Ave Sonia Rahman
Ave Sonia Rahman
Skripsi
Oleh:
Ave Sonia Rahman
NIM. M0406021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Oleh
Ave Sonia Rahman
M 0406021
Tanda Tangan
Pembimbing I : Tjahjadi Purwoko, M.Si
NIP. 197011302000031002 ...................
Mengetahui
Ketua Jurusan Biologi
ii
PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh :
Ave Sonia Rahman
M 0406021
Surakarta, ……………
Penguji I Penguji II
Mengesahkan
Dekan Mengetahui
FMIPA UNS Ketua Jurusan Biologi
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari dapat
ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan yang telah diperoleh
dapat ditinjau dan/atau dicabut.
iv
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL
BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linnaeus)
DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS DAGING SAPI
ABSTRAK
v
THE INFLUENCE OF ETHANOL EXTRACTS CONCENTRATION OF
MENGKUDU FRUIT (Morinda citrifolia Linnaeus)
AND STORAGE TIME TOWARD BEEF QUALITY
ABSTRACT
vi
MOTTO
Mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan
(H.R. Buchori Muslim)
Hidup bahagia adalah dimana kita bisa membagi kebahagiaan itu dengan orang di sekitar kita
(Savique)
Jangan selalu katakan apa yang kau ketahui tapi selalu ketahui apa yang kau katakan
(Claudius)
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua
kesalahan itu sendiri.
(Martin Vanbee)
vii
PERSEMBAHAN
Allah SWT yang menjadikan aku lebih sabar, lebih semangat menjalani hidup dan selalu yakin
bahwa Allah selalu memberiku yang terbaik.
Ayah dan Ibuku yang selalu mendukungku dengan doa-doa terbaiknya, mudah-mudahan aku
bisa memberi yang terbaik untuk kalian
Kakakku Ave Olivia Rahman,dan Sabat-sahabatku Veneranda Sonya Ayu, Yashinta Novitasari ,
Fajar Kusuma Dewi dan Galih Septia Amiati yang senantiasa memberiku semangat.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga penulis telah menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia
Linnaeus) Dan Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Daging Sapi”. Penyusunan
skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1)
pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ,Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis
mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang
sangat bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada:
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc. Ph.D., selaku dekan FMIPA Universitas Sebelas
Maret Surakarta atas ijin penelitian untuk keperluan skripsi.
Dra. Endang Anggarwulan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ijin penelitian untuk keperluan skripsi.
Tjahjadi Purwoko, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta dukungan selama penelitian hingga selesainya
penyusunan skripsi.
Estu Retnaningtyas N.,STP., M.Si., selaku pembimbing akademik dan dosen
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama
penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi.
Elisa Herawati S.Si, M. Eng., selaku dosen penelaah I yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi.
Dr. Sugiyarto M.Si., selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi.
Seluruh dosen, karyawan, staf Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA dan staf
Sub-Laboratorium Biologi Pusat yang telah memberikan dukungan dan bantuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Demikian semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan kontribusi dalam
perkembangan IPTEK, terutama dalam perkembangan penelitian mengenai eksplorasi
dan penemuan senyawa bioaktif dari bahan alam sebagai antibakteri yang dapat
digunakan sebagai pengawet alami bahan pangan.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………........ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………. iv
ABSTRAK…………………………………………………………...…… v
ABSTRACT………………………………………………………………. vi
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xiv
DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………... 1
A. Latar Belakang………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………...…… 3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 3
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 4
BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………………. 5
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………. 5
1. Uraian Mengkdu (Morinda citrifolia)…………………......... 5
a. Klasifikasi……………………………………………....... 5
b. Nama Daerah…………………………………………...... 5
c. Habitus Mengkudu……………………………………...... 6
d. Kandungan Kimiawi Mengkudu……………..................... 7
e. Senyawa Antibakteri pada Mengkudu................................ 7
2. Daging sapi……..................................................................... 8
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Daging.............. 9
a. Kadar Air Daging................................................................ 9
x
b. pH Daging........................................................................... 10
c. Suhu Daging........................................................................ 11
4. Kerusakan pada Daging Sapi.................................................. 12
5. Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri....................................... 16
B. Kerangka Pemikiran…………………………………………… 17
C. Hipotesis……………………………………………………….. 20
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………. 20
A. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………. 21
B. Alat Penelitian..……………………………………………...... 21
1. Alat untuk ekstraksi……………….................................... 21
2. Alat untuk pembuatan seri konsentrasi............................... 21
3. Alat untuk uji invivo…....................................................... 21
4. Alat untuk uji ALT............................................................. 21
5. Alat untuk uji kadar air, pH dan suhu daging..................... 21
C. Bahan Penelitian..…………………………………………...... 22
1. Bahan utama………………............................................... 22
2. Bahan untuk ekstraksi dan pembuatan seri konsentrasi...... 22
3. Bahan untuk uji invivo….................................................... 22
4. Bahan untuk uji ALT.......................................................... 22
5. Bahan untuk uji kadar air, pH dan suhu daging.................. 22
D. Cara Kerja…….……………………………………………….. 22
1. Penyiapan sampel……………………………………............ 22
2. Ekstraksi dan pembuatan seri konsentrasi............................... 23
3. Uji invivo pada daging............................................................ 23
4. Uji ALT daging…………………………............................... 24
5. Uji kadar air, pH, dan suhu daging......................................... 24
E. Rancangan Penelitian………………………………………….. 25
F. Analisis Data…………………………………………………... 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 26
A. Tahap preparasi dan pengujian awal…………………………... 27
B. Hasil Uji ALT daging sapi…………………………………….. 27
xi
C. Hasil uji faktor yang mempengaruhi kualitas daging sapi.......... 35
1. Kadar air daging.................................................................... 35
2. pH daging.............................................................................. 37
3. Suhu daging........................................................................... 39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 41
A. Kesimpulan……………………………………………………. 41
B. Saran…………………………………………………………… 41
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 42
RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………………………………… 63
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Habitus Mengkudu (Morinda citrofolia Linnaeus.)........ 6
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil perhitungan jumlah bakteri dengan metode ALT…….. 46
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Kepanjangan
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya
protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh. Usaha
pada suhu kamar dalam jangka waktu yang lama dan tanpa penutupan,
dan ikan agar tidak mudah busuk. Formalin dilarang digunakan sebagai
xvi
pengawet makanan karena memiliki efek buruk bagi kesehatan yaitu dapat
B. Perumusan Masalah
xvii
1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu
daging sapi ?
C. Tujuan Penelitian
daging sapi.
D. Manfaat Penelitian
xviii
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang adanya
BAB II
LANDASAN TEORI
xix
A. Tinjauan Pustaka
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Gentianales
Family : Rubiaceae
Genus : Morinda
b. Nama Daerah
(Djauhariya, 2003).
c. Habitus Mengkudu
Tinggi pohon mengkudu berkisar 4-6 meter, kulit batang cokelat keabu-
membentuk elips,ujung runcing dengan tepi rata mempunyai warna hijau tua
xx
mengkilap. Kedudukan daun bertipe silang berhadapan dan bertangkai daun.
putih, dan berambut di bagian dalamnya. Benang sari berjumlah 5, tumbuh jadi
satu dengan mahkota tinggi, tangkai sari berambut wol (van Steenis, 1997).
kekuningan. Buah dengan tangkai buah yang panjangnya 3-5 cm. Buah bongkol
berbenjol-benjol tidak teratur, jika masak berdaging dan berair, kuning kotor atau
xxi
Palu et al., 2008; Djauhariya, 2003), dan zat antidiabetes (Adnyana et al., 2004).
Salah satu zat aktif yang paling utama adalah antrakuinon dan skopoletin
yang yang terdapat dalam akar; flavonoid dan asam glukoronat pada buah
(Djauhariya, 2003).
Zat alkaloid dalam buah mengkudu merupakan zat dasar organik yang
berguna untuk menghasilkan xeronin, yaitu aktivator enzim dan pengatur sintesis
proxeronin, yaitu sejenis asam alkaloid yang tidak mengandung gula, asam
amino dan asam nukleat. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan
terhambat atau kematian bakteri akibat suatu zat antibakteri dapat disebabkan
2. Daging sapi
Daging merupakan otot hewan yang tersusun dari serat-serat yang sangat
Muchtadi et al. dalam Soputan (2004) menyatakan bahwa jaringan otot, jaringan
lemak, jaringan ikat, tulang dan tulang rawan merupakan komponen fisik utama
mineral. Komposisi kimia daging terdiri dari air 75%, protein 18,5%, lemak 3%,
daging ada dua macam, yaitu faktor intrinsik termasuk nilai nutrisi daging, kadar
kelembaban relatif, ada tidaknya oksigen dan kondisi daging (Fardiaz, 1992).
komponen. Air dapat ditemukan dalam 2 bentuk yaitu air bebas dan air
terikat. Air bebas terletak dibagian luar sehingga mudah hilang apabila terjadi
penguapan dan pengeringan, sedangkan air terikat adalah air yang sulit
dilepaskan karena terikat kuat pada rantai protein (Purnomo, 1995). Sesuai
xxiii
dengan pernyataan Muljanah dalam Wulandari et al. (2005) bahwa kadar air
merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya tahan suatu
bahan pangan. Makin rendah kadar air, maka makin lambat pertumbuhan
bakteri sehingga bahan pangan dapat tahan lama untuk disimpan. Sebaliknya
Berdasarkan hasil penelitian (Yanti et al., 2008), penurunan kadar air daging
koloni bakteri pada daging. Hasil metabolisme bakteri antara lain adalah air
daging. Semakin tinggi total koloni bakteri pada daging maka semakin tinggi
menyatakan bahwa semakin sedikit bakteri yang tumbuh, maka jumlah air
b) pH daging
Bakteri yang merusak daging dapat berasal dari infeksi ternak hidup dan
kontaminasi daging saat fase post mortem. Kontaminasi daging atau karkas
dapat terjadi sejak saat menyembelih ternak hingga saat akan dikonsumsi.
xxiv
yang tinggi, kaya akan sumber nitrogen, penyedia akan mineral-mineral serta
yang bersifat basa seperti amonia dan TMA. Dari hasil penelitian Yanti
berbanding lurus dengan rataan total koloni bakteri. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin rendah pH daging sapi, semakin sedikit jumlah koloni bakteri.
Nilai pH daging segar menurut Bahar dalam Yanti (2008) adalah 5,6.
c) Suhu daging
bahan organik oleh bakteri yang menghasilkan gas dan bau busuk (Hamid
sel-sel yang terdapat dalam daging mentah masih terus mengalami proses
berlangsung dan semakin lama daging dapat disimpan. Selain itu, suhu tinggi
al., 2003).
bersumber dari dalam dan dari luar bahan pangan tersebut (Barus, 2009).
Kerusakan daging maupun ikan oleh enzim yang berasal dari mikroba atau
dari dalam jaringan tubuh hewan itu sendiri (autolitik) tidak lain adalah
2002). Sebenarnya, enzim yang menjadi salah satu penyebab kemerosotan mutu
atau pembusukan daging secara alami sudah terdapat didalam badan hewan itu
sendiri. Di antaranya yaitu enzim dari daging hewan ternak (cathepsin), enzim
maka yang berperan penting dalam proses kemunduran mutu adalah enzim-
xxvi
enzim proteolitis yang menguraikan protein (Moeljanto dalam Ridwansyah,
2002).
saja, akan tetapi juga disebabkan oleh proses kematian hewan dan penanganan
hewan pasca kematian. Peredaran darah terhenti setelah hewan mati, hasilnya
Makin banyak darah yang hilang dari tubuh hewan dapat meningkatkan umur
simpan dan kualitas daging yang dihasilkan, karena darah adalah media yang baik
peredaran darah dan penghilangan darah dari jaringan otot adalah kurangnya
terjadi setelah hewan mati meliputi proses pre rigor, rigor mortis dan post rigor.
Pre rigor
hewan menjadi kaku, pada fase ini yang paling banyak mengalami perubahan
enzim ATP-ase dan creatinfosfokinase meningkat. Tahap pre rigor terjadi selama
2 jam setelah hewan dimatikan. Tahap ini ditandai dengan jaringan daging ikan
Rigor Mortis
xxvii
Rigor mortis adalah keadaan hewan ternak yang menjadi kaku setelah
penyembelihan. Tahap rigor mortis terjadi selama 10 jam (2-12 jam) setelah
hewan disembelih dengan keadaan daging yang kaku. Kekakuan atau hilangnya
yang menyangkut hilangnya CP dan ATP dari otot, dan tidak berfungsinya sistem
mempengaruhi karakteristik dari daging. Fase rigor mortis akan berakhir ketika
ATP telah habis terurai. Kandungan asam laktat yang tinggi akibat kondisi stres
sebelum mati akan menyebabkan nilai pH daging cepat menurun sehingga enzim
katepsin aktif. Enzim katepsin ini akan menguraikan daging ikan menjadi
Post rigor
Pada proses post rigor, daging menjadi lebih lunak karena rusaknya
jaringan penyokong daging oleh enzim, dan daging berbau asam. Post-rigor
terjadi setelah 12 jam setelah hewan mati. Jumlah mikroba paling tinggi terjadi
Daging dapat tercemar oleh beberapa spesies dari bakteri gram negatif dan
gram positif. Beberapa bakteri patogen yang biasa mencemari daging adalah
Sarcine (Buana, 2009) dari golongan bakteri gram negatif. Bacillus subtilis dan
Staphylococcus aureus dari golongan gram positif. Selain itu juga bakteri
ketengikan. Ketengikan biasa terjadi pada makanan yang mengandung lemak atau
minyak. Untuk menghindari kerusakan bahan pangan yang lebih cepat, dapat
digunakan suatu zat antioksidan pada suatu bahan pangan (Barus, 2009).
autooksidasi itu sendiri merupakan suatu reaksi berantai dimana inisiator dan
propagatornya adalah radikal bebas. Oleh karena itu, penghilangan atau deaktivasi
dari radikal bebas asam lemak maupun radikal bebas peroksida akan
menghentikan atau memutuskan reaksi oksidasi yang terjadi pada tahap awal. Hal
rangkap pada asam lemak yang tidak jenuh. Kemudian radikal bebas yang
aktif. Prinsip kerja dari antioksidan dalam menghambat autooksidasi pada lemak
adalah dengan menghambat reaksi antara peroksida aktif dengan ikatan rangkap
lemak. Jadi apabila dalam suatu asam lemak yang terdapat dalam minyak tidak
rangkap lemak (Rini, 2009). Penambahan zat antioksidan dalam emulsi minyak
xxix
akan menghambat pembentukan bilangan peroksida. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Salamah et al., 2008 mengenai komponen bioaktif dari kijing Taiwan
elektron kepada elektron yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga
karena mempunyai sedikitnya dua gugus hidroksil pada posisi orto dan para
metode hitungan cawan atau biasa disebut uji ALT. Uji angka lempeng total
(ALT) merupakan salah satu uji yang disarankan oleh Departemen Kesehatan
untuk melakukan pemeriksaan suatu bahan terhadap cemaran mikroba. Uji ini
perlu dilakukan untuk memberi jaminan bahwa sampel tidak mengandung bakteri
xxx
Jumlah koloni dapat dihitung dengan mengalikan jumlah koloni pada cawan
B. Kerangka Pemikiran
masyarakat. Daging sapi termasuk perishabel food atau bahan makanan yang
formalin sebagai pengawet daging sering dijumpai, sementara itu formalin dapat
jenis bakteri pembusuk yang dapat diisolasi dari daging dan ikan segar, bakteri
xxxi
aktifitas antibakteri pada mengkudu ini, dapat menjadi bahan pengawet alami
Selanjutnya dari maserat mengkudu tersebut dibuat seri konsentrasi. Sebagai uji
ekstrak mengkudu dan disimpan pada suhu kamar. Daging yang telah direndam
ekstrak kemudian diuji kualitasnya yang meliputi uji angka lempeng total, pH,
suhu serta kadar airnya setiap 4 jam. Alur kerangka pemikiran dapat
xxxii
Daging Buah
sapi mengkudu
Setiap 4 jam
Penentuan kualitas
daging sapi berdasarkan
standart yang diizinkan
C. Hipotesis
xxxiii
1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol buah mengkudu maka jumlah bakteri
2. Semakin lama waktu penyimpanan maka jumlah bakteri pada daging sapi akan
semakin meningkat.
3. Terdapat konsentrasi yang memiliki aktifitas yang sama dengan formalin dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
xxxiv
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Universitas Sebelas Maret Surakarta selama Bulan Juni 2009 - Januari 2010.
B. Alat Penelitian
drygalski, bunsen, laminar air flow (LAF) , inkubator, colony counter, sarung
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
xxxv
Bahan utama untuk penelitian ini adalah buah mengkudu berumur 4-5 bulan
dengan tingkat kematangan yang sedang (buah berwarna kuning keputihan) yang
prerigor), ekstrak etanol buah mengkudu, pelarut CMC 0,1% dan formalin 1%
(sebagai kontrol).
Larutan garam fisiologis 0,9%, pepton water 0,1 % media Nutrient Agar
(NA), aquades.
Daging sapi segar dengan waktu postmortem 2 jam, ekstrak etanol buah
D. Cara Kerja
1. Penyiapan sampel
berubah menjadi kering. Buah mengkudu yang sudah kering kemudian disimpan
di dalam oven bersuhu 450C. Buah mengkudu yang telah kering kemudian
yang telah dilapisi kertas saring. Residunya dipisahkan dan filtrat I yang diperoleh
ekstrak dikeringkan. Residu dimaserasi ulang seperti cara di atas sebanyak tiga
kali perulangan sehingga diperoleh filtrat II dan III lalu diuapkan menggunakan
rotary evaporator.
10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Ekstrak dibuat
kemudian dipotong dan sampel daging ditimbang dengan rata-rata berat 6 gram.
menit. Daging yang sudah direndam kemudian disimpan pada suhu kamar.
Uji ALT dilakukan setiap 4 jam terhadap sampel daging yang telah diuji
dengan drygalski. Uji ALT tersebut dilakukan secara aseptik di dalam LAF.
Cawan petri kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Jumlah koloni
Daging yang telah diuji invivo kemudian diuji nilai suhunya dengan
menggunakan termometer. Setelah itu daging juga diuji nilai pH nya dengan
menggunakan kertas indikator pH skala 4-7. Selanjutnya dikakukan uji kadar air
daging. Uji kadar air daging dilakukan dengan penimbangan flakon kosong.
Setelah itu flakon diisi dengan daging seberat 2 gram yang sudah diuji invivo
kembali. Berat flakon kosong berisi daging dianggap sebagai berat sampel awal.
Flakon yang berisi daging kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu
100oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, flakon berisi daging ditimbang kembali dan
nilainya dianggap sebagai berat sampel akhir. Selisih antara berat awal dengan
berat akhir adalah nilai perubahan kadar air dalam daging. Kadar air daging
xxxviii
E. Rancangan Penelitian
yaitu konsentrasi yang terdiri dari 12 perlakuan yaitu konsentrasi 0%,10%, 20%,
30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%, formalin 1% dan faktor waktu
8, 12, 16 jam. Percobaan diatas dilakukan dengan dua kali perulangan perlakuan.
F. Analisis Data
yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT dengan tingkat kesalahan
5%.
BAB IV
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mengkudu
sebanyak 20 kg yang berumur 4 bulan dan berwarna kuning keputihan. Hal ini
dikarenakan pada usia 4 bulan kandungan flavonoid di dalam buah mengkudu cukup
buah mengkudu tersebut sehingga didapatkan simplisia serbuk sebanyak 1200 gram
dalam Ristiningsih, 2009), serta senyawa dapat terekstrak dengan sempurna. Setelah
itu dilakukan ekstraksi dan pembuatan seri konsentrasi ekstrak buah mengkudu.
pelarutnya.
beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol merupakan pelarut semipolar yang
sangat baik untuk menarik senyawa golongan polifenol, fenol, glikosida, dan
flavonoid yang ada dalam biomassa tumbuhan (Virganita, 2009). Hal ini sesuai
dengan referensi yang didapatkan bahwa senyawa aktif antibakteri yang terkandung
senyawa polar sehingga untuk menarik senyawa polar yang ada pada buah mengkudu
dianjurkan untuk menggunakan pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama.
pembuatan ekstrak digunakan pelarut CMC. CMC merupakan turunan selulosa yang
mudah larut di dalam air yang berfungsi untuk melarutkan ekstrak dalam pembuatan
seri konsentrasi ekstrak buah mengkudu. Selanjutnya dilakukan uji invivo pada
daging. Setelah itu dilakukan pengujian terhadap kadar air, pH ,suhu dan ALT pada
daging.
xl
B. Uji ALT daging sapi
Uji ALT dilakukan terhadap sampel daging sapi yang telah mengalami uji
invivo setiap 4 jam secara aseptis. Semua peralatan yang digunakan telah
dalam uji ALT ini meliputi proses penghancuran sampel, homogenisasi sampel,
bakteri yang mungkin terlindung partikel sampel dan untuk memperoleh distribusi
sampel dilakukan untuk mendapatkan koloni yang tumbuh secara terpisah dan dapat
dihitung dengan mudah. Pengencer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
larutan NaCl 0,9% yang ditambah dengan pepton water 0,1%. Penggunaan NaCl
sebagai larutan pengencer ini sesuai dengan fungsi NaCl sebagai garam fisiologis
xli
peptone water berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi bakteri untuk mempertahankan
Dalam uji ALT ini digunakan media NA karena pada media NA terkandung
nutrisi terutama natrium yang berguna sebagai sumber karbon dan nitrogen yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri pada sampel yang akan ditanam pada media.
Selanjutnya, cawan petri tersebut diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama
ALT daging
0%
5,00
10%
20%
Log jumlah bakteri (cfu/g)
30%
40%
4,00
50%
60%
70%
3,00 80%
90%
100%
f ormalin
1%
2,00
0 4 8 12 16 20
waktu simpan (jam)
Jika ditinjau dari pola grafik penghambatan jumlah bakteri dan rentang waktu
penyimpanan yang sama antara ekstrak dengan formalin 1% serta ditinjau dari
kualitas daging sapi yang masih bisa dikonsumsi berdasarkan batas jumlah bakteri
xlii
yang diizinkan untuk dikonsumsi (<10-4), tren grafik pertambahan jumlah bakteri
pada daging selama waktu penyimpanan 4 jam, cenderung mengalami kenaikan yang
bakteri daging yang direndam ekstrak 40%, 50%, 60%, 70% yang cenderung
mengalami penurunan dengan jumlah bakteri pada daging yang masih dalam batas
aman untuk dikonsumsi. Kondisi ini diindikasikan dengan menurunnya kadar air dan
pH pada daging pada waktu penyimpanan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Muljanah dalam Wulandari et al. (2005) bahwa makin rendah kadar air, maka makin
lambat pertumbuhan bakteri dan hasil penelitian Yanti (2008) yang menunjukkan
semakin rendah pH daging sapi, semakin sedikit jumlah koloni bakteri. Semua daging
yang direndam dengan ekstrak dan formalin 1% memiliki jumlah bakteri yang masih
dalam batas aman untuk dikonsumsi (<104). Namun untuk daging yang direndam
dengan konsentrasi ekstrak 10%, 20%, 30%, jumlah bakteri pada waktu
penyimpanan 4 jam sudah melebihi batas aman jumlah bakteri yang aman untuk
10%, 20% dan 30% tidak memiliki aktifitas penghambatan pertambahan jumlah
bakteri.
menunjukkan adanya tren yang spesifik. Daging yang direndam ekstrak konsentrasi
40%, 70%, 80%, 90% dan formalin 1% cenderung memiliki tren grafik jumlah
bakteri yang cenderung menurun. Sedangkan daging yang direndam dengan ekstrak
konsentrasi 50%, 60% dan 100% cenderung memiliki tren jumlah bakteri yang
xliii
cenderung naik. Meskipun demikian, semua daging yang direndam dengan
konsentrasi ekstrak diatas dan formalin 1% memiliki jumlah bakteri yang masih
menunjukkan adanya tren yang spesifik. Daging yang direndam dengan konsentrasi
ekstrak 40%, 50%, 60%, 70% memiliki tren grafik jumlah bakteri yang cenderung
naik dan kenaikan jumlah bakteri tersebut telah melebihi batas jumlah bakteri yang
aman untuk dikonsumsi. Sehingga konsentrasi 40%, 50%, 60% dan 70% mampu
Tingginya pertumbuhan bakteri bisa disebabkan adanya lemak yang terdapat dalam
daging yang mampu membentuk lapisan pada permukaan mikroba dan dapat
mencegah penetrasi zat antimikroba dari ekstrak ke dalam sel mikroba (Ting and
Deibel dalam Rahayu, 2000). Selain itu kandungan protein dan lemak yang cukup
besar dalam bahan pangan dapat menurunkan aktifitas zat antimikroba (Shelef dalam
Rahayu, 2000). Sedangkan daging yang direndam ekstrak konsentrasi 80%, 90%
100% dan formalin 1% memiliki tren grafik jumlah bakteri yang cenderung menurun
yang disertai penurunan kadar air dengan jumlah bakteri tersebut masih berada dalam
batas aman untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan konsentrasi 80%, 90%, dan 100%
memiliki kandungan senyawa aktif antibakteri dan antioksidan yang cukup tinggi
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan (1988), bahwa semakin tinggi
konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktifitas antibakterinya semakin kuat pula.
penurunan, kecuali untuk daging yang direndam dengan konsentrasi ekstrak 80%,
xliv
90%, 100% dan formalin 1% yang menunjukkan tren grafik jumlah bakteri yang
cenderung naik yang diindikasikan dengan meningkatnya suhu daging pada waktu
formalin 1% kenaikan jumlah bakteri tersebut masih dalam batas aman jumlah bakteri
yang aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi untuk esktrak konsentrasi 80% dan 90%
kenaikan jumlah bakteri tersebut sudah melebihi batas aman jumlah bakteri yang
aman untuk dikonsumsi. Sehingga ekstrak konsentrasi 80% dan 90% aktif
kandungan senyawa antibakteri yang cukup tinggi, namun pada waktu penyimpanan
yang cukup lama yaitu 16 jam, aktifitas ekstrak tersebut berkurang. Kondisi ini
disebabkan penurunan aktifitas zat antimikroba yang bisa terjadi jika komponen
antimikroba tersebut bereaksi atau berkaitan dengan komponen makanan atau terjadi
rentang waktu penyimpanan yang cukup panjang yaitu 16 jam. Daging yang
direndam dengan konsentrasi ekstrak 100% layak untuk dikonsumsi selama rentang
pertambahan jumlah bakteri dalam jangka waktu yang lama disebabkan karena
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan (1988), bahwa semakin tinggi
konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktifitas antibakterinya semakin kuat pula.
xlv
Dari hasil analisis statistik, ekstrak maupun waktu penyimpanan memberikan
pengaruh yang signifikan (p<0,05) terhadap jumlah bakteri pada daging. Jumlah
bakteri daging yang direndam dengan semua konsentrasi ekstrak dan formalin 1%
memiliki perbedaan yang nyata terhadap jumlah bakteri pada daging kontrol. Jumlah
bakteri daging yang direndam dengan ekstrak 100% tidak berbeda nyata dengan
jumlah bakteri pada daging yang direndam dengan formalin 1%. Berdasarkan uraian
di atas, maka ekstrak yang memiliki kemampuan untuk menghambat jumlah bakteri
yang lebih baik daripada kontrol dan memiliki aktifitas yang sama dengan formalin
yaitu ekstrak dengan konsentrasi 100%. Hal tersebut didukung dengan hasil analisis
statistik dengan uji T yang meperlihatkan hasil bahwa bakteri pada daging yang
direndam dengan ekstrak konsetrasi 100% pada awal penyimpanan (0 jam) tidak
berbeda nyata (p>0,05) dengan jumlah bakteri pada akhir penyimpanan (16 jam),
pertumbuhan bakteri pada daging antara perlakuan kontrol dan formalin 1%. Pada
daging kontrol, bakteri mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
bakteri pada akhir penyimpanan (16 jam) berbeda nyata (p<0,05) dengan jumlah
bakteri pada awal penyimpanan (0 jam). Sedangkan pada daging yang direndam
dengan formalin 1 % pertumbuhan bakteri cenderung ditekan yang dapat terlihat dari
jumlah bakteri pada akhir dan awal penyimpanan yang tidak berbeda nyata
(p>0,05) . Dari pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa formalin mampu menghambat
pertumbuhan bakteri pada daging. Hal ini dikarena memiliki unsur aldehida yang
bersifat mudah bereaksi dengan protein, sehingga formalin akan mengikat unsur
xlvi
protein mulai dari bagian permukaan hingga meresap ke bagian dalam suatu bahan
dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan
baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga
ekstrak pada waktu penyimpanan tertentu seperti dalam penelitian ini sesuai dengan
pernyataan Pelczar dan Chan dalam Sedjati (2007), bahwa apabila bahan antibakteri
diaplikasikan, bahan tersebut tidak akan membunuh semua sel bakteri pada saat yang
sama, melainkan sel-sel itu akan terbunuh dalam suatu periode waktu dengan laju
masa penyimpanan selain disebabkan oleh faktor eksternal seperti kadar air, pH dan
suhu daging, juga berhubungan dengan faktor internal seperti fase pertumbuhan
bakteri.
menghambat reaksi antara peroksida aktif dengan ikatan rangkap lemak (Rini,
2009). Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh senyawa metabolit sekunder tanaman
sangat penting karena dapat berfungsi sebagai penangkap radikal bebas. Selain itu
yang larut dan protein ekstraseluler, dan dapat membentuk kompleks dengan dinding
xlvii
sel bakteri (Cowan dalam Kresnawaty, 2009), sehingga dapat berfungsi sebagai
antibakteri. Selain itu, penghambatan pertumbuhan sel mikroba oleh komponen fenol
dari suatu zat antimkroba disebabkan kemampuan fenol untuk mendenaturasi protein
dan merusak membran sel dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada dinding
sel, karena senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak
(Pelczar dan Reid dalam Rahayu, 2000). Aktivitas antioksidan dan antibakteri ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan makanan yang akan menjaga makanan
85% 10%
80% 20%
75% 30%
70% 40%
50%
kadar air
65%
60%
60%
70%
55%
80%
50%
90%
45%
100%
40%
0 4 8 12 16 20 formalin
1%
waktu simpan (jam)
Dari grafik kadar air daging, dapat dilihat bahwa kadar air daging
difokuskan untuk menyerap air yang ada pada daging melalui proses
menunjukkan tren yang spesifik. Hal ini disebabkan jumlah bakteri pada
menurun.
kadar air yang cukup rendah yaitu berkisar antara 60-66% selama 16 jam
dalam Yanti et al. (2008) bahwa kadar air daging sapi yang
66%. Sehingga kadar air daging yang direndam dengan ekstrak mengkudu
xlix
dengan konsentrasi yang cukup tinggi memiliki kadar air yang memenuhi
standart tersebut.
2. pH daging
pH daging 0%
6
10%
5,8
20%
5,6
30%
5,4
40%
5,2
nilai pH
50%
5
60%
4,8
70%
4,6
80%
4,4
90%
4,2
100%
4
0 4 8 12 16 20 form
waktu simpan (jam) 1%
yang tumbuh pada daging adalah golongan bakteri asam laktat yang
l
jumlah bakteri mengalami fluktuasi. Sedangkan pH daging pada 16 jam
tumbuh. Nilai pH yang cukup rendah yaitu 4-5 menyebabkan bakteri pada
bakteri yang terdapat pada daging tersebut adalah golongan bakteri asam
laktat, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nur (2009) tentang suksesi
umumnya akan memecah glukosa untuk menghasilkan asam laktat. Hal ini
li
Kombinasi antara senyawa antimikroba dan pH asam dapat
3. Suhu daging
suhu daging 0%
30,5
10%
20%
30
30%
40%
suhu (oC)
29,5
50%
29 60%
70%
28,5 80%
90%
28 100%
0 4 8 12 16 20
formalin
waktu simpan (jam) 1%
lii
daging cenderung menurun. Sedangkan pada 16 jam penyimpanan suhu
Nilai suhu daging dari semua perlakuan ekstrak tersebut lebih rendah
daging dibandingkan dengan daging yang tidak direndam ekstrak, hal ini
BAB V
A. Kesimpulan
3. Konsentrasi ekstrak 100% memiliki aktifitas yang sama dengan formalin dalam
B. Saran
1. Perlu adanya uji lanjutan untuk mengetahui aroma dan tesktur (uji
2. Perlu adanya uji lanjutan untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang tumbuh pada
3. Perlu adanya uji lanjutan dengan penambahan proses pengeringan pada daging
DAFTAR PUSTAKA
A. K. Palu, Kim A. H.,West B. J., Deng S., Jensen J., White L. 2008. The Effects of
Morinda citrifolia L. ( noni ) On The Immune System : Its Molecular
Mechanism of Action. Journal Ethnopharmacol 115 (3): 502-506.
liv
Anonimus. 2001. Materi Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah
Tangga. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sleman.
Barus, Pina. 2009. Pemanfaatan Bahan Pengawet dan Antioksidan Alami Pada
Industri Bahan Makanan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Fakultas
MIPA Universutas Sumatera Utara.
Buana, Rika Fithri Nurani. 2009. Daya Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum) dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli pada Daging Sapi. Skripsi. Jurusan Mikrobiologi Fakultas
Biologi Institut Teknik Bandung.
Collins, C.H , Patricia M. Lyne, J.M. Grage. 1989. Microbiological Methods. 6th
Edition. London : Butterworth.
Djaafar, Titiek F. and Siti Rahayu. 2007. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian,
Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian
26(2): 68-69.
lv
Kusmiati dan Amaria Malik. 2002. Aktivitas Bakteriosin Dari Bakteri Leuconostoc
mesenteroides Pbac1 Pada Berbagai Media. Makara Kesehatan 6(1):1-6.
Nur, Hasrul Satria. 2009. Suksesi Mikroba Dan Aspek Biokimiawi Fermentasi
Mandai Dengan Kadar Garam Rendah. Makara Sains 13(1):13-16.
Nurjanah et al. 2004. Kemunduran Mutu Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Selama
Penyimpanan Pada Duhu Ruang. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 7(1): 37-
42.
Sedjati, Sri et al. 2007. Studi Penggunaan Khitosan Sebagai Anti Bakteri Pada Ikan
Teri (Stolephorus heterolobus) Asin Kering Selama Penyimpanan Suhu
Kamar. Jurnal Pasir Laut 2(2): 54-66.
Putra , Aan Kurnain. 2009 . Boraks dan Formalin pada Makanan. Jurnal
lingkungan.
Reco, Bernadus and Yustina Sri hartini. 2003. Pengaruh Metode Pengeringan dengan
Oven dan Pengeringan di Bawah Sinar Matahari terhadap Cemaran S. aureus
pada Simplisia Dlingo (Acorus calamus L.). Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas 1(2): 89-96.
lvi
Ridwansyah. 2002. Pengaruh Konsentrasi Hidrogen Peroksida (H2O2) Dan Lama
Perendaman Terhadap Mutu Ikan Kembung Yang Dipindang. Laporan
Penelitian:Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Salamah, Ella et al. 2008. Penapisan Awal Komponen Bioaktif Dari Kijing Taiwan
(Anodonta woodianan Lea.) Sebagai Senyawa Antioksidan. Buletin Teknologi
Hasil Perikanan 11(2):113-132.
Setyabudi, Dondy A., Christina Winarti, Risfaheri. 2008. Perlunya Standar Mutu
Buah Impor : Studi Kasus Kontaminan Pada Buah-Buahan Impor. Prosiding
PPI Standardisasi 2008 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Pangan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Press.
Van Steenis, Dr. C. G. G. J. 1997. Flora untuk Sekolah di Indonesia (terjemahan oleh
Ir. Moeso S et al.). Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Virganita, Jenny. 2009. Uji Antibakteri Komponen Bioaktif Daun Lobak (Raphanus
sativus L.) Terhadap Escherichia coli Dan Profil Kromatografi Lapis
Tipisnya. Skripsi : Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Wulandari, S., Irda Sayuti, dan Asnaini. 2005. Analisis Mikrobiologi; Produk Ikan
Kaleng (Sardines) Kemasan Dalam Limit Waktu Tertentu (Expire). Jurnal
Biogenesis 2(1): 30-35.
Yanti H., Hidayati dan Elfawati. 2008. Kualitas Daging Sapi dengan Kemasan Plastik
PE (Polyethylen) dan Plastik PP (Polypropylen) Di Pasar Arengka Kota
Pekanbaru. Jurnal Peternakan 5(1): 22 - 27.
lvii
Yulianto, Rudi., Nuning Merduwati, Kurrotun N. Azizah. 2008. Pemanfaatan Sari
Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Alternatif Anti Bakteri
Penyebab Penyakit Batuk . Laporan Penelitian. Universitas Negeri Malang.
lviii