Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan
beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja
berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini
selalu ada dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil
oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan
untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan,
nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium.[1] Dengan
memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice)
atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam,
banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan
(hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi selama ribuan
tahun, penggunaannya menjadi semakin bertambah ketika metode produksi yang
lebih efisien ditemukan pada abad ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di
pertengahan abad ke-19, baja menjadi material produksi massal yang membuat
harga produksinya menjadi lebih murah. Saat ini, baja merupakan salah satu
material paling umum di dunia, dengan produksi lebih dari 1,3 miliar ton tiap
tahunnya. Baja merupakan komponen utama pada bangunan, infrastruktur, kapal,
mobil, mesin, perkakas, dan senjata. Baja modern secara umum diklasifikasikan
berdasarkan kualitasnya oleh beberapa lembaga-lembaga standar.

Baja dikelompokkan dalam beberapa klarifikasi, yakni sebagai berikut :


1. Berdasarkan komposisi
2

 Baja karbon
 Baja paduan rendah
 Baja tahan karat
 Berdasarkan proses pembuatan
 Tanur baja terbuka
 Dapur listrik
 Proses oksidasi dasar
2. Berdasarkan bentuk produk
 Pelat batangan
 Tabung
 Lembaran
 Pita
 Bentuk struktural
3. Berdasarkan struktur mikro
 Feritik
 Perlitik
 Martensitik
 Austenitik
4. Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
 Baja Struktural
 Baja Non-Struktural

Perumusan Masalah
Pada praktek kerja baja yang berlangsung di bengkel teknik sipil pada semester II
ini, pekerjaan yang dilakukan meliputi :

1. Menggunakan las listrik.

2. Menggunakan Las oksi-Asetilen.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :
3

1. Agar kita mengetahui prinsip-prinsip pekerjaan baja dengan baik.

2. Agar kita mengetahui langkah kerja yang benar dan baik dalam suatu pekerjaan
pengelasan.

Adapun laporan ini telah disesuaikan dengan teori yang telah dipelajari
pada praktek kerja baja dan juga dari praktek yang telah dilakukan selama tujuh
hari terhitung dari tanggal 11 Februari 2014 s/d 18 Februari 2014.

Selain dari keterangan diatas dalam praktek pekerjaan bengkel baja ini kita harus
mengetahui point-point penting dalam praktek kerja baja, antara lain :

- Tegak - Rapi

- Lurus - Tepat ukuran

- Datar - Siku

Untuk mencapai point-point diatas bisa dilakukan dengan menggunakan


alat yang tersedia atau hanya menggunakan indera penglihatan ( secara visual ).

Sebelum memulai pekerjaan baja setiap individu haruslah mempunyai


keterampilan dasar dan pengelasan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

1. Las listrik

a. Memperhatikan jarak antara elektroda dengan objek (benda)

b. Memperhatikan sudut busur pada saat mengelas

c. Posisi pada saat mengelas

d. Tidak bercanda gurau pada saat proses pengelasan berlangsung

e. Melakukan gerakan dan posisi pengelasan dengan benar


4

2. Las Asetilen

a. Mengatur api yang dihasilkan.

b. Memperhatikan pembakaran pada saat mengelas.

c. Menyalakan api las gas dengan benar,

d. Mengoperasikan pembakaran dengan benar,

1.3. Jenis Pelaksanaan


1.3.1. Las Listrik
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari
sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua
logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua
logam tersebut.Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar
tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi
akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah
mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan
keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja
sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah
busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat
mencapai 5500 °C. Las listrik di bagi atas 3 jenis yakni :
1. Mesin las arus bolak-balik (Mesin AC)
yaitu mesin las yang menggunakan arus AC atau arus bolak –balik.
5

2. Mesin las arus searah (Mesin DC)


yaitu mesin las yang menggunakan arus DC atau arus searah.

3. Mesin las ganda (Mesin AC-DC)


Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan
pengelasan dengan arus bolak-balik.

1.3.2. Perlengkapan Las Listrik

Gambar 1. Perlengkapan las listrik

1. Mesin Las Listrik Busur Manual

Mesin las busur manual secara garis besarnya dibagi dalam 2 golongan,
yaitu : Mesin las arus bolak balik (Alternating Current / AC Welding Machine)
6

dan Mesin las arus searah (Direct Current / DC Welding Machine) Mesin las AC
sebenarnya adalah transpormator penurun tegangan. Transformator (trafo mesin
las) adalah alat yang dapat merubah tegangan yang keluar dari mesin las, yakni
dari 110 Volt, 220 Volt, atau 380 Volt menjadi berkisar antara 45 – 80 Volt
dengan arus (Amper) yang tinggi.Mesin las DC mendapatkan sumber tenaga
listrik dari trafo las ( AC ) yang kemudian diubah menjadi arus searah atau dari
generator arus searah yang digerakkan oleh motor bensin atau motor diesel
sehingga cocok untuk pekerjaan lapangan atau untuk bengkel-bengkel kecil yang
tidak mempunyai jaringan listrik. Pengaturan arus pada pengelasan dapat
dilakukan dengan cara memutar tuas, menarik, atau menekan, tergantung pada
konstruksinya, sehingga kedudukan inti medan magnit bergeser naik-turun pada
transformator.

kabel masa dan kabel elektroda dipertukarkan tidak mempengaruhi perubahan


panas yang timbul pada busur nyala.

2. Kabel Las

Pada mesin las terdapat kabel primer ( primary power cable ) dan kabel
sekunder atau kabel las ( welding cable ).Kabel primer ialah kabel yang
menghubungkan antara sumber tenaga dengan mesin las. Jumlah kawat inti pada
kabel primer disesuaikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat
sebagai hubungan masa tanah dari mesin las.Kabel sekunder ialah kabel-kabel
yang dipakai untuk keperluan mengelas, terdiri dari dua buah kabel yang masing-
masing dihubungkan dengan penjepit ( tang ) elektroda dan penjepit ( holder )
benda kerja. Inti kabel terdiri dari kawat-kawat yang halus dan banyak jumlahnya
serta dilengkapi dengan isolasi. Kabel-kabel sekunder ini tidak boleh kaku , harus
mudah ditekuk/digulung. Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya
disesuaikan dengan kapasitas arus maksimum dari pada mesin las. Makin kecil
diameter kabel atau makin panjang ukuran kabel, maka tahanan/hambatan kabel
7

akan naik, sebaliknya makin besar diameter kabel dan makin pendek maka
hambatan akan rendah. Pada ujung kabel las biasanya dipasang sepatu kabel untuk
pengikatan kabel pada terminal mesin las dan pada penjepit elektroda maupun
pada penjepit masa.

Gambar 2. Kabel las

3. Tang Las

Elektroda dijepit dengan tang las ( elektroda ). Tang las dibuat dari bahan
kuningan atau tembaga dan dibungkus dengan bahan yang berisolasi yang tahan
terhadap panas dan arus listrik, seperti ebonit. Mulut penjepit hendaknya selalu
bersih dan kencang ikatannya agar hambatan arus yang terjadi sekecil mungkin.

Gambar 3. Tang las

4. Klem masa
8

Untuk menghubungkan kabel masa ke benda kerja atau meja kerja


digunakan penjepit/ klem masa. bahan penjepit / klem sebaiknya sama dengan
tang elektroda. Klem ini harus mampu menjepit benda kerja atau meja kerja
dengan baik agar arus dari mesin las tidak tersendat.

Gambar 4. Klem masa

Keuntungan Dan Kerugian Las Listrik


Keuntungan dari las listrik:
1. Biaya awal invesmen rendah
2. Secara operasional handal dan sederhana
3. Biaya material pengisi rendah
4. Material pengisi dapat bermacam-macam
5. Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama
6. Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun
7. Dapat dikerjakan dengan semua posisi pengelasan

Kekurangan dari las listrik:


1. Lambat, dalam penggantian elektroda
2. Terdapat slag yang harus dihilangkan
3. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus
4. Efisiensi endapan rendah.
9

1.3.3. Las Oksi-Asetilen


Las Oksi-Asetilen adalah suatu jenis penyambungan antara dua logam atau
lebih dengan menggunakan panas dari gas oksigen dan gas asitelin. Penggabungan
antara kedua gas tersebut dapat menghasilkan panas hingga mencapai 1400°C dan
dapat mencairkan besi yang akan disambung.

Ada 2 gas yang terkandung dalam las Asetilen yaitu :

1. Oksigen

Proses pembuatan oksigen didapatkan dengan cara :

 Proses elektrolisa air, dimana Hidrogen dan Oksigen diperoleh dari air.
Pemisahan Hidrogen untuk mendapatkan Oksigen diproses secara elektrolisa
listrik.
 Proses pendinginan udara, cara pemisahan oksigen dan gas-gas lain,
didinginkan menjadi suatu zat cair. Zat cair tadi dipanaskan hingga mendapat
oksigen. Zat yang titik didih rendah akan terpisah dahulu. (titik penguapan
oksigen 182° C).
Adapun Sifat dari Oksigen yakni Tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak sensitif
terhadap api.

2. Asetilen

Proses pembentukan asitelin :

 Tersedia dalam tabung


 Diproses dari pabrik/perusahaan
 Siap untuk dipakai
Proses dalam generator
Ada tiga macam sistem kerja generator :

 Generator sistem tetes


 Generator sistem celup
 Generator sistem umpar
10

Adapu Sifat Asetilen yakni Berbau, Berwarna, dan Sensitif terhadap api.

Perlengkapan Las Oksi-Asetilen

Gambar 5. Perlengkapan las oksi-asatelin


11

Keterangan : 5. Selang asetilen

1. Tabung oksigen dengan regulator 6. Brander las / pembakar las

2. Tabung asetilen dengan regulator 7. Kawat Las

3. Katup pengaman api balik 8. Mulut pembakar / nozzle

4. Selang oksigen 9. Benda kerja

1. Regulator

Regulator dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi


atau menurunkan tekanan hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga
berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses
pengelasan atau pemotongan. Adapun bagian-bagian dari regulator adalah :

d. Selang pengatur tekanan

e. Membran

f. Dudukan katup kerucut

g. Katup penutup

Keterangan : h. Saluran keluar

a. Manometer tekanan isi i. Nipel penghubung

b. Manometer tekanan kerja j. Katup pengaman

c. Filter

2. Katup pengaman api balik

Berfungsi sebagai pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka


digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada
tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan
12

untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material baja. Adapun bagian-
bagian dari katup pengaman api balik adalah :

Keterangan :

1. Nipel sambungan slang

2. Katup saluran balik

3. Filter

4. Ruang antara

5. Mur penyambung
Gambar 6. Bagian Katup pengaman api
balik

3.Selang Gas
Berfungsi Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch
digunakan selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus
mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya,
selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan
bagimana membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup
memperhatikan kode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang
berisi informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang
mengalir dalam selang.

Jenis gas Kode warna Contoh


Oksigen (O2) Biru -
Gas bahan akar Merah Asetelin
Gas cair Jingga Propane
Gas tak mudah terbakar Hitam Udarabertekanan
13

4. Klem dan Nipel

Sambungan selang pada gasmenggunakan nipel sebagai penyambung dan klem


sebagai pengikat. Adapun bagian-bagian dari Klem dan Nipel balik adalah :

Gambar 7. Bagian Klem dan Nipel

5. Brander las / pembakar las

Brander atau alat pembakar gas adalah alat yang berfungsi sebagai pencampur gas
asetilen dengan gas oksigen dengan proporsi tertentu yang dapat diatur. Brander
mencampur asetilen dan oksigen dengan homogen. Campuran gas homogen ini
akan keluar lewat mulut brander dengan tekanan tertentu dan mudah sekali
terbakar. Dengan bantuan bara atau nyala api semburan campuran gas dapat
dinyalakan dan akan menghasilkan nyala api yang bersuhu tinggi. Adapun bagian-
bagian dari Brander las / pembakar las balik adalah

Gambar 8. Bagian
Brander las /
pembakar las
14

Keterangan : e. Katup oksigen j. Nosel pencampur

a. Ganggang f. Katup asetelin k. Pipa pencampur

b. Pembakar las g. Mur pengikat l. Mulut pembakar

c. Saluran oksigen h.Nosel tekan

d. Saluran asetilen i. Injektor

6. Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi
bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah
banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas
tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran
tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas
dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah
didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode
warna yang ada pada tabung itu.

Gambar 9. Bagian Tabung gas


15

Keuntungan las oksi-asetilen

 Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.


 Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik
pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
 Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di
bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana.
 Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas
dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

1.4. Keselamatan Kerja


1.4.1. persiapan

 Peralatan yang akan dilas harus dipersiapkan sedemikian rupa supaya layak
dilas, artinya peralatan telah dibebaskan dari tugas operasinya, telah
dikosongkan dan dibilas, diperiksa lebih dahulu kandungan gasnya yang
berbahaya dengan hasil pemeriksaan yang memuaskan menyediakan sarana
ventilasi seperti bukaan (opening).
 Semua peralatan pengelasan harus dalam keadaan baik , serta tidak sebentar-
sebentar rusak.
 Baju Iengan panjang dan celana panjang yang terbuat dari katun, Sarung
tangan kulit, Selongsong kaki (sleeve) yang terbuat dari kulit, Sepatu
keselamatan, Pelindung dada (apron) dari kulit.
 Peralatan biasa seperti martil pembersih (chipping hammer) yang terbuat
dari besi (untuk pekerjaan besi/baja), yang terbuat dari stainless pengelasan
stainless steel), dan yang terbuat dari paduan tembaga (untuk pengelasan
paduan tembaga). Pemakaiannya tidak boleh tertukar karena akan berakibat
pengkaratan pada sambungan las. Sikat kawat yang juga terbuat dari tiga
macam logam sebagaimana halnya martil. Pahat runcing yang terbuat daridua
jenis logam (baja dan stainless steel) , Peralatan khusus seperti tang pengukur
16

arus/tegangan listrik, dan kapur pengukur suhu permukaan bahan.


1.4.2. Pelaksanaan
 Selama pelaksanaan pengelasan, seluruh alat dan perlengkapan
keselamatan kerja harus dipakai dan dimanfaatkan.
 Pelaksanaan pengelasan harus benar-benar sesuai dengan prosedur
pengelasan (WPS/welding procedure specification) yang telah disetujui.
Pelanggaran atas WPS dapat berakibat fatal.
 Jangan mengelas langsung pada permukaan yang berlapiskan cat, karena
di samping hasilnya buruk akibat cat tersebut, juga berbahaya bagi
pelaksana akibat terhirup gas yang berasal dari terbakarnya cat tersebut.
Keterangan:

 Topi las
 Baju lengan tangan
katun
 Apron (pelindung
badan)
 Tang las (pemegang
elektroda)
 Sarung tangan
 Kipas angin (exhaust
vent)
 Hamer pembengkok
 Sikat kawat baja
 Kabel las
 Selongsong pelindung
kaki
 angan las
 Trafo las
Gambar 10. Keselamatan kerja las
17

BAB II
URAIAN PEKERJAAN

JOB I : MEMBUAT RIGI-RIGI LAS DENGAN BAHAN


BANTU MENGGUNAKAN LAS OKSI-ASETELIN

2.1.1. Tujuan Umum


Mahasiswa diharapkan agar dapat menggunakan pengelasan dengan las
listrik baik dan benar.

2.1.2. Tujuan Khusus


Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan peralatan las oksi-asatelin
untuk membuat rigi-rigi las diatas benda-benda kerja dari logam baik yang tidak
menggunakan bahan tambah maupun menggunakan bahan tambah dengan halus,
lurus dan memiliki tebal dan lebar yang seragam

2.1.3. Peralatan dan Bahan

A. Peralatan

1. Palu terak 7. Kunci tabung gas

2. Rol baja 8. Palu besi

3. Penggores 9. Topeng las

4. Sikat kawat 10. Sarung tangan las

5. Pahat besi 11. Kacamata las

6. Tang panas

B. Bahan

1. Plat baja 3. Gas oksigen

2. Gas asetelin
18

2.1.4. Langkah Kerja

1. Sebelum memulai dahuluilah dengan membaca basmallah dan berdoa agar


selamat dan ilmu yang di dapatkan bermanfaat

2. Langkah pertama yaitu potonglah plat yang telah di sediakan dengan


ukuranpanjang 10 cm dengan mesin pemotong baja.

3. Selanjutnya buatlah garis lukis untuk jarak pengelasan.


4. Hidupkan mesin las asetelin dengan cara :
a. Buka katup botol oksigen kira-kira setengah putaran yang terdapat pada
katub botol oksigen.
b. Buka katup botol asetelin kira-kira setengah putaran yang terdapat
c. katub botol asetelin.
d. Atur tekanan kerja sesuai dengan tip yang di gunakan.
e. Buka sedikit katup oksigen pada blender.
f. Buka sedikit katup asetelin pada blender
g. Nyalakan api dengan bantuan korek api.
h. Atur katup oksigen dan asetelin sampai nyala api yang di di inginkan.

5. Kemudian panaskan benda kerja hingga benda kerja tersebut cair


danmengelaslah secara perlahan-lahan hingga sampai ke ujung.

6. Lakukan secara perlahan-lahan dan posisi pegangan kawat asetelin lurus pada
garis kerja agar hasilnya lurus.

7. Perhatikan jarak antara api pengelasan dengan benda


8. Perlihatkan hasil kerja pada instruktur agar di beri tanggapan dan penilaian.
kerja harus seimbang tidak boleh naik turun yang akan mengakibatkan hasil
kerja kurang bagus.
9. Perlihatkan hasil kerja pada instruktur agar di beri tanggapan dan penilaian.
19

2.1.5. Keselamatan Kerja

1. Untuk melindungi anggota badan dari percikan api las dan sinar
gunakanpakaian keselamatan kerja dengan baik.
2.Gunakan tabir pelindung untuk menghalangi sinar tajam dan percikan api
supaya tidak mengganggu orang lain.
3.Pakailah kacamata pengaman secara baik.
4.Pakailah topi pengaman jika mengelas di tempat-tempat yang rumit.
5.Hindari bercanda dan mengganggu teman saat sedang bekerja.
6.Hindari benda panas, benda tajam, nyala api terkena atau mengganggu
kabel las.
7.Ingat bahwa tidak ada pekerjaan bagi seorang pengelas buta.
20

2.2. JOB II : MEMBUAT RIGI-RIGI LAS MENGGUNAKAN


LAS LISTRIK

2.2.1. Tujuan
 Dapat mengelas menggunakan las listrik
 Dapat mengelas dengan baik
 Dapt mengelas dengan lurus

2.2.2. Alat dan Bahan


Alat

 Las listrik
 Meja kerja
 Penitik
 Tank jepit
 Rol siku palu ketok baja

Bahan

 Batang elektroda
 Plat baja ukuran 5x10
 Kapur

2.2.3. Keselamatan Kerja


 Berdoa terlebih dahulu sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
 Memakai pakaian bengkel
 Memakai sepatu safty
 Memakai kaos kaki
 Memakai helm penutup muka agar muka terutama bagian mata agar
terhindar dari bahaya sinar yang di pancarkan las listrik
 Memakai aprol
21

 Mengerjakan pekerjaan yang telah di izinkan pelaksanaannya oleh


instruktur
 Jangan bersenda gurau pada saat melakukan pekerjaan
 Tempatkan alat dan bahan yang telah di entukan oleh instruktur
 Fokuskan pikiran pada pekerjaan yang sedang di lakukan
 Patuhi segala petunjuk instruktur

2.2.4. Langkah Kerja


 Potonglah plat baja pada mesin pemotong dengan ukuran 5x10
 Ambil plat baja gambar/beri tandan dengan penitik(beri titik)
kemudian gores dengan kapur agar terlihat dan memudahkan dalam
pengelasan
 Letak kan plat di atas meja
 Pasang batang elektroda pada las listrik
 Lihat sudut kemiriringan 160
 Mulailah mengelas
22

2.3. JOB III MEMBUAT SAMBUNGAN “ I “ LAS LISTRIK

2.3.1. Tujuan Umum


1. Agar Mahasiswa dapat menggunakan alat las listrik dengan baik dan benar.
2. Agar Mahasiswa dapat menggunakan peralatan yang dipakai sesuai dengan
fungsinya

2.2.2. Tujuan Khusus.


1. Melatih agar mahasiswa dapat menyambung 2 plat dengan hasil yang baik.

2.2.3. Alat Dan Bahan


Peralatan :

1. Palu terak 8. Topeng las

2. Rol baja 9. Sarung tangan las

3. Penggores 10. Kacamata las

4. Sikat kawat 11. Penjepit elektroda

5. Pahat besi 12. Klem masa

6. Tang panas 13. Mesin generator

7. Palu besi

B. Bahan
1. Elektoda

2. 2 buah plat
23

2.2.4. Langkah Kerja :


1. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
2. Gabungkan 2 plat menjadi satu dengan jarak ±1mm.
3. Kunci kanan dan kiri plat agar selama pengelasan tidak berubah
posisinya.
4. Dahuluilah pengelasan dengan mengunci ujung palat kanan dan kiri
dengan cara menitik ujung plat.
5. Lakukanlah pengelasan.
6. Setelah selesai, bersihkan kerak las dengan palu kerak dan sikat kawat.
24

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil
lasan. Jika terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu
pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk cairan elektroda menembus
bahan dasar. Bila terlalu lambat akan menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar
dan kuat, hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya).
Oleh karena itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.
 Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan.
Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu jauh
lelehan elektroda tidak akan menumpuk dan jika sangat jauh elektroda akan
mati.
 Kosentrasi saat mengelas sangat diperlukan demi tercapainya hasil yang
berkualitas
 Keselamatan kerja harus sangat diperhatikan oleh para mahasiswa karena
selama mengelas sangat rentan dalam resiko kecelakaan kerja

Saran
 saat praktikum tidak perlu pemanasan terlalu lama.
 Ada baiknya sebelum memulai pratek kerja baja mahasiswa di berikan modul
agar kerja dapat lebih terencana
 Sebaiknya instruktur selalu mengawasi para mahasiswa di dalam ruang kerja
mengigat resiko kecelakaan yang sangat rentan pada saat mengelas
 Dalam penggunaan peralatan diharapkan dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya dan kegunaanmasing-masing alat tersebut.
 Keseriusan dan ketelitian serta ketekunan dalam penggunaan alat sangat
diperhatikan karena akan membahayakan kerja.
25

DAFTAR PUSTAKA

 Sri Widharto, Widharto. 2003. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: Pradnya Paramita.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Las
 http://id.wikipedia.org/wiki/Las_listrik
 http://id.wikipedia.org/wiki/Las_karbit
 http://kamuslistrik.blogspot.com/2012/06/jenis-jenis-las-listrik-dan-cara.html
 http://www.slideshare.net/wiwithardianto/proses-dan-peralatan-las-listrik
 http://mesinlas.info/las-listrik/daftar-harga-mesin-las-listrik/
 http://tpm1arief2012.blogspot.com/2012/09/las-listrik-las-electrical.html
 http://www.slideshare.net/IrwinMaulana/isi-laporan-pengelasan-oksiasetilen
 http://blogermaseko.blogspot.com/2012/03/las-oksi-asetilen.html
 http://rahmadbayutkr.blogspot.com/2013/05/las-gas-asetilen.html
 http://popaymini.blogspot.com/2011/09/las-karbit-asetilin.html
26

LAMPIRAN
HASIL PRAKTEK LAS LISTRIK

JOB 1 Membuat rigi-rigi las

JOB 2 Membuat sambungan I


27

JOB 3
Membuat rigi-rigi las dengan
Bahan tambah dan tanpa
Bahan tambah
28

JOB 4
Membuat sambungan I
Las Oksi-asetelin

JOB 5
Menyambung pelat bentuk siku
Tanpa bahan tambah

Anda mungkin juga menyukai