Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. DEFINISI
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan
dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm. (saifudin,2002)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
(Sarwono Prawirohardjo, 2005)
B. ANATOMI FISIOLOGI
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan yaitu 1000–1500 cc
Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa
manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya
terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel,
rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira
2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk
mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab
peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat
surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan
bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak
sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah
bercampur dengan mekonium.
Fungsi Air Ketuban
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra–uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuban pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya
cepat, kira-kira 350-500 cc.
Asal Air Ketuban
1. Kencing janin (fetal urin)
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran (mixed origin)
C. ETIOLOGI
Yang menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya
KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Faktor lain
a. Faktor golongan darah
b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit
ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan
sedikit/banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah teraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo, tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban ketuban sudah kering.
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
2. Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20–37 minggu) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram
3. Prolap Tali Pusat
Tali pusat menumbung
4. Distasia (partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan
menyebabkan dry labour atau persalinan kering
F. PATOFISIOLOGI
Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap.
infeksi tetapi selain itu cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri
ostatik yang dapat memainkan peran dalam pencegahan kario amnionitis dan
infeksi janin. Membran yang utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap
infeksi karena kolonisasibakteri terjadi 10% pasien dalam persalinan cukup
bulan, dengan membrane yang utuh sampai 25% pasien dalam persalinan
kurang bulan. Janin kurang bulan dengan ketuban pecah dini, resiko infeksi
dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim ahkan dapat menjadi
problematik, bagi ibu resikonya bukan saja terjadi kariomnitis tetapi juga bisa
terjadi kegagalan induksi, maka harus dilakukan operasi section caesaria.
Nursing Pathway persalinan
Post Partum
Involusi
uterus oksitosin meningkat
KPD
Prolaktin meningkat
Nyeri akut
Kurang
pengetahuan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Leukosid darah > 15000/ul bila terjadi infeksi
b. Test lakmus merah berubah menjadi biru
c. Amnio sentetis
d. USG (menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang)
H. PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
- Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
- Umur kehamilan kurang 37 minggu.
- Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
- Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
- Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
- Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau
gawat janin.
- Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
b. Medis
- Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
- Induksi atau akselerasi persalinan.
- Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
- Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan
sedikit/banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban
tidak ada dan air ketuban sudah kering
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus
4. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua?
5. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium: USG, darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang
7. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetik seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita
penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang
pernah di derita oleh keluarga
8. Kebiasaan sehari –hari
a. Pola nutrisi: pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur: klien dengan KPD mengalami nyeri pada
daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah
mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan
pada perineum)
c. Pola eliminasi: Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata
rias rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan: Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
9. pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu
b. Head To Toe
1) Rambut: warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka
lesi/lecet
2) Mata: sklera nya apakah ihterik/tidak, konjungtiva anemis/tidak,
apakah palpebra oedema/tidak, bagaimana fungsi penglihatannya
baik/tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak.
Pada umumnya ibu hamil konjungtiva anemis.
3) Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen/tidak, apakah klien menggunakan alat bantu
pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik/tidak
4) Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah
terdapat serumen/tidak, apakah fungsi penciuman klien baik/tidak
5) Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah
lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan
dan pendarahan, apakah ada karies gigi/tidak, keadaan lidah klien
bersih/tidak, apakah keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada ibu
hamil pada umumnya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu
hamil mengalami penurunan kalsium
6) Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
7) Paru–paru
Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris
kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka memar/lecet, frekuensi
pernafasan nya
Palpasi : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba
pembengkakan/tidak, getaran dinding dada apakah simetris/tidak
antara kiri dan kanan
Perkusi : bunyi Paru
Auskultasi : suara nafas
8) Jantung
Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi/lecet, ictus cordis
apakah terlihat/tidak
Palpasi : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada
ICS% Midclavikula
Perkusi : bunyi jantung
Auskultasi : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien
9) Abdomen
Inspeksi : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan
lecet
Palpasi : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah
sudah masuk PAP/belum
Perkusi : bunyi abdomen
Auskultasi : bising usu klien, DJJ janin apakah masih
terdengar/tidak
10) Payudara: puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola,
kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan
ASI/belum
11) Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada
oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
12) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada
oedema/tidak pada daerah genitalia klien
13) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit
baik/tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Defisiensi Pengetahuan b.d keterbatasan informasi mengenai tanda dan
gejala penyakit.
4. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka operasi)
C. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
1) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada
patogen
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
Mochtar Rustam. 1993. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia,
RSUD Dr. Soetomo . 2001. Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR. Surabaya
Saifuddin, Bari Abdullah. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. Dkk. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.