mengalami mual muntah
Pada trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Pada trimester II : Ibu mengatakan sering kencing
Kebiasaan waktu hamil
Makan : 3x/hari (Nasi, sayur, buah)
Obat / jamu : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Aktivitas : ibu mengerjakan kegiatan rumah tangga
E. Riwayat proses persalinan
Umur kehamilan : 9 bulan
Kehamilan tunggal/kembar : Tunggal
Letak bayi : Kepala
Tanda gawat janin sebelum lahir : Bayi besar dan riwayat Keluar air
pada tanggal 04 januari 2018 pukul 15.00 wita.
Lama persalinan kala I / penyulit kala I : 20 jam / tidak ada
Lama persalinan kala II / penyulit kala II : 1 jam / bayi besar
Ketuban pecah : 20 (jam sebelum lahir)
Warna air ketuban : Jernih
Jumlah : 1500 (cc)
Bau : Anyir
Tempat bersalin : RSUD Patut Patuh Patju
Apgar score : 7-9 (menit 1.5 )
Ditolong oleh : Dokter SpOG
BBL/PBL : 3790 kg/ 51 cm
Menetek pertama kali IMD : 1 (Jam setelah lahir )
Jenis dan indikasi obat yang diberikan selama persalinan : Oksitosin
F. Pola kebiasaan sehari – hari
1. Nutrisi
a. Makan
Frekuensi :-
Porsi :-
Jenis makanan :-
b. Minum
Frekuensi : 8x/hari
Porsi : Secukupnya
Jenis : ASI
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi : 3x/hari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak ada
b. BAK
Frekuensi : 2x/hari
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak ada
3. Personal hygiene
Mandi : Bayi belum mandi
33
Keramas : Bayi belum keramas
Ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
34
DATA OBYEKTIF
Keadaan umum : Baik
Diagnosa medis : BBL
Tindakan medis : Perawatan BBL
A. Pemeriksaan Bayi
1. Keadaan umum
Aktivitas : Menangis dan menyusu
Warna kulit : Kemerahan
Tangisan : Kuat
2. Tanda vital
Suhu : 36,8 °C Nadi : 123 x/menit
Pernafasan : 32 x/menit Denyut jantung : 123 x/menit
Berat badan saat ini : 3790(gr)
Panjang badan saat ini : 51(cm)
Lingkar dada : 33(cm)
Lingkar kepala : 32(cm)
Lingkar perut : 35(cm)
3. Kepala
Simetris / asimetris / cephal hematoma / microcephalus /
macrocephalus / caput succedaneum/ hidrocephalus / luka lecet /
oedema / mongoloid
Sutura : normal / melebar / moulage
Fontanel : normal / cekung / cembung
Lain – lain jelaskan : tidak ada
4. Mata
Simetris
Tanda – tanda infeksi : tidak ada
Perdarahan pada kornea : tidak ada
Kelopak mata terbuka / tertutup : tidak ada
Refleks pupil : ada
Refleks mengedip : ada
5. Telinga : simetris , bersih, normal/kelainan jelaskan
6. Hidung : normal / kelainan jelaskan
7. Mulut
Simetris :
Warna : Merah
Bibir dan langit – langit : Tidak ada sumbing
Periksa adanya sumbing : Tidak ada
Refleks rooting : Ada
Refleks sucking : Ada
Refleks swallowing : Ada
8. Leher
Pembengkakan : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Refleks tonic neck : Ada
9. Dada
Bentuk : Simetris
35
Puting : Ada
Pembesaran mamae : Tidak ada
10. Abdomen
Bentuk : Simetris
Penonjolan pada tali pusat saat menangis : Tidak ada
Bising usus : positif/negatif, meningkat/menurun
Meteorismus : ya / tidak
Tali pusat
Berdarah : ya / tidak
Bau : ya / tidak
Lain-lain jelaskan : Tidak ada
11. Bahu, tangan dan lengan
Bentuk : Simetris
Gerakan normal : Ada
Warna : Kemerahan
Jumlah jari : 10 jari tangan
Refleks grasping : Ada
Refleks Moro : Ada
12. Genitalia
a. Perempuan
Labia mayora dan minora :
Vagina berlubang : ya / tidak
Uretra berlubang : ya / tidak
Miksi dalam 24 jam :
Kelainan (keluhan ) :
b. Laki – laki
Dua testis dalam skrotum : Ya
Penis berlubang pada ujung :Ya
Miksi dalam 24 jam : Ya
Kelainan (keluhan ) : Tidak ada
13. Tungkai dan kaki
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Warna : Kemerahan
Jumlah jari : 10 jari
Jumlah kaki : 2 jari
Refleks babynsky : Ada
Refleks walking : Ada
Refleks Moro : Ada
14. Punggung
Benjolan : Tidak ada
Spina bifida : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
15. Anus
Lubang anus : Ada
Pengeluaran mekonium : Ada
Warna mekonium : Hitam
Keluhan : Tidak ada
36
16. Kulit
Verniks : Ada
Lanugo : Ada
Warna : Kemerahan
Bercak hitam (tanda lahir) : Tidak ada
Lain – lain jelaskan : Tidak ada
B. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Radiologi
V. PERENCANAAN ASUHAN
Tanggal 5-01-2018 pukul 11.00 wita
1. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu
2. Lakukan asuhan IMD pada bayi
3. Lakukan pemberian Vit. K dan salep mata pada bayi
4. Berikan pendidikan kesehatan setelah 2 jam bayi lahir mengenai
kehangatan bayi, pembesaran asi, perawatan tali pusat, tanda-tanda
bahaya pada bayi
5. Pemantauan neonatus
VI. PENATALAKSANAAN
Tanggal 5-01-2018 pukul 11.00 wita
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan bayinya baik,
tidak ditemukan cacat bawaan.
37
2. Melakukan asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah bayi di
bersihkan dan dipotong tali pusatnya.IMD sangatlah penting dilakukan,
Manfaat IMD antara lain : Memberi kesempatan pada bayi untuk
mendapatkan kolostrum, yaitu tetes ASI pertama ibu yang kaya nutrisi
dan membantu mencegah penyakit. Cairan pertama dari ASI ini biasanya
berwarna kuning, sangat padat, dan hanya sebanyak kira-kira satu sendok
teh, Kulit bayi yang bersentuhan langsung dengan kulit ibunya (skin-to-
skin contact) segera setelah ia lahir ke dunia dapat membangun keintiman
dengan sang ibu menjadi lebih dalam. Proses ini juga membantu
membuat bayi tetap merasa hangat setelah keluar dari rahim. Bayi
menjadi lebih tenang dan relatif tidak terlalu sering menangis,
Mengurangi angka kematian bayi baru lahir, Meningkatkan kesehatan,
pertumbuhan, dan daya tahan tubuh bayi, terutama di usia 0 – 1 tahun,
Lebih menstabilkan napas bayi, terutama setelah dilahirkan, Membantu
ibu untuk pulih lebih cepat setelah proses persalinan
3. Memberikan Vit. K 1 mg (Pethametadione, 2 mg) yaitu dengan diinjeksi
sebanyak 0,5 ml pada 1/3 paha kiri bagian luar secara IM. Tujuan
pemberian Vit K yaitu mencegah perdarahan pada neonatus. Serta
memberikan salep mata untuk mencegah infeksi pada mata.
4. Memberikan pendidikan kesehatan setelah 2 jam bayi lahir, yaitu
mengenai :
a. Kehangatan pada bayi
1) bayi harus tetap hangat
2) tanpa memandikan bayi 6 jam setelah lahir
3) bayi jangan di angin-anginkan
b. Pemberian Asi
1) susui bayi sesering mungkin sekurang-kurangnya 2 jam sekali
2) pemberian asi esklusif selama 6 bulan tanpa pemberian makanan
tambahan
c. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat tidak bisa diberikan apapun seperti ramuan dan sebagainya
apabila tali pusat basah cukup dikurangkan
d. Tanda-tanda Bahaya pada Bayi
1) kesulitan memberi asi, sulit menghisap/hisap lemah
2) kusulitan bernapas
3) bayi terus menerus tidur dan tidak mau menyusui
4) kulit dan bibir kebiruan, serta tubuh berwarna kuning
5) suhu badan terlalu dingin/panas
38
6) tangisan/perilaku bayi yang tidak biasa
7) muntah terus menerus, kotoran berlendir
8) mata bengkak, apabial menemukan tanda tersebut anjurkan ibu
untuk ke petugas kesehatan neonatus mendektsi dini adanya
komplikasi.
VII.EVALUASI,
Tanggal 5-01-2018 pukul 11.00 wita
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang diberitahukan
2. Telah dilakukan asuhan IMD pada bayi
3. Telah dilakukan pemberian Vit. K dan salep mata pada bayi
4. Ibu memahami dan bersedia melakukan apa yang diajarkan dan
dianjurkan bidan
5. Ibu mampu mengenali tanda-tanda bahaya yang diinformasikan
6. Pemantauan pada bayi telah dilakukan
39
BAB IV
PEMBAHASAN
40
terutama di usia 0 – 1 tahun, Lebih menstabilkan napas bayi, terutama setelah
dilahirkan, Membantu ibu untuk pulih lebih cepat setelah proses persalinan
Memberikan Vit. K 1 mg (Pethametadione, 2 mg) yaitu dengan diinjeksi
sebanyak 0,5 ml pada 1/3 paha kiri bagian luar secara IM. Tujuan pemberian Vit
K yaitu mencegah perdarahan pada neonatus. 1 jam setelah lahir bayi diberikan
injeksi vitamin K 1 mg pada 1/3 paha kiri bagian luar secara IM dan selang 1 jam
di injeksikan hepatitis B pada 1/3 paha kanan bagian luar secara IM, serta
memberikan salep mata untuk mencegah infeksi pada mata ( JNPK – KR, 2006 )
Pada dasarnya pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir di
lahan praktik sama dengan teori yang diperoleh.
41
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengumpulan data dengan benar pada bayi Ny.”K” tentang asuhan bayi
baru lahir yaitu dari pengumpulan data, data subyektif dan data obyektif,
tidak ditemukan adanya masalah.
2. Menginterpretasi data untuk menegakkan diagnosa pada bayi Ny.”K”
tentang asuhan bayi baru lahir yaitu diagnosa sudah ditentukan
berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan obyektif sehingga tidak
ditemukan adanya masalah.
3. Mengidentifikasi masalah potensial dan mengantisipasi penanganan pada
bayi Ny.”K” tentang asuhan bayi baru lahir yaitu tidak di temukan masalah
potensialnya.
4. Menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada bayi Ny.”K” tentang
asuhan bayi baru lahir yaitu dari pengkajian di atas tidak ditemukan
masalah potensial maka tidk membutuhkan kebutahan tindakan segera.
5. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”K” tentang
asuhan bayi baru lahir yaitu rencana asuhan yang diberikan sesuai dengan
keadaan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir.
6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”K” tentang
asuhan bayi baru lahir yaitu dilakukan sesuai dengan kondisi dan keadaan
bayi.
7. Melaksanakan evaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”K”
tentang asuhan bayi baru lahir yaitu mengevaluasi hasil tindakan yang
dilakukan.
42
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas dapatlah penulis mengajukan beberapa
saran, antara lain :
1. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada pembimbing untuk mempertahankan dan
menigkatkan bimbingan kepada para mahasiswa yang melaksanakan
praktik untuk dapat menerapkan teori yang telah diperoleh dari
institusinya masing-masing sehingga dapat mengasah keterampilannya
dalam memahami dan menerapkan teori yang telah diberikan dari institusi
sehingga mampu memberikan asuhan yang sesuai dan mampu
menganalisa kesenjangan antara teori dengan praktek serta mengetahui
sejauh mana mahasiswa mampu menerapkan ilmu pendidikan yang
diperoleh mahasiswa di bangku kuliah sehingga dapat menjadi bahan
analisa untuk pendidikan.
2. Untuk Institusi Pelayanan
Diharapkan kepada pihak Puskesmas Gunungsari untuk terus
meningkatkan mutu pelayanan, tetap mempertahankan pelayanan asuhan
kebidanan yang telah diberikan terkait masalah-masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat, khususnya masalah yang terkait dengan
kebidanan, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan
sesuai standar sehingga tetap tercermin citra bidan yang profesional.
3. Untuk Penulis
Diharapkan bagi mahasiswa dapat memahami dan mampu
melaksanakan tujuan dan manfaat dari pemeriksaan asuhan kebidanan,
meningkatkan kemampuan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin, dengan terus memperbaharui pengetahuannya yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
43
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: DEPKES RI.
Sulistyawati, Ari. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
44