Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al.

JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

PERBEDAAN JUMLAH NUTRISI YANG HILANG PADA BANDENG BEKU NON


CABUT DURI DAN CABUT DURI SELAMA PENYIMPANAN SUHU RENDAH

Lost Nutrition Differences Frozen Milkfish Non Whip Out Spines and Whip Out Spines
During Low Storage

Arifiya Ayu Kusuma*, Eko Nurcahya Dewi, Ima Wijayanti


Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah – 50275,
Telepon/Faks +6224 7474698
*Korespondensi: arifiyaayu.kusuma@gmail.com
Diterima: 1 Februari 2017/ Disetujui: 24 April 2017

Cara sitasi: Kusuma AY, Dewi EN, Wijayanti I. 2017. Perbedaan jumlah nutrisi yang hilang pada bandeng
beku non cabut duri dan cabut duri selama penyimpanan suhu rendah. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 20(1): 153-163.

Abstrak
Pembekuan adalah salah satu cara alternatif untuk dapat mempertahankan mutu ikan. Suhu produk
atau bahan pangan diturunkan di bawah titik beku, dan sejumlah air berubah bentuk menjadi kristal es.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah nutrisi yang hilang pada bandeng beku non cabut duri
dan cabut duri dengan lama penyimpanan yang berbeda pada suhu rendah 2-5°C. Metode penelitian yang
digunakan bersifat eksperimental laboratoris dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola Faktorial dan diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah uji driploss; kadar lemak, kadar
air, kadar protein, kadar provitamin A pada drip; uji citra morfologi SEM (Scanning Electron Microscopy)
dan uji organoleptik. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan non cabut duri dan cabut duri ikan bandeng beku dan lama penyimpanan berpengaruh
nyata (p<0,05) terhadap nilai driploss, kadar lemak, kadar air, kadar protein dan kadar provitamin A
pada drip, uji citra morfologi sel dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) dan uji
organoleptik (uji sensori). Hasil yang diperoleh yaitu uji driploss ikan bandeng beku cabut duri mengalami
kerusakan 2 kali lebih besar daripada bandeng non cabut duri. Nilai provitamin A pada drip ikan bandeng
beku cabut duri diawal penyimpanan yaitu 185,28±9,85 µg/100g dan diakhir penyimpanan menjadi
257,23±17,00 µg/100g, nilai organoleptik non cabut duri sebesar 7,91±0,90 sedangkan cabut duri sebesar
7,53±1,06 pada akhir penyimpanan.

Kata kunci: Chanos chanos, drip, pembekuan, suhu rendah

Abstract
Freezing was one alternative way to maintain the quality of the fish. The purpose of this study
was to determine the amount of nutrients lost from frozen fish drip non whip out spines and whip out
spines on a long pull at different low storage temperatures of 2-5°C. The method used was experimental
laboratory with the basic design of completely randomized design (CRD) with factorial pattern and
repeated 3 times. Parameters measured were driploss test, the fat, water, protein and provitamin A content
in the drip, SEM (Scanning Electron Microscopy) analysis and organoleptic test. Data were analyzed using
analysis of variance (ANOVA). The results showed that treatment of non whip out spines and whip out
spines fish freezing and storage time gave a significant effect (P<0,05) on driploss; fat, moisture, protein,
provitamin A content in the drip; Morphological image test with SEM (Scanning Electron Microscopy)
and organoleptic value. Driploss frozen fish of non whip out spines damaged 2 times greater than whip out
spines, Value provitamin in the drip of non whip out spines frozen fish in the begunning of storage that was
185.28±9.85 µg/100g and in the endof storage was 257.23±17.00 µg/100g and organoleptic value of non
whip out spines was 7.91±0.90 and whip out spines 7.53±1.06 in the end of storage.

Keywords: Chanos chanos, drip, freeezing, low temperature

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 153


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al.

PENDAHULUAN dapat disebabkan oleh metode dan suhu


Ikan bandeng adalah jenis ikan air yang digunakan selama proses pembekuan.
payau yang mempunyai prospek cukup Morkore dan Lileholt (2007) melaporkan
baik untuk dikembangkan karena banyak fillet ikan kod yang dibekukan dengan suhu
digemari masyarakat. Ikan bandeng memiliki yang berbeda menunjukkan kerusakan yang
beberapa keunggulan dibandingkan berbeda pula.
dengan jenis ikan lainnya yaitu memiliki Bandeng mengandung provitamin A
rasa cukup enak, gurih, dan tidak mudah yang terlarut dalam lemak, selama proses dan
hancur jika dimasak, serta harganya penyimpanan beku diduga kandungan vitamin
terjangkau oleh segala lapisan masyarakat dapat mengalami penurunan. Dobreva et al.
(Purnomowati 2007). Ikan bandeng memiliki (2013) melaporkan terjadinya penurunan
keunggulan dari segi cita rasa yang spesifik kandungan vitamin larut lemak selama
namun mempunyai kelemahan banyak penyimpanan beku. Provitamin A merupakan
duri yang tersebar diseluruh bagian daging, vitamin yang dapat hilang bersama drip
sehingga biasa diolah menjadi ikan bandeng ikan beku yang perlu diuji karena termasuk
duri lunak. Tidak semua konsumen menyukai dalam vitamin yang larut lemak (A,D,E,K)
bandeng duri lunak, oleh sebab itu untuk dan sifatnya stabil selama penyimpanan suhu
memudahkan konsumsi menjadi berbagai dingin (refrigerasi). Struktur daging ikan
olahan, bandeng juga diproses menjadi dapat mengalami perubahan pada pembekuan
produk cabut duri. Pengolahan bandeng dan penyimpanan beku. Mikrostruktur
tanpa duri merupakan salah satu proses daging ikan dipengaruhi oleh faktor internal
diversifikasi produk olahan hasil perikanan dan eksternal misalnya ikatan silang kolagen,
yang sedang berkembang di masyarakat struktur protein, dan penyimpanan beku yang
untuk meningkatkan konsumsi ikan bandeng berkaitan dengan proses pembekuan dan
(Jayanti et al. 2012). pendinginan serta kombinasi keduanya atau
Kelemahan produk cabut duri yaitu teknik pengawetan lain seperti pengasinan
banyaknya produk yang mengalami kerusakan dan pengasapan (Cheng et al. 2014).
baik secara fisik maupun kimia, sehingga Kehilangan nutrisi produk beku
harus ditangani dengan cepat. Ikan bandeng selama penyimpanan dipengaruhi
cabut duri harus segera dibekukan untuk oleh beberapa hal antara lain spesies
menjaga kualitas produk. Aberoumand (2013) ikan, kondisi awal produk, kecepatan
berpendapat bahwa protein pada sampel pembekuan dan kondisi penyimpanan
ikan segar dapat mengalami penurunan (Dobreva et al. 2013). Pembekuan dan
selama masa rigor, sehingga perlu ditangani penyimpanan beku tiga spesies ikan berbeda
dengan cara dibekukan untuk menjaga dengan bentuk penanganan yang berbeda
kualitasnya. Prinsip pengawetan dengan (utuh, disiangi dan fillet) menunjukkan
suhu rendah adalah mengurangi dan atau kehilangan nutrisi yang berbeda pula
menjaga suhu, perubahan yang merugikan (Orak and Koyisoglu 2008).
pada bahan makanan dapat dihentikan Ikan bandeng non cabut duri dan cabut
atau dikurangi secara signifikan. Perubahan duri yang dibekukan diduga kehilangan
ini dapat bersifat mikrobiologis (yaitu nutrisi yang berbeda pula selama proses
pertumbuhan mikroorganisme), fisiologis penyimpanan dingin. Kehilangan nutrisi pada
(misalnya pematangan dan respirasi), produk beku dapat dilihat dari kandungan
biokimia (misalnya reaksi kecoklatan, nutrisi yang terlarut di dalam drip ikan beku
oksidasi lemak, dan degradasi pigmen), dan karena ikan beku biasa dimanfaatkan setelah
atau fisik (seperti kehilangan air/driploss) proses pelelehan. Penelitian ini bertujuan
(James dan James 2014). mengukur jumlah nutrisi yang hilang pada
Produk bahan makanan dapat ikan bandeng beku non cabut duri dan cabut
mengalami kerusakan selama proses dan duri dengan lama penyimpanan yang berbeda
penyimpanan beku. Kerusakan produk beku pada suhu rendah ditinjau dari driploss.

154 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

BAHAN DAN METODE Masing- masing setiap minggunya dilakukan


Bahan dan Alat monitoring suhu dan pengujian kualitas pada
Bahan baku yang digunakan pada minggu ke-0, ke-1, dan ke-2.
penelitian ini adalah ikan bandeng ukuran
180±3,08 g/ekor. Bahan kimia yang digunakan Prosedur Analisis
yaitu N-heksan (Merck), Na2SO4 (Merck), Pengujian Jumlah Driploss
akuades, HCL (Merck) 0,2 N, kit Bradford, Pengukuran driploss dilakukan
acetone, H2PO4 (Merck), ethanol, petroleum menggunakan prinsip Yau dan Huang (2001)
ether. Alat yang digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur berat sampel sebelum
ini yaitu Contact Plate Freezer SCF -1500, melakukan thawing (WB) dan setelah thawing
plastik polyethilen ukuran1 kg, refrigerator, (WA) yang ditimbang dengan menggunakan
pan aluminium ukuran 100 x 40 cm, pinset neraca analitik. Jumlah cairan yang keluar
ukuran 20 cm, centrifuge merk nesco 8x15 (driploss) diukur dengan menggunakan
RPM, mikroskop elektron perbesaran 750 rumus:
kali, 1.000 kali, 2.000 kali dan 3.500 kali,
spektrofotometer merk hitachi U-2810 Model
122-000001, oven merk Excelent, magnetic
stirer merk thermolyne. Kadar Lemak
Penentuan kadar lemak mengacu pada
Metode Penelitian AOAC (2005). Daging bandeng seberat
Prosedur Pengolahan Ikan Bandeng 2 gram (W1) disebar di atas kapas yang
Cabut Duri Beku beralaskan kertas saring dan digulung
Bahan baku ikan bandeng segar membentuk thimble. Sampel yang telah
(Chanos chanos Forsk) berasal dari tambak di dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak
Juwana, Pati. Bahan baku yang akan diproses yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2)
harus tergolong bahan baku yang kondisinya dan disambungkan dengan tabung Soxhlet.
masih segar dengan spesifikasi bermata Selongsong lemak dimasukkan ke dalam
jernih, insang segar dan tidak berbau tanah. ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram
Ikan bandeng dibelah berbentuk kupu-kupu dengan pelarut lemak (n-heksana), kemudian
(butterfly) kemudian disiangi serta dicabut dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak
durinya dengan menggunakan pinset. yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga
Pencabutan duri dilakukan dengan hati-hati semua pelarut lemak menguap. Pelarut akan
agar saat mencabut duri, daging tidak terbawa tertampung di ruang ekstraktor pada saat
sehingga dapat mengurangi berat ikan dan destilasi, dan dikeluarkan sehingga tidak
merusak tekstur daging ikan bandeng tersebut. kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu
Setelah ikan bandeng dicuci bersih kemudian lemak dikeringkan dalam oven pada suhu
ditimbang dan disusun didalam pan secara 105°C, setelah itu labu dimasukkan dalam
beraturan. Pan disusun dan ditata pada trolley desikator sampai beratnya konstan (W3).
sehingga mudah dimasukkan kedalam Contact Kadar lemak ditentukan dengan rumus:
Plate Freezer. Satu pan pembekuan dapat berisi
6 ekor ikan dengan posisi zig-zag. Pembekuan
dilakukan selama 4 jam menggunakan contact
plate freezer dengan suhu -35°C hingga -40°C Keterangan:
dan dapat digolongkan sebagai pembekuan W1 = Berat sampel (gram)
cepat. Produk yang telah dibekukan segera W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram)
diambil dari pan selanjutnya disimpan W3= Berat labu lemak dengan lemak (gram)
dalam refrigerator yang diatur pada suhu
2-5°C selama 2 minggu. Lama penyimpanan Kadar Air
diasumsikan bahwa agar segera dikonsumsi Penentuan kadar air mengacu pada
pada skala penyimpanan rumah tangga. AOAC (2005) didasarkan pada perbedaan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 155


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al.

berat contoh sebelum dan sesudah penghalusan, kemudian sampai ekstrak warna
dikeringkan. Cawan kosong yang akan caroten (kuning), yang terkandung dalam
digunakan dikeringkan dalam oven selama sampel sampai habis. Filtrat ditampung dalam
15 menit atau sampai didapat berat tetap, erlenmeyer, kemudian dimasukkan kedalam
kemudian didinginkan selama 30 menit dalam corong pemisah, ditambahkan akuades 50
desikator, setelah dingin beratnya ditimbang ml ke dalam corong pisah, dihomogenkan,
(W1). Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan didiamkan 5 menit maka akan terbentuk 2
dimasukkan kedalam cawan kemudian lapisan. Lapisan atas adalah fraksi caroten
dikeringkan dalam oven selama 6 jam pada dalam Petroleum ether, sedangkan lapisan
suhu 100°C sampai 102°C. Sampel Kemudian bawah adalah fraksi sisa aceton yang tidak
dikeringkan dalam desikator selama 30 menit bereaksi yang terlarut dalam air. Lapisan
dan setelah dingin ditimbang kembali (W2). bawah dibuang dan ditampung lapisan yang
Persentase kadar air (berat basah) dapat berada dibagian atas ke dalam erlenmeyer.
dihitung dengan rumus: Filtrat yang tertampung dimasukkan ke dalam
kromatografi dengan spesifikasi diameter =
1 cm; panjang = 25 cm. Kolom pada bagian
bawah diisi dengan glass wool 1 cm, kemudian
Keterangan:
di atasnya diisi dengan Al2O3 18 cm. Na2SO4
W1 = berat contoh awal (g)
anhidarat ditambah misalkan 2 cm, kemudian
W2 = berat contoh setelah dikeringkan (g)
lapisan atasnya lagi diisi dengan kapas 1 cm.
Aktivasi kolom kromatografi pada suhu
Kadar Protein
180°C selama 2 jam, Filtrat dimasukkan
Analisis ini didasarkan pada absorbansi
kekolom tersebut dan tetesannya yang keluar
maksimal dari larutan Commasie Brilliant
itu sebagai beta karoten ditampung dalam
Blue G-250 yang bergeser dari 465 nm ke 595
erlenmeyer kemudian kolom dicuci dengan
nm ketika senyawa mengikat protein mengacu
petroleum ether : acetone 10:1. Filtrat hasil
pada Bradford (1976). Pengukuran kadar
penampungan diencerkan sampai volume
protein dengan metode bradford terdiri dari
tertentu dengan petroleum ether kemudian
dua tahap yaitu. Tahap pertama pembuatan
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
larutan kit untuk analisis bradford (kit
450 nm. Data yang diperoleh dicatat sebagai
bradford), yakni dengan cara mencampurkan
nilai provitamin A untuk selanjutnya dibuat
10 mg Commasie Brilliant Blue dilarutkan
kurva standartnya.
kedalam 50 mL ethanol selanjutnya, larutan
yang sudah diperoleh kedalam 100 ml H2PO4
Pengujian Struktur Daging Ikan dengan
(asam fosfat). Larutan terakhir ini kemudian
SEM (Scanning Electron Microscop)
dicampurkan dengan aquades perbandingan
Penggunaan SEM dilakukan mengacu
1:2 untuk menghasilkan kit kerja Bradford.
pada Lin et al. (2002) dengan merekatkan
Tahap kedua adalah mencampurkan sampel
sampel dengan lempeng yang terbuat dari
sebanyak 100 µL dengan 3 mL Kit Bradford.
logam spesimen bahan palladium. Sampel
Sampel dibiarkan sekitar 2 menit, selisih
dibersihkan dengan alat peniup, sampel
absorbansi dibaca pada spektrofotometer
dilapisi dengan emas dan palladium dalam
dengan panjang gelombang 465 nm.
mesin dionspater yang bertekanan 1.492x10-2
atm. Sampel selanjutnya dimasukkan kedalam
Pengujian Provitamin A
ruangan yang khusus dan kemudian disinari
Pengujian provitamin A mengacu pada
dengan pancaran elektron bertenaga 10 kV
metode Octaviani et al. (2014). Sampel 5 gram
sehingga sampel mengeluarkan elektron
dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian
sekunder dan elektron terpental yang dapat di
setelah halus dimasukkan didalam lumpang
deteksi dan detector scientor yang kemudian
porcelen dengan menambahkan Petroleum
diperkuat dengan suatu rangkaian listrik
Ether:Acetone (1:1). Penambahan pasir murni
yang menyebabkan timbulnya gambar CRT
bebas caroten guna membantu memudahkan
(Chatode Ray Tube). Pemotretan dilakukan

156 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

setelah memilih bagian tertentu dari objek demikian halnya pada ikan bandeng cabut
(sampel) dan perbesaran yang diinginkan duri yang mengalami kenaikan drip selama
sehingga diperoleh foto yang baik dan jelas. penyimpanan 2 minggu.
Interaksi antara perlakuan dengan
Pengujian Organoleptik lama penyimpanan terhadap nilai driploss
Pengujian organoleptik ikan beku menunjukkan bahwa antara faktor cabut
mengacu pada BSN (2014) SNI 4110:2014 duri dengan lama waktu penyimpanan saling
tentang ikan beku. Pengujian organoleptik mempengaruhi satu sama lain terhadap
meliputi kenampakan, pengeringan, nilai driploss ikan bandeng. Perlakuan
diskolorasi, kenampakan setelah pelelehan, cabut duri yang dilakukan merupakan
bau, daging dan tekstur dilaksanakan dengan kerusakan fisik yang menyebabkan jaringan
menggunakan scoresheet organoleptik ikan pada daging ikan bandeng menjadi lebih
beku, Skala yang digunakan terdiri dari tujuh longgar sehingga nilai driploss lebih besar
skala. dibanding bandeng non cabut duri. Gang
(2014) menunjukkan fillet ikan saithe yang
Analisa Data disimpan pada suhu rendah (2°C) mengalami
Analisa data yang dilakukan dalam driplos 5-6% setelah penyimpanan 14 hari (2
penelitian ini menggunakan program SPSS minggu) pada suhu rendah, kenaikan driploss
16 dengan taraf uji 95%. Kemudian dilakukan selama penyimpanan dingin kemungkinan
uji normalitas dan homogenitas, apabila data disebabkan oleh menurunnya kekuatan ikatan
tersebut sebarannya normal dan homogen, air dengan komponen lain yang terdapat pada
data tersebut dapat dianalisis dengan analysis daging.
of varians (ANOVA). Apabila analisis ragam
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Kadar Lemak Pada Drip Ikan Bandeng
uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk mengetahui (Chanos chanos Forsk)
perbedaan (Steel and Torrie 1991). Parameter Kadar lemak drip ikan bandeng beku non
yang dilakukan analisis data meliputi driploss cabut duri dan cabut duri selama penyimpanan
dengan metode thawing, analisis proksimat beku disajikan pada Tabel 2. Kadar lemak
(kadar lemak, air, protein) dan kadar drip Ikan bandeng beku non cabut duri dan
provitamin A. cabut duri selama penyimpanan dingin
mengalami peningkatan dan menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN perbedaan nyata (p<0,05). Kadar lemak pada
Driploss Ikan Bandeng Beku drip bandeng beku non cabut duri mengalami
Nilai driploss ikan bandeng non dan kenaikan 1,79% hingga penyimpanan 2
cabut duri disajikan pada Tabel 1. Nilai driplos minggu, sedangkan ikan bandeng cabut duri
ikan bandeng non cabut duri lebih rendah mengalami kenaikan 2,38%. Kenaikan kadar
dibanding ikan cabut duri setelah dua minggu lemak pada drip ikan bandeng menunjukkan
penyimpanan. Selama penyimpanan suhu sebagian lemak pada daging ikan bandeng
rendah selama 2 minggu tidak ada perbedaan beku hilang ketika produk dilelehkan, namun
dripploss pada ikan non cabut duri, tidak bandeng beku non cabut duri menunjukkan

Tabel 1 Driploss ikan bandeng beku


Lama Penyimpanan Proses penanganan
(minggu) Non Cabut Duri (%) Cabut Duri (%)
0 5,08±0,04 a
5,56±0,30a
1 5,15±0,30a 6,27±0,17b
2 5,43±0,20a 6,86±0,17b
Keterangan: Data merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan ± standar deviasi.
Data yang diikuti dengan tanda huruf kecil yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 157


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al.

Tabel 2 Nilai rata-rata kadar lemak drip ikan bandeng selama penyimpanan
Lama Penyimpanan Proses penanganan
(minggu) Non Cabut Duri (%) Cabut Duri (%)
0 10,05%± 0,77 a
15,32%± 0,39d
1 11,11%± 0,08b 17,60%± 0,30e
2 11,84%± 1,65c 17,70%± 2,12f
Keterangan: Data merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan ± standar deviasi.
Data yang diikuti dengan tanda huruf kecil yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

kehilangan lemak yang jauh lebih rendah oksidasi lemak merupakan peristiwa yang
dibandingkan ikan bandeng cabut duri. sangat kompleks dan penting mengancam
Kadar lemak pada drip ikan bandeng kualitas makanan terutama bahan makanan
cabut duri cenderung selama 2 minggu yang mengandung lemak tak jenuh tinggi.
penyimpanan dingin mengalami kenaikan Ikan merupakan sumber utama asam lemak
sekitar 1,5 lebih besar dari ikan bandeng non tak jenuh yang sangat rentan terhadap proses
cabut duri. Hasil ini menunjukkan bahwa degradasi seperti oksidasi. Rodriquez et al.
penurunan nutrisi nilai lemak ikan bandeng (2009) menyatakan bahwa untuk semua jenis
non cabut duri lebih rendah dibandingkan sampel ikan, hidrolisis lemak dan oksidasi
bandeng cabut duri. Penurunan kadar dapat digambarkan menurut evolusi indeks
lemak bandeng cabut duri dimungkinkan kualitas yang berbeda terkait kerusakan
terjadinya oksidasi lemak selama proses cabut dan disimpulkan bahwa enzim endogenous
duri karena adanya reaksi oksigen dengan (hidrolitik dan oksidatif) masih aktif dibawah
asam lemak tidak jenuh yang terdapat pada kondisi penyimpanan.
daging ikan. Selama proses penyimpanan
drip pada bandeng cabut duri dan non cabut Kadar Air pada Drip Ikan Bandeng
duri meningkat, hal tersebut menunjukkan Hasil uji kadar air pada drip ikan bandeng
terjadinya penurunan kadar lemak pada daging disajikan pada Tabel 3. Kadar air yang hilang
cabut duri beku selama proses penyimpanan atau keluar dari bandeng cabut duri lebih besar
dingin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daripada non cabut duri selama penyimpanan
selama proses penyimpanan dingin dan beku 2 minggu. Data tersebut menunjukkan bahwa
kadar lemak mengalami penurunan sebagai pada bandeng non cabut duri hingga minggu
akibat oksidasi lemak (Arannilewa et al. 2005; ke-2 mengalami kenaikan sebesar 1,93%,
Aberoumand 2013; Foruzani et al. 2015). sedangkan bandeng cabut duri pada minggu
Kadar lemak turun selama proses ke-2 mengalami kenaikan sebesar 2,81%.
dan penyimpanan beku karena hilangnya Perbedaan nilai kadar air tersebut
fraksi trigliserida yang disebabkan disebabkan penyimpanan pada bahan pangan
oleh oksidasi lemak (Mazrouh 2015). dengan lama penyimpanan yang berbeda
Secci and Giuliana (2016) menyatakan dapat mempengaruhi karakteristik dari bahan

Tabel 3 Nilai rata-rata kadar air pada drip ikan bandeng selama penyimpanan
Lama Penyimpanan Proses penanganan
(minggu) Non Cabut Duri (%) Cabut Duri (%)
0 91,10%± 0,87 a
94,41%±0,39a
1 91,93%±0,62b 96,70%±0,93b
2 93,03%±0,81ab 97,22%±0,46b
Keterangan: Data merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan ± standar deviasi.
Data yang diikuti dengan tanda huruf kecil yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

158 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

pangan tersebut. Uju (2006) menyatakan Kadar protein pada drip bandeng non
bahwa peningkatan kadar air ini diduga cabut duri lebih rendah dibanding bandeng
karena proses denaturasi protein daging cabut duri. Hal tersebut menunjukkan
ikan yang dapat membebaskan air selama hilangnya protein pada bandeng non cabut
penyimpanan beku, selain itu aktivitas bakteri duri lebih rendah dibandeng cabut duri
dalam menguraikan komponen daging juga karena perlakuan cabut duri menyebabkan
dapat membebaskan air. protein daging ikan menjadi lebih mudah
Perbedaan laju penurunan kadar air terdenaturasi. Kadar protein drip ikan bandeng
antara bandeng cabut duri dan non cabut baik non cabut duri maupun cabut duri
duri selama proses penyimpanan disebabkan mengalami peningkatan selama penyimpanan
karena perlakuan cabut duri pada bandeng yang menunjukkan turunnya protein produk
menyebabkan struktur daging menjadi lebih selama penyimpanan dingin. Penurunan
longgar sehingga air bebas mudah keluar dari kadar protein selama penyimpanan terjadi
jaringan. Nilai kadar air pada drip ini sinergis karena denaturasi protein yang terjadi
dengan jumlah driploss yang menunjukkan selama proses pembekuan dan penyimpanan.
ikan bandeng non cabut duri memiliki driplos Akhtar et al. (2013) menjelaskan bahwa
lebih rendah dibanding bandeng cabut duri denaturasi protein dapat terjadi selama proses
sehingga kadar airnya pun lebih rendah. pembekuan sebagai akibat meningkatnya
Driploss dan kadar air yang meningkat kekuatan ionic pada jaringan intraseluler yang
menunjukkan terjadinya kehilangan air diikuti migrasi air ke jaringan ekstraseluler.
pada produk selama penyimpanan. Air Kadar protein drip pada ikan bandeng non
yang hilang terjadi selama pembekuan cabut duri dan cabut duri selama penyimpanan
dan pelehan kemungkinan disebabkan dingin mengalami peningkatan, hal tersebut
penurunan kapasitas mengikat air setelah menunjukkan selama penyimpanan terjadi
proses pelelehan yang disebabkan denaturasi penurunan kadar protein. Penurunan
dan agregasi protein khususnya myosin kadar protein pada produk beku selama
(Foruzani et al. 2015). penyimpanan disebabkan denaturasi protein
(Arannilewa et al. 2005; Aberoumand
Kadar Protein pada Drip Ikan Bandeng 2013; Zakhariya 2014; Foruzani et al. 2015;
Kadar protein pada drip bandeng non Mazrouh 2015).
cabut duri dan cabut duri beku selama Ophart et al. (2003) menyatakan bahwa
penyimpanan dingin disajikan pada ikatan peptida protein tidak seluruhnya dapat
Tabel 4. Analisis ragam menunjukkan terputus akibat denaturasi, karena struktur
perlakuan non cabut duri dan cabut duri primer protein tetap sama setelah proses
selama penyimpanan ingin berpengaruh denaturasi. Struktur protein terdapat empat
nyata terhadap kadar protein drip (p<0,05). jenis interaksi yang membentuk ikatan pada
Kadar protein drip bandeng non cabut duri rantai samping seperti; ikatan hidrogen,
berbeda nyata dengan bandeng cabut duri rantai garam, ikatan disulfida dan interaksi
selama penyimpanan dingin. hidrofobik non polar, yang kemungkinan

Tabel 4 Nilai rata-rata kadar protein kuantitatif pada drip ikan bandeng
selama penyimpanan
Lama Penyimpanan Proses penanganan
(minggu) Non Cabut Duri (%) Cabut Duri (%)
0 25,11%± 1,25a
30,01%±0,23c
1 27,78%±0,14b 29,10%±0,79c
2 29,10%±1,76c 35,04%±0,15d
Keterangan: Data merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan ± standar deviasi.
Data yang diikuti dengan tanda huruf kecil yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 159


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al.

mengalami gangguan. Denaturasi yang minggu ke-0 hingga minggu ke-2, namun
umum ditemui adalah proses presipitasi dan demikian pada drip bandeng non cabut duri
koagulasi protein. Protein yang terdenaturasi menunjukkan kenaikan provitamin A yang
akan berkurang kelarutannya. Lapisan lebih rendah. Kenaikan provitamin A pada
molekul bagian dalam yang bersifat hidrofobik drip ikan bandeng non cabut duri sebesar
akan keluar sedangkan bagian hidrofilik akan 31,5% sedangkan cabut duri 39% selama
terlipat kedalam. Pelipatan atau pembalikkan proses penyimpanan.
akan terjadi bila protein mendekati pH Perlakuan non cabut duri menunjukkan
isoelektris lalu protein akan menggumpal kandungan provitamin A pada drip jauh
dan mengendap. Viskositas akan bertambah lebih rendah dibanding bandeng cabut duri.
karena molekul mengembang menjadi Hal tersebut menunjukkan kadar provitamin
asimetrik. Sudut putaran optis larutan protein A yang hilang pada bandeng non cabut duri
juga akan meningkat. karena proses pembekuan dan penyimpanan
Winarno (2004) menyatakan bahwa beku lebih rendah dibandingkan bandeng
Reaksi denaturasi terjadi pemutusan ikatan cabut duri. Perbedaan nilai provitamin A
hidrogen, interaksi hidrofobik dan ikatan tersebut berhubungan pula dengan kadar
garam hingga molekul protein tidak punya lemak pada drip ikan bandeng non cabut
lipatan lagi. Pengembangan molekul protein duri dan cabut duri karena provitamin A
yang terdenaturasi akan membuka gugus larut lemak. Kadar lemak pada drip ikan
reaktif yang ada pada rantai polipeptida, bandeng non cabut duri beku lebih rendah
selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali dibanding bandeng cabut duri demikian
pada gugus reaktif yang sama atau berdekatan. pula provitamin A lebih rendah pada drip
Hal yang terjadi jika ikatan yang terbentuk bandeng non cabut duri. Gebczynski and
cukup banyak sehingga protein tidak lagi Lisiewska (2006) melaporkan betacaroten
terdispersi sebagai suatu koloid, maka protein (pro vitamin A) pada brokoli menurun
akan mengalami koagulasi. Apabila ikatan- setelah proses dan penyimpanan beku dari
ikatan antara gugus-gugus reaktif protein 1.130 µg/100g menjadi 920 µg/100g setelah
tersebut menahan seluruh cairan, akan dibekukan dan menjadi 870 µg/100g setelah
terbentuklah gel, serta bila cairan terpisah dari disimpan beku 4 bulan. Debrova et al.
protein yang terkoagulasi itu, maka protein (2013) menunjukkan vitamin A filet ikan
akan mengendap. ranbow trout menurun dari 60 µg/100g
di awal penyimpanan menjadi 20 µg/100g
Kadar Provitamin A pada Drip Ikan di akhir penyimpanan. Penurunan kadar
Bandeng vitamin A kemungkinan disebabkan jumlah
Hasil uji provitamin A tersaji pada hidroperoksida yang tinggi pada jaringan
Tabel 5. Nilai provitamin A pada drip ikan daging beku yang jumlahnya stabil pada
bandeng cabut duri maupun non cabut temperature rendah dan mengoksidasi
duri mengalami peningkatan dari awal vitamin (Debrova et al. (2003).

Tabel 5 Nilai rata-rata kadar provitamin A pada drip ikan bandeng selama
penyimpanan
Lama Penyimpanan Proses penanganan
(minggu) Non Cabut Duri (%) Cabut Duri (%)
0 95,95 µg/100g ±7,41a
185,28 µg/100g ±9,85a
1 108,99 µg/100g ±12,21a 224,66 µg/100g ±23,23b
2 126,18 µg/100g ±5,56a 257,23 µg/100g ±17,00b
Keterangan: Data merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan ± standar deviasi. Data yang
diikuti dengan tanda huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang nyata (p<0,05)

160 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

(a) (b)
Gambar 1 Potongan melintang daging Ikan Bandeng Non Cabut Duri (a) dan Cabut Duri (b)
dengan Scanning Electron Microscopy perbesaran 3500x

Struktur Daging Ikan Bandeng Cabut Organoleptik Ikan Bandeng Beku


Duri dan Non Cabut Duri Beku dengan Penyimpanan Suhu Rendah
SEM (Scanning Electron Microscopy) Kenampakan lapisan pada ikan bandeng
Daging ikan bandeng non dan cabut non cabut lebih merata dibandingkan
duri yang dibekukan menggunakan contact dengan ikan bandeng cabut duri, sehingga
plate freezer dipotong melintang dan dilihat nilainya lebih tinggi. Spesifikasi daging ikan
struktur jaringannya pada akhir penyimpanan bandeng non cabut duri beku memiliki nilai
dengan Scanning Electron Microscopy. organoleptik yang lebih tinggi dibandingkan
Gambar 1 menunjukkan struktur melintang dengan ikan bandeng cabut duri beku.
daging bandeng non cabut duri(a) dan cabut Penyimpanan suhu 2-5°C mengakibatkan
duri (b) setelah penyimpanan 2 minggu daging mengalami penurunan kualitas, namun
dengan menggunakan SEM. Struktur daging jumlahnya kecil karena setelah pelelehan ikan
ikan bandeng non cabut duri nampak lebih segera ditangani dengan baik. Penanganan
padat dan kompak dibandingkan ikan yang baik bertujuan agar tidak terjadi
bandeng cabut duri. Perlakuan cabut duri kehilangan nutrisi yang semakin meningkat
menyebabkan struktur daging lebih longgar karena adanya proses oksidatif, proteolitik,
sehingga struktur daging menjadi kurang hidrolisis, dan aktivitas mikroba yang bisa
padat dan kompak. terjadi dengan masa penyimpanan selama
Akhir penyimpanan menunjukkan 2 minggu dalam refrigerator. Widati (2008)
struktur daging ikan cabut duri mengalami menyatakan bahwa penggunaan temperatur
banyak kerusakan dibandingkan bandeng non pembekuan dapat mepertahankan kualitas
cabut duri karena ketika jaringan dilelehkan daging, hal tersebut dikarenakan proses
ruang antara ekstraseluler menjadi lebih lebar. enzimatis, proteolitik, hidrolisis, oksidatif dan
Daging ikan dapat mengalami degradasi aktivitas mikroba sudah terhambat.
jaringan ikat per seluler selama penyimpanan
beku (Sharifian et al. 2011). Peneliti lain KESIMPULAN
Roy et al. (2012) yang mengukur perubahan Perlakuan awal sebelum proses
struktur dan ultrastruktur menemukan pembekuan berpengaruh nyata terhadap
bahwa irisan otot tuna selama penyimpanan kehilangan nutrisi ikan bandeng beku dilihat
dingin mengindikasikan bahwa perubahan dari kandungan nutrisi pada drip. Perlakuan
struktur pada irisan otot ikan disebabkan bandeng non cabut duri dan cabut duri
oleh hilangnya sifat adhesi pada myofiber, selama penyimpanan dingin berpengaruh
pelepasan sarcolemma, peningkatan ruang nyata terhadap driploss, kadar protein,
intermyofibrillar, dan penyesuaian susunan lemak, air, provitamin A, mikrostruktur
heksagonal tebal dibandingkan dengan dan organoleptik. Ikan bandeng cabut duri
myofilamen kontraktil tipis pada myofibril. mengalami lebih banyak kehilangan nutrisi

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 161


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al.

(protein, lemak, provitamin A) dibandingkan Scripta Scientifica Medica. 45(3): 23-26.


non cabut duri selama penyimpanan dingin. Foruzani S, Maghsoudloo T, Noorbakhsh
Mikrostruktur daging non cabut duri lebih HZ. 2015. The effect of freezing at the
kompak dan padat dibandingkan dengan temperature of -18°C on chemical
bandeng cabut duri setelah penyimpanan 2 compositions of the body of Lutjanus
minggu. johnii. Aquaculture, Aquarium,
Conservation and Legislation Bioflux.
UCAPAN TERIMAKASIH 8(3): 431-437.
Penulis menyampaikan terimakasih Gebczynski P, Lisiewska Z. 2006. Comparison
kepada PT. Dua Putra Utama Makmur,Tbk of the level of selected antioxidative compo
Pati lokasi berlangsungnya pembuatan sampel brocolli produced using tradisional and
penelitian. modified. Innovative Food Science and
Emerging Technologies. 7: 239-245.
DAFTAR PUSTAKA James SJ, James C. 2014. Chilling and Freezing
[AOAC] Association of Official. Analytical of Foods in Food Processing: Principles
Chemists, 2005. Official Methods of and Applications, Second Edition.
Analysis. Washington: Benjamin Franklin Editor: Stephanie Clark, Stephanie Jung,
Station. Buddhi Lamsal. John Wiley & Sons, Ltd.
Aberoumand A. 2013. Impact of freezing Published pp: 79-105.
on nutritional composition of some Jayanti S, Ilza M, Desmelati. 2012. Pengaruh
less known selected fresh fishes in Iran. penggunaan minuman berkarbonasi
International Food Research Journal. untuk menghambat kemunduran mutu
20(1): 347-350. ikan gurami (Osphronemus gouramy)
Akhtar S, Muhammad Issa Khan and Farrukh pada suhu kamar. Jurnal Perikanan dan
Faiz. 2013. Effect of Thawing on Frozen Ilmu Kelautan. 1(2): 71-87.
Meat Quality: A comprehensive Review. Lin S, Huff HF, Hsieh F. 2002. Extruction
Pakistan Journal of Food Sciences. 23(4): process parameter, sensory characteristics
198-211. and structural properties of a Hight
Arannilewa ST, Salawu SO, Sorungbe AA, moisture soy protein meat analog. Journal
Ola-Salawu BB. 2005. Effect of frozen of Food Science. 67(3): 1066-1072.
period on the chemical, microbiological Mazrouh MM. 2015. Effects of freezing
and sensory quality of frozen tilapia fish storage on the biochemical composition
(Sarotherodun galiaenus). African Journal in muscles of Saurida undosquamis
of Biotechnology. 4(8): 852-855. (Richardson 1848) comparing with
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2014. SNI imported frozen. International Journal of
4110:2014 Tentang Ikan Beku. Jakarta Fisheries and Aquatic Studies. 3(2): 295-
(ID): Badan Standarisasi Nasional Jakarta. 299.
Bradford MMA. 1976. Rapid and sensitive for Morkore T and Lilleholt R. 2007. Impact of
the quantitation of microgram quantities freezing temperature on quality of farmed
of protein utilizing the principle Atlantic cod (Gadus morhua). Journal of
of protein- dye binding. Anlytical Texture Study. 38(4): 457-472.
Biochemistry. 72(1): 248-254. Gang M. 2014. Changes in the quality and
Cheng JH, Sun DW, Han Z, Zeng XA. 2014. yield of fish fillets due to temperature
Texture and Structure Measurements fluctuations during processing. United
and Analyses for Evaluation of Fish Nations University Fisheries Training
and Fillet Freshness Quality: A Review. Programme, Iceland [final project].
Comprehensive Reviews in Food Science Octaviani T, Any G, Susanti H. 2014. Penetapan
and Food Safety. 13(1): 52–61 Kadar β-Karoten Pada Beberapa Jenis
Dobreva DA, Merdzhanova A, Stancheva Cabe (Genus Capsium) Dengan Metode
M. 2013. Effect of frozen storage on fat Spektrofotometri Tampak. Jurnal
soluble vitamins content in fish fillets. Pharmaciana. 4(2): 101-109

162 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Perbedaan Jumlah Nutrisi yang Hilang pada Bandeng, Kusuma et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Ophart CE. 2003. Virtual Chembook. Illinois Secci, Giulia, Giuliana P. 2016. From farm
Chicago USA: Elmhurst College. to fork: lipid oxidation in fish product.
Orak HH, Kayısoglu S. 2008. Quality changes Italian Journal of Animal Science. 15(1):
in whole, gutted and filleted three fish 124-135.
species (Gadus euxinus, Mugil cephalus, Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan
Engraulis encrasicholus) At frozen storage Prosedur Statistika. Sumantri B,
period (–26°C). Acta Scientiarum penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia
Polonorum. Technologia Alimentaria. Pustaka Utama. Terjemahan dari:
7(3): 15-28. Principles and Procedures of Statistics.
Purnomowati I, Hidayati D, Saparinto C. 2007. Uju. 2006. Pengaruh penyimpanan beku
Ragam Olahan Bandeng. Yogyakarta surimi terhadap mutu bakso ikan jangilus
(ID): Kanisius. (Istiophorus sp). Buletin Teknologi Hasil
Rodriquez A, Trigo M, Perez R, Cruz JM, Perikanan. 9(2): 200-205.
Paseiro P, Aubourg SP. 2009. Lipid Widati AS. 2008. Pengaruh lama pelayuan,
oxidation inhibition in frozen farmed temperatur pembekuan dan bahan
salmon (Oncorhynchus kistch): Effect of pengemas terhadap kualitas kimia daging
Packaging. Jornal Food Science. 2(1). sapi beku. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Roy BC, Ando M, Itoh T, Tsukamasa Y. 2012. Ternak. 3(2): 39-49.
Structural and ultrastructural changes of Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
full-cycle cultured Pacific bluefin tuna Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka.
(Thunnus orientalis) muscle slices during Zakhariya SY. 2014. Effects of pre and post
chilled storage. Journal of the Science Food freezing treatments on barramundi
and Agriculture. 92(8): 1755–64. (Lates calcarifer, Bloch) fillet quality.
Sharifian S, Alizadeh E, Mortazavi MS, Thesis for the Degree of Doctor of
Shahriari Moghadam M. 2011. Philosophy. Department of Agriculture
Effects of refrigerated storage on the and Environment School of Science
microstructure and quality of grouper Curtin University.
(Epinephelus coioides) fillets. Journal of
Food Science and Technology. 51(5): 929–
935.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 163

Anda mungkin juga menyukai