Anda di halaman 1dari 134

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA

Dl DESA ILE PADUNG DAN DESA RIANGKOTEK


KABUPATEN FLORES TIMUR

IMPLEMENTATION OF THE VILLAGE ALLOCATION FUND POLICY


AT ILE PADUNG AND RIANGKOTEK VILLAGE
OF EAST FLORES REGENCY

SAUL PAULUS LAGADONI HEKIN

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA
Dl DESA ILE PADUNG DAN DESA RIANGKOTEK
KABUPATEN FLORES TIMUR

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi
Administrasi Pembangunan

Disusun dan diajukan oleh

SAUL PAULUS LAGADONI HEKIN

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
TEStS

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA


Dl DESA ILE PADUNG DAN DESA RIANGKOTEK
KABUPATEN FLORES TIMUR

Disusun dan diajukan oleh

SAUL PAULUS LAGADONI HEKIN


Nomor Poko ~~IJ{IN:t~"vv<~~v

telah dipertahankan di~~oM~"'


pada ~~~mm~tQ!~

Or. lr. Siti Bulkis, MS r. Nurslni, SE, MA


Ketua Anggota

Ketua Program Studi rogram Pascasa~ana


Administrasi Pembang sitas Hasanuddin,

Prof.Dr. Muh. Nur Sadik, MPM. Prof.Dr.dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc.
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Saul Paulus Lagadoni Hekin.

Nomor Mahasiswa P. 0803206507

Program Studi Administrasi Pembangunan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau kesaluruhan tesis ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

terse but.

Makassar, Agustus 2007

Yang menyatakan,

SAUL PAULUS LAGADONI HEKIN


v

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

atas berkat dan pertolongan-Nya sehingga penulis akhirnya menyeiesaikan

penulisan tesis ini.

Gagasan yang melatarbelakangi tajuk permasalahar. tesis ini timbul

dari hasil pengamatan penulis terhadap implementasi Kebijakan ADD di

Kabupaten Flores Timur khususnya di Desa lie Padung dan Desa

Riangkotek, yang belum dilaksanakan secara optimal. Penulis bermaksud

menyumbangkan konsep pemikiran dari sudut pandang akademis, sehingga

rekomendasi yang dihasilkan terhadap implementasi Kebijakan ADD tersebut

mampu memberikan hasil yang optimal. Sebagai hasil kajian, sudah barang

tentu sangat terbuka untuk ditanggapi dari sudut pandang yang berbeda.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini betapa banyak

halangan dan rintangan yang dihadapi oleh penulis, namun akhirnya dapat

diselesaikan dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih

kepada lbu Dr. lr. Sitti Bulkis, MS selaku ketua komisi penasihat dan

Dr. Nursini, SE, MA selaku anggota komisi penasihat yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan dukungan kepada penulis dalam penyeiesaian tesis

ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bupati dan Wakil Bupati Flores Timur;

2. Rektor Universitas Hasanuddin Makassar;


V1

3. Direktur Program Pascasarjana, Asisten Direktur I, dan Assisten Direktur

II Universitas Hasanuddin;

4. Kepala Pusbindiklatren Bappenas dan staf;

5. Ketua Program Studi Administrasi Pembangunan beserta staf;

6. Kepala Pusat Studi Kebijakan dan Manajemen Perencanaan dan staf;

7. P.of. Dr. Hamka Naping, MA, Deddy T. Tikson, Ph.D, dan Dr. lr.

Darmawan Salman, MS selaku Tim Penguji dan Para Dosen Konsentrasi

Studi Manajemen Perencanaan;

8. Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Camat Lewolema, Kepala

Desa lie Padung, Kepala Desa Riangkotek, Tokoh Masyarakat, dan

berbagai unsur masyarakat di dua desa penelitian tersebut;

9. Ayahanda Aim Herman Hoga Hekin dan lbunda Lusia Wel~n. Mertua

Bapak Robert Nahak dan Mama Maria Manek, serta istri tersayang G.R

Makbalin, Kakak Yohan Hekin sek, Adik Ursulla, Sr. Yuliana, Oncu sek,

Om Herman Tukan sek, semua lpar saya di Atambua, Ka' Jemi sek,

Romo Daniel, Frid sek, Adik Pieter, Fr. Rolly, Lilis, serta semua keluarga

atas dukungan doa dan materil yang diberikan selama penulis

menyelesaikan studi.

10. Rekan-rekan seperjuangan angkatan IV PSKMP Universitas Hasanuddin

Makassar, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini yang tidak mampu disebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan kebaikan

yang berlipat ganda kepada semua pihak atas segala bantuan dan
Vll

dukungan yang diberikan demi terselesainya tesis ini. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat sebesar-besarnya bagi seluruh pihak yang berkepentingan, serta

membawa manfaat bagi kemajuan dan pengembangan wacana tentang desa

ke depan khususnya berkaitan dengan Alokasi Dana Desa. Amin.

Makassar, Agustus 2007

SAUL PAULUS LAGADONI HEKIN


Vlll

ABSTRAK

SAUL PAULUS LAGADONI HEKIN. lmplementasi Kebijakan Alokasi Dana


Oesa di Desa lie Padung dan Desa Riangkotek Kabupaten Flores Timur.
(dibimbing oleh Sitti Bulkis dan Nursini).
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji proses perencanqan
dalam implementasi Kebijakan ADD di Desa lie Padung dan Desa
Riangkotek, dan (2) menggambarkan partisipasi masyarakat pada proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di Desa lie Padung dan Desa
Riangkotek Kabupaten Flores Timur. _
Penelitian ini dilaksanakan di Desa lie Padung dan Desa Riangkotek
Kabupaten Flores Timur. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data terdiri
dari wawancara, kuesioner, observasi dan studi dokumen. Penentuan
informan dan responden dilakukan secara purposive. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, Proses
perencanaan pembangunan dalam implementasi Kebijakan ADD, mulai dari
tahap persiapan sampai pada tahap perencanaan kegiatan desa, belum
berjalan optimal. Hal ini dapat dilihat pada penyusunan kegiatan desa, yang
belum sesuai dengan prinsip-prinsip partisipatif yang dimaksudkan dalam
ADD. Kedua, Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan kegiatan
ADD, baik di Desa lie Padung maupun Desa Riangkotek berada pada tingkat
sedang atau berada pada partisipasi kerjasama (fungsional). Hal ini
ditunjukkan dengan partisipasi masyarakat hanya sebatas penyampaian ide,
namun pengambilan keputusan masih didominasi oleh elit desa dalam h8; ini
tokoh masyarakat.
IX

ABSTRACT

SAUL PAULUS LAGADONI HEKIN. Implementation of the Village


Allocation Fund Policy at 1/e Padung and Riangkotek Village of East Flores
Regency. (Supervised by Sitti Bulkis and Nursini).
This study was aimed to: ( 1) study the planning process in
implementation of ADD policies in lie Padung and Riangkotek village, and
(2) describe the community participation in planning and implementation
process of programs in lie Padung and Riangkotek village, Flores Timur
Regency.
This study was conducted in lie Padung and RiangKotek village,
Flores Tirnur Regency. Study approach used was qualitative with
descriptive type. The data were collected through interview, questionnaire,
observation and document review. Informant and respondent was
assigned purposively. The data was analyzed by qualitatively descriptive
method.
Study results indicated that: firstly, developmental planning process
in implementation of ADD policies, from preparation stage to planning
stage of village programs, has been not optimally yet. This can be seen
from arrangement of village programs, which were far from participatory
principles as stated in ADD. Secondly, community participation in planning
stage of ADD activities, either in lie; Padung or in Riangkotek Village, fall
into medium category or functional participation. Th!s (w~s indicated by
community participation that constrained to idea expression, but decision
making was 3till dominated by village elite, in this case the community
figures.

f>
\}.
\\'~: ...
~~·r
··
\~- (.

'\.\. ' ,! . • ' . '

~~..: .. -.-.~/
X

DAFTAR lSI

Halaman

PRAKATA v

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR lSI X

DAFTAR TABEL XII

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN XIV

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. RL!mlisan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu 8

B. Perencanaan Pembangunan 11
C. Perencanaan Pembangunan Partisipatif 16
D. Kebijakan Alokasi Dana Desa 31

E. Kerangka Konseptual 37

BAB Ill METODE PENELITIAN 41


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 41
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 41
C. Teknik Pengumpulan Data 42
D. Jenis dan Sumber Data 43
Xl

E. Teknik Analisis Data 45


F. Definisi Operasional 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48


A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 48
1. Gambaran Umum Kecamatan Lewolema 48
2. Gambaran Umum Desa lie Padung 51
3. Gambaran Umum Desa Riangkotek 53
B. lmplementasi Kebijakan ADD 54
1. Proses Perencanaan Kegiatan Desa 55
a. Tahap Persiapan 55
b. Tahap Perencanaan 64
2. Partisipasi Masyarakat dalam lmplementasi
Kebijakan ADD 84
a. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan
Kegiatan Desa a4
f

b. Partisipas! Masyarakat pad a Tahap Pelaksanaan


Kegiatan Desa 90
C. Rekomendasi lmplementasi Kebijaka:1 ADD 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108


A. Kesimpulan 108
B. Saran 109

DAFTAR PUSTAKA 110


LAMPIRAN-LAMPIRAN 113
Xll

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Jenis, Cara Perolehan, dan Sumber Data Penelitian 44

2. APM dan APK SD, SLTP dan SLTA Kecamatan Lewolema


Tahun2005 50

3. Wilayah Administrasi Kecamatan Lewolema dirinci menurut


desa tahun 2006. 51

4. Peserta Mudes Desa lie Padung dan Riangkotek pada


pelaksanaan Sosialisasi ADD Tahun 2006 60

5. Daftar Keanggotan TPKd Desa lie Padung dan Riangkotek 61

6. Daftar Materi Bimtek ADD di Kecamatan Lewolema pada


Tanggal2-3 Nopember 2006 64

7. Peserta musyawarah perencanaan pembangunan t!ngkat


Tingkat Dusun di Desa lie Pc:ldung 71

8. Daftar Usulan Prioritas Kegiatan dari masing-masing dusun


Dusun, di Desa lie Padung 73

9. Daftar Acara Musrenbangdes Desa lie Padung dan Riangkotek 76

10. Peserta Musrenbangdes Desa lie Padung dan Riangkotek 81

11. Daftar Kegiatan Prioritas Desa lie Padung dan Desa Riangkotek
yang didanai dari ADD Tahun 2006 82

12. Bentuk Kontribusi Masyarakat dalam Pelaksanaan kegiatan


ADD Desa lie Padung dan Desa Riangkotek Tahun 2007 93

13. lmplementasi Kebijakan ADD di Desa lie Padung dan


Desa Riangkotek 95
Xlll

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian 40


XIV

OAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Daftar Pertanyaan (wawancara mendalam) untuk Menjawab


Tujuan Penelitian Pertama 113

2. Daftar Pertanyaan (Kesioner Terbuka) untuk Mengetahui


Tingkat Partisipasi Masyarakat 115
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan dapat dilakukan

dengan membangun partipasi masyarakat. Pembangunan memang dapat

juga berjalan dengan mengandalkan pada kekuatan yang ada pada

pemerintah, namun hasilnya tidak akan sama jika dibandingkan dengan

pembangunan yang mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat.

Kesadaran masyarakat sebagai pemilik daerah menjadikan

pem9rintah tidak lagi berjalan sendiri dalam pengelolaan daerah.


(

Masyarakat secara sadar ingin berperan serta dalam setiap proses

pembangunan di daerah. Keterlibatan masyarakat mulai dari tahap

formulasi (perencanaan), tahap implementasi (pelaksanaan) sampai pada

tahap evaluasi dan monitoring (pengawasan) dari sebuah kebijakan,

bukan lagi fenomena baru pada tingkat daerah. Keterlibatan masyarakat

merupakan bagian dari partisipasi mereka dalam pembangunan di

daerahnya.

Seiring semakin kompleksnya permasalahan pembangunan, maka

model pembangunan yang bernuansa deterministik sudah tidak dapat lagi

digunakan berhubung semakin tingginya ketidakpastian yang dihadapi

masyarakat. Menu rut Amien (2005: 196), model perencanaan yang dinilai
2

.
cocok dalam kondisi seperti ini adalah model perencanaan yang

melibatkan sebanyak mungkin unsur masyarakat, dimana pelibatan ini

diharapkan akan mampu menetapkan pilihan-pilihan. Model perencanaan

dimaksud adalah model perencanaan partisipatif.

Semenjak reformasi bergulir, model pembangunan mulai

menemukan relevansinya pada pelaksanaan otonomi daerah, dimana

masyarakat bukan hanya .dilihat sebagai obyek pembangunan tapi telah

dilihat juga sebagai subyek pembangunan. Hal ini tertuang dalam sejumlah

peraturan perundang-undangan yang secara jelas memberikan peluang

terbukanya ruang partisipasi masyarakat dalam pembangunan. lnisiatif

reformasi kebijakan perencanaan dan penganggaran daerah muncul sejak

ditetapkannya Undang-Undar.g Nomor 22 Tahun 1999 tentang


(

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dae~ah,

kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.

lnisiatif terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

tersebut kemudian menguat bersamaan dengan lahirnya beberapa aturan

perundang-undangan, diantaranya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disusul kemudian

dengan munculnya peraturan lain yang lebih rinci. Surat Edaran Bersama

Menppan/Bappenas & Mendagri Nomor 1354/M. PPN/03/2004 dan


3

050n 44/SJ Tanggal 24 Maret 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan

Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif; dan Surat Edaran

Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 tentang Tata Cara

Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah, di dalamnya

mengisyaratkan keharusan pemerintah daerah dalam proses penyusunaA

perencanaan menggunakan pendekatan partisipatif.

Perencanaan menggunakan pendekatan partisipatif merupakan

model perencanaan pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat

dengan melibatkan sebesar mungkin peran masyarakat dalam proses

perencanaan. Selanjutnya, Cohen dan Uphoff (1977:28) menyatakan

bahwa partisipasi masy~rakat dalam perencanaan pembangunan adalah

bagaimana masyarakat diajak L!ntuk mendefinisikan apa

kebutuhan/masalah mereka, bagaimana cara yang tepat untuk

memecahkannya, memikirkan bagaimana proses penyelesaian masalah

tersebut dilakukan, dan merundingkan bagaimana penyelesaian

masalah/pemenuhan kebutuhan tersebut dinilai keberhasilannya. Tentu

saja, setiap individu atau kelompok dalam masyarakat tidak akan

mencapai tingkat partisipasi yang sama, tetapi yang bisa dijadikan

indikator adalah sejauhmana masyarakat ikut menghadiri, ikut memberi

saran, ikut mempengaruhi keputusan dan ikut merumuskan rekomendasi

pada rencana pembangunan sesuai dengan kapasitasnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,

semakin memberikan perhatian sepenuhnya kepada masyarakat. Hal ini


4

ditunjukkan dengan adanya pelimpahan kawenangan yang lebih besar

kepada pemerintah desa untuk mengatur dan merencanakan

pembangunan desa dengan melibatkan seluruh masyarakat sebagai

penentu dalam proses dan pelaksanaan pembangunan.

Pembangunan pedesaan merupakan usaha peningkatan kualitas·

sumberdaya manusia pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan

yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan pada potl3nsi dan

kemampuan pedesaan. Dalam pelaksanaannya, pembangunan pedesaan

seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan pembangunan yaitu

mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang mandiri, maju,

sejahtera, dan berkeadilan.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Pemerintah Kabup::tten


(

Flores Timur telah mengeluarkan suatu kebijakan yang dapat

mengakomodir berbagai kebutuhan dan tuntutan masyarakat terutama

masyarakat pedesaan, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Flores

Timur Nemer 19 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Alokasi

Dana Desa (ADD) di Kabupaten Flores Timur. Penyelenggaraan ADD ini

dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh masyarakat desa,

dimana masyarakat diberi kewenangan untuk terlibat dalam proses

pembangunan, mulai dari tahap penyusunan rencana, pelaksanaan

kegiatan, serta mengevaluasi kegiatan di desanya dengan mengelola

sumber alokasi dana yang dibE)rikan pemerintah secara langsung kepada

pemerintah desa.
5

lmplementasi Kebijakan ADD di Kabupaten Flores Timur rada

tahap perencanaan diwujudkan dalam proses penyusunan kegiatan desa,

dimana kegiatan desa direncanakan melalui mekanisme perencanaan

be~enjang, mulai dari musyawarah perencanaan pembangunan tingkat

dusun (musrenbangdus) sampai musyawarah perencanaan

pembangunan tingkat desa (musrenbangdes); dimana melibatkan seluruh

masyarakat desa mulai dan kehadiran, menyampaikan ide/gagasan

sampai pada ikut merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Dalam proses penyusunan kegiatan desa, masyarakat diajak

berperan dan berdialog, untuk : (1) mendata dan membahas masalah-

masalah yang ada di desa; (2) mandata dan membahas sumberdaya

pembangunan yang ada di desa yang dap8t dimanfaatkan; (3) membuat


(

prioritas pemecahan masalah; (4) membahas dan menyusun rencana

kegiatan prioritas pembangunan di tingkat desa. Berdasarkan pemikiran

tersebut, maka akan sangat mudah dipahami bahwa pembangunan desa

akan berhasil apabil~ dilakukan sesuai dengan karakteristik masyarakat

lokal dalam proses perencanaari pembangunan dimaksud.

Kebijakan ADD di Kabupaten Flores Timur yang baru

diimplementasikan pada tahun 2006, tentunya masih menghadapi banyak

permasalahan. Demikian halnya terjadi di Desa lie Padung dan Desa

Riangkotek. Berdasarkan hasil pengamatan dan kondisi empirik yang ada

saat ini, implementasi Kebijakan ADD masih belum berjalan optimal.

Fenomena ini ditunjukkan antara lain, oleh : (1) masih terbatasnya


6

kemampuan organisasi, seperti sumberdaya manusia dan biaya; (2)

belum berfungsinya lembaga-lembaga masyarakat untuk memfasilitasi

dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan perumusan usulan-

usulan kegiatan prioritas; dan (3) kegiatan prioritas desa yang

dilaksanakan lebih mengarah pada infrastruktur, kurang mengakomodir

semua sasaran pokok program yang ditentukan dalam Kebijakan ADD.

Berkaitan dengan fenomena-fenomena tersebut, maka masalah

penelitian yang akan dikaji dalam implementasi Kebijakan ADD ini dibatasi

pada proses perencanaan, yang pada akhirnya menjadi gambaran bagi

implementasi Kebijakan ADD selanjutnya. Disamping itu, penelitian ini

juga berupaya melihat bagaimana partisipasi masyarakat baik dalam

proses perencanaan maupun pada pel::iksanaannya. Hal ini perlu, karena


(

partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan.

6. Rumusan Masalah

Berangkat dari pemikiran di atas, bahwa implementasi Kebijakan

ADD harus melibatkan . seluruh masyarakat desa, maka upaya

peningkatan partisipasi masyarakat menjadi perhatian utama.

lmplementasi Kebijakan ADD yang baru dilaksanakan tahun 2006,

disadari masih berjalan kurang optimal sehingga masih terdapat beberapa

permasalahan. Usaha mengoptimalkan implementasi Kebijakan ADD tidak

terlepas dari partisipasi masyarakat, karena saat ini partisipasi masyarakat

sudah menjadi sebuah faktor produksi yang sangat mutlak diperlukan


7

dalam meneepai keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu, partisipasi

masyarakat dalam implementasi Kebijakan ADD ini mutlak diperlukan.

Terkait dengan hal tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses perencanaan dalam implementasi Kebijakan ADD.

di Desa lie Padung dan Desa Riangkotek?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat pada proses perencanaan dan

pelaksanaan dalam implementasi Kebijakan ADD di Desa lie Padung

dan Desa Riangkotek ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji proses perencanaan dalam implementasi Kebijakan ADD di

Desa lie Padung dan Desa Riongkotek.

2. Menggambarkan partisipasi masyarakat pada proses perencanaan

dan pelaksanaan dalam implementasi Kebijakan ADD di Desa lie

Padung dan Desa Riangkotek.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah

dalam mengimplementasi Kebijakan ADD, khususnya berkaitan

dengan proses perencanaan.

2. Untuk pengembangan akademik, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan pemikiran untuk penelitian selanjutnya, terutama

penelitian terhadap partisipasi masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam

pembangunan, telah dihasilkan dengan kajian aspek pembangunan yang

berbeda-beda. Hasil dari studi tersebut menyimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat dalam pembangunan yang dilaksanakan berbeda-beda

tergantung dari lokasi pelaksanaan dan siapa yang melaksanakan.

Penelitian yang dilakukan Hudayana,dkk (2005), yang mengkaji

tentar.g peluang pengembangan partisipasi masyarakat melalui Kebijakan


(

Alokasi Dana Desa (ADD) di enam kabupaten di Indonesia yakni

Kabupaten Limapuluh Kota, Sumedang, Magelang, Tuban, Selayar, drm

Jayapura; menyimpulkan bahwa kelahiran ADD di enam kabupaten itu

nampaknya juga diawali dari proses meningkatnya partisipasi masyarakat

dalam berbagai bentuk dan kualitasnya. Hasil penelitian tersebut, juga

menegaskan bahwa kebijakan ADD memang menjadi instrumen bagi

terselenggaranya pemerintahan desa secara partisipatif. Hal ini karena

ADD terintegrasi ke dalam APBDes dan tahap perencanaan, penetapan

dan implementasi program yang tertuang dalam APBDes menghendaki

partisipasi warga. Disamping itu, ADD juga menjadi arena bagi elemen-

elemen penyelenggara pemerintahan desa untuk mengusung kebijakan


9

dan program yang responsif bagi kepentingan rnasyarakat. Dengan

adanya ADD, warga dapat belajar menangani proyek secara swakelola

dan akhirnya mereka semakin percaya diri untuk mandiri membangun

desanya.

Diding Sakri (2003), dalam penelitiannya yang mengkaji partisipas~

masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan tahunan di

Kabupaten Bandung, meyimpulkan bahwa sistem perencanaan

pembangunan tahunan yang terdiri dari tahapan penjaringan aspirasi

masyarakat melalui mekanisme perencanaan pembangunan tahunan di

Kabupaten Bandung dan tahapan penyusunan APBD melalui proses

penyusunan APBD berbasis kinerja sesuai Kepmendagri Nomor 29 Tahun

2002, belum memberikan ruang yang memadai bagi masyarakat untuk


f

ikut menentukan kebijakan pembangunan. Meskipun Pemerintah

Kabupaten Bandung telah b9rupaya untuk melibati<a•1 masyarakat dalam

proses perencanaan pembangunan, tampaknya belum dapat

mer.ghasilkan suatu produk kebijakan yang memuaskan bagi seluruh

pihak (masyatakat). Rekomendasi yang diberikan dalam penelitian

tersebut adalah penyempurnaan sistem perencanaan pembangunan

tahunan dengan mendorong partisipasi masyarakat secara nyata dalam

perencanaan, dengan cara memberikan jaminan kepastian atas peluang

terealisasinya usulan. Perubahan yang direkomendasikan, berkaitan

dengan perbaikan aspek keterwakilan dalam mekanisme perencanaan,


10

adanya kerangka legal yang mengatur semua pihak dalam mekanisme

perencanaan, dan penguatan kapasitas.

Penelitian terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam Program

Pengembangan Kecamatan di Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala

yang dilakukan oleh Fatoni (2004) dikaji dalam empat tahap yaitu pada·

tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan evaluasi. Hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa pada tahap perencanaan termasuk _

dalam kategori tinggi dengan indikator: a) masyarakat aktif dan antusias

dalam mengikuti sosialisasi program; b) masyarakat aktif dalam proses

penggalian gagasan; c) masyarakat aktif dalam penetapan usulan baik di

tingkat dusun, desa sampai di kecamatan; d) penentuan keputusan masih

banyak didominasi oleh kalangan el:t.


(

Hasil penelitian Sardjono dkk (1997) dalam Agung S (2004)

menyimpulkan bahwa kurangnya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan sering menjadi pemicu ketidaksesuaian hasil-hasil

pembangunan dengan kebutuhan lokal, tumpang tindih program antar

instansi pelaksana dan kemubaziran hasil-hasil pembangunan. Hal ini

juga ditunjukkan oleh Escap (1999) dalam Hikmat (2004) bahwa

ketidakberhasilan pembangunan disebabkan oleh kebijakan yang keliru,

implementasi kebijakan yang tidak konsisten dan tidak adanya partisipasi

masyarakat dalam pembangunan tersebut.

Mencermati berbagai hasil penelltian di atas, dapat dirumuskan

sebuah kesimpulan bahwa dalam melaksanakan pembangunan,


11

partisipasi masyarakat amat diperlukan. Dengan mengedepankan

partisipasi masyarakat, sebuah program pembangunan dapat berjalan

dengan baik, dan proses pemberdayan dapat berjalan seiring dengan

partisipasi yang dilaksanakan. Dengan berpartisipasi dalam setiap tahap

pembangunan, diharapkan tercipta kemandirian masyarakat melalui

penguatannya secara keseluruhan sesuai dengan definisi pemberdayaan

masyarakat. Pening.katan partisipasi masyarakat yang dimulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi merupakan hal yang sangat

esensial dalam menjamin keberlanjutan pembangunan yang dilakukan.

B. Perencanaan Pembangunan

Pada hakikatnya perencanaan merupakan irnplikasi dari


(
pelaksanaan pembangunan. Dalam prakteknya perencanaan selalu

dikaitkan atau disesuaikan dengan konsep pembangunan, artinya

bergesernya paradigma pembar,gunan menyebabkan penyesuaian

terhadap konsep perencanaan. Keduanya memiliki keterkaitan yang

sangat erat, sehingga kita selalu menyebut dengan perencanaan

pembangunan.

Mengacu pada pernyataan di atas, maka model perencanaan

pembangunan mengalami pergeseran-pergeseran sesuai dengan kondisi

sosial dan pembangunan suatu daerah. Menu rut Amien (2005: 195),

kondisi yang dihadapi dalam perencanaan pembangunan dapat

dikelompokkan ke dalam dua aspek yaitu pertama, berkaitan dengan


12

aspek epistemologi, berupa pengetahuan dan teknologi yang dimiliki

berkaitan dengan proses perencanaan. lni berarti faktor kemampuan

sumberdaya khususnya sumberdaya manusia, merupakan hal yang

sangat menentukan hasil dari sebuah proses perencanaan. Selanjutnya

aspek kedua yang dimaksud adalah aspek axiology seperti nilai daflr

tujuan pembangunan itu sendiri.

Lebih lanjut Amien, kedua aspek tersebut dipetakan dalam tiga

kawasan. Kawasan pertama, menunjukkan kawasan dimana tingkat

pengetahuan dan teknologi yang dimiliki relatif memadai dibandingkan

dengan nilai dan tujuan pembangunan yang pada umumnya juga

terdefinisi dengan baik. Pada kawasan ini digunakan perencanaan

pe:mbangunan yang tergolong dc.lam model rasional komprehensif,


f

dimana dominasi perencana dalam penyusunan rencana pembangunan,

urr.umnya sangat menonjol. Kawasan kedua, mewakili kondisi dimana

tingkat pengetahuan dan teknologi tidak sepenuhnya dapat menangani

nilai dan t:..,juan pembangunan yang juga semakin kompleks, berhubung

semakin tingginya ketidakpastian yang dihadapi. Oleh karena itu,

digunakan model perencanaan partisipatif yang melibatkan sebanyak

mungkin unsur masyarakat, dengan harapan akan mampu mengurangi

resiko akibat ketidakpastian. Kawasan ketiga, mewakili kondisi dimana

pengetahuan dan teknologi di bidang perencanaan pembangunan sudah

sangat tidak memadai karena semakin meningkatnya kompleksitas

pembangunan. Pada kawasan ini, alternatif pendekatan pembangunan


13

yang digunakan adalah model adaptif, yaitu model perencanaan yang

secara kontinyu melakukan modifikasi terhadap rencana

pembangunannya agar senantiasa sesuai dengan kondisi lingkungan

strategisnya.

Definisi perencanaan yang lebih luas dikemukakan oleh Russe~

Aikof dan Friedman dalam Bryant & White, (1982:307). Perencanaan

adalah sebuah penanganan sistem yang holistik dan perencanaan tidak

semata-mata persoalan instrumen yang dipakai agar lebih efisien

melainkan sebuah proses yang mungkin mengantar masyarakat

menemukan masa depannya.

Perencanaan juga didefinisikan sebagai suatu proses yang

berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan a~au pilihan-


f
pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang (Conyers dan Hills

da/am Tarigan 2006:5; Kunarjo 1993:7). Berdasarkan definisi tersebut,

selanjutnya Arsyad dalam Tarigan (2006:5), mengemukakan bahwa ada

empat elemen dasar perencanaan yakni merencanakan berarti

memilih, perencanaan merupakan alat sumberdaya, perencanaan

merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan perencanaan berorientasi

ke masa depan.

Proses perencanaan itu sendiri juga merupakan sebuah proses

pemecahan masalah. Hal ini sebagaimana dikatakan Tjokroamidjojo

(1990:13), yang mendefinisikan perencanaan sebagai suatu usaha yang


14

berkenaan dengan suatu sistem pemecahan masalah, dimana suatu

tujuan pembangunan dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan suatu

alat atau cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan sebagai

sebuah proses pemecahan masalah, pada dasarnya berkisar kepada dua

hal yaitu : pertama, penentuan pili han secara sa dar mengenai tujuan- ·

tujuan konkrit yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas

dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan; dan kedua,

cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-

tujuan tersebut.

Perencanaan dapat pula dikatakan sebagai suatu proses

menyusun pertimbangan-pertimbangan. Hal ini seperti dikatakan Allan G.

Feld dalam Catanese & Snyder (1988), bahwa perencanaan merupakan


f
suatu keahlian dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan atas

beberapa hal/kegiatan, sebelum diadakan pemilihan diantara berbagai

alternatif yang ada. Dengan demikian secara implisit dapat dikatakan

bahwa proses perencanaan merupakan penentuan pilihan-pilihan yang

bisa diambil. Hal lni dimaksudkan bahwa stakeholder dalam suatu proses

perencanaan berhak menentukan alternatif pilihan kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan.

Pemahaman tentang perencanaan sangatlah penting karena hal

ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap keterlibatan dan peran

pelaku pembangunan dalam proses perencanaan. Aji dan Sirait (1982:13),

memandang perencanaan dari sisi bagaimana, bilamana dan oleh siapa


15

dalam menentukan suatu tujuan yang akan dicapai. Selanjutnya,

perencanaan didefinisikan sebagai perumusan tujuan, prosedur, metoda

dan jadwal pelaksanaan yang di dalamnya termasuk ramalan tentang

kondisi di masa mendatang dan perkiraan akibat dari rencana terhadap

kondisi tersebut.

Perencanaan pembangunan juga merupakan pilihan lintas

sebab akibat yang secara sistematik dilakukan dan asumsi-asumsi

yang diharapkan tersedia, agar tujuan pembangunan tercapai (Bastian,

2006:1 ). Hal ini membawa dampak pad a konsekuensi biaya dan resiko

pembangunan yang berbeda-beda, sehingga dalam proses

perencanaan diperlukan suatu penyusunan rencana yang matang, agar

tujuan pembangunan yang diharapkan dgpat tercapai dengan baik.


(

Tugas penyusunan perencanaan tidaklah mudah karena

meliputi banyak unsur terkait yang terlibat dan unsur politik yang tid8k

dapat diabaikan. Menurut Kunarjo (1993: iS), pada dasarnya

perencanaan yang baik mempunyai beberapa persyaratan sebagai

berikut : didasari dengan tujuan pembangunan; konsisten dan realistis;

pengawasan kontinyu; perencanaan harus mencakup aspek fisik dan

pembiayaan; memahami berbagai ciri hubungan antar variabel

ekonomi; dan memiliki koordinasi yang baik.

Koordinasi dilakukan untuk menghindari inkonsistensi antar

kebijaksanaan, antar perencanaan dan pelaksanaan. Koordinasi proses

perencanaan dilakukan dalam setiap tahap proses, untuk menghindari


16

terjadinya kelemahan dalam informasi yang dapat mengakibatkan

kesalahan di dalam penyusunan rencana yang akhirnya dapat

mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan.

C. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Strategi pembangunan yang hanya mengacu pada paradigma

pertumbuhan, telah terbukti rentan terhadap masalah-masalah sosial.

Pendekatan pembangunan harus disertai dengan nilai kelestarian

pembangunan (sustainable development) guna menumbuhkan self

sustaining capacity dari masyarakat (Bastian, 2006: 16). Hal ini berarti

bahwa pembangunan harus berpusat pada manusia (people centered

development). Dengan demiki&n. strategi ini akan menumbuhkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Kegiatan perencanaan sebagai proses tindakan mengubah

kondisi dan pengarahan masyarakat, biasanya dilakukan oleh organisasi

pemerintah. Namun pad2 akhir-akhir ini gerakan sosial politik masyarakat

sangat dominan, sehingga tindakan perencanaan untuk mengarahkan

masyarakat tanpa proses pelibatan dan partisipasi masyarakat akan

menyebabkan berkurangnya atau tidak adanya legitimasi hasil suatu

proses kegiatan perencanaan.

Pelibatan masyarakat ini tidak lepas dari adanya peran pemerintah

dalam memfasilitasi terwujudnya motivasi masyarakat untuk berperan

serta. Kristiadi (1994) menyatakan bahwa dalam rangka memacu motivasi


17

masyarakat agar berperan serta dalam proses pen1bangunan, pemerintah

hendaknya dapat : ( 1) menyediakan informasi tentang kegiatan-kegiatan

pembangunan yang dapat dilaksanakan melalui kemitraan antara

pemerintah dan masyarakat; (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab di

kalangan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan·

kegiatan dalam rangka kepentingan bersama; (3) menanamkan rasa

percaya di kalangan masyarakat bahwa kontribusi mereka pada akhirn;:~a

akan memberikan dampak positif pada masyarakat dan usahanya; dan (4)

menyediakan seperangkat peraturan yang diperlukan untuk menjamin

terjadinya ke~a sama yang saling menguntungkan antara pemerintah dan

swasta. Dengan demikian, masyarakat akan termotivasi untuk berperan

dalam pembangunan apabila masyarakat melihat peluang terhadap apa


f
yang dilakukan tidak hanya menguntungkan pemerintah saja, namun

secara ekonomis juga memberikan keuntungan bagi usahanya.

Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam suatu proses

perencanaan diperlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan

banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil

itu dapat diterima oleh masyarakat (Friedman dalam Tarigan 2006:4).

Sasaran yang dituju dari suatu perencanaan adalah keinginan kolektif

dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program. Hal ini

menunjukkan bahwa, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam

mencapai suatu keterpaduan kebijakan dan program yang hendak

dilaksanakan.
18

Davis dan Newstrom 1988 da/am Salman (2005: 17) mengartikan

partisipasi sebagai "keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam

situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi

kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan

itu". Definisi ini mengandung tiga esensi yakni: 1) keterlibatan, partisipasi·

berarti adanya keterlibatan mental dan emosional dibanding hanya

aktivitas fisik, sehingga dengan itu makna partisipasi secara sukarela

menjadi terbedakan dari mobilisasi; 2) kontribusi, partisipasi berarti

mendorong orang untuk mendukung/menyumbang bagi situasi tertentu,

sehingga berbeda dengan sikap memberi sesuatu; 3) tanggungjawab,

partisipasi mendorong orang untuk bertanggungjawab dalam suatu

kegiatan karena apa yang disumbangkannya itu adalah atas dasar

sukarela sehingga timbul self-involve.

Sementara Tikson (2001: 1) mendefinisikan partisipasi sebagai

sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat

mempengaruhi dan mengendalikon pembangunan di tempat mereka

masing-masing. Hal ini berarti masyarakat turut serta secara aktif dalam

memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan

dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya. Perlunya pelibatan

masyarakat dalam pembangunan setidaknya berbasis pada tiga

pertimbangan. Pertama, untuk mengumpulkan sebanyak mungkin

informasi yang diperlukan agar proses pembangunan memiliki

kemungkinan yang semakin besar yang diperlukan untuk berhasil atau


19

dengan kata lain mengurang_i ketidakpastian. Kedua, untuk menyalurkan

aspirasi masyarakat. Ketiga, sebagai perwujudan dan aktivitas proses

pengambilan keputusan (Amien, 2005).

Partisipasi masyarakat juga merupakan aktualisasi dari kesediaan

dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribust

dalam implementasi program/proyek yang dilaksanakan (Adisasmita,

2006:34). Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan

diupayakan menjadi lebih terarah dan program pembangunan akan

terlaksana pula secara efektif dan efisien. Adapun tiga alasan utama

mengapa partisipasi masyarakat penting dalam proses pembangunan,

yaitu : 1) partisipasi masyarakat dapat menjadi "telinga" untuk

memperoleh informasi mengenai kondisi, permasalahan dan kebutuhan

masyarakat; 2) efektivitas dan efisiensi dari program atau proyek

pembangunan akan lebih mudah dicapai, apalagi dalam kondisi kontribusi

masyarakat dapat mengurangi beban biaya yang harus dikeluarkan untuk

suatu implementasi pembangunan; 3) partisipasi secara etik-moral

merupakan hak demokrasi bagi rakyat, sehingga dengan partisipasi yang

maksimal pemerintah sudah otomatis meredam potensi resistensi dan

protes sosial bagi efek-efek samping pembangunan (Conyers, 1991).

Dengan demikian, maka masyarakat perlu diajak dan didorong untuk

berpartisipasi

Perencanaan partisipatif pada awalnya menempatkan rakyat

hanya sebagai partisipan dalam pembangunan, dengan adanya


20

p&radigma baru dalam pembangunan, berkembang pemikiran bahwa

pembangunan seharusnya oleh rakyat itu sendiri sedangkan pihak luar

hanyalah fasilitator. Agenda ini mengantarkan rakyat sebagai pelaku

utama dalam pembangunan (Salman, 2005:25).

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif atau biasa disebut

sebagai participatory planning ini, menurut Friedman dalam Paskarina,

(2005:9) sebenarnya merupakan suatu proses politik untuk memperoleh

kesepakatan bersama (collective agreement) melalui aktivitas negosiasi

antar seluruh pelaku pembangunan (stakeholders). Proses politik ini

dilakukan secara transparan dan aksesibel sehingga masyarakat

memperoleh kemudahan setiap proses pembangunan yang dilakukan

serta setiap tahap perkembangannya. Dalam hal ini per~ncanaan

partisipatif lebih sebagai sebuah alat pengambilan 'keputusan yang

diharapkan dapat meminimalkan konflik antar stakeholders. Perencanaan

partisipatif juga dapat dipandang sebagai instrumen pembelajaran

masyarakat (social/earning) secara kolektif melalui interaksi antar seluruh

pelaku pembangunan atau stakeholders tersebut. Pembelajaran ini pada

akhirnya akan meningkatkan kapasitas seluruh stakeholders dalam upaya

memobilisasi sumberdaya yang dimilikinya secara luas.

Perencanaan partisipatif selain sebagai sebuah proses politik juga

merupakan sebagai sebuah proses teknis. Dalam proses ini yang lebih

ditekankan adalah peran dan kapasitas fasilitator untuk mendefinisikan

dan mengidentifikasi stakeholders secara tepat. Selain itu proses ini juga
21

diarahkan untuk memformulasikan masa!ah secara kolektif, merumuskan

strategi dan rencana tindak kolektif, serta melakukan mediasi konflik

kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya publik. Salah satu hal

panting dalam proses teknis ini adalah upaya pembangunan institusi

masyarakat yang cukup handal sebagai wadah bagi masyarakat untuk·

melakukan proses mobilisasi pemahaman, pengetahuan, dan ide menuju

terbangunnya sebuah konsensus, sebagai awal tindak kolektif

penyelesaian persoalan publik.

Berkaitan perencanaan partisipatif sebagai sebuah proses teknis,

maka perencanaan partisipatif dilakukan menyangkut tahapan-tahapan

dari kegiatan yang harus dilakukan, analisis-analisis apa yang harus

dikerjakan, dan sampai kepada penyusunan program/proyek


(

pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Adisasmita

(2006:39-40), mendefinisikan lima tahapan perencanaan partisipatif

sebagai berikut, 1) analisis masalah dan penentuan prioritas masalah; 2)

analisis potensi dan kendala yang dihadapi; 3) analisis kebutuhan dalam

masyarakat; 4) perumusan rencana program pembangunan swadaya; dan

5) lokakarya membicarakan implementasi program yang akan

dilaksanakan.

Sesungguhnya ada beberapa aspek kunci yang tampaknya harus

selalu ada dalam perencanaan pembangunan partisipatif, yaitu: (1)

peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, (2) penyediaan

infrastruktur yang adil dan tidak bias pada kelcmpok masyarakat tertentu
22

merupakan harapan dalam pengembangan perencanaan per.1bangunan

partisipatif, (3) keterbukaan akses terhadap informasi dan teknologi sering

menjadi masalah yang menghambat perkembangan, (4) pengembangan

organisasi kelompok masyarakat dalam pembangunan partisipatif juga

merupakan aspek kunci penting dalam pengembangannya, (5) aspek.

kunci penting yang merangkum seluruh butir-butir penting di atas adalah

perlunya pengembangan perencanaan pembangunan partisipatif menjadi

bagian tak terpisahkan dari pengembangan kurikulum di perguruan tinggi.

Pengembangan perencanaan pembangunan partisipatif membutuhkan

pendekatan yang komprehensif dengan kegiatan pengembangan lain

(Kornita:2003).

Oalam PSKMP (2002:M1-S3-20), menyatakan bahwa salah satu


(

metode yang digunakan Pemerintah Indonesia, untuk menggiatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah Perencanaan

Partisipatif Pembangunan Masyarakat Desa (P 3MD). Metode ini bertujuan

agar proses perencanaan pembangunan desa dapat dilakukan sendiri

oleh masyarakat melalui bantuan fasilitator yang disediakan oleh PMD dan

pihak lain yang dianggap mampu sebagai pendamping.

Adapun rangkaian kegiatan P3MD terdiri dari (1) pengkajian

keadaan desa, dimana berisi kegiatan berupa pengumpulan

informasi/data tentang masalah dan potensi yang tersedia untuk

mengatasi masalah tersebut; (2) pemiliha!1 tindakan, meliputi

pengelompokan masalah, penentuan peringkat, pengkajian atas tindakan


23

pemecaha:1 masalah, dan penentuan peringkat tindakan; dan (3)

penyusunan rencana pembangunan, yang meliputi penyusunan jadwal

kegiatan dan rencana anggaran biayanya.

Sementara unsur-unsur yang terlibat dalam pembangunan yang

mempergunakan pendekatan demokratisasi seperti halnya pendekatan ·

pembangunan partisipatif, menurut PSKMP (2002:M1-S4-3) meliputi:

sumberdaya (R), organisasi (0), dan norma (N). Unsur sumberdaya (R),

merupakan unsur dasar dalam tiap program pembangunan, dimana tanpa

sumberdaya tersebut kita tidak dapat menginisiasi suatu kegiatan secara

berarti dan substantif. Sumberdaya tersebut, membutuhkan persiapan

untuk mendapatkan sumberdaya-sumberdaya penting, pendanaan,

informasi serta teknologi dan lain sebagainya, agar dapat dipergunakan


f
dan dimanfaatkan untuk mencapai sasaran-sasaran dan cita-cita

pembangunan. Maksud dari hal tersebut di atas menunjukkan bahwa

untuk berinteraksi dalam proses perencana(jr., maka perlu peningkatan

kapasitas (capability building) masyarakat rnelalui peningkatan

pengetahuan, wawasan, perubahan pola perilaku, peningkatan

keterampilan (skill) maupun peningkatan ekonomi masyarakat, yang

menjadikannya memiliki kemampuan untuk dapat berinteraksi dalam

proses perencanaan dimulai dari kemampuannya memahami kondisi

daerahnya, sampai dengan kemampuan masyarakat itu sendiri dalam

melaksanakan pembangunan.
24

Unsur organisasi (0), merupakan unsur yang melaksanakan

peran, pelaku atau aktor pembangunan dengan cara mengintegrasikan

dan memadukan berbagai sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kapasitas dalam diri masyarakat dapat merupakan

potensi yang memudahkannya berinteraksi dengan individu-individLt

lainnya, membentuk kelompok-kelompok organisasi sosial

kemasyarakatan yang bersifat Non Goverment Organization (NGO)

seperti halnya LSM, organisasi kewanitaan, kepemudaan yang berfungsi

sebagai wadah dalam menyuarakan aspirasi ataupun kebutuhannya.

Sementara unsur norma (N) berupa norma-norma manajerial,

membutuhkan tingkat penghargaan terhadap mekanisme konsultasi,

kerjasama dan partisipasi serta komit~en yang kuat untuk mencapai


(

tujuan bersama. Hal ini dimaksudkan bahwa segala sesuatu yang akan

dilaksanakai1, khususnya yang menyangkut hajat hidup orang banyak

harus diputuskan dan disepakati secara bersama, karena hal tersebut

yang akan mendoro:-1g setiap orang untuk bergerak secara bersama.

Ketiga unsur tersebut (R-0-N), dalam kaitan dengan implementasi

program pembangunan harus saling berinteraksi satu sama lain, dalam

keadaan keseimbangan berdasarkan prinsip-prinsip kompetisi dan

kolaborasi program-program pembangunan dan kegiatan-kegiatan yang

mengarah kepada pencapaian sasaran-sasaran dan cita-cita yang

memuaskan semua pihak.


25

Masyarakat sebagai sumberdaya pelaku pembangunan di suatu

daerah (pedesaan) harus diberdayakan dalam penyusunan rencana

program pembangunan. Menurut Adisasmita (2006:40), perencanaan

secara partisipatif diperlukan karena memberi manfaat, yakni: (1) anggota

masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonominya

dan mampu mengidentifikasikan bidang-bidang/sektor-sektor yang perlu

dilakukan perbaikan, dengan demikian diketahui arah masa _depan

mereka; (2) anggota masyarakat dapat berperan dalam perencanaan

masa depan masyarakatnya tanpa memerlukan bantuan para pakar atau

instansi perencanaan pembangunan dari luar pedesaan; (3) masyarakat

dapat menghimpun sumberdaya dan sumber dana dari kalangan anggota

masyarakat untuk mewujudkan tujuan yang dikehendakinyR


f
Menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat

pengembangan, merupakan titik tolak untuk memandirikan masyarakat

(memberdayakan masyarakat) agar dapat meningkatkan taraf hidupnya,

menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin,

baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.

Partisipasi masyarakat pada tiap tahapan pembangunan akan

mengkondisikan proses belajar bagi komunitas, dan menciptakan efek-

efek spesifik bagi masyarakat (Cohen dan Uphoff, 1977:30-58). Partisipasi

masyarakat dalam perencanaan pembangunan akan melahirkan

kemampuan identifikasi (sense of identification) di dalam masyarakat.

Partisipasi dalam perencanaan yang berulang-ulang, kapasitas untuk


26

· mengidentifikasi apa kebutuhan mereka, apa masalah mereka, apa

alternatif pemenuhan kebutuhan mereka, apa alternatif pemecahan

masalah mereka, bagaimana skenario pemenuhan kebutuhan dan

pemecahan masalah mereka, akan dimiliki oleh masyarakat sebagai hasil

pengalaman belajar dari akumulasi keterlibatan tersebut. Sehingga suatu.

saat, tanpa bantuan orang luar (outsider). masyarakat akan mampu

mengidentifikasi sendiri kebutuhan dan pemecahan masalahnya, mampu

mencari jalan sendiri cara dan jalan keluar pemenuhan kebutuhan dan

pemecahan masalahnya, bahkan mampu merencanakan sendiri program-

program untuk pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah tersebut.

Partisipasi masyarakat dalam implementasi pembangunan akan

melahirkan apa yang disebut kepekaan integritas (sense of integrity).


(

Sense of integrity adalah rasa kesatuan, rasa kebersamaan, rasa

kekeluargaan, dan rasa kegotong-royongan yang muncul karena

akumulasi pengalaman keterlibatan dalam implementasi pembangunan.

Partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasi! pembangunan

akan melahirkan sense of belonging, rasa memiliki hasil-hasil

pembangunan, karena sebenarnya masyarakat sendirilah yang

merencanakan, melaksanakan dan menikmatinya, dan pada saatnya

masyarakat akan merasakan bahwa apa yang telah dihasilkan itu adalah

miliknya sendiri. Dengan demikian, jika milik tersebut bisa bermanfaat

secara berkelanjutan, maka akan timbul rasa kepentingan dan keharusan

dalam masyarakat untuk memeliharanya.


27

Partisipasi dalam evaluasi pembangunan akan melahirkan rasa

bertanggung jawab (sense of responsibility), yaitu rasa ikut

bertanggungjawab terhadap hasil pembangunan. Rasa ikut

bertanggungjawab akan termanifestasi dalam bentuk pengawasan secara

berlanjut terhadap setiap implementasi pembangunan, sumbangan kritik·

dan pikiran, serta penilaian-penilaian obyektif terhadap aspek apapun dari

pembangunan.

Salah satu cara untuk memahami partisipasi adalah dengan

menggunakan "tangga partisipasi". Tangga partisipasi memperlihatkan

relasi antara warga dengan pemerintah dalam formulasi dan pelaksanaan

kebijakan publik. Menarik untuk dicatat, adalah seringkali pemaknaan atas

suatu tingkat partisipcsi berbeda antara satu dengan yang lain.


(

Pretty,1995 dalam Salman (2005: 18-19) mengilustrasikan partisipasi

masyarakat dalam program pembangunan bersifat kontinum, mulai dari

partisipasi yang dimanipulasi (manipulative participation) yang dilakukan

pihak luar terhadap masyarakat, sampai pada mobilisasi diri (self

mobilisation) oleh inisiatif masyarakat itu sendiri dalam memecahkan

masalah/memenuhi kebutuhan sesuai keberadaannya.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dari yang

terendah sampai tertinggi adalah sebagai berikut : (1) Partisipasi

Manipulasi (Kooptas1), partisipasi komunitas dipretensi secara sederhana,

dimana keterwakilan rakyat pada badan pemerintah tidak melalui

pemilihan secara demokratis, dan representasi komunitas pada badan


28

pemerintah tida~' memiliki


.,
kekus·saan dalam pengambilan keputusan; (2)

Partisipasi Pasif (Kepatuhan), komunitas berpartisipasi melalui

penyampaian apa yang terjadi atau dilakukan oleh pihak

pemerintah/pelaku pembangunan. Melibatkan pengumuman sepihak dari

manajemen/administrasi proyek tanpa mendengarkan jawaban komunitas.-

lnformasi hanya menjadi milik professional dari luar; (3) Partisipasi

Konsultasi (Konsu/tatif), komunitas berpartisipasi melaiui konsultasi atau

menjawab pertanyaan. Agen eksternal menetapkan masalah dan proses

pengumpulan informasi serta mengontrol analisanya. Sebagian besar

proses konsultatif berlangsung tanpa berbagi pendapat dalam

pengambilan keputusan, dan professional eksternal tidak memiliki

kewajiban untuk mengakomodir pandangan masyarakat dalam formulasi


f
rencana/keputusannya; (4) Partisipasi Material (Kontribus1), komunitas

berpartisipasi melalui kontribusi sumberdaya seperti tenaga kerja, atau

bentuk material seperti bahan makanan atau dana. Bentuk seperti ini

sangat umum, yang didalamnya komunitas belum menjadi pemangku dari

praktek pembangunan yang berlangsung; (5) Partisipasi Fungsional

(Kerjasama), partisipasi komunitas dilihat oleh orang luar sebagai cara

(means) untuk mencapai tujuan dari proyek. Rakyat berpartisipasi melalui

pembentukan kelompok-kelompok untuk menemukan kelompok yang

berpengaruh; mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan, tetapi

nanti setelah keputusan besar dan mendasar sudah disiapkan oleh agen

luar; (6) Partisipasi lnteraktif (Saling Belajat), rakyat terlibat dalam anal isis
29

bersama, pengemb~~ngan rencana aksi dan pembentukan/penguatan


..
kelembagaan lokal. Partisipasi dilihat dalam makna yang benar, bukan

sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan proyek. Proses ini melibatkan

metodologi interdisipliner untuk mendapatkan perspektif yang lebih

beragam dan proses belajar yang sistematik dan terstruktur. Karena

kelompok memainkan kontrol dalam pengambilan keputusan dan

menentukan bagaimana sumberdaya digunakan, maka mereka menjadi

pemangku dalam memelihara struktur dan praktek; 7) Mobilisasi Diri

(Pemberdayaan), rakyat berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif

secara independen dari lembaga eksternal dalam mengubah sistem.

Masyarakat membangun kontak dengan lembaga luar untuk dukungan

sumberdaya dan bimbingan teknis yang diperlukan, tetapi tetap


f
mengontrol bagaimana sumberdaya yang ada digunakan. Mobilisasi diri

dapat meluas bila pemerintah dan LSM menyiapkan kerangka

pemberdayaan dalam dukungannya. Beberapa inisiatif mobilisasi diri

dapat dan dapat juga tidak menantang bagi distribusi kesejahteraan dan

kekuasaan lokal yang ada.

Ketika tangga partisipasi meningkat dari tingkat yang rendah ke

tingkat yang lebih tinggi, maka dibutuhkan berbagai kemampuan untuk

mengelola atau meningkatkan tingkat partisipasi tersebut. Kecakapan

warga dan pemerintah untuk mengelola tahapan ·yang ada dan

mendorong ke tangga partsipasi yang lebih tinggi merupakan faktor

panting dalam kemajuan pendekatan partisipatif. Seringkali ditemui


30

berbagai perencanaan/kebijakan yang "partisipatif', ketika

diimplementasikan ternyata masih merupakan tahapan partisipasi yang

masih rendah, bukan karena komitmen untuk melaksanakan tersebut,

melainkan ketidakmampuan organisasi masyarakat sipil dan pemerintah

untuk mengawal implementasi kebijakan tersebut.

Ketidakmampuan dalam implementasi tersebut, disebabkan

karena masyarakat dan organisasi masyarakat, serta pemerintah belum

diberdayakan. Konsep partisipasi, partisipatif, dan partisipatoris selalu

dihubungkan dengan model pemberdayaan masyarakat. Strategi

pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif masyarakat ke dalam

efektivitas, efisiensi dan sikap kemandirian. Strategi ini sangat potensial

dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya.


f
Serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah kemiskinan, inilah dikatakan

pemberdayaan sebagai sebuah proses. Sementara pemberdayaan

sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil

yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin

yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi

dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas


31

kehidupannya. ~emberdayaan sebagai tujuan, selalu dikaitkan dengan

indikator keberhasilan dari pemberdayaan terse but (Suharto, 2004 ).

D. Kebijakan Alokasi Dana Desa

Proses penyusunan Kebijakan ADD, merupakan inisiatif.

Pemerintah Kabupaten bersama DPRD Kabupaten Flores Timur dengan

melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap kemandirian

desa, seperti wakil dari pemerintah desa, BPD, lembaga kemasyarakatan

di desa, LSM, dan perguruan tinggi. Kebijakan ini, didefinisikan sebagai

fasilitas/alat untuk memungkinkan pemunculan kembali atau pembenahan

dan pemantapan sejumlah tata nilai, gotong-royong, kebersamaan,

persatuan lewo tanah, persaudaraan, solidaritas kritis, dan pe.rtisipasi

yang nyaris hilang dalam seluruh proses pembangunan dan proses politik

selama ini. Dengan demikian ADD merupakan jalan "kesepakatar." antara

masyarakat dengan pemerintah, "Fellowship of being to face the reality"

(berjalan bersama secara beriringan untuk bersama-sama menghadap~

kenyataan) sebagai suatu model pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Kebijakan ini diimplementasikan dalam bentuk pengalokasian

sejumlah dana kepada pemerintah desa oleh Pemerintah Kabupaten

Flores Timur, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan

pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten Flores Timur. Kebijakan

ini tertuang dalam Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 19 Tahun 2006

tentang Penyelenggaraan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Flores Timur


32

Tahun 2006. Besarnya dana -yang dialokasikan untuk masing-111asing

desa sebesar Rp. 100.000.000,- dengan maksud untuk membiayai

kegiatan pemerintah desa yang meliputi kegiatan operasional pemerintah

desa, BPD dan pemberdayaan masyarakat.

Penyelenggaraan kebijakan ini, mengacu pada prinsip-prinsip·

yang mengedepankan nilai-nilai dasar (desentralisasi, transparansi,

partisipatoris, akuntabilitas, demokrasi, kemitraan, efisiensi dan efektivitas,

penegakan hukum, sustainabilitas dan sinergisitas) yang selalu menjadi

landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun

tindakan dalam pelaksanaan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut

meliputi: (1) pengelolaan keuangan ADD merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa; (2) seluruh


(

kegiatan yang didanai dari ADD direncanakan, dilaksanakan dan

dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di

desa; dan (3) seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan

secara administratif, teknis dan hukum.

Berkaitan dengan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka tujuan

akhir dari implementasi Kebijakan ADD di Kabupaten Flores Timur adalah

pemberdayaan masyarakat, yang dapat dirinci sebagai berikut : (1)

meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam melaksanakan

tugas-tugas di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan

sesuai kewenangannya; (2) meningkatkan kemampu~n masyarakat dan

lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan


33

pengendat;an pernbangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi

yang dimiliki; (3) meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan

bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat; dan (4) mendorong

peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat.

lmplementasi Kebijakan ADD khususnya dalam proses

perencanaa~ diwujudkan dalam rangkaian kegiatan penyusunan APBDes,

dimana kegiatan pembangunan desa disusun melalui mekanisme

perencanaan yang berjenjang, mulai dari musrenbangdus sampai

musrenbangdes; dengan melibatkan seluruh masyarakat desa mulai dari

kehadiran, menyampaikan ide/gagasan sampai pada ikut merumuskan

kegiatan yang akan dilaksanakan.

Peran pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) dalam proses perenCCAnaan tersebut hanya sebagai fasilitator dan

penyampai informasi kebijakan yang ada dalam dokumen perencanaan

daerah, agar perencanaan tidak keluar dari substansi visi, misi, dan tujuan

pembangunan daerah yang ingin dicapai. Dengan demikian dalam tahap

perencanaan, perumusan dan prioritas rencana kegiatan desa didasari

pada sasaran-sasaran program yang dititik beratkan pada pemberdayaan

masyarakat, yang meliputi: ( 1) pengadaan infrastruktur pedesaan; (2)

penanggulangan kemiskinan; (3) peningkatan kesehatan masyarakat; (4)

peningkatan pendidikan dasar; (5) pembinaan anak dan remaja serta

PKK; dan (6) pengembangan potensi kewirausahan pemuda/perempuan

dan potensi olahraga.


34

Salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan tersebut adalah pelaku ADD itu sendiri. Berkaitan

dengan hal tersebut, maka dibentuk organisasi pengelola ADD mulai dari

tingkat kabupaten sampai dengan tingkat desa masing-masing sebagai

berikut:

1. Tingkat Kabupaten

Organisasi pengelola ADD di tingkat kabupaten terdiri dari Tim

Perumus Kebijakan ADD, Tim Fasilitasi ADD, dan Kordinator

Kabupaten.

a. Tim Perumus Kebijakan ADD

Keanggotaan Tim ini terdiri dari aparat pemerintah daerah,

kecamatan dan desa: perwaki!an DPRD dan BPD; serta

organisasi kemasyarakatan yang merrliliki perrgalamaan dalam

pemberdayaan masyarakat desa. Tim ini bertugas menyiapkan

berbagai hal yang l>erkaitan dengan pengambilan kebijakan

tentang ADD.

b. Tim Fasilitasi ADD

Tim Fasilitasi ADD terdiri dari unsur pemerintah (Satuan Kerja

Perangkat Daerah terkait), yang bertugas melaksanakan

desiminasi secara luas akan kebijakan, data dan informasi tentang

ADD; membantu Tim Pendamping tingkat kecamatan untuk

memberikan pelatihan/orientasi kepada Tim Pelaksana ADD di

tingkat desa; menentukan besaran ADD yang diterima

berdasarkan rumusan yang telah ditetapkan; melakukan kegiatan

pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan ADD bersama


35

Tim Pendamping tingkat kecamatan d&lam setiap tahapan

kegiatan dan memberikan laporan kemajuan perkembangan

pelaksanaan ADD kepada Bupati Flores Timur.

c. Koordinator Kabupaten

Koordinator Kabupaten adalah LSM pendamping yakni LSM Mitra .


Sejahtera yang ditentukan melalui prc.aes seleksi, yang

mempunyai tugas melakukan pendampingan terhadap

pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang didanai

dari ADD mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,

pengawasan dan evaluasi; dan melaporkan pelaksanaan

pendampingan setiap bulan kepada Bupati melalui Kantor

Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Flores Timur.

2. Tingkat Kecamatan

Organisasi pengelolah ADD di tingkat kecamatan terdiri dari Tim

Pendamping dan Fasilitator Kecamatan, dan selanjutnya dap'3t

dijelaskan seperti di bawah ini.

a. Tim Pendamping

Tim Pendamping ADD fi tingkat kecamatan terdiri dari :

• Ketua Camat

• Sekretaris Kasi PMD

• Anggota Sekretaris kecamatan, kepala seksi

pemerintahan, kepala-kepala UPTD kecamatan,

ketua TP PKK.

Tim Pendamping tersebut bertugas memberikan pendampingan

dalam setiap tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,


36

pemantauan, pengawasan dan evaluasi kegiatan pembangunan di

desa; memberikan pendampingan dalam proses pengelolaan

keuangan desa; memberikan pendampingan dalam tata

administrasi pemerintahan desa; dan memberikan pendarr.pingan

dalam proses penyusunan peraturan desa, yang terkait dengan

pelaksanaan ADD.

b. Fasilitator Kecamatan

Fasilitator Kecamatan terdiri dari tenaga pendamping yang direkrut

dari LSM Mitra Sejahtera, yang bertugas : membantu fasilitator

desa dalam memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat

yang didanai dari ADD mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, pengawasan dan evaluasi; dan

melaporkan pelaksanaan pendampingan setiap bulan kepada

koordinator kabupaten.

3. Tingkat Ossa

Untuk rrtengefektifkan pelaksanaan Kebijakan ADD, khususnya desa

sebagai sasaran implementasi Kebijakan ADD, maka dibentuk

organisasi pengelola yang teridiri dari Pengelola Anggaran, Tim

Pelaksana dan Fasilitator Desa.

a. Pengelola Anggaran

Tugas pengelola anggaran meliputi pengelolaan keuangan yang

bersumber dari ADD, dimana susunan kepengurusannya terdiri

dari:

• Pengguna Anggaran : Kepala Desa

• Pemegang Kas Kaur Keuangan


37

b. Tim Pelaksana

Tim Pelaksana terdiri dari 5-7 orang, terdiri dari ketua, sekretaris,

bendahara dan anggota yang dipilh dari unsur masyarakat melalui

m'-lsyawarah desa (mudes); yang bertugas sebagai

penanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan

masyarakat.

c. Fasilitator Desa

Fasilitator Desa adalah tenaga pendamping yang direkrut dari

wilayah yang bersangkutan oleh LSM Mitra Sejahtera yang

bertugas : memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan

masyarakat yang didanai dari ADD mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaen, pemantauan, pengawasan dan evaluasi; dan

melaporkan pelaksanaan pendampingan setiap bulan kepada

fasilitator kecamatan.

E. Kerangka Konseptual

lnisiatif penyusunan Kebijakan ADD berasal dari Pemerintah

Kabupaten bersama DPRD Kabupaten Flores Timur dengan melibatkan

berbagai pihak yang berkepentingan terhadap kemandirian desa, seperti

wakil dari pemerintah desa, BPD, lembaga kemasyarakatan di desa, LSM,

dan Perguruan Tinggi. lnisiatif tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan

pembentukan Tim Perumus Kebijakan ADD yang keanggotannya berasal

dari aparat pemerintah daerah, kecamatan, dan desa; perwakilan DPRD

dan BPD; serta organisasi kemasyarakatan yang memiliki pengalamaan


38

·dalam pemberdayaan masyarakat dan desa. Tim ini bertugas menyiapkan

berbagai hal yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan tentang ADD.

Kebijakan ADD ini tertuang dalam Peraturan Bupati Flores Timur

Nomor 19 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Alokasi Dana

Desa di Kabupaten Flores Timur. lmplementasi dari Kebijakan ADD

berupa pengalokasian sejumlah dana tertentu kepada desa oleh

Pemerintah Kabupa.ten Flores Timur, untuk mengelola pembangunan di

desanya secara partisipatif dengan melibatkan seluruh masyarakat desa.

Dengan demikian kebijakan ADD ini merupakan salah satu upaya untuk

mencapai kemandirian desa.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan sering menjadi pemicu


f

ketidaksesuaian hasil-hasil pembangunan dengan kebutuhan lokal,

tumpang tindih program antar instansi pelaksana dar. kemubaziran hasil-

hasil pembangunan.

Keberhasilan implementasi Kebijakan ADD sangat ditentukan

oleh potensi pedesaan, terutama pada kemauan masyarakat dalam

berpartisipasi untuk ikut serta dalam setiap tahap pembangunan. Hal ini

disebabkan karena partisipasi masyarakat saat ini sudah menjadi sebuah

faktor produksi yang sangat mutlak diperlukan dalam mencapai

keberhasilan pembangunan. Namun, disadari masih terdapat

permasalahan yang dihadapi sehingga hasil yang diharapkan kurang

optimal. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa fen omena antara lain: ( 1)
39

masih terbatasnya kemampuan o_rggnisasi, seperti sumberdaya manusia

dan biaya; (2) belum berfungsinya lembaga-lembaga masyarakat untuk

memfasilitasi dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan

perumusan usulan-usulan kegiatan prioritas; dan (3) kegiatan prioritas

desa yang dilaksanakan lebih mengarah pada infrastruktur, kurang .

mengakomodir semua sasaran pokok program yang ditentukan dalam

Kebijakan ADD.

Berkaitan dengan hal di atas, maka penelitian terhadap

implementasi Kebijakan ADD di dua desa penelitian tersebut, menjadi

sangat penting dilakukan supaya dalam mengimplementasi kebijakan

ADD di masa yang akan datang, dapat berjalan dengan baik dengan

mengedepankan partisipasi masyar&kat dalam pelaksanaannya.


r
Kebijakan ADD, jika berjalan sebagaimana yang dimaksudkan,

diharapkan dapat mengatasi dan meminimalisasi permasalahan-

permasalahan yang sangat kompleks dan mendesak dalam masyarakat;

yang pada akhirnya masyarakat semakin berdaya dan menghantar

mereka sebagai pelaku utama dalam pembangunan; sesuai dengan

tujuan akhir dari ADD. Untuk lebih jelasnya, kerangka konseptual yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :


40

r 1
KEBIJAKAN ADD

,. ,.
DESA PARTISIPASI
MASYARAKAT

IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN ADD

Wilayah Penelitia n

----------------------- ----------------------------------------

. PEMBERDAYMN
MASYARAKAT

Keterangan :

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian


BAB Ill

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan

jenis penelitian deskriptif, yakni untuk memberi gambaran tentang

kenyataan atau temuan-temuan empiris yang berkaitan dengan

implementasi Kebijakan ADD; khususnya pada proses perencanaan dan

partisipasi masyarakat pada proses perencanaan dan pelaksanaan di

Desa lie Padung dan Desa Riangkotek Kabupaten Flores Timur.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini, mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan serta

penyusunan akhir membutuhkan w8ktu selar.oa 3 bulan yaitu bulan Mei

sampai dengan bulan Juli 2007. Lckasi penelitian ditetapkan di Desa lie

Padung dan Desa Rianykotek Kabupaten Flores Timur, yang sekaligus

sebagai desa penerima ADD dengan sejumlah pertimbangan yaitu :

1. Desa lie Padung adalah desa pesisir pantai yang jauh dari perkotaan

yakni 27 km dari ibukota kabupaten dan 6 km dari ibukota

kecamatan, dimana masyarakatnya memiliki karakteristik dengan

pola keseharian kehidupannya yang sangat sederhana ditinjau dari

tingkat perekonomian sebagai masyarakat petani dan nelayan,

sehingga lemah dalam mengakses sumberdaya dan informasi, dan

lebih tertinggal dalam hal pembangunan desa.


42

2. Desa Riangkotek, letaknya lebih dekat ke ibu kota kabupaten dan

kecamatan, mewakili masyarakat yang bermukim dekat perkotaan

dengan karakteristik masyarakatnya lebih maju karena lebih cepat

mengakses sarana dan fasilitas serta segala bentuk informasi.

Pertimbangan lain adalah aksesibilitas dalam hal pencapaian lokasj

sasaran dan perolehan data penelitian di dua desa tersebut, cukup

memudahkan dalam pelaksanaan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Wawancara mendalam (in dept interview) yaitu mengadakan

wawancara dengan informan yang bertujuan untuk menggali informasi

yai1g lebih menclalam tentang proses perencanaan dan partisipasi


(

masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan Kebijakan

ADD. Wawancara dilakukan terhadap :

Unsur pemerintah kabupaten KTU Kantor Pemberdayaan

Masyarakat (KPM) Kabupaten Flores Timur.

Unsur pemerintah kecamatan : Kasi PMD Kecamatan Lewolema.

Unsur pemerintah desa: Kepala Desa, Sekdes, dan Kepala Dusun.

Unsur TPKd : Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota.

Unsur LSM Mitra Sejahtera: Fasilitator Desa.

Unsur Masyarakat: Tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.

2. Kuesioner yaitu pengumpulan informasi melalui permintaan keterangan

kepada pihak yang terlibat langsung, data yang berupa jawaban atas

pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar. Kuesioner disusun


43

dalam bentuk !')ertanyaan-pertanyaan terbuka, untuk memperoleh opini

atau pernyataan tentang tingkat partisipasi masyarakat pada proses

perencanaan. Responden diambil dari unsur masyarakat yang hadir

pada pelaksanaan musrenbangdes, dan dilakukan secara purposive.

Tiap desa diambil 20 orang, yakni unsur masyarakat dari BPD 2 orang,

LKD 2 orang, PKK 2 orang, pedagang 2 orang, tokoh masyarakat 2

orang dan masyarakat umum 10 orang. Sehingga dua desa terkumpul

40 orang untuk menjawab kuesioner terkait kehadiran, penyampaian

ide dan pengambilan keputusan pada musrenbangdes.

3. Observasi untuk mengungkap fenomena yang belum terungkap lewat

wawancara, berupa kegiatan pengamatan langsung terhadap

pelaksanaan kegiatan di lapangan.

4. Studi Dokumentasi yaitu menelaah berbagai informasi yakni buku-buku


f
literatur maupun arsip atau dokumen lainnya, yang berkaitan dengan

implementasi Kebijakan ADD.

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung di

lokasi penelitian melalui wawancara, kuisioner, dan observasi langsung di

lapangan. Sedangkan data sekunder berwujud dokumentasi yang

berkaitan dengan implementasi Kebijakan ADD dan dokumen lainnya

yang memiliki relevansi dalam penelitian ini. Adapun jenis data, cara

perolehan data, dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian seperti

tertera pada Tabel 1 berikut ini.


44

Tabel1 Jenis, cara perolehan, dan sumber data penelitiar'l

No Jenis data Cara Perolehan Sumber

1 Proses perencanaan. I
a. Tahap persiapan I
Sosialisasi Kebijakan ADD di Wawancara, studi KPM, Kecamatan .
tingkat kabupaten, dokumen tentang Lewolema, Desa lie
kecamatan, desa dan dusun. pelf.lksa!1aan sosia!isasi Padung, Desa
ADD. Riangkotek, dan tokoh
masyarakat.
Pembentukan organisasi Wawancara, Studi Desa lie Padung, dan
pengelola ADD tingkat desa. dokumen tentang Desa Riangkotek.
pembentukan TPKd.
Bimbingan Teknis. Wawancara, TPKd, KPM.
studi dokumen tentang
materi bim!ek.
b. Tahap perencanaan
Pelaksanaan Musrenbangdus Wawancara, Studi Masyarakat, TPKd.
dokumen pelaksanaan
Musrenbangdus.
Pelaksanaan Musrenbangdes Wawancara, studi Masyarakat, TPKd.
dokumen pelaksanaan
Musrenbangdes.
2 Partisipasi masyarakat.
a. Tahap perencanaan Wawancara, kuesioner Unsur masyarakat:
menggunakan BPD, LKD, PKK,
pertanyaan terbuka. pedagang, tokoh
masyarakat, dan
masyarakat umum.
b. Tahap pelaksanaan Observasi, wawancara, TPKd, masyarakat.
studi dokumentasi.
45

E. Teknik Anali~is Data

Untuk menjawab permasalahan penelitian tentang proses

perencanaan dan partisipasi masyarakat pada proses perencanaan dan

pelaksanaan implementasi Kebijakan ADD, maka analisis data yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui tiga tahapan.

Proses ana lis is data tersebut terdiri dari: 1) Reduksi data, yalmi

pemilahan data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu hasil

wawancara, kuisioner, observasi, dokumen dan lain-lain; selanjutnya

ditarik pokok-pokok penting yang terkait dengan topik penelitian. Setelah

itu mengadakan pemeriksaan keabsahan data, kemudian dilakukan

penafsiran data; 2) Display data, berupa penyajian data yang ditampilkan

dalam bentuk gambaran dan tabel jakni: a) proses pererGClnaan


(
yang

dimulai dari tahap sosialisasi, organisasi pengelolaah ADO, bimtek dan

tahap peren~anaan, mulai dari musrenbangdus se:m'ltJai musrenbangdes;

b) partisipasi masyarakat baik pada proses perencanaan maupun

pelakanaan kegiatan; 3) Penarikan kesimpulan, yaitu uraian naratif

sebagai gambaran atas jawaban permasalahan penelitian.

F. Definisi Operasional

1. lmplementasi Kebijakan ADD adalah Kebijakan yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Flores Timur, yang terintegrasi dalam

program pembangunan kabupaten dengan memberikan peluang

kepada desa untuk melaksanakan pembangunan di desanya secara


46

partisipatif, yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat.

frnp.lementasi kebijakan ADD dalam penelitian ini dikaji dari tahap

perencanaan hingga tahap pelaksanaan di Desa lie Padung dan

Riangkotek.

2. Perencanaan pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang

melibatkan seluruh stakeholders termasuk masyarakat, yakni

keterlibatan dalam pertemuan-pertemuan, penyampaian gagasan/ide

tentang kebutuhan dan permasalahan, serta ikut merumuskan

kegiatan yang akan dilaksanakar.

3. Tingkat Partisipasi adalah seberapa besar keterlibatan masyarakat

secara langsung dalam setiap kegiatan pembangunan. Pada tahap

pere.1canaan tingkat partisipasi masyarakat didasarkan pada


f
kehadiran tapi tidak aktif dikategorikan rendah, hadir dan

menyampaikan gagasan/ide dikategorikan sedang dan hadir,

memberi gagasan/ide dan ikut mengambil keputusan dikategorikan

tinggi.

4. Keterlibatan adalah kehadiran masyarakat dalam pertemuan-

pertemuan baik secara formal maupun informal dalam proses

perencanaan pembangunan partisipatif.

5. Gagasan/ide adalah merupakan kumpulan usulan kebututuhan

mendesak yang dirasakan oleh masyarakat dan disampaikan pada

saat pelaksanaan musyawarah perencanaan.


47

6. Penentuan prioritas adalah pengambilan keputusan dalam penentuan


,.
kegiatan-kegiatan prioritas dalam perencanaan yang harus

diutamakan untuk dilaksanakan dengan masyarakat sebagai

pengambil keputusan.

7. Pemberdayaan masyarakat adalah pemberdayaan sebagai tujuan;

yakni menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perub~ahan •..sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, .


.;;.

memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,

ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi

dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Gambaran Umum Kecamatan Lewolema

a. Administratif dan Luas Wilayah

Kecamatan Lewolema merupakan salah satu dari 17 kecamatan

yang berada di Kabupaten Flores Timur dan merupakan kecamatan baru

hasil pemekaran dari Kecamatan Tanjung Bunga. Kecamatan Lewolema

berbatasan seb&lah utara dengan Laut Flores, sebelah selatan dengan

Kecamatan L~ra:1tuka, sebe!ah barat der.gan Kecamatan Titehena dan

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bunga; dengan

luas wilayah 137,26 Km 2 atau 7,57 % dari luas Kabupaten Flores Timur,

yang terdiri dari 7 desa yaitu Desa Painapang, Bantala, Riangkotek, Baluk

Herin, Sinar Hading, lie Padung dan Lewobele.

b. Kondisi Topografi dan lklim

Wilayah Kecamatan Lewolema sebagian besar terdiri dari

perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 - 1500

m di atas permukaan laut; sedangkan dataran rendah hanya berkisar

pada daerah pesisir pantai. Keadaan topografi Kecamatan Lewolema

didominasi oleh kemiringan 15° - 40°, dengan jenis tanah yang sering

mengalami erosi. Kondisi dan struktur utama geo!ogi adalah patahan yang
49

berpotensi menimbulkan gerakan tektonik yang menyebab~an rawan

bencana alam sepetti gempa bumi, erosi, gelombang pasang, dan

tsunami. Gempa besar terjadi pada tahun 1992, yang disertai tsunami

menyebabkan sebagian wilayah pesisir utara Pulau Flores yang menjadi

wilayah Kecamatan Lewolema tenggelam.

Keadaan iklim di suatu daerah ditentukan oleh keadaan

temperatur, curah hujan, kelembaban, arah dan kecepatan angin, tekanan

udara dan penyinaran matahari. Sebagaimana daerah-daerah lain di

Indonesia, Kabupaten Flores Timur khususnya Kecamatan Lewolema

mengalami dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Rata-rata

curah hujan di Kecamatan Lewolema berkisar 586 mm/thn dan hari hujan

rata-rata 81 hh. Sementara suhu rata-rata bcrkisar antara 21,6° C sampai


f
dengan 34,0° C; kelembaban udara berkisar 54 % sampai dengan 97 %,

dan tekanan udara 1.012,8 Nbs sampai dengan 1.020,8 Nbs.

c. Keadaan Sosial Budaya

Jumlah penduduk Kecamatan Lewolema sampai dengan bulan

Desember 2006, sebanyak 7.469 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-

rata sebesar 54,42 jiwa/km2·, dan jumlah kepala keluarga sebesar 1603

(rata-rata 4,66 jiwa per KK). Penyebaran penduduk di wilayah kecamatan

ini tidak merata, dengan kepadatan tertinggi di Desa Riangkotek yaitu

120,91 jiwa/ km 2 · dan kepadatan penduduk terendah di Desa Painapang

34,81 jiwa/ km 2 .
50

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan

Lewolema adalah petani dan nelayan. Keadaan topografi dan iklim seperti

disebutkan di atas, menyebabkan pengolahan sistem pertanian hanya

menggunakan ladang tadah hujan untuk ditanami padi, jagung dan

umbian. Sedangkan dari sektor perkebunan, tanaman perkebunan yang·

banyak terdapat di Kecamatan Lewolema dan menjadi komoditi andalan di

Kabupaten Flores Timur adalah jambu mete dan kelapa.

Sementara sektor pendidikan sebagai suatu sarana untuk

meningkatkan kecerdasan masyarakat, sangat tergantung pada kualitas

pendidikan. Salah satu indikator untuk mengukur kualitas pendidikan

adalah angka partisipasi sekolah, yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar

~APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel2 APM dan API\ SO, SLTP dan SLTA Kecamatan Lewolema
Tahun 2005.
Jenjang APK APM Selisih APK
I
(%) (%) dan APM (%)
so 89,76 75,28 14,48
SLTP 74,34 54,92 19,42
SLTA 58,3 42,76 15,63
Sumber : UPTD Kecamatan Lewolema

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dijelaskan bahwa selisih rata-

rata APK dan APM pada masing-masing jenjang pendidikan sebagai

akibat dari : siswa masuk sekolah belum mencapai usia sekolah, siswa
51

masuk sekolah tepat pada umur sekolah namun mengulang, dan siswa

masuk sekolah usianya sudah di atas umur masuk sekolah.

Secara singkat gambaran umum Kecamatan Lewolema, dapat

dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Wilayah administrasi Kecamatan Lewolema dirinci menurut·


desa tahur. 2006

Luas Penduduk Kepadatan I


I No. Des a KK
(Km 2) Qiwa) Uiwa/Km 2) I
1. Sinar Hading 16,75 234 1.014 60.54
2. Riangkotek 7,65 203 925 120,91
3. Banta Ia 21,55 270 1.336 62,00
4. Painapang 35,48 256 1.235 34,81
5. Baluk Herin 25,'23 269 1.270 50,34
I
6. lie Padung 22.35 256 1233 55,17 I
7. Lewobele 8,25 115 456 ( 55,27 I

Total 137,26 1.603 7.469 54,42


Sumber: Kantor Camat Lewolema.

2. Gambaran Umum Desa lie Padung

Desa lie Padung merupakan sebuah desa pesisir di Kecamatan

Lewolema yang baru mulai menata desanya. Lokasi permukiman

masyarakat desa sekarang merupakan lokasi baru, setelah lokasi lama

diterjang gelombang tsunami tahun 1992. Aksesibilitas ke desa tersebut

dari ibu kota kecamatan sangat rendah, dimana infrastruktur jalan dalam

keadaan kondisi rusak berat. Kondisi infrastruktur jalan tersebut

menyebabkan waktu tempuh dari ibukota kecamatan yang berjarak 6 Km

mencapai satu jam.


52

Seca.a administratif, Oesa lie Padung berbatasan sebelah utara

dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Krewak,

sebelah barat berbatasan dengan Oesa Lewobele, dan sebelah timur

berbatasan dengan Oesa Sinar Hading. Wilayah desa dengan luas 22,35

Km 2 tersebut, terdiri dari empat dusun yakni Ousun Riangpedang,·

Riangbao, Riangmotong dan Riangtobi. lnfrastruktur pedesaan terutama

jalan/lorong penghubung antar dusun/lingkungan sangat jelek, disamping

infrastruktur desa lainnya seperti air minum, sarana pendidikan dan

kesehatan pada umumnya dalam kondisi rusak.

Oesa yang berjumlah penduduk sebanyak 1.233 jiwa yang terdiri

dari 599 laki-laki dan 634 perempuan dengan jumlah kepala keluarga

sebesar 256 KK dan kepadatan penduduk 55,17 jiwa/km 2 · ini, pada


f

umumnya bermata pencaharian petani dan nelayan. Potensi sumberdaya

manusia dari sektor pendidikan sebanyak 798 orang tamat SO, 79 Qrang

tam at SLTP, 49 orang tamat SL TA, dan 10 orang \a mat Perguruan Tinggi.

Sarana pendidikan yang ada di Oesa lie Padung terd:ri dari satu unit SO

dengan jumlah murid 222 orang, guru 7 orang; dan satu unit SLTP dengan

jumlah murid 80 orang dan guru 9 orang.

Potensi sumberdaya alamnya terdiri dari : 500 ha hutan lindung;

121 0 ha hutan produksi; 100 ha luas tanah kering yakni Ia dang, 25 ha

permukiman; 300 ha tanah perkebunan; dan lainnya 100 ha. Potensi

tanaman pertanian adalah padi, jagung dan umbian. Tanaman


53

perkebunan yang banyak ditanami masyarakat dan menjadi komoditi

andalan adalah jambu-mete.

3. Gambaran Umum Desa Riangkotek

Desa Riangkotek merupakan sebuah desa pemekaran dari Desa

Banta!a pada tahun 2004 dan merupakan desa dengan !uas wilayah

terkecil di Kecamatan Lewolema yakni 7,65 Km 2 , terdiri dari dua dusun

yakni Dusun Patabudi dan Dusun Horonara. Disamping itu letaknya

sangat strategis, berada pada jalan pores antara ibukota kabupaten ke

ibukota kecamatan; dengan jarak tempuh ke ibukota kecamatan 3 Km dan

ke ibukota kabupaten 14 km.

Secara administratif, Desa Riangkotek berbatasan sebelah utara

dengan Desa Sinar Hading, Sdbalah selatan berbataspn dengan D~~e;

Bantala, sebelah barat berbatasan dengan Gunung Krewak, dan sebelah

t!m~r berbatasan dengan Desa Painapang.

Desa yang berjumlah penduduk sebanyak 925 ji~a ini, terdiri dari

464 laki-laki dan 461 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebesar

203 KK; dengan tingkat kepadatan penduduk terpadat di Kecamatan

Lewolema yakni 120,91 jiwa/km 2 ·. Pada umumnya mata pencaharian

pokok penduduk adalah petani, disamping pengusaha dan PNS. Jumlah

Rumah Tangga Pertanian (RTP) yang memiliki tanah pertanian sebanyak

192 RTP yang terdiri dari : memiliki kurang dari 0,50 ha 12 RTP; 0,50 -

1,0 ha 20 RTP; dan lebih dari 1,0 ha sebanyak 160 RTP.


54

Potensi sumberdaya manusia dari sektor p&ndidikan sebanyak 2

orang buta huruf, 12 orang tidak tamat sekolah dasar, 261 orang tamat

sekolah dasar, 33 orang tamat SLTP, 22 orang tamat SLTA, dan 16 orang

tamat Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan yang ada di Desa

Riangkotek, terdiri dari satu unit SD dengan jumlah murid sebanyak 165 ·

orang dan guru 11 orang. Sementara potensi sumberdaya alamnya terdiri

dari: hutan lindung seluas 150 ha; tanah kering yakni ladang 138 ha,.

permukiman 45 ha; tanah perkebunan 382 ha; dan lainnya 50 ha.

Komoditi perkebunan yang menjadi andalan di Desa Riangkotek adalah

jambu mete.

B. lmplementasi Kebijakan ADD

lmplementasi Kebijakan ADD merupakan seperangkat kegiatan

yang perlu dilakukan setelah kebijakan tersebut ditetapkan. Jadi dapat

dikatakan bahwa implementasi Kebijakan ADD berupa operasionalisasi

dari berbagai aktivitas guna mencapai tujuan akhir ya'ng diharapkan

dengan adanya implementasi Kebijakan ADD terse but.

Dalam mengimplementasi Kebijakan ADD di Desa lie Padung dan

Desa Riangkotek, khususnya pada perencanaan dilakukan melalui dua

tahap yakni tahap persiapan dan tahap perencanaan kegiatan desa.

Tahap persiapan diawali dengan sosialisasi Kebijakan ADD, pembentukan

organisasi pengelolah (TPKd), dan kegiatan bimbingan teknis. Sedangkan

pada tahap perencanaan kegiatan desa, dilakukan melalui musyawarah


55

perencanaan berjenjang, dimana kegiatan desa dirumuskan melalui

musyawarah perencanaan pembangunan dari tingkat dusun sampa1

tingkat desa.

1. Proses Perencanaan Kegiatan Desa

Proses perencanaan dalam implementasi Kebijakan ADD di Desa

lie Padung dan Desa Riangkotek dibagi dalam dua tahap, yakni tahap

persiapan dan tahap perencanaan.

a. Tahap Persiapan.

Pada tahap persiapan, diawali dengan sosia1isasi kebijakan ADD,

pembentukan organisasi pengelola tingkat desa, dan bimbingan teknis.

a.1 Sosialisasi kebijakan ADD

Hasil penelitian pada tahap sosialisasi Kebijakan ADD

menunjukkan bahwa pelaksanaan pada Desa lie Padung dan Desa

Riangkotek telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan

Kebijakan ADD di Kabupaten Flores Timur. Hal ini dilihat dari

dilaksanakanr.ya musyawarah desa (mudes) di dua desa tersebut.

Sosialisasi Kebijakan ADD di tingkat desa, dilaksanakan

·setelah pelaksanaan sosialisasi di tingkat kecamatan dan kabupaten.

Sosialisasi tingkat kecamatan dihadiri oleh kepala desa beserta

perangkatnya, BPD, dan tokoh masyarakat. Selain dilakukan

sosialisasi Kebijakan ADD, musyawarah desa juga dilaksanakan untuk

memilih keanggotaan Tenaga Pengelola Kegiatan Desa (TPKd), yany


56

nantinya bertanggung jawab ata& pelaksanaan kegiatan yang didanai

dari ADD di tingkat desa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa lie

Padung, mengatakan:

Setelah selesai sosialisasi +ingkat kecamatan, kami kepala desa


diharapkan untuk melaksanakan sosialisasi tingkat desa, dan
selain kegiatan sosialisasi kami ditugaskan untuk memfasilitasi
pemilihan Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKd) yang nantinya
menjalankan tugas sebagai pengelola kegiatan di desa. Berjalan
tidaknya kegiatan ini tergantung pada pengelola yang dipilih
langsung oleh masyarakat pada saat mudes, sehingga
musyawarah ini harus dihadiri oleh semua unsur masyarakat di
desa kami.(Wawancara, 13 Juni 2007)

Pemyataan yang di kemukakan tersebut menggambarkan betapa

pentingnya kegiatan sosialisasi tingkat desa, karena di sinilah

penyampaian informasi secara langsung kepada masy~rakat desa yang

akan merencanakan dan melaksanakan kegiatan di desanya.

Di tingkat desa, penyebarluasan informasi dan sosialisasi

ADD dilakukan melalui Musyawarah Desa (Mudes) dilaksanakan satu

kali pada masing-masing desa. Pelaksanaan sosialisasi pada tingkat

Desa lie Padung dan Desa Riangkotek difasilitasi oleh kepala desa dan

perangkatnya. Dua hari sebelum pelaksanaan, kepala desa telah

mengeluarkan undangan kepada anggot.a BPD, para kepala dusun, ketua

RT, tokoh masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lainnya,

sedangkan masyarakat umum disampaikan melalui pengeras suara.

Materi pokok yang disampaikan pada saat kegiatan sosialisasi

ADD di dua desa tersebut meliputi Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk


57

Teknis Operasional pengelolaan ADD Kabupaten Flores Timur Tahun

2006, dengan penjabaran sebagai berikut :

1) Pedoman Pelaksanaan ADD, meliputi hal-hal yang melatarbelakangi

kebijakan; maksud dan tujuan serta prinsip; penentuan pagu anggaran;

serta organisasi pengelola ADD.

2) Petunjuk Teknis Operasional, meliputi mekanisme pencairan dan

. pengelolaan ADD; dan sasaran-sasaran pokok program yang bisa

dibiayai dari ADD.

Sasaran-saran pokok program yang dibiayai dari ADD meliputi :

a. Pemberdayaan masyarakat, yakni :

• Pengadaan infrastruktur pedesaan.

• Penanggulangan kemiskinan.

• Peningkatan kesehatan masyarakat.

• Peningkatan pendidikan dasar.

• Pembinaan anak dan remaja, serta PKK.

• Pengembangan potensi kewirausahan pemuda/perempuan dan

potensi olahraga.

Sasaran-sasaran pokok program yang menyangkut pemberdayaan

masyarakat tersebut, mulai dari tahap perencanaan sampai pada

pelaksanaan melibatkan seluruh masyarakat.

b. Biaya operasional Pemerintah Desa dan BPD.

Pemerintah Desa dan BPD merupakan ujung tombak pelaksanaan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di


58

suatu daerah. Untuk memaksimalkan tugas-tugas tersebut di atas,

tentunya sangat membutuhkan dukungan baik sarana maupun

prasarana. Biaya-biaya tersebut di atas, ditentukan berdasarkan

ketentuan-ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan dalam

petunjuk teknis operasional.

Masyarakat yang mengikuti musyawarah desa tersebut, pada

umumnya memahami tentang Kebijakan ADD khususnya sasaran

kegiatan dan proses pelaksanaan yang berada di desanya. Hal ini

terungkap dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Desa

Riangkotek sebagai berikut :

Pelaksar.aan sosialisasi ADD di lakukan di kantor desa,


mengundang seluruh masyarakat yang di~nggap sebagai
tokoh di masyarakat, serta ibu-ibu PKK dan komponen desa
lainnya yang dirasa sudah bisa mewakili kelompoknya. Materi
sosialisasi hanya sebatas pada penyebarluasan informasi
tentang keberadaan ADD, kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang
didanai dari ADD, proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
serta mekanisme penyaluran dan pengelola~n dana, dan
dilanjutkan dengan pemilihan TKPd. lnformasi selanjutnya tentang
ADD disampaikan juga oleh TPKd pada saat sosialisasi di dusun.
(Wawancawa, 13 Juni 2007).

a.2 Pembentukan Organisasi Pengelolah Desa

Setelah kegiatan sosialisasi Kebijakan ADD di tingkat desa

selesai dilaksanakan, musyawarah desa dilanjutkan dengan pemilihan

keanggotaan organisasi pengelola desa. Masyarakat dari berbagai unsur

hadir dalam pemilihan keanggotaan Tenaga Pengelola Kagiatan desa


59

(TPKd) tersebut, sehingga anggota yang terpilih nantinya dap&t terwakili

dari berbagai unsur masyarakat.

Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan salah seorang

tokoh masyarakat Desa lie Padung, mengatakan:

Kami hadir pada mudes tersebut, selain mengikuti sosialisasi juga


untuk memilih anggota TPKd, yang nantinya sebagai ~engelola
kegiatan di desa kami. Berhasil tidaknya pelaksanaan ADD di
desa kami, tergantung bagaimana TPKd memfasilitasi kami
dalam setiap tahapan kegiatan. Sehingga kami ingin terlibat
langsung dalam proses pemilihan tersebut. (Wawancara, 13 Juni
2007).

Hasil wawancara tersebut di atas menjelaskan bahwa masyarakat

pada kedua desa tersebut sangat antusias mengikuti kegiatan sosialisasi

dan seluruh unsur atau komponen masyarakat di dua desa tersebut

te:rwakili dalam kegiatan sosialisasi. Hal ini disebabkan k~rena masyarakat

ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang ADD yang akan

dilaksanakan di desanya, dan ingin mengikuti pemilihan TPKd sehingga

kepengurusan TKPD nantinya dapat terwakili dari seluruh unsur atau

komponen masyarakat yang ada di desa; disamping itu sebelum

pelaksanaan kegiatan, diadakan pemberitahuan terlebih dahulu baik

melalui undangan resmi maupun penyampaian lewat pengeras suara oleh

Kepala Desa.

Berkaitan dengan kehadiran masyarakat pada musyawarah desa

tersebut, data laporan TPKd Desa lie Padung dan Desa Riangkotek

menunjukkan bahwa peserta yang hadir pada saat musyawarah desa


60

tersebut terdiri dari berbagai unsur mssyarakat. Selanjutnya peserta yang

hadir pada musyawarah desa, seperti tertera pada Tabel4 berikut ini.

Tabel 4 Peserta mudes Desa lie Padung dan Riangkotek pada


pelaksanaan sosialisasi ADD tahun 2006
Des a
Komposisi peserta lie Padung Riangkotek
Jurr.-:ah % Jumlah %
Pemerintah Desa 4 7,27 4 6,78
Kelompok MasyarakaUMasyarakat :
- BPD 5 9,10 4 6,78
I
- Kepala Dusun/RT 10 18,17 6 10,17
- LKD 3 5,45 3 5,09
-PKK 4 7,27 9 15,25
- T okoh masyarakat 2 3,64 4 6,78
- Masyarakat umum 27 49,10 29 49,15
Jumlah 51 92,73 55 93,22
Total 55 100,00 59 100,00 1
J
Sumber: Data laporan TPKd Desa lie Padung dan Riangkotek tahun
2006.

Setelah kegiatan sosialisasi ADD selesai dilaksanakan, kegiatan

musyawarah desa dilanjutkan dengan pemilihan TPKd. Proses pemilihan

Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKd) pada dua desa penelitian,

difasilitasi oleh kepala desa dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1)

menyampaikan struktur organisasi TPKd; (2) menyampaikan kriteria eaton

TPKd; 3) menetapkan aturan pemilihan; dcm (4) memberikan kesempatan

kepada peserta musyawarah untuk memberikan masukan-masukan terkait

eaton TPKd.

Setelah menjelaskan langkah-langkah di atas, dikembalikan ke

forum untuk mengusulkan calon-calon dari unsur terkait untuk dipilih


61

menjadi TPKd. Melalui proses musyawarah yang difasilitasi oleh kepala

desa, hasil kesepakatan forum menetapkan keanggotaan TPKd,

kemudian disahkan dengan keputusan kepala desa tentang Pembentukan

Tim Pelaksana ADD. Susunan keanggotaan TPKd di Desa lie Padung

dan Desa Riangkotek dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Daftar keanggotaan TPKd Desa lie Padung dan Desa


Riangkotek.

Jabatan Desa lie Padung Desa Riangkotek


Nama Unsur Nama Unsur
Ketua Yohan S.Koten LKD Eman D. Liwun BPD
Sekretaris Simon S. Lima BPD Yosep P. Katen Sekdes
Bend ahara A Nabas Katen Kaur Umum Donbosko Piran Tokoh Muda
Anggota: - W.W.Weking Tomas - L.W. Welan LKD
Maria. G.Welan PKK AM. Aran Tomas
P.B. Kelen Kadus R.R. Aran Tomas
Eli.sabP.th Katen PKK
f-.=·-
Total 6 orang 7 orang ,
·-
Sumber: Data laporan TPKd Desa lie Padung dan Riangkotek tahun
2006.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa keanggotaan

TPKD telah melibatkan seluruh unsur masyarakat termas1~k pemerintah

desa dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. TPKD yang

telah dibentuk, akan diundang ke kecamatan untuk mengikuti kegiatan

Bimbingan Teknis (BIMTEK). Pada umumnya Masyarakat pada kedua

desa tersebut sangat puas dengan hasil pemilihan tersebut, karena

melalui proses musyawarah dan semua unsur masyarakat telah dilibatkan.

Pengurus yang terpilih dianggap mampu melaksanakan tugasnya dan

memiliki komitmen membangun desa tanpa merugikan atau


62

menguntungkan pihak-pihak tertentu dalam pengambilan keputusan. Hal

ini i.erungkap lewat wawancara dengan informan dari Desa Riangkotek

tentang proses pemilihan TPKd Desa Riangkotek sebagai berikut:

Proses pemilhan Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKd) yang


telah dilaksanakan cukup memuaskan kerena melalui
musyawarah dan menjadi kesepakatan forum. Dan pengurus
yang terpilih telah mempunyai pengalamaan dalam mengelola
pembangunan di desa kami, sehingga kami yakin mereka tidak
akan menyusahkan /ewo tanah dalam menjalankan tugasnya.
(Wawancara, 8 Juni 2007).

Sosialisasi tingkat dusun dilaksanakan setelah sosialisasi

tingkat desa dan setelah TPKd mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis

di kecamatan; dengan mengundang seluruh anggota masyarakat di

lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua TPKD Desa

Riangkotek:

Kegiatan sosialisasi ADD yang dilaksanakan oleh TPKd


difasilitasi oleh Kepala Dusun. Fasilitasi yang dimaksud
berupa menyiapkan undangan serta tempat pelaksanaan
msuyawarah. Materi yang disampaikan lebih berfokus pada
hal-hal yang menyangkut teknis operasional. dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta gambaran
mengenai sasaran-sasaran pokok program pemberdayaan
yang didanai dari ADD. (Wawancara, 17 Juni 2007).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa meskipun

sosialisasi ADD di tingkat dusun dilaksanakan oleh TPKD, namun

sebagai kepala dusun di wilayahnya bertanggung jawab atas

pelaksanaan sosialisasi tersebut. Hal ini untuk mempermudah

pelaksanaan sosialisasi pada masyarakat.

Kegiatan sosialisasi ini, sekaligus merupakan penggalian


63

gagasan/usulan di tingkat dusun untuk menghasilkan usulan kegiatan

prioritas dusun. Usulan kegiatan prioritas dusun tersebut, selanjutnya

diajukan kembali pada saat musyawarah perencanaan pembangunan

tingkat desa untuk menetapkan kegiatan prioritas yang akan

dilaksanakan di desa.

a.3 Bimbingan Teknis

Efektivitas pelaksanaan ADD sangat tergantung kepada peran

pelaku di tingkat desa dalam hal ini TPKd, maka demi efektifnya peran

TPKd perlu diberikan pembekalan teknis. Bimbingan teknis dilakukan oleh

tim dari Kabupaten yakni Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Bagian

Pemerintahan yang difasilitasi oleh camat. Waktu pelaksanaannya tanggal

2-3 Nopember 2006, bertempat di aula Kec:.motan L~wolema. Secara

umum, materi yang disampaikan pada saat bimtek adalah seperti pada

Tabel 6 di bawah ini

Peserta dalam hal ini TPKD sangat antusias mengikuti kegiatan

bimbingan teknis, karena ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas

tentang teknis pelaksanaan dan pengelolaan ADD, selain itu banyak hal

yang mereka dapatkan menyangkut pengelolaan administrasi dan teknis

ADD. Hal ini terungkap lewat wawancara dengan Sekretaris TPKd Desa

Riangkotek sebagai berikut :

Setelah mengikuti bimbingan teknis, pengetahuan kami


bertambah. Kami sudah mulai memahami bagaimana proses
perencanaan partisipatif dilakukan, serta bagaimana menyusun
APBDes serta format-format pengelolaan administrasi keuangar.
dan hal-hal teknis dalam ADD. Kegiatan bimtek ini sangat
64

bermanfaat bagi kami, karena merupakan wadah bagi kami untuk


belajar sebelum mengelola kegiatan di desa kami. Selama ini
kami kurang memahaminya. (Wawancara, 18 Juni 2007).

Untuk lebih jelasnya tentang materi yang disampaikan pada saat

pelaksanaan bimbingan teknis, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel6 Daftar materi Bimtek ADD di Kecamatan Lewolema pada


tanggal 2-3 Nopember 2006.

No Materi Penyaji Tujuan Pembelajaran

1 Perencanaan Partisipatif Pemb. Peserta menemukan prinsip-


Masyarakat Desa (P3 MD), yakni KPM prinsip, tahapan partisipasi dan
makna dan teknik pengkajian mampu menilai keunggulan dalam
P3MD; perencanaan proses penyusunan APBDes
pembangunan desa. secara partisipatif.
2 Pengelolaan ADD KPM Peserta mampu mengisi dan
(penjelasan format-format) memahami format-format tentang
rencana penggunaan dana ADD.
3 Pengelolaan Keuangan De sa, Bag ian Peserta mampu memahami teknis
meliputi teknis penyusunan pemerintahan penyusunan APBDes dan hal
APBDes dan teknik pembuatan yang menyangkut pengelolaan
BKU dan BKB keuangan desa.
4 Pembuatan administrasi Bag ian Peserta memahami e::spek hukum
pemerintahan desa, meliputi pemerintahan dari Perdes/keputusan Kepdes
teknik pembuatan perdes dan serta teknik pembuatannya.
keputusan kepdes. --
5 Pengelolaan administrasi 1 Bagign Peserta marnpu mengelola
penduduk dan administrasi . pemerintahan 1 administrasi, baik itu penduduk
umum desa. I .llaupun umum di desanya.
Sumber : Dokumen KPM Kabupaten Flores Timur dalam pelaksanaan
ADD Tahun 2006.

b. Tahap Perencanaan

Dalam petunjuk teknis operasional pengelolaan ADD Kabupaten

Flores Timur tahun 2006, mengamanatkan bahwa untuk menyusun

rencana kegiatan desa, harus dilakukan melalui forum musyawarah

pembangunan secara berjenjang mulai dari tingkat dusun sampai tingkat

desa, dengan melibatkan seluruh masyarakat


65

Penyusunan rencana kegiatan pembangunan desa, hanya

dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam program

pemberdayaan masyarakat, sedangkan biaya operasional pemerintah

desa dan BPD telah ditentukan sesuai dengan Dokumen Petunjuk

Pelaksana ADD.

b.1 Musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat Dusun

Musyawarah perencanaan pembangunan tingkat dusun

(Musbangdus) adalah suatu forum musyawarah yang dihadiri oleh seluruh

komponen masyarakat tingkat dusun untuk membahas rencana

pembangunan yang berkaitan dengan kepentingan dusun.

Tujuan diselenggarakan Musbangdus adalah sebagai berikut : (1)

mendata dan membahas masalah-masalah yang ada di

dusunllingkungan; (2) mendata dan membahas sumberdaya

pembangunan yang ada di dusun/lingkungan yang dapat dimanfaatkan;

(3) membuat prioritas pemecahan masalah; (4) membahas dan menyusun

rencana pembangunan di tingkat dusun/lingkungan; dan (5) menyusun

usulan rencana prioritas pembangunan dusunllingkungan untuk dibahas

dalam musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat desa. Dengan

demikian pelaksanaan Musbangdus menghasilkan daftar usulan rencana

prioritas kegiatan dusun yang akan diajukan pada saat musyawarah

perencanaan tingkat desa. Musyawarah perencanaan pembangunan

tingkat dusun, selain membahas tentang rencana prioritas kegiatan dusun,

juga di!akukan sosialisasi ADD.


66

Pelaksanaan musyawarah perencanaan tingkat dusun terjadi

pada tanggal 10 dan 11 Nopember 2006, sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan dari pihak kabupaten. Meskipun sesuai ketentuan dalam

pengelolaan ADD bahwa penyusunan rencana kegiatan desa, harus

diusung melalui mekanisme musyawarah perencanaan tingkat dusun ke

desa, namun Desa Riangkotek tidak melaksanakan musyawarah tingkat

dusun. Sedangkar. ketentuan dalam palaksanaan ADD bahwa prioritas

kegiatan yang akan dilaksanakan, harus melalui mekanisme musyawarah

mulai dari tingkat dusun sampai di tingkat desa. Berkaitan dengan hal

tersebut di atas, hasil wawancara dengan Kepala Desa Riangkotek

mengungkapkan :

Kami bukan mengabaikan ketentuan yang berlaku, t~pi


mengingat waktu sangat mendesak dan sekarang masyaraket
lagi sibuknya mengelola ladang. Pada saat begini, masyarakat
sulit dikumpulkan, mengingat musim tanam hampir tiba, sehingga
masyarakat lebih banyak kesibukan di ladangnya untuk persiapan
musim tanam. Jadi pertemuan tentang penyusunan rencana desa
kami putuskan untuk langsung dilaksanakan di musyawarah
tingkat desa. (Wawancara, 18 Juni 2007).

Menyimak pernyataan tersebut, maka inisiatif dari pemerintah

desa untuk melaksanakan musyawarah dusun terbentur dengan kondisi

masyarakat. Dengan demikian keterlibatan masyarakat terutama pada

penyusunan prioritas rencana kegiatan dusun di Desa Riangkotek tidak

ada.

Musyawarah perencanaan pembangunan tingkat dusun di Desa

lie Padung, dilaksanakan pada keempat dusun di desa Tersebut.

Berdasarkan hasil kesepakatan TPKd dengan pemerintah desa, maka


67

jadwal pelaksanaan musyawarah perencanaan tingkat dusun di tetapkan

pada tanggal 10 Nopember 2007 untuk Dusun Riangpedang dan

Riangbao, dan 11 Nopember 2006 untuk Dusun Riangmotong dan

Riangtobi. Jadwal ini disesuaikan dengan jumlah anggota TPKd di Desa

lie Padung yakni 6 orang, sehingga setiap dusun dihadiri oleh 3 orang

anggota TPKd. Hal ini dilakukan agar TPKd dapat melaksanakan

tugasnya semaksimal mungkin. Pelaksanaan musyawarah tersebut

difasilitasi oleh TPKD, dan sebagai penanggung jawab adalah Kepala

Dusun.

Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa lie Padung, yang

peneliti temui pada acara pertemuan desa menyatakan bahwa:

Desa lie Padung melaksanakan musrenbangdus dikarenakan


kepala desa menganggap sangat penting apabila, musrenbangdus
tetap dilaksanakan. Walaupun ada beberapa unsur masyarakat
yang kurang setuju untuk dilaksanakan dengan alasan kesibukan
masyarakat yang terkait masa persiapan untuk tanam. Mengingat
pentingnya acara ini terutama menjaring aspirasi dari masyarakat.
(Wawancara, 14 Juni 2007).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa

tingginya keinginan dari kepala desa agar musrenbangdus tetap

dilaksanakan. Hal ini selain sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam

petunjuk pelaksana ADD, juga menyatakan bahwa kegiatan penyusunan

rencana kegiatan prioritas desa harus melalui musrenbangdus.

1) Mekanisme pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan musyawarah perencanaan

pambangunan tingkat dusun pada empat dusun di Desa lie Padung


68

dilaksanakan dengan dua tahap yakni tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan.

Tahap persiapan, diawali dengan penyampaian undangan

terhadap masyarakat dilakukan oleh kepala dusun melalui pengumuman

lewat pengeras suara, dua hari berturut-turut sebelum pelaksanaan.

musyawarah. Selanjutnya kepala dusun bersama TPKd mempersiapkan

tempat pelaksanaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan

pelaksanaan musyawarah tersebut.

Pad a tahap pelaksanaan musyawarah perencanaan

pembangunan tingkat dusun ini, juga dilakukan sosialisasi ADD. Susunan

acara musyawarah perencanaan tingkat dusun terdiri dari: (1) pembukaan,

(2) pei1j'31asc"~n singkat tentang ADD, berupa sasaran-sasaran kegiatan


(

yang bisa didanai ADD oleh TPKd, (3) pemaparan permasalahan dan

usulan kegiatan dari masing-masing RT, dilanjutkan dengan diskusi, (4)

penutup.

Pembukaan dilakukan oleh kepala dusun, yang dilanjuti dengan

penyampaikan arahan tentang aturan-aturan yang digunakan dalam

musyawarah serta gambaran umum dan masalah dusun yang bisa

dibahas dalam musyawarah. Aturan-aturan yang digunakan pada

pelaksanaan musyawarah dusun tersebut, yakni : ( 1) setiap peserta wajib

mengikuti acara sampai selesai, (2) setelah ada komitmen bersama, hasil

keputusan tidak dapat diganggu gugat, (3) acara disku~i ditentukan dalam

beberapa sesi yang disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan, (4)


69

setiap peserta wajib mengikuti aturan main yang telah ditentukan.

Selanjutnya ketua TPKd diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan

mengenai sasaran dan tujuan dari ADD serta kegiatan-kegiatan yang bisa

didanai d3ri ADD.

Acara selanjutnya adalah pemaparan dari masing-masing ketu.a

RT dengan mengangkat permasalahan yang ada di wilayah/

lingkungannya. Usulan permasalahan yang dipaparkan dari masing-

masing ketua RT tersebut, dicatat oleh TPKd. Setelah acara pemaparan

selesai dilakukan oleh masing-masing ketua RT, acara selanjutnya adalah

diskusi untuk menanggapi permasalahan-permasalahan yang

disampaikan dan sekaligus mengusulkan kegiatan-kegiatan untuk

mengatasi permasalahan tersebut maupun memberikan saran. ide d:=m

masukan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang mendesak di

tiap RT.

Setelah menampung berbagai usulan, ide/gagasan dari

masyarakat; tahap selanjutnya adalah penentuan prioritas kegiatan. Pada

tahap ini, masyarakat sangat kesulitan untuk menentukan prioritas

kegiatan yang betul-betul mendesak, semuanya ingin dilaksanakan

sedangkan dana yang dialokasikan dalam ADD sangat terbatas. Akhirnya,

penentuan prioritas kegiatan yang dihasilkan dalam musyawarah tersebut,

mengikuti apa yang disampaikan/diarahkan oleh tokoh masyarakat yang

memiliki kapasitas untuk mewakili kepentingan mereka.


70

Setelah ditemukan kesepakatan tentang usulan kegiatc.n yang

dianggap prioritas, maka pelaksanaan musyawarah tersebut ditutup oleh

Kepala Dusun yang didahului dengan membacakan usulan-usulan

prioritas kegiatan dusun, yang akan diajukan pada saat musyawarah

perencanaan pembangunan tingkat desa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasie PMD Kecamatan

Lewolema, mengatakan :

Pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan tingkat


dusun di Desa lie Padung, pada prinsipnya belum sesuai dengan
ketentuan dalam ADD, seperti tidak terlihat adanya kegiatan
mendata permasalahan-permasalahan pembangunan, juga
aspirasi masyarakat telah diatur oleh Ketua RT dalam
musyawarah tersebut. Selanjutnya penentuan prioritas kegiatan,
tidak mencerminkan partisipasi masyarakat karena prioritas
kegiatan yang dihasilkan pada musyawarah perencanaan dusun
tersebut berdasarkan arahan <1ari tokoh masyarakat.(Wawancara,
7 Juni 2007).

Hasil wawancara di atas menyabutkan bahwa pelaksanaan

musrenbangdus di Desa lie Padung pada prinsipnya belum sesuai dengan

model perencanaa!l partisipatif dalam implementasi kebijc;~kan ADD yang

diadopsi dari metode P3MD. Hal ini dapat dilihat dari : pertama, tidak

terlihat adanya kegiatan mendata permasalahan-permasalahan serta

sumberdaya pembangunan. Dalam hal ini tidak adanya masyarakat

tingkat RT melaksanakan musyawarah/rembug, daftar permasalahan

bukan merupakan aspirasi masyarakat tetapi sudah disiapkan terlebih

dahulu oleh ketua RT yang ada dusun/lingkungan; kedua, dalam hal

penentuan prioritas kegiatan, tidak mencerminkan partisipasi masyarakat


71

karena prioritas kegiatan yang dihasilkan pada musyawarah perencanaan

dusun tersebut berdasarkan arahAn dari tokoh masyarakat.

2) Peserta

Peserta yang diundang pada musyawarah perencanaan tingkat

dusun di Desa lie Padung, terdiri dari TPKD, aparat dusun dan RT, serta

dari berbagai unsur masyarakat dusun. Namun, tidak semua unsur

masyarakat hadir dalam musyawarah di keempat dusun tersebut.

Selanjutnya peserta musyawarah perencanaan pembangunan tingkat

dusun di Desa lie Padung tertera pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel7. Peserta musyawarah perencanaan pembangunan tingkat Dusun


di Desa lie Padung.

Desa lie Padung

Riangpedang Riangbao Ria11gmdtong Riangtobi


Kompos1si peserta
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
TPKD 3 15,CO 3 18,75 3 16,67 3 20,00
Aparat Dusun dan RT 4 20,00 3 18,75 3 16,67 3 20,00
Fasilitator Desa - - - - - - - -
Masyarakat:
- BPD 1 5,00 2 12,50 1 5,56 - -
- LKD - - 1 6,25 - - 1 6,67
- PKK 2 10,00 - - 1 5,56 1 6,67
- Pedagang/swasta - - - - - - 2 13,32
- T okoh masyarakat 2 10,00 2 12,50 3 16,67 1 6,67
- Masyarakat umum 8 40,00 5 31,25 7 38,87 4 26,67
Jumlah 13 65,00 10 62,50 12 66,66 9 60,00
Total 20 100,00 16 100,00 18 100,00 15 100,00
Sumber: Data laporan TPKd Desa lie Padung dan Riangkotek tahun
2006, data diolah.
72

Berdasarkan tabel di atas, sebagaimana yang diharapkan dalam

musrenbangdus adalah forum partisipatif bagi semua stakeholder untuk

bisa ikut hadir, namun dalam pelaksanaannya di empat dusun tersebut

tidak semuanya hadir dan hanya diwakili oleh beberapa stakeholder saja.

Disamping itu juga, fasilitator desa dalam hal ini adalah dari LSM mitra

Sejahtera tidak hadir. Hasil wawancara dengan fasilitator desa mengenai

ketidakhadirannya dalam pelaksanaan musrengbangdus, sebagai berikut:

Pada saat pelaksanaan musrenbangdus, dari pihak fasilitator


desa tidak hadir karena pada saat itu saya belum direkrut jadi
tenaga fasiliator desa. Hal ini karena LSM yang bertugas
memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ADD, belum ditentukan dari
pihak kabupaten. Saya baru melaksanakan pendampingan, pada
saat kegiatan desa mulai dilaksanakan. (Wawancara, 7 Juni
2007).

Berdasarkan hasil w~w2ncara tersebut, maka ketidakhadiran


f

unsur LSM (fasilitor desa) menunjukkan ketidaksiapan pemerintah

kabupaten dalam mengimplementasikan kebijakan ADD. Seme~tinya,

pamerintall kabupaten menentukan dulu LSM yang akan mendampingi

masyarakat, sehingga bisa terlibat mulai dari tahap awal implementasi

sampai pada evaluasi.

3) Keluaran

Pelaksanaan musrenbangdus menghasilkan daftar usulan

rencana prioritas kegiatan dusun, untuk diajukan pada saat musyawarah

perencanaan pembangunan tingkat desa. Usulan prioritas kegiatan yang

dihasilkan pada musrenbangdus tersebut tidak terlepas dari keterkaitan

usulan itu dengan sasaran program yang tertuang dalam kebijakan ADD.
73

Keluaran yang dihasilkan pada saat musrenbangdus di keempat dusun di

Desa lie padung, tertera pada tabel berikut.

Tabel8. Daftar usulan prioritas kegiatan dari masing-masing dusun di


Desa lie Padung

Program dan Usulan Kegiatan Lokasi .j


I
Pengadaan infrastruktur pedesaan.
• Semenisasi Iorang Semua Dusun.
• _Pembangunan talud dan gorong. Dusun Riangmotong.
• Pembuatan drainase/parit Dusun Riangpedang, Riangbao,
Riangtobi. I
• Pemasangan jaringan air minum Dusun Riangpedang.
• Pembangunan bak penampung air. Dusun Riangmotong.
• Pembukaaan Iorang baru Dusun Riangmotong.
• Rehabilitasi gedung pertemuan dusun Dusun Riangtobi.
I
Penanggulangan kemiskinan -
Peningkatan kesehatan masyarakat.
• Pengadaan perlengkapan posyandu Dusun Riangpedang. I
Peningkatan pendidikan dasar. f
-
Pembinaan anak dan remaja serta PKK. -
Pengembangan potensi kewiraus::than
pemuda/perempucm dan potensi
olahraga.
- -~
---- t
Sumber: Laporan TPKd Desa lie Padung Tahun 2006, data diolah

Berdasarkan Tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa usulan-usulan

kegiatan yang dihasilkan sudah sesuai dengan sasaran program dalam

ADD. Namun usulan-usulan kegiatan tersebut, lebih difokuskan pada

pembangunan infrastruktur pedesaan, disamping ada satu kegiatan di

peningkatan kesehatan masyarakat. Kesesuaian ini disebabkan karena

peran TPKd yang memfasilitasi kegiatan tersebut, dimana usulan-usulan

kegiatan dari masyarakat harus sesuai dengan sasaran program dalam

kebijakan ADD.
74

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap salah satu kepala

dusun di Desa lie Padung mengatakan :

Pada dasarnya kami ingin agar kegiatan yang kami usulkan


sesuai dengan kebutuhan masyarakat, akan tetapi pada saat
pelaksanaan musrenbangdus banyak arahan-arahan agar usulan-
usulan kegiatan yang diajukan sesuai dengan sasaran program
dalam ADD. Walaupun ada juga kegiatan pembangunan·
infrastruktur pedesaan dan peningkatan kesehatan masyarakat
yang sesuai dengan keinginan masyarakat kami. (Wawancara, 14
Juni 2007).

b.2 Musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat Desa

Musyawarah perencanaan pembangunan tingkat desa

dilaksanakan setelah musyawarah perencanaan pembangunan pada

tingkat dusun selesai dilaksanakan. Dengan demikian daftar usulan

rencana prioritas kegiatan yang dihasilka!l pada saat musyawarah


(

perencanaan pembangunan tingkat dusun, diajukan kembali pada saat

musyawarah perencanaan pembangunan tingkat desa.

Musyawarah perencanaan pembangunan tingkat desa

(Musrenbangdes) adalah suatu forum musyawarah yang dihadiri oleh

seluruh komponen masyarakat desa untuk membahas rencana

pembangunan desa. Musrenbangdes dalam pengelolaan ADD berbeda

dengan yang selama ini dilaksanakan tiap tahun yang mana hasil

kesepakatan usulan desa nantinya sebagai bahan untuk musrenbang

tingkat kecamatan, tapi tujuan musbangdes ini adalah untuk menetapkan

kegiatan prioritas yang akan didanai oleh ADD yang diterima oleh desa.

Penetapan prioritas kegiatan didasarkan pada usulan-usulan yang sudah


75

dibahas pada musyawarah tingkat dusun yang disepakati dalam forum

musyawarah ini.

Tujuan dari pelaksanaan musyawarah perencanaan tingkat desa

adalah sebagai berikut : (1) mendata dan membahas masalah-masalah

yang ada di desa; (2) mendata dan membahas sumberdaya.

pembangunan yang ad& di desa yang dapat dimanfaatkan; (3) membuat

prioritas pemecahan masalah-masalah yang ada di desa; (4) membahas

dan menyusun rencana pembangunan di tingkat desa; dan (5) menyusun

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes). Jadi

keluaran yang dihasilkan dalam musyawarah perencanaan tingkat desa

adalah RAPBDes yang berkaitan dengan kegiatan dalam sasaran

program pemberdayaan masyarakat, dan selanjutnya RAPBDes disusun

dan diajukan oleh Kepala Desa dengan persetujuan BPD untuk ditetapkan
f
menjadi Peraturan Desa tentang APBDes.

Jadwal pelaksanaan musrenbangdes ditetapkan pada tanggal 21

Nopember 2006 oleh pengelola kegiatan ADD tingkat Ke1b~pater1 Flores

Timur. Pelaksanaan musrenbangdes ini difasilitasi oleh TPKd, dan

sebagai penanggung jawab adalah kepala desa beserta perangkatnya.

1) Mekanisme pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan musrenbangdes di Desa lie Padung dan

Desa Riangkotek dilaksanakan dalam dua tahap yakni tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan.

T ahap persia pan, diawali denga!1 penyampa1an undangan oleh

pihak desa baik tertulis yang ditujukan kepada BPD, kepala dusun, ketua

RT, tokoh masyarakat, maupun menggunakan pengeras suara yang


76

ditujukan kepada elemen masyarakat lainnya dan masyarakat umum.

Penyampaian undangan ini dilakukan tiga hari sebelum pelaksanaan, dan

satu hari sebelum pelaksanaan disampaikan kembali melalui pengeras

suara. Selain menyampaikan undangan, pihak desa juga menyiapkan

tempat pelaksanaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan

pelaksanaan musrenbangdes tersebut.

Tahap pelaksanaan, tempat pelaksanaan musrenbangdes pada

kedua desa tersebut dilaksanakan di kantor desa. Namun, susunan acara

di Desa lie Padung berbeda dengan Desa Riangkotek. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 9, berikut ini.

Tabel 9 Daftar acara musrenbangdes Desa lie Padung dan Desa


Riangkotek
Desa lie padung Desa Riangkotek I
Susunan Acara Pelaksana Susunan Acara , f:elaksana
----
1) Pembukaan Protokol 1) Pembukaan Protokol
2) Pemaparan singkat Kepala Desa 2) Pemaparan singkat Kepala Desa I
I
tentang tentang permasalahan I
permasalahan pembangunan di desa.
I
pembangunan di 3) Diskusi terbuka Peserta
de sa. 4) Perumusan dan difasilitasi
3) Pemaparan usulan Kep. Dusun penetapan prioritas oleh TPKd I
kegiatan dari masing- kegiatan
masing dusun. 5) Penutup Kepala Desa
4) Diskusi Peserta
5) Perumusan dan difasilitasi
penetapan prioritas TPKd
kegiatan
6) Penutup Kepala Desa

Sumber: Laporan TPKd Desa lie Padung dan Desa Riangkotek Tahun
2006, data diolah
77

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan perbedaan proses

pelaksanaan musrenbangdes di dua desa tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Ketua TPKd Desa Riangkotek mengatakan :

Pada pelaksanaan musrenbangdes, penyampaian permasalahan-


permasalahan serta usulan kegiatan desa dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan,
Tidak adanya pemaparan dari masing-masing dusun, karena di
desa kami tidak melaksanakan musrenbangdus, sehingga
permasaiahan/usulan langsung disarnpaikan oleh masyarakat.
(Wowancara, 17 Juni 2007).

Setelah pemaparan dari kepala desa tentang permasalahan-

permasalahan pembangunan di desa, selanjutnya dilakukan penjaringan

aspirasi dari para peserta melalui diskusi terbuka yang difasilitasi oleh

TPKd dengan memberikan k~sempatan yang seluas-luasnya untuk

menyampaikan ide/gagasan serta usulan kegiatan yaPg berkaitan dengan


f
permasalahan yang dihadapi. Setelah segala permasalahan dan usulan

ditampung dan dicatat oleh TPKd, tahap berikutnya adalah perumusan

kegiatan prioritas desa. Penutupan dilakukan oleh kepala desa setelah

membaca usulan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan di Desa

Riangkotek.

Berkaitan dengan proses musrenbangdes di Desa lie Padung,

hasil wawancara dengan Ketua TPKd Desa lie Padung berkaitan dengan

pelaksanaan musrenbangdes mengatakan:

Pelaksanaan musrenbangdes tingkat Desa lie Padung, diawali


dengan pembukaan oleh Kepala Desa yang dilanjutkan dengan
pemaparan usulan-usulan kegiatan prioritas dari masing-masing
dusun. Kemudian dilaksanakan diskusi. Semua tanggapan, ide
maupun saran yang disampaikan dicatat oleh Ketua TPKd.
78

Kemudian dirumuskan usulan kegiatan prioritas desa.


(Wawancara, 14 Juni 2007).

Sementara proses musyawarah perencanaan pembangunan

tingkat Desa lie Padung, diawali dengan pembukaan oleh kepala desa,

beliau menyampaikan arahan tentang aturan-aturan yang digunakan

dalam musyawarah. Aturan yang digunakan pada pelaksanaan

musyawarah desa tersebut yakni: (1) setiap peserta wajib mengikuti acara

sampai selesai, (2) seteiah ada komitmen bersama, hasil keputusan tidak

dapat diganggu gugat, (3) acara diskusi ditentukan dalam beberapa sesi

yang disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan, (4) setiap peserta wajib

mengikuti aturan main yang telah ditentukan.

Tahap kedua adalah pemaparan dan penjelasan tentang usulan-

us ulan kegiaten prioritas dari masing-masing dusun untuk, ditanggapi pada

diskusi nanti. Daftar usulan yang dipaparkan oleh masing-masing kepala

dusun adalah hasil kesepakatan pada saat musrenbangdus. Setelah

acara pemaparan selesai dilakukan oleh masing-masing. kepala dusun,

acara selanjutnya adalah diskusi untuk menanggapi kegiatan-kegiatan

yang diusulkan maupun memberikan saran, ide dan masukan yang

berhubungan dengan masalah-masalah yang mendesak di tiap dusun

yang ada di Desa lie Padung. Semua tanggapan, ide maupun saran yang

disampaikan dicatat oleh ketua TPKd.

Tahap berikutnya adalah perumusan usulan kegiatan untuk

memperoleh usulan kegiatan prioritas yang akan didanai oleh ADD,

penentuan usulan prioritas dilakukan sebab t1dak semua usulan


79

masyarakat yang telah disepakati pada forum musyawarah dusun

dilaksanakan secara bersamaan dalam satu tahun akibat keterbatasan

anggaran yang dialokasikan.

Dalam perumusan usulan kegiatan prioritas desa, harus

didasarkan pada beberapa kriteria. Hasil wawancara dengan Sekretaris-

TPKd Desa Riangkotek mengatakan bahwa :

Ada beberapa syarat yang digunakan di dalam proses perurnusan


usulan kegiatan di Desa Riangkotek, adalah : 1) kegiatan yang
mendesak untuk dilaksanakan, 2) kegiatan yang diinginkan oleh
masyarakat, 3) berkaitan dengan salah satu sasaran program
dalam ADD, 4) disepakati bersama. (Wawancara, 18 Juni 2007).

Dalam perumusan usulan kegiatan prioritas di Desa lie Padung

maupun di Desa Riangk0tek, kriteria yang digunakan pada hakikatnya

hampir sama yakni : ( 1) kegiatan tersebut sang at mendesak untuk segera

dilaksanakan, (2) kegiatan torsebut untuk kepentingan seluruh masyarakat

desa, (3) kegiatan tersebut harus berkaitan dengan salah satu sasaran

program dalam ADD, (4) kegiatan tersebut disepakati bersama dalam

forum musyawarah pembangunan desa. Perumusan usulan kegiatan

prioritas dipandu oleh ketua TPKd.

Meskipun pada tahap perumusan usulan prioritas didasarkan

pada kriteria yang telah disepakati, namun karena banyaknya usulan

kegiatan yang hendak dilaksanakan sehingga keputusan akhir masih

mendengarkan arahan yang disampaikan oleh tokoh masyarakat. Tahap

terakhir, adalah penutupan yang dilakukan oleh kepala desa, dengan


80

membacakan kegiaton prioritas yang akan dilaksanakan di Desa lie

Padung.

Hal di atas diperkuat dengan pernyataan Ketua TPKd Desa

Riangkotek, mengatakan :

Pada umumnya masyarakat sudah bisa menyampaikan usulan-.


usulan kegiatan de~a. Namun pada saat penentuan prioritas
kegiatan, mereka sangat kesulitan. Mereka ingin agar semua
kegiatan bisa dilaksanakan, sementara dana yang ada sangat
terbatas. Akhirnya mereka setuju dengan kegiatan yang
diarahkan oleh salah satu tokoh masyarakat. (VVawancara, 17
Juni 2007).

Memperhatikan mekanisme pelaksanaan musrenbangdes di dua

desa tersebut, maka pada prinsipnya belum sesuai dengan model

perencanaan partisipatif yang delam implementasi kebijakan ADD yang

diadopsi dari metode P3 MD. Hal ini dapat dilihat dc.ri : pertama, tidak
f

terlihat adanya kegiatan mendata permasalahan-permasalahan serta

sumberdaya pembai1gunan yang ada di desa; kedua, pada tahapan

diskusi tidak ada kegiatan pengelompokan masalah, penentuan peringkat

masalah, pengkajian atas t!ndakan masalah, dan penentuan peringkat

tindakan. Hal ini menyebabkan masyarakat sangat kesulitan untuk

menentukan kegiatan prioritas; dan ketiga, berkaitan dengan point kedua,

sehingga dalam hal penentuan prioritas kegiatan, tidak mencerminkan

partisipasi masyarakat karena prioritas kegiatan yang dihasilkan pada

musrenbangdes tersebut berdasarkan arahan dari tokoh masyarakat.


81

2) Peserta

Peserta yang hadir pada musrenbangdes terdiri TPKD,

pemerintah desa, fasilitator desa, dan berbagai komponen masyarakat

desa. Meskipun semua komponen masyarakat hadir pada musbangdes

tersebut, namun tidak semua masyarakat desa hadir mengikuti.

musyawarah tersebut. Peserta musrenbangdes Desa lie Padung dan

Riangkotek dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel10. Peserta musrenbangdes Desa lie Padung dan Desa


Riangkotek.
De sa

Komposisi peserta lie Padung Riangkotek


Jumlah % Jumlah %
TPKD 6 5,31 7 12,96
-
Pemerintah Qe;sa 9 7,96 7, 12,96
Fasilitator Desa - - - -
Masyarakat:
- BPD 5 4,42 3 5,56 I
- LKD 6 5,31 2 3,70
- PKK 5 4,42 4 7,41
- Pedagang 5 4,42 3 5,56
- T okoh masyarakat 4 3,.54 3 5,56
- Masyarakat umum 73 64,62 25 46,29
Jumlah 98 86,73 40 74,08
Total 113 100,00 54 100,00
Sumber: Data laporan TPKd Desa lie Padung dan Riangkotek tahun
2006, data diolah.

Berdasarkan Tabel 11 di atas, sebagaimana yang diharapkan

dalam musrenbangdes adalah forum partisipatif bagi semua stakeholder

untuk bisa ikut hadir, namun dalam pelaksanaannya di dua desa tersebut
82

tidak semuanya hadir dan ·hanya diwakili oleh beberapa orang saja.

Sementara dari masyarakat umum, tidak semua masyarakat hadir pada

musrenbangdes tersebut.

3) Keluaran

Pelaksanaan musrenbangdes menghasilkan daftar usulan

rencana prioritas kegiatan desa, dan selanjutnya disusun dalam bentuk

RAPBDes dan diajukan ke BPD untuk mendapat persetujuan untuk

ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang APBDes. Keluaran yang

dihasilkan pada pelaksanaan musrenbangdes di Desa lie padung dan

Desa Riangkotek, seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel11 Daftar kegiatan prioritas Desa lie Padung dan Desa Riangkotek
yang didanai dari .A.DD Tahun 2006

Program dan Prioritas Kegiatan Lokasi Volume


---
Pengadaan infrastruktur pedesaan.

• Semenisasi Iorang desa. IDesa lie Padung 750m

• Pembuatan drainase dan talud. Desa lie Padung 440m

• Pembangunan jaringan air minum Desa Riangkotek 16 Km

Penanggulangan kemiskinan. - -
Peningkatan kesehatan masyarakat - -
Peningkatan pendidikan dasar. - -
Pembinaan anak dan remaja serta PKK. - -
Pengembangan potensi kewirausahan - -
pemuda/perempuan dan potensi olahraga.

Sumber: Laporan TPKd Desa lie Padung dan R1angkotek tahun 2006
83

Berdasarkan Tabel 11 di atas, menunjukkan bahwa kegiatan

prioritas yang akan dilaksanakan di dua desa tersebut sudah sesuai

dengan sasaran program dalam ADD, namun usulan-usulan kegiatan

tersebut, lebih difokuskan pada pembangunan infrastruktur pedesaan. Hal

ini disebabkan karena dalam penentuan kegiatan prioritas didasarkan.

pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam murenbangdes tersebut,

yakni:_ (1) kegiatan tersebut sang at mendesak untuk segera dilaksanakan,

(2) kegiatan tersebut untuk kepentingan seluruh masyarakat desa, (3)

kegiatan tersebut harus berkaitan dengan salah satu sasaran program

dalamADD.

Pada umumnya masyarakat yang hadir mengikuti kegiatan

musrenbangdes di dua desa tersebut cukup puas dengan rencana


f
kegiatan yang akan dilaksanakan di desanya, meskipun banyak usulan

kegiatan yang tidak diakomodir dalam musyawarah desa, karena

masyarakat menyadari adanya keterbatasan dana. Hasil wawancara

dengan salah seorang informan yang mengikuti musrenbangdes Desa

Riangkotek mengatakan bahwa :

Saya rasa keputusan untuk pembangunan jaringan air minum


sangat tepat, hal 1n1 karena hal tersebut merupakan
permasalahan mendasar di desa kami. Kami sudah cukup
menderita. Selama ini, pada musim kemarau kami mengkonsumsi
air hujan yang ditampung pada saat musim hujan, bahkan kadang
kami membeli air dari para pedagang air. Memang banyak yang
kami usulkan, namun karena keterbatasan dana sehingga
kegiatan ini yang kami prioritaskan. (Wawancara, 19 Juni 2007).
84

Prioritas kegiatan desa tersebut, selanjutnya oleh TPKd

melakukan perhitungan teknis untuk disesuaikan dengan volume dan

besaran anggaran. Setelah selesai dilakukan perhitungan teknis, rencana

kegiatan desa tersebut ditetapkan menjadi RAPBDes. Selanjutnya

RAPBDes tersebut diajukan oleh kepala desa ke BPD untuk ditetapkan

menjadi APBDes yang dituangkan dalam Peraturan Desa tentang

APBDes, yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan di

tingkat desa.

2. Partisipasi Masyarakat dalam lmplementasi Kebijakan ADD.

a. Partispasi masyarakat pada tahap perencanaan kegiatan


desa

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dapat mendorong

munculnya keterlibatan masyarakat secara emosional terhadap program-

program yang akan dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh Davids

dan Newstrom (1988) dalam Salman (2005: 17), menyebutkan bahwr.~

salah satu esensi dari partisipasi adalah keterlibatan yang berarti adanya

keterlibatan mental dan emosional dibanding hanya aktivitas fisik,

sehingga dengan itu maka partisipasi secara sukarela lebih jelas

dibanding mobilisasi. Oleh karena itu partisipasi masyarakat pada tahap

perencanaan hendaknya menjadl perhatian utama dari para pelaksana

program. Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan, dapat dilihat

dari tingkat kehadiran, penyampaian gagasan/ide dalam musyawarah, dan

keterlibatan dalam pengambilan keputusan.


85

Partisipasi me.syarakat pada tahap perencanaan di Desa lie

Padung dan Desa Riangkotek, dapat dilihat dari tingkat kehadiran,

penyampaian gagasan/ide, dan keterlibatan dalam pengambilan

keputusan pada saat pelaksanaan Musrenbangdes.

1) Kehadiran Masyarakat

Sebagaimana yang diharapkan dalam musrenbangdes adalall

forum partisipatif bagi semua stakeholder untuk bisa ikut hadir, namun

dalam pelaksanaannya di dua desa tersebut tidak semuanya hadir.

Meskipun tidak semuanya hadir, namun dilihat dari komposisi peserta

yang hadir pada musrenbangdes tersebut sudah cukup mewakili

masyarakat di dua desa tersebut, karena terdiri dari berbagai unsur seperti

BPD, Kepala Dusun, LKD, PKK, pedagang, tokoh rnasyarakat, dan

masyarakat umum.

Menurut Amien (2005) perlunya pelibatan masyargkat dalam

perencanaan pembangunan setidaknya berbasis pada tiga pertirr.bangan,

(1) untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang diperlukan

agar proses pembangunan memiliki kemungkinan yang semakin besar

untuk berhasil; (2) untuk menyalurkan aspirasi masyarakat; dan (3)

sebagai perwujudan dan aktivitas proses pengambilan keputusan.

Berkaitan dengan jumlah kehadiran masyarakat, juga sangat

ditentukan oleh adanya penyampaian terdahulu sehingga masyarakat bisa

mempersiapkan diri lebih awal untuk menghadiri musyawarah tersebut.

Semua responden pada kedua desa penelitian, menyatakan bahwa


86

sebelum dilaksanakan musyawarah, pemerintah desa telah melakukan

pemberitahuan terlebih dahulu, baik melalui undangan tertulis maupun

disampaikan lewat pengeras suara.

Kehadiran pada musyawarah juga sangat ditentukan oleh

besarnya motivasi masyarakat. Di Desa lie Padung, tidak terlepas dar~

besarnya motivasi masyarakat untuk mengejar ketertinggalan desanya

dari desa-desa lain di Kecamatan Lewolema. Hal ini dapat dilihat dari

masih kurangnya sarana dan prasarana desa, sehingga dengan adanya

ADD yang dialokasikan ke desanya, masyarakat begitu antusias untuk

memanfaatkannya. Karena dengan adanya ADD yang dikelola secara

partisipatif, masyarakat bisa membangun infrastruktur yang ada di

desanya.
f
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu

inf0rman dari Desa lie Padung yang menghadiri kegiatan musrenbangdes

tersebut sebagai beri!<ut:

Saya hadir pada musyawarah tersebut karena paham pentingnya


kehadiran tersebut. Saya ingin terlibat langsung dalam
penyusunan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di desa
kami, agar kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan tidak keluar
dari apa yang direncanakan. Desa kami merupakan desa yang
paling tertinggal dibandingkan desa-desa lain di kecamatan
Lewolema. Dengan adanya ADD yang dikelola secara partisipatif
ini, saya ingin mengusulkan kegiatan yang benar-benar bisa
merubah wajah desa kami menjadi lebih baik. (Wawancara, 15
Juni 2007)

Sementara kehadiran masyarakat pada dua desa penelitian

tersebut pada umumnya disebabkan karena memahami akan pentingnya

kehadiran ~ada musyawarah perencanaan tersebut. Di Desa lie Padung,


87

dari 20 responden, jumlah responden yang menyatakan paham

pentingnya kehadiran pada kegiatan tersebut sebanyak 11 orang (55%),

hadir dan mengikuti dengan seksama 6 orang (30%), mengikuti kegiatan

dan aktif berkontribusi sampai sel&sai 3 orang (15%), dan menghadiri

kegiatan tersebut dalam rangka memenuhi undangan tidak ada.

Sedangkan di Desa Riangkotek, sebanyak 9 orang (45%) menyatC:Jkan

paham pentingnya kehadiran tersebut, 5 orang (25%) hadir dan mengikuti

dengan seksama, 2 orang (10%) mengikuti kegiatan dan aktif

berkontribusi sampai selesai, 4 orang (20%) menghadiri kegiatan tersebut

dalam rangka memenuhi undangan.

2) Penyampaian Gagasan/lde.

Selain tingkat kehadiran, partisipasi masyarakat dapat dilihat juga


'
sejauhmana masyarakat ikut menyampaikan ide/gagasan pada saat

musyawarah pereilcanaan pembangunan. Sehubungan dengan

penyampaian ide/gagasan, pernyataan masyarakat pada musyawarah

perencanaan di dua desa penelitian menunjukkan bahwa pada saat

pelaksanaan musyawarah tersebut, masyarakat diberi kesempatan untuk

menyampaikan ide atau gagasan. Namun inisiatif untuk menyampaikan

gagasan/ide dari masyarakat, sangat tergantung pada masyarakat itu

sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase informan yang

menyampaikan gagasan/ide dalam musyawarah perencanaan Desa lie

Padung sebesar 80% (16 orang), dan Desa Riangkotek sebesar 60,00%

(12 orang)
88

Scdangkan ide/gagasan tersebut pada umumnya disampaikan

secara lisan mengenai permasalahan-permasalahan serta solusi untuk

memecahkan permasalahan tersebut, disamping itu berupa usul/saran

terhadap apa yang didi~kusikan dalam musyawarah tersebut. Namun,

tidak semua ide ditampung dalam musyawarah terse but, karen a tidak.

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam musyawarah.

Sementara masyarakat yang tidak menyampaikan ide, bukan

karena tidak diberi kesempatan, tetapi ide yang ingin disampaikan

substansinya sama dengan yang telah disampaikan oleh peserta

sebelumnya. Disamping itu, ide/gagasan tersebut merupakan ide

kelompok yang telah dirembug dulu sebelum pelaksanaan musyawarah.

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu peserta yang

hadir pada musyawarah perenca11aan di Desa Rlarygkotek sebagai

berikut:

Bukannya saya tidak ada ide atau tidak mau berpartisipasi dalam
musyawarah ini, namun karena ide yang mau disampaikan sudah
diwakili oleh kelompok kami. Sebelum mengikuti kegiatan
musyawarah ini, kami telah berunding dulu tentang hal-hal apa
yang akan disampaikan dan menentukan siapa yang nantinya
akan mewakili kami untuk menyampaikan ide tersebut.
(Wawancara, 23 Juni 2007).

3. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam musyawarah perencanaan

pembangunan desa (Musrenbangdes), dilakukan dengan cara

merumuskan usulan kegiatan untuk memperoleh usulan kegiatan prioritas.

Penentuan usrJian kegiatan prioritas ini sangat penting, disebabkan


89

karena banyaknya usulan kegiatan dari rr.asyarakat yang menghendaki

untuk dilaksanakan, sementara anggaran yang dialokasikan sangat

terbatas.

Berkaitan dengan pengambilan keputusan, pada umumnya di dua

desa penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sangat kesulitan untuk

menentukan prioritas kegiatan yang aka:-; dilaksanakan di desanya.

Semua usulan kegiatan tersebut, dianggap sangat mendesak untuk

dilaksanakan. Meskipun terlibat dalam pengambilan keputusan, namun

pada akhirnya penentuan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan di

dua desa penelitian mengikuti apa yang diarahkan/disampaikan oleh

tokoh masyarakat yang memiliki kapasitas untuk mewakili kepentingan

mereka. Hal ini karena tradisi masyarakat di kedua desa penelitian masih

menghargai dan menjunjung tinggi orang yang dituakan di desanya.


(

Namun, karena apa yang diputuskan untuk kepentingan desa sehingga

semua masyarakat yang hadir pada pertemuan tersebut menerima. Hal ini

sesuai dengan yang disampaikan oleh TPKd Desa lie Padung bahwa

pada umumnya masyarakat sudah bisa menyampaikan apa yang menjadi

kebutuhannya, namun mereka merasa kesulitan untuk menentukan

prioritas kegiatan dari berbagai macam kegiatan yang telah dirumuskan.

Berdasarkan kenyataan di atas, apabila dikaitkan dengan apa

yang diutarakan Pretty, 1995 dalam Salman (2005:18-19), maka

partisipasi masyarakat pada kedua desa penelitian berada pada

partisipasi kerjasama (fungsional) yaitu partisipasi komunitas dilihat dari

orang luar sebagai cara (means) untuk mencapai tujuan proyek. Rakyat

berpartisipasi melalui pembentukan kelompok-kelompok untuk


90

menemukan kelompok berpengaruh; mereka dilibatkan dalam

pengambilan keputusan tetapi setelah keputusan besar dan mendasar

sudah disiapkan oleh agen luar.

b. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan Kegiatan


Desa.

Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan melibatkan

masyarakat ke dalam proses pelaksanaan kegiatan desa yang didanai

dari ADD. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan desa

memerlukan kesadaran masyarakat akan minat dan kepentingan yang

sama. Soetrisno (1995), menyatakan bahwa dalam pelaksanaan program

pembangunan, masyarakat jangan hanya dijadikan sebagai objek

(pelaksana pembangunan), karena itu perlu didorong untuk mengerti dan

menyadari permasalahan yang mereka hadapi, sehingga masyarakat


(

secara emosional terlibat dalam program, sehingga kegagalan yang

mungkin terjadi dapat diantisipasi lebih awal.

Setelah ditentukan prioritas kegiatan melalui musrenbangdes,

maka TPKd melakukan perhitungan secara teknis !.mtuk mendapatkan

volume kegiatan sesuai dengan pagu anggaran dalam ADD. Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan oleh tim TPKd Desa lie Padung menghasilkan

dua kegiatan yang dapat didanai oleh ADD, yaitu kegiatan semenisasi

lorong desa sepanjang 750 m dan saluran/talud sepanjang 440 m.

Sedangkan TPKD Desa Riangkotek menghasilkan satu kegiatan yaitu

pembangunan jaringan air dari pusat mata air ke desa sejauh 16 Km, dan

diserahkan kepada pihak desa untuk menyusun RAPBDes. RAPBDes

tersebut selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan tiesa tentang APBDes


91

dengan persetujuan BPD. APBDes tersebut, menjadi acuan pelaksanaan

kegiatan dan pertanggungjawaban administrasi.

Pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh ADD dilaksanakan

secara bersama oleh masyarakat, artinya bahwa semua masyarakat

tertibat dalam melaksanakan kegiatan di desa. Pelaksanaan kegiatan


.
desa ini, difasilitasi oleh TPKd yang merupakan penanggung jawab

peiaksanaan di tingkat desa.

Tahap persiapan diawali dengan penyusunan jadwal kegiatan dan

penentuan tenaga kerja oleh TPKd. Selanjutnya TKPd mengajukan dana

kepada kepala desa selaku kuasa pengguna anggaran desa. Waktu

pelaksanaan kegiatan pembangunan desa tersebut, ditentukan selama

dua bulan, dimulai pada awal bulan :Jesember 2006 sampai Januari 2007.

Agar kegiatan pembangunan desA t'liSC( diselesaikan dengan tepat waktu,


,
maka di Desa lie Padung, ditentukan bahwa jadwal pelaksanaan kegiatan

pada setiap hari rabu dan sabtu, sedangkan di Desa Riangkotek

ditentukan setiap hari jumad dan sabtu.

Berkaitan dengan penentuan jadwal kegiatan, hasil wawancara

dengan anggota TPKd Desa lie Padung, mengatakan:

Pelaksanaan kegiatan desa, tidak bisa dilaksanakan setiap hari,


mengingat pelaksanaan kegiatan desa bersamaan dengan
masyarakat mempersiapkan ladangnya untuk menanam. Agar
kegiatan bisa berjalan, dan petani punya waktu ke ladang, maka
ditentukan dalam satu minggu dua hari kerja. (Wawancara, 14
Juni 2007).

Kegiatan yang dilaksanakan di Desa lie Padung tersebut,

tersebar di empat dusun, yakni semenisasi Iorang sepanjang 750 m, di

Dusun Riangpedang, Ri2ngmotong, dan Riangbao; masing-masing


92

dialokasikan 250 m. Sedangkan Dusun Riangtobi kegiatan pembuatan

saluran/talud sepanjang 440 m. Pada tahap pelaksanaan kegiatan desa di

Desa lie Padung, diawali dengan pengadaan material yakni material lokal

seperti pasir, batu, dan kerikil; dan material non lokal yaitu semen.

Pengadaan material lokal dilakukan oleh masyarakat, karena materia~

lokal mudah diperoleh. Biaya pengadaan material lokal ini dianggarkan

dalam kegiatan desa, namun karena dilaksanakan oleh masyarakat,

sehingga biaya tersebut dialihkan untuk menambah volume pekerjaan.

Sedangkan di Desa Riangkotek, pengadaan material dilakukan

oleh TPKd, dengan membeli langsung dari pedagang barang bangunan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Riangkotek,

mengatakan :
(

Pengadaan material untuk kegiatan di Desa Riangkotek


diserahkan kepada TPKd. H~l ini karena pada kegiatan
pembangunan jaringan air, bahan yang dibutuhkan bukan pasir
atau kerikil, namun tJerupa pipa dan perlengkapan lainnya. Bagi
kami tidak ada masalah, karena semuanya untuk kepentingan
desa. (Wawancara, 18 Juni 2007).

Setelah penyiapan material, dilanjutkan dengan pelaksanaan

kegiatan fisik. Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam

pelaksanaan kegiatan yang didanai dari ADD di Desa lie Padung

sebanyak 235 orang, masing-masing Dusun Riangpedang sebanyak 71

orang (30,21%), Dusun Riangbao sebanyak 54 orang (22,98%), Dusun

Riangmotong sebanyak 52 orang (22, 13%) dan Dusun Riangtobi sebesar


I

58 orang (24,68%). Sedangkan di Desa Riangkotek sebanyak 200 orang,

masing-masing Dwsun Horonara 96 dan Dusun Patabudi 104 orang.


93

Kontr;busi masyarakat di Desa lie Padung tahun 2006

berdasarkan data dari TPKd, dilaporkan bahwa kontribusi rnasyarakat

pada saat pelaksanaan kegiatan di desa tersebut dalam bentuk material

berupa pasir, batu, dan kerikil sebesar Rp. 24.925.000,-. Nilai uang

tersebut dianggarkan dalam rencana penggunaan dana ADD, namun

karena sudah aiswadayakan sehingga dialihkan ke pekerjaan fisik dengan

menambah volume pekerjan; serta keterlibatan masyarakat secara

langsung dengan menyumbangkan tenaganya sebanyak 235 orang.

Sedangkan untuk Desa Riangkotek, kontribusi masyarakat dengan

menyumbangkan tenaga sebanyak 200 orang,

Kontribusi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan di Desa lie

Padung dan Desa Riangkotek dapat dilihat pada Tabel12 di bawah ini.

Tabel12 Bentuk kontribusi masyarakat dalam pelaK'san~an kegiatan


ADD di Desa lie Padung dan Riangkotek tahun 2007
No. Kegiatan Bentuk Kontribusi Des a ____j
lie Pad~ Riangkotek I
1 Semenisasi lorong Material (Dana)
(750 m) dan Dana Masyarakat Rp. 24.925.CCO,- 0
pembuatan talud Dana ADD Rp. 70.000.000,- · Rp. 70.000.000,-
(440 m)
Jumlah Dana Rp. 94.925.000,- Rp. 70.000.000,-
2 Pembangunan Tenaga
jaringan air minum Jumlah KK 252 KK 203 KK
(16 Km) Aktif 235 orang/KK 200 orang/KK
Tidak aktif 17 KK 3KK
Sumber: Laporan TPKd desa lie Padung dan Riangkotek tahun 2007,
data diolah

Berdasarkan Tabel 12 di atas, terlihat bahwa terdapat perbedaan

jumlah keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan ADD untuk

masing-masing desa, baik dari sisi material maupun sumbangan tenaga.

Dari sisi material, di Desa lie Padung karena material yang dibutuhkan
94

berada dekat lokasi desa; sedangkan Desa Riangkotek ada dana

tambahan dari program PIP dari APBN yang dialokasikan bersamaan

dengan ADD, sehingga dana tersebut langsung dianggarkan untuk

pembangunan jaringan air, disamping itu material yang dibutuhkan tidak

ada material lokal. Sedangkan untuk sumbangan tenaga, disepakati

bahwa setiap rumah tangga minimal diwakili olah satu orang anggota

keluarga.

Bila dilihat dari keaktifan dan kontribusi masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan ADD di dua desa penelitian tersebut, maka

partisipasi masyarakat berada pada tingkat sedang. Menurut Pretty (1995)

partisipasi masyarakat berada pada partisipasi material yaitu, mac;yarakat

berpartisipasi melalui kontribusi sumberdaya separti tenaga atau material


(

'berupa bahan makanan dan dana. Bentuk seperti ini sangat umum, yang

di dalamnya masyarakat menjadi pemangku da(i praktek pembangunan

yang berlangsung.

Namun jika ditinjau terhadap partisipatif yang dimsksudkan dalam

ADD, maka belum sesuai. Hal ini dapat dilihat dari : pertama, pada tahap

persiapan pelaksanaan, penyusunan jadwal dan tenaga kerja hanya

disusun oleh TPKd; kedua, semua masyarakat tidak terlibat karena dalam

pelaksanaan ditentukan bahwa satu KK diwakili oleh satu orang.

Mencermati seluruh proses perencanaan dan partisipasi

masyarakat dalam implementasi Kebijakan ADD di Desa lie Padung dan

Riangkotek, maka dapat digambarkan sebagaimana tertera pada Tabel 13

berikut ini.
95

Tabel13 lmplementasi Kebijakan ADD di ::::>esa lie Padung dan


Riangkotek

Desa lie padung Desa Riangkotek


I
Proses Perencanaan
1. Tahap Persiapan 1. Tahap Persiapan
- Sosialisasi Kebijakan ADD. - Sosialisasi Kebijakan ADD.
Sosialisasi Kebijakan ADD, Sarna seperti Desa Riangkotek;
dilaksanakan pada tingkat desa sosialisasi Kebijakan ADD pada
melalui musyawarah desa (Mudes), tingkat desa, dilaksanakan melalui
dan difasilitasi oleh kepala desa dan musyawarah desa (Mudes), dan
tempat pelaksanaannya di kantor difasilitasi oleh kepala desa; dan
desa. Materi pokok yang tempat pelaksanaannya di kantor
disampaikan meliputi Pedoman desa. Materi pokok yang
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis disampaikan meliputi Pedoman
Operasional Kebijakan ADD. pelaksanaan dan Petunjuk Teknis
Peserta yang hadir terdiri dari Operasional Kebijakan ADD.
pemerintah desa dan berbagai unsur Peserta yang hadir terdiri dari
masyarakat yakni BPD, kepala pemerintah desa dan berbagai unsur
dusun/RT, LKD, PKK, tokoh masyarakat yakni BPD, kepala
masyarakat dan masyarakat umum dusun/RT, LKD, PKK, tokoh
lainnya. masyarakat dan masyarakat umum
Sosialisasi ADD di tingkat dusun lainnya.
difasilitasi oleh TPKd dan sebagai Sedangkan sosia~sasi tingkat dusun
penanggung jawab adalah kepala tidak dilaksanakan.
dusun dan bertempat di halaman
- Pembentukan Organisasi
rumah kepala dusun. Materi pokok
Pengelola ADD.
yang disampaikan, hampir sama
Pembentukan organisasi pengelola
seperti pada sosialisasi tingkat desa.
ADD di tingkat desa (TPKd),
- Pembentukan Organisasi dilakukan melalui musyawarah desa
Pengelola ADD. dengan melibatkan· berbagai unsur
Pembentukan organisasi pengelola masyarakat. Keanggotaan TKPd
ADD di tingkat desa (TPKd), terdiri dari unsur BPD, sekdes, tokoh
dilakukan melalui musyawarah desa muda, LKD, tokoh masyarakat dan
dengan melibatkan berbagai unsur PKK.
masyarakat. Keanggotaanya terdiri
- Bimbingan Teknis.
dari BPD, LKD, kaur umum, PKK,
Bimbingan teknis dilakukan terhadap
tokoh masyarakat dan kadus.
TPKd dilaksanakan oleh Tim
- Bimbingan Teknis. Fasilitasi Kabupaten.
Pelaksanaannya di tingkat
Bimbingan teknis dilakukan terhadap
kecamatan, dan sebagai
TPKd dilaksanakan oleh Tim
penanggung jawab kegiatan adalah
Fasilitasi Kabupaten.Pelaksanaannya
cam at.
di tingkat kecamatan, dan sebagai
penanggung jawab kegiatan adalah
cam at.
96

Lanjutan Tabe/13._

Desa lie Paoung Desa Riangkotek

Proses Perencanaan
2. Tahap Perencanaan 2. Tahap Perencanaan.
Perencanaan kegiatan desa Perencanaan kegiatan desa tidak
dilakukan melalui mekanisme dilakukan melalui musrenbangdus,
perencanaan yang be~enjang mulai tetapi langsung direncanakan pada
dari musrenbangdus sampai pada saat pelaksanaan musrenbangdes.
musrenbangdes; dengan melibatkan Pelaksanaan Musrenbangdes.
semua unsur masyarakat. - Mekanisme pelaksanaan.
Pelaksanaan Musrenbangdus. Kegiatan ini difasilitasi oleh TPKd,
- Mekanisme pelak;,anaan. dan sebagai penanggung jawab
Musrenbangdus difasilitasi oleh adalah kepala desa dibantu
TPKd, dan sebagai penanggung perangkatnya.
jawab adalah kepala dusun. Tahap persiapan diawali dengan
Tahap persiapan, diawali dengan penyampaian undangan tertulis
penyampaian undangan kepada maupun melalui pengeras suara
masyarakat melalui pengeras suara, yang ditujukan kepada semua
dan menyiapkan tempat pelaksanaan masyarakat, dan menyiapkan tempat
yakni bertempat di kantor desa. pelaksanaan serta hal-hal lain untuk
Tahap pelaksanaan, dilaksanakan kelancaran musrenbangdes.
dalam beberapa acara yakni: Tahap pelaksanaan dilakukan da'am
pembukaan oleh kepala dusur., b~herapa acara yaitu : pef'Ylbu!<aan
penjelasan singkat tentang ADD oleh oleh kepala 'desa sekaligus
TPKd, pemaparan permasalahan dari menyampaikan pemaparan singkat
ketua RT, diskusi dan penutup. permasalahan desa, dilanjutkan
- Peserta yang hadir terdiri dari BPD, dengan diskusi tentang rencana
LKD, PKK, tokoh masyarakat d~n 1 kegiatan desa dan penutup.
masyarakat umum. ~- Peserta yang hadir berjumlah 40
- Keluaran yang dihasilkan berupa orang, yang terdiri dari TPKd,
daftar usulan kegiatan dari dusun. pemerintah desa, BPD, LKD, PKK,
Pelaksanaan Musrenbangdes. pedagang, tokoh masyarakat dan
- Mekanisme pelaksanaan. masyarakat umum lainnya.
Kegiatan ini difasilitasi oleh TPKd, - Keluaran yang dihasilkan berupa
dan sebagai penanggung jawab daftar rencana kegiatan desa yang
adalah kepala desa dibantu akan dilaksanakan melalui dana
perangkatnya. ADD, yakni pembangunan jaringan
Tahap persiapan diawali dengan air minum.
penyampaian undangan tertulis
maupun melalui pengeras suara
yang ditujukan kepada semua
masyarakat, dan menyiapkan tempat
pelaksanaan serta hal-hal lain untuk
kelancaran mu::;renbangdes.
97

Lanjutan Tabe/13.

Desa lie Padung Desa Riangkotek

Proses Perencanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dalam
beberapa acara yaitu : pembukaan
oleh kepala desa sekaligus
menyampaikan pemaparan singkat
permasalahan desa, pemaparan dari
masing-masing dusun, diskusi, dan
penutup.
- Peserta yang hadir berjumlah 113
orang, yang terdiri dari TPKd,
pemerintah desa, BPD, LKD, PKK,
pedagang, tokoh masyarakat dan
masyarakat umum lainnya.
Keluaran yang dihasilkan berupa
daftar rencana kegiatan desa yang
akan dilaksanakan melalui dana
ADD.
- Keluaran yang dihasilkan berupa
daftar rencana kegiatan prioritas
desa yang dibiayai dari ADD, yakni
semenisasi lorong desa dan
pembuatan saluran dan talud.

~---------------------------L----------------------------
Partisipasi Masyarakat
1. Pada Tahap Perencanaan. 1. Pada Tahap Perencanaan.
Partisipasi masyarakat dilihat dari Partisipasi masyar~kat dilihat dari
tingkat kehadiran, penyampaian ide, tingkat kehadiran, penyampaian ide,
dan pada saat pengambilan keputusan. dan pada saat pengambilan keputusan.
- Kehadiran. - Kehadiran.
Jumlah peserta yang hadir 113 Jumlah peserta yang hadir 54 orang,
orang, terdiri dari TPKd, pemerintah terdiri dari TPKd, pemerintah desa,
desa, BPD, LKD, PKK, pedagang, BPD, LKD, PKK, pedagang, tokoh
tokoh masyarakat dan masyarakat masyarakat dan masyarakat umum.
umum. Adapun alasan dan bentuk kehadiran
Adapun alasan dan bentuk kehadiran masyarakat yakni dari 20 responden;
masyarakat yakni dari 20 responden; 45% paham pentingnya kehadiran,
55% paham pentingnya kehadiran, 25% hadir dan mengikuti secara
30% hadir dan mengikuti secara seksama, 10% hadir dan
seksama, 15% hadir dan berkontribusi sampai selesai, dan
berkontribusi sampai selesai. 20% hadir dalam rangka memenuhi
undangan.
98

Lanjutan Tabe/13.

Desa lie Padung ~· Desa Riangkotek


Partisipasi Masyarakat
- Penyampaian ide. - Penyampaian ide.
Dari 20 responden yang ikut, Dari 20 responden yang ikut,
sebanyak 80% menyampaikan ide sebanyak 60% menyampaikan ide
pad a saat musyawarah. pada saat musyawarah.
- Pengambilan keputusan. - Pengambilan keputusan.
Masyarakat kesulitan menentukan Masyarakat kesulitan menentukan·
prioritas, sehingga penentuan prioritas, sehingga penentuan
kegiatan berdasarkan arahan dari kegiatan berdasarkan arahan dari
tokoh masyarakat. tokoh masyarakat.
2. Pada Tahap Pelaksanaan. 2. Pada Tahap Pelaksanaan.
Partisipasi masyarakat pada tahap Partisipasi masyarakat pada tahap
pelaksanaan, dlihat dari bentuk pelaksanaan, dlihat dari bentuk
kontribusi masyarakat pada pembuatan kontribusi masyarakat pada
semenisasi lorong sepanjang 750 m pembangunan jaringan air minum
dan pembuatan talud 440 m sepanjang 16 Km.
Bentuk kontribusi berupa: material Bentuk kontribusi berupa: sumbangan
yakni dana sebesar Rp.24.925.000,-; tenaga sebanyak 200 orang.
dan sumbangan tenaga sebanyak 235
orang.

Berdasarkan Tabel13 di atas, dapat dijelaskan tentang gambaran

irnplemsntasi Kebijakan ADD di Desa lie Padung dan Desa Riangkotek,

khususnya pada proses perencanaan kegiatan desa, yakni mulai dari

persiapan, pembentukan organisasi pengelola, dan kegiatan bimbingan

teknis; dan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan desa tersebut.

Pada tahap sosialisasi Kebijakan ADD, Desa lie Padung

melaksanakannya baik di tingkat desa maupun dusun. Hal ini disebabkan

karena masyarakat ingin mengetahui implementasi Kebijakan ADD di

desa tersebut, disamping itu pada tahap sosialisasi di tingkat desa

diadakan pemilihan TPKd yang keanggotaannya melibatkan berbagai


99

unsur masyarakat. Sedangkan sosialisasi tingkat dusun, selain

penyampaian materi juga merupakan awal penggalian gagasanlide

tentang kegiatan yang akan diusulkan pada musrenbangdes, sehingga

masyarakat dari berbagai unsur sangat antusias untuk mengikuti

sosialisasi pada berbagai tingkatan tersebut. Desa Riangkotek

melaksanakan sosialisasi tingkat desa, sekaligus pemilihan keanggotaan

TPKd yang melibatkan berbagai unsur masyarakat. Namun, tidak

melaksanakan sosialisasi tingkat dusun, hal ini disebabkan karena

kesibukan masyarakat membersihkan ladangr.ya untuk persiapan musim

tanam, sehingga usulan kegiatan desa tidak diusung mulai dari bawah

yakni tingkat dusun.

Pada tai1ap pember.tukan organisasi pengelola maupun kegiatan


f
bimbingan teknis, kedua desa tersebut sudah berjalan cukup baik. Hal ini

dapat dilihat dari proses pemilihan keanggotan TPKd yang dilakukan

melalui musyawarah dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat.

Parencanaan kegiatan desa di Desa lie Padung, dilakukan

melalui musyawarah perencanaan tingkat dusun dan desa. Pelaksanaan

musrenbangdus difasilitasi oleh TPKd, dengan melibatkan berbagai unsur

masyarakat. Keluaran yang dihasilkan berupa usulan rencana kegiatan

prioritas yang akan dilaksanakan di dusun, selanjutnya diajukan pada

pelaksanaan musrenbangdes. Hal ini sudah sesuai dengan perencanaan

bottom up, dimana usulan kegiatan diusung dari bawah dengan

melibatkan masyarakat. Sedangkan di Desa Riangkotek, tidak


100

melaksanakannya, sehingga usulan kegiatan prioritas desa yang akan

dilaksanakan, dibahas pada musrenbangdes. Musrenbangdes

dilaksanakan di dua desa iersebut, namun di Desa Riangkotek tidak ada

pemaparan dari masing-masing dusun. Hal ini disebabkan karena tidak

dilaksnakannya musrenbangdus, sehingga dalam pelaksanaannya

berbeda dengan Desa lie Padung.

Sementara partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan di

Desa lie Padung dilihat dari tingkat kehadiran masyarakat, lebih tinggi

dibandingkan Desa Riangkotek. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah peserta

yang hadir pada musrenbangdes di Desa lie Padung lebih banyak dari

Desa Riangkotek. lni dikarenRkan di Desa lie Padung diadakan

musrenbangdus, sehingga masyarakat sangat sntusias untuk terus terlibat


f
dan berusaha agar usulan dari dusunnya masing-masing bisa

dipertahankan. Disamping itu jika dilihat dari penyampaian ide, maka

masyarakat di Desa lie Padung sangat aktif, hal ini ditunjukkan dengan

jumlah responden yakni masyarakat yang hadir dan turut menyampaikan

ide sebesar 801 %; sedangkan di Desa Riangkotek hanya mencapai 60%.

Namun pada saat penentuan prioritas kegiatan/pengambilan keputusan,

baik Desa lie Padung maupun Desa Riangkotek sangat kesulitan

sehingga keputusan yang diambil berdasarkan usulan/arahan dari tokoh

masyarakat.

Partsipasi masyarakat pada pelaksanaan kegiatan desa di Desa

lie Padung, dilihat dari bentuk kontribusinya maka cukup baik. Hal ini
101

dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan berupa material (dana) dan

tenaganya. Kontribusi dalam bentuk material yakni berupa material lokal

seperti pasir, batu, dan kerikil dimana material lokal yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan semenisasi lorong dan pembuatan talud mudah

diperoleh karena berada dekat lokasi desa. Sehingga dana yang.

semestinya untuk pengadaan material dialihkan pada penambahan

volume pekerjaan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara umum dapat

dikatakan bahwa Desa lie Padung cukup optimal dalam

mengimplementasi Kebijakan ADD dibandingkan dengan Desa

Ric:mgkotek khususnya pada proses perencanaan dan partisipasi

masyarakat. Hal ini disebabkan karena kesadaran dan motivasi


f
masyarakat Desa lie Padung yang cukup tinggi untuk mengejar

ketertinggalan pembangunan di desanya, karena Desa lie Padung

merupakan desa yang paling tertinggal dibandingkan desa-desa lain di

Kecamatan Lewolema. Namun jika dibandingkan terhadap apa yang

dimaksudkan dalam Kebijakan ADD, maka kedua desa tersebut belum

menjalankannya sesuai dengan apa yang tertuang dalam Kebijakan ADD,

khususnya pada proses perencanaan.

Proses perencanaan berdasarkan Kebijakan ADD dilakukan

melalui mekanisme perencanaan yang berjenjang mulai dari

musrenbangdus sampai musrenbangdes. Pada proses tersebut harus

melalui beberapa tahap, yakni : pertama, melakukan pengkajian desa,


102

dimana berupa pengumpulan informasi/data tentang masalah dan potensi

yang tersedia untuk mengatasi masalah tersebut; kedua, pemilihan

tindakan, meliputi tahapan pengelompokan masalah, penentuan

peringkat, pengkajian atas tindakan pemecahan masalah, dan penentuan

peringkat tindakan; dan ketiga, penyusunan rencana pembangunan yang

meliputi penyusunan jadwal kegiatan dan rencana anggaram biayanya.

Gambaran proses perencanaan kegiatan desa berdasarkan

Kebijakan ADD tersebut di atas, belum dilaksanakannya secara optimal

oleh Desa lie Padung maupun Desa Riangkotek. Hal ini dapat dilihat dari

mekanisme pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan,

dimana: pertama, tidak terlihat adanya kegiatan mendata permasalahan-

permasalahan serta sumberdaya pembangunan yang ada di desa; kedua,


(

pada tahapan diskusi tidak ada kegiatan pengelompokan masalah,

penentuan peringkat masalah, pengkajian atas tind~kan masalah, dan

penentuan peringkat tindakan. Hal ini menyebabkan masyarakat sangat


.
kesulitan untuk menentukan kegiatan prioritas; dan ketiga, berkaitan

dengan point kedua, sehingga dalam hal penentuan prioritas kegiatan,

tidak mencerminkan partisipasi masyarakat karena prioritas kegiatan yang

dihasilkan pada musrenbangdes tersebut berdasarkan arahan dari tokoh

masyarakat.
103

C. Rekomendasi lmplementasi Kebijakan ADD

Pada dasarnya kebijakan ADD dimaksudkan urituk pemberian

alokasi dana yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan masing-

masing desa untuk pengelolaan pembangunan desa secara partisipatif.

Dengan demikian konsep partisipatif telah melekat pada kebijakan

tersebut dalam tataran konsep, namun pada irnplementasinya masih

dihadapi beberapa permasalahan. Oleh karena itu yang menjadi perhatian

utama saat ini adalah bagaimana mengawal partisipasi masyarakat baik

pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan dalam implementasi

kebijakan tersebut. Pengawalan partisipasi tersebut diharapkan mampu

mengoptimalkan output yang akan dihasilkan sebagaimana tujuan dari

Kebi;3kan ADD.

Sebagaimana diketahui, bahwa Kebijakan ADD ini didefinisikan

sebagai fasilitas/alat untuk memungkinkan pemunculan kembali atau

pembenahan dan pemantapan sejumlah tata nilai, . gotong-royong,

kebersamaan, persatuan /ewo tanah, persaudaraan, solidaritas kritis, dan

partisipasi yang nyaris hilang dalam seluruh proses pembangunan dan

proses politik selama ini. Karena itu ADD merupakan jalan "kesepakatan"

antara masyarakat dengan pemerintah, "Fellowship of being to face the

reality" (berjalan bersama secara beriringan untuk bersama-sama

menghadapi kenyataan) sebagai suatu model pendekatan pemberdayaan

masyarakat, dengan mengedepankan nilai-nilai dasar (desentralisasi,

transparansi, partisipatoris, akuntabilitas, demokrasi, efisiens: dan


104

efektifitas, penegakan hJkum, sustainabilitas dan sinergisitas). Dengan

demikian tujuan akhir dari penyelenggaraan ADD adalah pemberdayaan,

yang dapat dirinci sebagai berikut : (1) meningkatkan penyelenggaraan

pemerintah desa dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai

kewenangannya; (2) meningkatkan kemampuan masyarakat dan lembaga

kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi

yang dimiliki; {3) meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan

bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat; dan (4) mendorong

peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat.

Mencermati berbagai hal yang terjadi dalam perencanaan dan


f
pelaksanaan ADD di dua desa penelitian ya!<ni Desa lie Padung dan Desa

Riangkotek, apabila dikaitkan dengan prinsip-prinsip serta tujuan akhir dari

ADD, dapat dikatakan belum sejalan.


.
Pada tahap perencanaan, menunjukkan bahwa belurr. sesuai

dengan prinsip-prinsip partisipatif dalam implementasi kebijakan ADD. Hal

ini dapat dilihat dari : pertama, tidak terlihat adanya kegiatan mandata

permasalahan-permasalahan serta sumberdaya pembangunan yang ada

di desa; kedua, pada tahapan diskusi tidak ada kegiatan pengelompokan

masalah, penentuan peringkat masalah, pengkajian atas tindakan

masalah, dan penentuan peringkat tindakan. Hal ini menyebabkan

masyarakat sangat kesulitan untuk menentukan kegiatan prioritas; dan


105

ketiga, berkaitan dengan point kedua, sehingga dalam hal penentuan

prioritas kegiatan, tidak mencerminkan partisipasi masyarakat karena

prioritas kegiatan yang dihasilkan pada musrenbangdes tersebut

berdasarkan arahan dari tokoh masyarakat. Dengan demikian efektivitas,

efisiensi dan sikap kemandirian sebagaimana strategi pemberdayaan

yang partisipatif belum muncul, padahal strategi ini sangat potensial dalam

rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan transforrnasi budaya.

Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dapat dihasilkan

dengan mengajak masyarakat untuk mendefinisikan apa

kebutuhan/masalah mereka, mendiskusikan bagaimana cara yang tepat

untuk memecahkan masalah/memenuhi kebutuhan tersebut, memikirkan

bagaimana proses penyelesaian masalah/pemenuhan keoutuhan tersebut


f
dllakukan serta merundingkan bagaimana keberhasilan penyelesaian

masalah/ pemenuhan kebutuhan tersebut dinilai keberhasile:mnya.

Olah karena itu perlu dilakukan berbagai upaya mendorong


.
partisipasi masyarakat dengan melibatkan multi stakeholder, teru!ama

LSM dalam membangun keswadayaan masyarakat. Hal ini dimaksudkan

untuk mengoptimalkan proses perencanaan partisipatif ADD yang telah

dilakukan sebelumnya. Pendekatan pembangunan yang digunakan

seharusnya tidak lagi bersifat mekanistik dengan indikator target jumlah

dan waktu, tetapi hendaknya lebih diorientasikan pada proses.

Pemerintah, LSM dan sektor swasta sebagai pihak yang mempunyai


106

kemampuan untuk memberdayakan hendaknya melakukan kcrja secara

kolaboratif, sesuai dengan peran dan kapasitasnya masing-masing.

Dengan demikian rekomendasi yang disarankan untuk

dikembangkan dalam tahap perencanaan ADD adalah :

1. Melakukan kegiatan-kegiatan dalam bentuk sosialisasi maupun

pelatihan untuk mengubah pola pikir, perilaku dan pola tindak

masyarakat terutama dalam hal penentuan kegiatan yang selama ini

masih terfokus pada kegiatan fisik. Hal ini terjadi karena beberapa

kegiatan yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada tataran

proyek. Rekomendasi yang disarankan adalah menentukan kegiatan

yang berorientasi pada proses terutama dalam menginisiasi

kem3ndirian masyarakat, sehingga kaberlanjutan kegiatan yang


(

menuntun masyarakat meningkatkan kesejahteraannya dapat

terwujud.

2. Sebelum pelaksanaan musrenbangdus maupun musrenbangdes,

hendaknya dilakukan inisiasi terhadap kebutuhan dan keterlibatan

masyarakat melalui berbagai kegiatan sebagai berikut :

a. Pengamatan terhadap kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan

oleh fasilitator (kolaborasi stakeholder).

b. Fasilitator menginformasikan rapatlpertemuan kepada masyarakat.

c. Fasilitator mengadakan rapatlpertemuan untuk membahas

kebutuhan masyarakat dalam kegiatan ADD.

d. Mendorong agar masyarakat hadir dalam rapatlpertemuan tersebut.


107

e. Mcngupayakan agar masyarakat mampu mengajukan

usul/pendapat tentang jenis kegiatan yang menjadi kebutuhannya.

f. Masyarakat hendaknya didorong keterlibatannya dalam

mempengaruhi keputusan penentuan jenis kegiatan yang akan

diusulkan.

g. Masyarakat hendaknya memberikan data dan informasi yang

diperlukan.
BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian sebagairnana diuraikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Proses perencanaan pembangunan dalam implementasi Kebijakan

ADD yang dilaksanakan di Desa lie padung dan Desa Riangkotek,

mulai dari tahap persiapan sampai pada tahap perencanaan kegiatan

desa, belum berjalan optimal. Hal ini dapat dilihat pada penyusunan

kegiatan desa, yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi

yang dimaksudkan dalam ADD.

~- Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan, baik di Desa lie

Padung maupun Desa F<iangkotek berada pada tingkat sedang atau

berada pada partisipasi kerjasama (fungsional), dimana masyarakat

masih dalam taraf penyampaian ide, namun pengambilan keputusan

masih didominasi oleh elit desa dalam hal ini tokoh masyarakat.
109

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas maka disarankan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Perlu diperhatikan tahapan-tahapan dalam proses perencanaan agar

hasil yang dicapai maksimal, terut~ma berkaitan dengan prinsip-

prinsip partisipatif yang dimaksudkan dalam ADD yang dladopsi dari

metode Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Desa

(P3MD).

2. Untuk lebih mengoptimalkan usulan-usulan masyarakat, sebaiknya

sasaran program dalam ADD tidak dibatasi tetapi diberi kewenangan

penuh kepada masyarakat untuk menyampaikan usulan-usulan

kegiatan sesuai kebutuhan mendesak cian po~ensi yang ada di

desanya. Disamping itu perlu juga melakukan kegiatan-kegiatan

dalam bentuk sosialisasi maupun pelatihan untuk mengubah pola

pikir, perilaku dan pola tindak masyarakat ter~tama dalam hal

penentuan kegiatan yang selama ini masih terfokus pada kegiatan

fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R 2006. Membangun Desa Partisipatif. Graha llmu


Yogyakarta.

Agung S. 2004. Mosaik Sosiologis Kehutanan: Masyarakat Lokal, Politik dan


Kelestarian Sumberdaya. CSF. Kalimantan

Aji, F dan Sirait, M 1990. POE, Perencanaan dan Eva!uasi suatu sistim untuk
proyek pembangunan. Bumi Aksara : Jakarta.

Amien, A M, 2005. Kemandiriah Lokal, Konsepsi Pembangunan, Organisasi,


dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.

Bastian, I 2006. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Daerah


di Indonesia. Salemba Empat : Jakarta.

Bryant, C dan White L 1987. Manajemen Pembangunan untuk Negara


Berkembang. LP3S : Jakarta.

Bungin, B, 2003 Analisa Daia Penelitian Kualitatif, Raja Grafindo Persacta:


Jakarta.

Catanese, Anthoni J. & James C. Snyder 1988. Perencanaan Kota,


T er.iemahan oleh Wahyudi 1989. Erlangga : Jakarta.

Cohen, J. M. and Uphoff, N. T. 1977 Rural Development Participatory.


Cornell University, ltacha.

Conyers, D, 1991 "Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga" Suatu Pengantar,.


Terjemahan oleh Gaja Mada University Press Yokyakarta.

Departemen Dalam Negeri. 2005. Pedoman Alokasi Dana Desa dari


Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa. Jakarta.

Fatoni. 2004. Tingkat dan Manfaat Partisipasi dalam Program


Pengembangan Kecamatan (Studi Kasus di Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala). Tesis tidak dipublikasikan. Program Pasca
Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hikmat H. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama


Press (HUP). Bandung.
Ill

Hudayana, B 2005. Peluang Pengembangan Partisipasi Masyarakat melalui


Kebijakan Alokasi Dana Desa: Pengalamaan Enam Kabupaten.
Makalah disajikan pada pertemuan Forum Pengembangan
Partisipasi Masyarakat (FPPM) Tanggal 27-29 Januari 2005 di
Lombok Barat. ··

lsnaeni, M dan Ointoe, R 2005. Menciptakan Gagasan, Mendorong Gerakan:


Penga/amaan Mendorong Partisipasi Publik. Yayasan serat:
Menado.

Kornita, SR 2003 Peranan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan


Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Provinsi Riau. Makalah.

Kristiadi, B.J 1994 Administrasi/Manajemen Pembangunan. Sub Bagian lata


Usaha Ketua LAN.

Kunarjo, 1993. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Universitas


Indonesia (UI-Press) : Jakarta.

Moleong, J 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Posdakarya :


Bandung.

Paskarina, C 2005. Perenc~naan Partisipatif dalam pembangunan Daarah.


Ba11d•J:1g; Lembaga Penelitian UNPAD

PSKMP-UNHAS. 2002. Participatory Local Social Development Planning


(PLSDP : Moduli Konsep dan Kerangka Pembangunan Sosial Lokal
Partisipatoris. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Republik Indonesia, 2004, Undang-Undang No. 25 Tah~n 2004 Tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.

_ _ _ _ _ _ _ , 2004, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang


Pemerintahan daerah, Jakarta.

_ _ _ _ _ _ _ , 2005, Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005


Tentang Desa, Jakarta.

Rukmana, D, 2000. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah


Terbelakang. (Online), (http://cippad.usc.edulailuploaded, diakses
12 Maret 2007).

Sakri, Diding 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan


Pembangunan Tahunan di Kabupaten Bandung
112

Salman, D. 2005 Pembangunan Partisipatoris, Modul Konsentrasi


Manajemen Perencanaan, Program Studi Manajemen
Pembangunan. Unhas Makasar.

Saragi, T. 2004 Mewujudkan Otonomi Masyarakat Oesa : Altematif


Pemberdayaan Desa. CV. Cipruy. Jakarta.

· Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosia/ : Suatu Teknik Penelitian Bidang


Kesejahteraan Sosia/ dan 1/mu Sosial Lainnya. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.

Soetrisno L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius. Jakarta.

Suharto, Edi. 2004. Pendekatan Pekerja Sosia/ Dalam pemberdayaan


Masyarakat Miskin : Konsep, lndikator dan Strategi, Disampaikan
pada pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Miskin bagi Tenaga
Kesejahteraan Sosial Masyarakat, Malang 12 April 2004.
International Policy Analyst, Centre for Policy Studies (CPS), Central
European University, Hungary) http: II wwv-J. policy. Hu I suharto I
maklndo 18 .html, diakses tanggal 28 April 2007.

Tarigan, R 2006. Perencanaan Pembangunan Wi/ayah. Bumi Aksara :


Jakarta.
(

Tikson, D 2001 Partisipasi Masyarakat dalam Manajemen Perkotaan,


Makalah disajikan dalam Lokakarya PPIS Tanggal 4- 9 Juni 2001 d!
Makasar.

Tjokroamidjojo, B 1990. Perencanaan Pembangunan. Yayasan Massagung :


Jakarta.
113

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (Wawancara Mendalam) untuk Menjawab Tujuan


Penelitian Pertama

Daftar Pertanyaan (Wawancara Mendalam) untuk :

I. Kantor Pemberdayaan Masyarakat ( Kepala kantor/KTU/Kasi ).


1. Sebagai instansi/kantor yang berperan dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, apa sebenarnya yang melatar belakar.lgi
lahirnya kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) ini ?
Siapa saja yang terlibat daiam perumusan kebijakan ADD ini ?
2. Bagaimana sistem penetapan anggaran dalam ADD ini. Kriteria apa yang
digunakan untuk menentukan besarnya alokasi anggaran tiap desa.?
3. Bagaimana peran dari kantor pemberdayaan masyarakat, dalam
pengimplementasian kebijakan ADD ini ?
4. Bagaimana tahap atau proses yang harus dijalankan, agar kebijakan ADD
ini dapat dipahami oleh masyarakat dalam pelaksanaannya ?
5. Bagaimana implementasi dari kebijakan ADD ini pada masyarakat,
khususn~·a masyarakat pedesaan?
6. Dalam kebijakan ADD ini, pemerintah mengalokasikan sejumlah dana dan
program-program dan menyerahkan kepada desa untuk dikelola secara
partisipatif. Bagaimana prinsipnya dalam menetapkan besaran alokasi
anggaran yang diterima masing-masing desa tersebut ?
7. Bisa dikembangkan pertanyaan seperti :
• Proses perencanaan pada pelaksanaan kebijakan ADD mulai dari
perumusan kebijakan, perencanaan program, pembentukan organisasi
pengelola, sosialisasi sampai dengan pelaksanaan kegiatan di tingkat
desa.
• Pada tahap sosialisasi kebijakan ADD, bagaimana jadwal, materi yang
disampaikan, siapa saja yang terlibat, dll.
8. Bagaimana gambaran pelaksanaan kebijakan ADD dalam tahun anggaran
2006?
114

II. Kantor Camat Lewolema/Tanjung Bunga ( Camat, Kasi PMD, Sekca.n ).


1. Bagaimana peran kecamatan dalam pelaksanaan kebijakan ADD ini ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan sosialisasi kebijakan ADD di
kecamatan lewolema, siapa ~aja yang hadir dan bagaimana antusias
peserta dalam kegiatctn sosialisasi tersebut ?
3. Bagaimana organisasi pengelola di tingkat kecamatan ?.
4·. Bagaimana gambaran singkat tentang pelaksanaan kebijakan ADD pada
tahun anggaran 2006 di kecamatan Lewolema ?

Ill. Desa Riangkotek dan lie Padung (Kepala Desa, Sekdes, Kaur, Kadus,
TPKd).
1. Apakah Bapak mengikuti kegiatan sosialisasi kebijakan ADD di tingkat
kecamatan?. Apa manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan sosialisasi
tersebut (tindak lanjutnya di desa bapak) ?
2. Bagaimana dengan sosialisasi kebijakan ADD di desa ini? (Kades/Kadus).
3. Apa peran Bapak sebagai kepala desa dalam pelaksanaan kebijakan ADD
ini?
4. Bagaimana dengan organisasi pengelolah ADD pada fingkat desa, proses
pemilihannya, serta struktur organisasinya, dll.
5. Bagaimana pelaksanaan kebijakan ADD di desa ini?
Data lainnya seperti profil TPKd, susunan acara pada musmnbailQdi.Js I
musrenbangdes, daftar hadir peserta, daftar usulan kegiatan.
Dilakukan juga wawancara terhadap masyarakaUtokoh masyarakat tentang
pelaksanaan ADD, misalnya bagaimana mereka mengikuti sosialisasi,
bagaimana prosesnya dll.
115

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan (Kuesioner) Penelitian untuk Mengetahui Tingkat


Partisipasi Masyarakat

IDENTITAS RESPONDEN

Nama
Umur Tahun
Jenis Kelamin
Pekerjaan Pokok
Pendidikan Terakhir
Kedudukan dalarn Masy.
Ala mat

TAHAPPERENCANAAN

Musyawarah Perencanaan Tingkat Desa.

1. Apakah Bapakllbu terlibat langsung, khususnya dalam hal menghadiri


kegiatan musyawarah tingkat desa ?
A. Ya
B. Tidak
Berikan alasan atas pilihan jawaban Bapakllbu tersebut :

2. Sebelum pelaksanaan musyawarah tersebut dilaksanakan, apakah telah


dilakukan penyampaian/pemberitahuan terlebih dahulu?
A. Ya
B. Tidak
Bagaimana bentuk penyampaian dimaksud?

3. Apa alas an Bapakllbu untuk menghadiri kegiatan musyawarah tersebut ?


A. Menghadiri kegiatan tersebut dalam rangka memenuhi undangan
116

B. Hadir dan mengikuti dengan seksama kegiatan tersebut


C. Paham pentingnya kehadiran pada kegiatan tersebut
D. Mengikuti kegiatan dan aktif berkontribusi sampai dengan selesai
(Jawaban boleh lebih dari satu).
Apa alasan Bapakllbu/Saudara/i memberikan jawaban tersebut ?

4. Apakah faktor~faktor yang dirasa mendorong Bapakllbu untuk menghadiri


kegiatan musyawarah tersebut ?

5. Apakah faktor-faktor yang dirasa menghambat Bapakllbu untuk menghadiri


kegiatan musyawarah tersebut?

6. Apakah Bapakllbu diberikan kesempatan untuk menyampaikan


ide/saran/usulan kegiatan dalam musyawarah perencanaan tersebut ?
A. Ya
B. Tidak

7. Apakah Bapakllbu menyampaikan ide/gagasan pada musyawarah


perencanaan tersebut ?
A. Ya
B. Tidak

8. Bagaimana bentuk penyampaian ide yang Bapakllqu ~~~u:..an dalam


kegiatan musyawarah perencanaan tersebut?
a. Menyampaikan secara lisan maupun tulisan mengenai potensi
sumberdaya lokal yang dimiliki.
b. Menyampaikan secara lisan maupun tulisan mengenai prioritas
kebutuhan berdasarkar. permasalahan.
c. Menyampaikan secara lisan maupun tulisan me.ngenai berbagai
hambatan/kendala yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan.
d. Menyampaikan. secara lisan maupun tulisan mengenai berbagai
altematif kegiatan sebagai solusi permasalan.
e. Menyampaikan secara lisan maupun tulisan mengenai kegiatan yang
bisa ditangani langsung masyarakat dengan memanfaatkan
sumberdaya setempat, maupun kegiatan yang perlu ditangani
pemerintah.
(Jawaban boleh lebih dari satu)
Apa alasan Bapakllbu untuk memilih jawaban-jawaban itu ?

9. Apakah ide/saran Bapakllbu ditampung pada saat musyawarah tersebut ?


A. Ya
B. Tidak
117

10. Apakah ide/saran/usulan Bapak/lbu merupakan ide pribadi/kelompok ?.


A. Ide pribadi
B. Ide kelompok

11. Apakah faktor-faktor yang dirasa mendorong Bapakllbu untuk


menyampaikan ide pada musyawarah tersebut?

12. Apakah faktor-faktor yang dirasa menghambat Bapakllbu untuk


menyampaikan ide pada musyawarah tersebut ?

13. Dalam menetapkan usulan kegiatan (prioritas) pada saat musyawarah


tersebut, apakah Bapakllbu juga dilibatkan?
A. Ya
B. Tidak

14. Apakah Bapakllbu terlibat langsung, misalnya memberi pendapat/usulan


daiRm penentuan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan ?
A. Ya
B. Tidak

15. Bagaimana bentuk keterlibatan yang Bapakllbu lakukan' dalam perumusan


penetapan usulan kegiatan pada musyawarah tersebut ?
a. Merumuskan usulan kegiatan berdasarkan permasalahan, kebutuhan
dan potensi local yang dimiliki.
b. Menentukan prioritas usulan kegiatan berdasarkan rangking kebutuhan
masyarakat. .
c. Merumuskan usulan kegiatan desa agar sinkron dengan substansi
yang telah ditentukan dalam kebijakan ADD
d. Memilah rumusan kegiatan desa yang ditangani langsung masyarakat
dengan memanfaatkan sumberdaya setempat, maupun kegiatan yang
perlu ditangani pemerintah.
(Jawaban boleh lebih dari satu)
Apa alasan Bapakllbu untuk memilih jawaban-jawaban itu ?

16. Setelah usulan itu ditetapkan, apakah Bapakllbu/Saudara/i puas dengan


hasil penetapan tersebut ?
A. Ya
B. Tidak
Berikan alasan atas pilihan jawoban dl atas !
118

17. Apakah faktor-faktor yang dirasa mendorong Bapakllbu untuk tertibat


dalam perumusan kegiatan pada musyawarah tersebut ?

18. Apakah faktor-faktor yang dirasa menghambat Bapakllbu untuk terlibat


dalam perumusan kegiatan pada musyawarah tersebut ?

...................... , 2007

Responden,

Anda mungkin juga menyukai