Makalah Kewirausaan Waralaba
Makalah Kewirausaan Waralaba
PENDAHULUAN
Pengertian Waralaba
waralaba atau Franchise adalah konsep pemasaran produk dan jasa secara cepat dengan memperluas
jaringan dalam bentuk pemberian lisensi (nama, produk, sistem, prosedur) dari pemilik merek (franchisor)
kepada penerima waralaba (franchisee) pada jangka waktu tertentu dengan hak dan kewajiban yang telah
disepakati kedua belah pihak.
Istilah franchise berasal dari bahasa prancis, yaitu affranchir yang artinya to free (membebaskan).
Waralaba diperkenalkan pertama kali di Amerika pada tahun 1850 oleh Isaac Singer, berupa produk
mesin jahit Singer. Selanjutnya diikuti oleh General Motors Industry pada tahun 1898 dan Coca Cola
pada tahun 1908. Sedangkan di Indonesia, franchise mulai dikenal pada tahun 1970-an dengan masuknya
Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba, pengertian waralaba
adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan
ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Pemberi waralaba
adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba. Penerima waralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi waralaba dari beberapa sumber buku:
Menurut Susilowati (2013:49), waralaba (franchise) adalah kontrak perjanjian pemakaian nama, merk
dagang, dan logo perusahaan tertentu dari pemberi waralaba (franchisor) yang di dalamnya dicantumkan
ikhtisar peraturan pengoperasiannya oleh perusahaan yang menggunakan (franchise), jasa yang
disediakan oleh pemberi waralaba (franchisor), dan persyaratan keuangan.
Menurut Iwantono (2006:197), waralaba adalah suatu cara melakukan kegiatan usaha yang didasarkan
pada hubungan yang berkesinambungan antara pemberi waralaba (franchisor) dengan penerima waralaba
(franchisee). Hubungan ini meliputi sistem distribusi, dimana seorang penerima waralaba diperkenankan
mengelola usahanya sendiri supaya dapat memanfaatkan sistem distribusi milik pemberi waralaba.
Menurut Saliman (2014:58), franchise adalah pemilik dari sebuah merek dagang, nama, dagang, sebuah
rahasia dagang, paten, atau produk (biasanya disebut franchisor) yang memberikan lisensi ke pihak lain
(biasanya disebut franchisee) untuk menjual atau memberi pelayanan dari produk di bawah nama
franchisor Franchisee biasanya membayar semacam fee (royalty) kepada franchisor terhadap aktivitas
yang mereka lakukan.
Menurut Sutedi (2008:31), waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan
akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk
melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Jenis-Jenis Waralaba
Menurut East Asian Executive Report (1983), waralaba atau franchise diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, yaitu (Salim, 2010:168):
1. Product Franchise, suatu bentuk waralaba dimana penerima waralaba hanya bertindak
mendistribusikan saja produk dari patnernya dengan pembatasan areal, seperti pengecer
bahan bakar Shell atau British Petroleum.
2. Processing Franchise or Manufacturing Franchise, di sini pemberi waralaba hanya
memegang peranan memberi Know-how, dari suatu proses produksi seperti minuman
Coca Cola atau Fanta.
3. Bussiness Format atau System Franchise, dimana pemberi waralaba sudah memiliki
cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, kepada konsumen. Seperti
Dunkin Donuts, KFC, Pizza Hut, dan lain-lain.
Atas pemberian izin penggunaan merek dagang tersebut biasanya pemberi waralaba
memperoleh suatu bentuk pembayaran royalti di muka dan selanjutnya pemberian
waralaba memperoleh keuntungan (yang sering juga disebut dengan royalti berjalan)
melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba. Dalam
bentuknya yang sangat sederhana ini, waralaba produk dan merek dagang seringkali
mengambil bentuk keagenan, distributor atau lisensi penjualan.
Karakteristik Waralaba
Menurut Simatupang (2007:58), terdapat beberapa karakteristik dasar waralaba, yaitu
sebagai berikut:
1. Harus ada suatu perjanjian (kontrak) tertulis, yang mewakili kepentingan yang seimbang
antara franchisor dengan franchisee.
2. Franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan
dimasukinya.
3. Franchisee diperbolehkan (dalam kendali franchisor) beroperasi dengan menggunakan
nama/merek dagang, format dan atau prosedur, serta segala nama (reputasi) baik yang
dimiliki franchisor.
4. Franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dan sumber dananya sendiri atau
dengan dukungan sumber dana lain (misalnya kredit perbankan).
5. Franchisee berhak secara penuh mengelola bisnisnya sendiri.
6. Franchisee membayar fee dan atau royalti kepada franchisor atas hak yang didapatnya
dan atas bantuan yang terus menerus diberikan oleh franchisor.
7. Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu dimana ia adalah satu-satunya
pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa yang dihasilkannya.
8. Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franchisee bukan merupakan transaksi
yang terjadi antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau antara individu dengan
perusahaan yang dikontrolnya.
Pemberi waralaba (franchisor)[4] adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak
kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
Penerima waralaba (franchisee) [4], adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak
untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan,
atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.[5]
Sejarah Waralaba
Mc Donalds, salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia.
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai
pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restoran cepat sajinya. Pada tahun 1935,
Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha
restoran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri
menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain
sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran.
Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama pada
tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business
format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba
yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai
suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang
ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J. Lyons melalui
usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an.
Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemberi waralaba dalam menyeleksi calon mitra
usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.
Jenis waralaba[
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah
diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin
cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup peranti awal dan kelanjutan
usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.
Biaya waralaba
Biaya waralaba meliputi:
Ongkos awal, dimulai dari Rp10 juta hingga Rp1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang
dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi
pengwaralaba dan ongkos penggunaan HAKI.
Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya
ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak
adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
Waralaba di Indonesia
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer
kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an,
yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu pewaralaba tidak sekadar menjadi
penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar waralaba dapat
berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah
kepastian hukum yang mengikat baik bagi pengwaralaba maupun pewaralaba. Karenanya, kita
dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang
pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba
di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba
ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-
ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai
berikut:
Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian yang layak dari sebuah waralaba adalah minimum 15 persen dari nilai.
Lain-lain
Di Indonesia waralaba yang berkembang pesat dan masih sangat menguntungkan adalah
waralaba di bidang makanan (Wong Solo, Sapo Oriental, CFC, Hip Hop, Red Crispy, Papa
Rons dan masih banyak merek lainnya).
Waralaba berbentuk retail mini outlet (Indomaret, Yomart, AlfaMart) banyak menyebar ke
pelosok kampung dan permukiman padat penduduk.
Di bidang Telematika atau Information & Communication Technology, juga mulai diminati pada 3
tahun terakhir ini berkembang beberapa bidang waralaba seperti distribusi tinta printer
refill/cartridge (Inke, X4Print, Veneta, dll.), pendidikan komputer (Widyaloka, Binus), distribusi
peralatan komputer (Micronics Distribution), Warnet / NetCafe (Multiplus, Java NetCafe, Net
Ezy), Kantor Konsultan Solusi JSI, dll.
Yang juga menguntungkan adalah waralaba di bidang pendidikan (Science Buddies,
ITutorNet, Primagama, Sinotif), lebih menarik lagi terdapat Sekolah robot (Robota Robotics
School), taman bermain (SuperKids) dan taman kanak-kanak(FastractKids, Kids2success,
Townfor Kids), Pendidikan Bahasa Inggris (EF/English First, ILP, Direct English), dll.
Perkembangan merek dan waralaba dalam negeri cukup pesat dan pada pameran pameran
waralaba di tanah air terlihat banyak merek merek nasional Indonesia bersaing dengan merek
global dan regional.
I. Kriteria Franchise/Waralaba
Franchise/Waralaba harus memenuhi kriteria yaitu ;
a.Memiliki ciri khas usaha,
b.Terbukti sudah memberikan keuntungan
c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang
ditawarkan yang dibuat secara tertulis
d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan
e. Adanya dukungan yang berkesinambungan
f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar.
A. Sanksi Administrasi ;
B. Saksi denda ;