Anda di halaman 1dari 137

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai pelayanan yang profesional bersifat humanistik,
menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standar
profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan
utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab
seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan,
sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar
(rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2002).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi
kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 60% pelayanan rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat (Wiwiek, 2008). Pelayanan
keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan
kualitas pelayanan ditatanan pelayanan di rumah sakit, 40%-60% pelayanan
rumah sakit adalah pelayanan keperawatan (Nursalam, 2011). Perawat sebagai
profesi yang mempunyai kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam secara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga maupun
profesi atau tenaga kesehatan yang lain.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret
dalam pelaksanaannya. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan
global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di
Indonesia.
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan
perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999). Sedangkan menurut
Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.Manajemen keperawatan merupakan
suatu pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola
dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar
manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya
guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen
keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan
di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap
perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002).
Praktek klinik keperawatan merupakan suatu kegiatan praktek bimbingan
yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa dalam Commented [A1]: Buat benang merah antara 2 paragraf
terakhir ini
mencapai keberhasilan proses pendidikan. Pengalaman belajar dalam bentuk
praktek klinik keperawatan merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk
menerapkan seluruh teori yang telah didapat di kelas maupun di laboratorium
kesuatu tatanan yang nyata yaitu lahan praktik rumah sakit maupun puskesmas.
Kegiatan praktek klinik keperawatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian mahasiswa dalam melakukan praktek manajemen
dalam penerapan model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan model keperawatan Tim dapat diterapkan di ruang keperawatan. Model
praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan adanya posisi
perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat pelaksana, dalam
suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang cara mengelola dan
memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang
berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan fenomena tersebut, maka kami mencoba menerapkan kembali
MAKP sesuai standar di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. MAKP yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan diruangan akan
melaksanakan role play yang meliputi supervisi, ronde keperawatan, timbang
terima, sentralisasi obat, dan dokumentasi dengan melibatkan perawat ruangan.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu mengerti memahami dan menerapkan konsep teori, prinsip model
penerapan asuhan keperawatan profesional.
1.3.2 Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan kegiatan program profesi Ners pada stase
Manajemen Keperawatan, mahasiswa mampu:
1.3.2.1 Mampu melaksanakan fungsi asuhan keperawatan
1.3.2.2 Mampu mengumpulkan data tentang ketenagaan, pasien, model
pemberian asuhan keperawatan, dan dokumentasi.
1.3.2.3 Mampu menganalisis data dengan pendekatan SWOT
1.3.2.4 Mampu menyusun rencana strategis berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional
1.3.2.5 Mampu melaksanakan penerapan model prima: bermain peran, overran,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise dan evaluasi kepuasan
pasien.
1.3.2.6 Mampu Melaksanakan Evaluasi keperawatan
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
1.4.1.2 Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan Model
Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional yang diaplikasikan
1.4.1.3 Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan penerapan
Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional
1.4.1.4 Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
1.4.1.5 Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional
1.4.2 Bagi Perawat Ruangan
1.4.2.1 Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yangberkaitan dengan pelaksanaan Manajemen Asuhan
Keperawatan Profesional.
1.4.2.2 Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.Terbinanya hubungan
yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
1.4.2.3 Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
1.4.3 Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal dan memuas
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur keperawatan yang ada.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai perawatan, tujuan pelayanan dan objektif (Nursalam,
2014).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber
daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008).
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga
prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat
manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode
yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya,
termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari
institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi
atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat
manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan
dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan
teori, keterampilan berfikir.
2. Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.
3. Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam
berinteraksi dengan individu atau kelompok.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing
(Kepegawaian), Directing (Pengarahan), Controlling (Pengendalian/Evaluasi).
1. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya
akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning
adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan
dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai
proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
2. Tujuan Perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
3. Tahap Dalam Perencanaan
1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program
6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
4. Jenis Perencanaan
1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,
proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan
masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari
efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-
upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil
yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat
dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan
waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang
akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,
menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap
aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang
untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana
tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang
sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang
terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan
peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan
proyek.
5. Manfaat Perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
3) Memudahkan kordinasi
4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dan dana
6. Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsi keperawatan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
7. Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi
dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil

8. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat
dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan
membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para
pekerjanya.
9. Manfaat Pengorganisasian
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
3) Pendelegasian wewenang
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
10. Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
6) Mendelegasikan wewenang
11. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu
(Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen
pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen
yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan
pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola
program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang
diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada
semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu
dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff
keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen
lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan
komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan
khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-
obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah
pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui
serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk
membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya.
Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
12. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000),
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan
sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu
(pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan
yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu
melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam
gaya kepemimpinan yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat
agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu
kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang.
Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan
frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan
keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini
termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen
partisipasi oleh perawat professional.
13. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat
dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan
terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang
ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi
yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan
(Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan
dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi
3. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja
5. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
3) Harus memandang ke depan
4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
5) Harus objektif
6) Harus fleksibel
7) Harus menunjukkan pola organisasi
8) Harus ekonomis
9) Harus mudah dimengerti
10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat
manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit
bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek
termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan
sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk
mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1. Analisa tugas:
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat
digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
2. Kontrol kualitas:
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat
dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan
dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar
4. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan
2.1.3 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian
anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur
organisasi
3. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan
keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur
strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek,
mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang
ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya
4. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang
efektif
5. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
6. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
7. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
8. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi
9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
2.1.4 Komponen Manajemen Keperawatan
2.1.4.1 Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
2.1.4.2 Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
2.1.4.3 Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran.
2.1.4.4 Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan
kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
2.1.4.5 Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan
melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
2.2 Sumber Daya Manusia (M1/ MAN)
2.2.1 Umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar
dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah
bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai keuntungan
lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas dipercaya menurun
dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan
fisiknya sudah mulai menurun. Tetapi produktivitas seseorang tidak hanya
tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa
meningkat produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan (Nursalam 2014).
2.2.2 Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria
ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan, analisis, dorongan,
motivasi, sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang
paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab
urusan rumah tangga dan keluarga. Bila ada anggota keluarga yang sakit atau
urusan sosial seperti kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak
sering tidak masuk kerja.
2.2.3 Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang
meyakinkan antara dua variabel tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan. Masa kerja
yang diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang
baik terhadap produktivitas karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas
berkaitan negatif dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan
keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik
tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2003).
2.2.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan
sumber daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam
hubungan interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional
(D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi
perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3
Keperawatan atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3
Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1
dan Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan
2.2.5 Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak
dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di
dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga
manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia
dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan,
sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan.
Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan
tidak terbatas sematamata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan
bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik
biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada
individu yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta
pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal
ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora yang menjelaskan bahwa pelatihan
merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau
kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.

2.3 Sarana dan Prasarana (M2)


Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan,
proyek). Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih
ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin,
sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak
seperti gedung.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan
untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. Prasarana adalah
segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya produksi.
2.3.1 Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana
1. Peralatan/perlengkapan berbentuk lembaran
Perlatan/perlengkapan yang berbentuk lembaran/helaian, yaitu kertas
HVS, kertas folio bergaris, kertas karbon, kertas stensil, formulir,
kertas berkop, plastik transparan, kertas karton, kertas buffalo, amplop
dan map.
2. Peralatan/perlengkapan berbentuk nonlembaran
Peralatan/perlengkapan yang berbentuk nonlembaran (bukan berupa
kertas lembaran), yaitu pulpen, pensil, spidol, penghapus, penggaris,
rautan, gunting, pemotong kertas (cutter), pembuka surat (letter
opener), pelubang kertas dll.
3. Peralatan/perlengkapan berbentuk buku
Peralatan/perlengkapan yang berbentuk buku, antara lain :
1) Buku catatan (block note), yaitu buku untuk menulis catatan harian
sekretaris.
2) Buku pedoman organisasi, yaitu buku panduan tentang informasi yang
berkaitan dengan organisasi, mulai sejarah, struktur, produk dan jasa,
hingga prosedur kerja.
3) Buku agenda surat, yaitu buku yang mencatat keluar masuknya surat
sehari-hari.
4. Peralatan/perlengkapan kantor dilihat dari penggunaannya :
1) Barang habis pakai
Barang habis pakai adalah barang/benda kantor yang pengguanaannya
hanya satu/beberapa kali pakai atau tidak tahan lama. Contoh :
kertas, tinta, karbon, klip, pensil dan pulpen.
2) Barang tidak habis pakai
Barang yang tidak habis pakai adalah barang/benda kantor yang
penggunaannya tahan lama. Contoh : stapler, perforator, cutter,
dan gunting.
2.4 M3 Metode Asuhan Keperawatan
2.4.1 Penerapan MAKP
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu model praktek
Keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan selama pasien di rawat. Model ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien di rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung
gugat. Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing.
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapakan model
asuhan keperawatan primer. Adapun bagan model asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut :

KEPALA
RUANGAN SUPER
VISOR

PERAWAT PERAWAT
PRIMER 1 PRIMER 2

PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE 1 ASSOCIATE 2

ASSOCI
ATE
KLIEN KLIEN

Gambar 2.1 Struktur Penerapan MAKP


Kelebihan :
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3. Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu
4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan proteksi, informasi dan advokasi ( Gillies, 1989)
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, Akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
profesi.
2.4.1.1 Pembagian Tugas
Job Description Model Praktek Keperawatan primary nursing
1. Supervisor
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap
harinya (bittel,a 987) adalah sebagai berikut:
1) Sebelum pertukaran shift (15-30 menit)
(1) Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
(2) Mengecek jadwal kerja
2) Pada waktu mulai shift (15-30 menit)
(1) Mengecek personil yang ada
(2) Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
(3) Mengatur pekerjaan
(4) Mengidentifikasi kendala yang muncul
(5) Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3) Sepanjang hari dinas (6-7 jam):
(1) Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan,
instruksi, mengoreksi atau memberikan latihan sesuai
kebutuhannya.
(2) Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat
segera membantu apabila diperlukan
(3) Mengecek pekerjaan rumah tangga
(4) Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja,
terutama untuk personil baru.
(5) Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan
bantuan atau hal-hal yang terkait.
(6) Mengatur jam istirahat personil
(7) Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan
mencari cara memudahkannya.
(8) Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi
operasional
(9) Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
(10) Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
(11) Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.
4) Sekali dalam sehari (15-30 menit)
(1) Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk
15 menit.
(2) Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti :
Keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan
pekerjaan dan lain sebagainya.
5) Sebelum pulang
(1) Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha
untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya.
(2) Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan
mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya.
(3) Lengkapi laporan harian sebelum pulang
(4) Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang
memperlajari di rumah sebelum pergi bekerja kembali.
2. Kepala Ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas pokok :
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas :
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta
tenaga lain sesuai kebutuhan
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang
diperlukan sesuai kebutuhan
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan
pasien.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang
berlaku
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru atau
tenaga lain yang akan bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
ketentuan/standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan di ruang rawat.
6) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan
dan tenaga lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
7) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perawatan antara lain melalui pertemuan ilmiah
8) Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapai pelayanan yang optimal.
9) Menyusun permintaan rutin meliputi: kebutuhan alat, obat dan
bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
10) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai
11) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan
12) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya, meliputi penjelasan tentang peraturan rumah
sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara
penggunaanya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan
13) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (Visite dokter)
untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan,
serta menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya.
14) Mengelompokkan paien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi
untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan
15) Mengadakan pendekatan kepada tiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya
16) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
17) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga
dalam batas kewenangan
18) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
19) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar untuk tindakan perawatan
selanjutnya.
20) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruangan yang
lain, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan
kepala unit di RS
21) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberikan
ketenangan.
22) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan
23) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian
memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan
diitnya
24) Memelihara buku register dan berkas catatan medik
25) Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan
kegiatan asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian,
meliputi :
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan
3) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien.
4) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di
ruang rawat
3. Perawat Primer
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif kepada klien.
Tugas pokok :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana perawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila
diperlukan.
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
6) Mendampingi dokter selama visite untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan
7) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat.
8) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan
maupun tertulis.
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
11) Mempersiapkan pasien pulang
12) Membuat laporan harian
4. Perawat Associate
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Tugas pokok :
1) Memberikan pelayanan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
(1)Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun
(2)Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
(3)Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respon
klien pada catatan perawatan
2) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
(1)Pemberian obat
(2)Pemeriksaan laboratorium
(3)Persiapan klien yang akan dioperasi
3) Memperhatikan keseimbangan fisik, mental dan spiritual dari klien :
(1)Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
(2)Mengurangi penderitaan klien dengan memberikan rasa aman,
nyaman dan ketenangan.
(3)Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannya
6) Memberi pertolongan segera pada pasien gawat atau sakratul maut
7) Membantu kepala ruangan dan perawat primer dalam
ketatalaksanaan ruangan serta administratif.
(1) Menyiapkan data klien baru pulang atau meninggal
(2) Sensus harian dan formulir
(3) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan
dan keindahan ruangan
10) Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/ malam secara bergantian
11) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien tentang penyakitnya.
2.4.1.2 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan pasien (berdasarkan teori D.
Orem : Self-care Deficit)
1. Minimal Care
1) Pasien bisa mandiri / hampir tidak memerlukan bantuan :
(1) Mampu naik – turun tempat tidur
(2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
(3) Mampu makan dan minum sendiri
(4) Mampu mandi sendiri / mandi sebagian dengan bantuan
(5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
(6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
(7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
2) Status psikologis stabil
3) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
4) Operasi ringan
2. Partial Care
1) Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
(1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik – turun tempat tidur
(2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi / berjalan
(3) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
(4) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
(5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
(6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
2) Post operasi minor (24 jam)
3) Melewati fase akut dari post operasi mayor
4) Fase awal dari penyembuhan
5) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
6) Gangguan emosional ringan
3. Total Care
1) Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama
2) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke
kereta dorong / kursi roda
3) Membutuhkan latihan pasif
4) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intra vena (infus)
atau NG tube (sonde)
5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
7) Dimandikan perawat
8) Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2.4.1.3 Konsep Penghitungan Ketenagaan
Klasifikasi Pasien
Jumla Minimal Parsial Total
h Pagi Pagi Pagi
pasien Siang Siang Siang
Malam Malam Malam
Tabel 2.1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat
2.4.1.4 BOR ( Bed Occupation Rate)
Penghitungan jumlah tempat tidur dan BOR :

Rumus Perhitungan
BOR :
BOR = Jumlah Pasien X
100 %
Jumlah TT

2.4.2 Timbang terima


Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,
dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Komunikasi efektif yang digunakan dengan menggunakan SBAR yaitu :
S: Situation ( kondisi terkini yang terjadi pada klien )
B: Background ( info penting yang berhubungan dengan kondisi klien
terkini )
A: Assessment ( hasil pengkajian dari kondisi klien saat ini )
R: Recommendation ( rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah
dan perlu dilanjutkan termasuk discharger planning dan edukasi klien dan
keluarga )
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi.Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Pre conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post conference
adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-
masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan
untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri
dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan.
Tujuan pre conference adalah:
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.
3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
Syarat pelaksanaan
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
2. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, PP, dan PA (Jean,
et.Al, 1973)
Pedoman pelaksanaan conference:
1. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mendominasi dan memberi umpan balik
4. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang
berbeda
6. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
7. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin
dan kesesuainya dengan situasi lapangan
2.4.2.1 Tujuan
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.4.2.2 Langkah-langkah
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-
hal apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya
meliputi :
1) Jumlah pasien: jumlah pasien baru, jumlah pasien lama dan pasien
pulang
2) Identitas klien dan diagnosa medis
3) Masalah keperawatan
4) Data yang mendukung
5) Tindakan keperawatan yang sudah/ belum dilakukan
6) Rencana umum/ catatan khusus yang perlu dilakukan : pemeriksaan
penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu.
4. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien.
2.4.2.3 Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer
yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat
jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
(1) Identitas klien dan diagnosa medis.
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
(3) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
(4) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
(5) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
(6) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi
tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan
melakukan validasi data tidak lebih dari 5 menit.
3. Penutup
1) Kembali ke nurse station, klasifikasi data setelah keliling ke tiap
pasien
2) Tanda tangan perawat dan kepala ruangan di lembar timbang terima
3) Laporan/ handover alat-alat yang dimiliki.
2.4.3 Ronde Keperawatan
2.4.3.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat
assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
2.4.3.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.4.3.3 Kriteria Klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.4.3.4 Peran masing-masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
1) Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
6) Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
4) Mengarahkan dan koreksi

2.4.4 Discharge Planning


2.4.4.1 Pengertian
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses
terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan.
2.4.4.2 Tujuan Discharge Planning
Perencanaan pulang (discharge planning) bertujuan untuk:
1. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian klien.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada klien.
4. Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, ketrampilan
dan sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
2.4.4.3 Manfaat Discharge Planning
Discharge planning mempunyai manfaat:
1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
klien yang dimulai dari rumah sakit
2. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan klien
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
klien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
4. Membantu kemandirian klien dalam kesiapan melakukan perawatan
rumah
2.4.4.4 Komponen Discharge Planning
1. Kontrol (waktu dan tempat)
2. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai diet, aktivitas dan istirahat, perawatan diri,
perawatan luka. Pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat
pemahaman klien dan keluarga mengenai perawatan klien di rumah.
3. Obat-obatan yang masih diminumkan dan jumlahnya.
Pada klien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum,
dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan fotokopi hasil pemeriksaan
selama MRS dibawakan ke klien waktu pulang
1) Surat-surat seperti: surat keterangan istirahat, surat keterangan
dirawat RS, surat kontrol, dll.
2) Rujukan pelayanan kesehatan terdekat.
2.4.4.5 Tindakan Discharge Planning
Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu perencanaan pulang yaitu
meliputi:
1. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) pendidikan kesehatan
diharapkan bisa mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan
pengetahuan klien.
2. Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih klien kembali ke keluarga dan masyarakat antara
lain apa yang harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus
dilakukan keluarga.
3. Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung
antara perawatan community dengan rumah sakit sehingga dapat
mengetahui perkembangan klien dirumah.
2.4.4.6 Bagian dari Discharge Planning
Menurut Boyle (1999) discharge planning terdiri dari:
1. Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang
2. Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang
dibutuhkan atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian.
3. Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care).
4. Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan memonitor
kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba di rumah.
5. Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien di
rumah tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antara RS dengan masyarakat.
2.4.4.7 Jenis Discharge Planning
1. Conditional discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi klien bagus tidak terdapat kompilikasi. Klien
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari
pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan
akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu
dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi
klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat
Puskesmas terdekat. Pada ruang Palem II jika pasien menginginkan
pulang paksa maka pasien atau keluarga harus mengisi informed consent
terlebih dahulu, agar pihak rumah sakit tidak disalahkan jika ada risiko
setelah di rumah.
1) Meneruskan dengan obat jalan.
2) Meninggal.
2.4.4.8 Komponen Perencanaan Pulang (Komponen Discharge Planning)
1. Pada saat pasien masuk ruangan:
1) Menyambut kedatangan pasien
2) Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan
3) Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan
tenaga kesehatan lain
4) Melakukan pengkajian keperawatan
5) Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.
2. Selama masa perawatan:
1) Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain
2) Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul
sampai dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat.
3) Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, pengobatan, diet,
aktivitas, kontrol
3. Persiapan pasien pulang:
1) Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat
kontrol. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat pemahaman
klien dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti,
perawatan lanjutan seperti perawatan luka, NGT, dll.
2) Obat-obatan yang masih dikonsumsi klien dan dosisnya
Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus diminumkan,
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat, efek
samping yang mungkin muncul.
3) Obat-obatan yang dihentikan
Pada pasien JPS atau Askes kalau ada obat-obatan yang tidak diminum
lagi oleh klien, dikembalikan ke depo farmasi dan untuk pasien umum
mendapat ganti berupa uang di apotek dia membeli obat.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang pada
klien, tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi milik RS.
5. Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol, surat rujukan, dll.
2.4.4.9 Tindakan Keperawatan Pada Waktu Perencanaan Pulang
1. Mengkaji kebutuhan klien (fisiologis, psikologis, sosial dan kultural)
2. Mengembangkan rencana keperawatan yang sudah diterapkan dan
mendokumentasikan strategi discharge
3. Memberi pendidikan kepada keluarga dan klien
2.4.4.10 Peran Perawat Dalam Discharge Planning
1. Kepala Ruangan
1) Membuka acara discharge planning kepada pasien
2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2. Perawat Primer
1) Membuat rencana discharge planning
2) Membuat leaflet dan menyiapkan kartu discharge planning
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Menyediakan format discharge planning
6) Mendokumentasikan discharge planning
7) Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan
sampai dengan akhir perawatan)
3. Perawat Associate
Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah direncanakan
oleh perawat primer
2.4.4.11 Alur Discharge Planning
Dokter
PP
dan
dibantu
Tim
Keadaan pasien: PA
Keseha
tan 1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perenca
naan
Penyelesai Pulang Lain-lain
an
administras Program HE:
i - Kontrol dan Monitoring oleh petugas
obat/perawatan kesehatan dan keluarga
- Gizi
- Aktivitas dan istirahat
- Perawatan diri

2.5 Pembiayaan (M4/ MONEY)


2.5.1 Kompensasi
Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan
imbalan finansial. Terminologi dalam kompensasi adalah:
1. Upah dan Gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per
jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan,
atau tahunan
2. Insentif. Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar
gaji atau upah yang diberikan organisasi
3. Tunjangan
4. Fasilitas (Simamora, 2004).
2.5.2 Reward
Reward yaitu hadiah dan hukuman dalam situasi kerja, hadiah
menunjukkan adanya penerimaan terhadap perilaku dan perbuatan, sedangkan
hukuman menunjukkan penolakan perilaku dan perbuatannya.
Wahyuningsih (2009) juga mendefinisikan reward adalah
penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai. Francisca (2006)
memfokuskan definisi reward sebagai hadiah atau bonus yang diberikan karena
prestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling sederhana berupa
kata-kata seperti pujian adalah salah satu bentuknya. Reward biasanya digunakan
untuk mengendalikan jam kerja seseorang dalam organisasi (Raharja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada
kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai
evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat
meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga
ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006) bahwa reward yang diperoleh
atau diharapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi dari apa yang mereka
kerjakan akan merubah perilaku manusia secara fundamental.
2.4.2 Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/
pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap orang pasti beda
persepsi dan beda pendapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam
perusahaan. punishment yang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman
dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat mendidik. Selain itu
punishment juga merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini
digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar.
Ngalin purwanto (1988:238) membagi punishment menjadi dua macam yaitu:
1) Hukuman prefentif
Yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi
pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran
dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan
ancaman
2) Hukuman refresif
Yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran, oleh
adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi
kesalahan.
2.5 Pemasaran (M5/ MUTU)
2.6.1 Indeks Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen
dari produk yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan
Beteson (2011), yaitu: ”weithout custumers, the service firm has no reasonto
exist”. Definisi kepuasan masyarakat menurut Mowen (2011,): ”Costumers
satisfaction is defined as the overall attitudes regarding goods orservices after its
acquisition and uses”. Oleh karena itu, badan usaha harus dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga mencapai kepuasan masyarakat
dan lebih jauh lagi kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila
tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan masyarakat
akan suatu produk menjadi luntur dan beralih ke produk atau layanan yang
disediakan oleh badan usaha yang lain.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang
dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan
(aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:
1. Efektif
2. Sederhana
3. Kejelasan dan kepastian
4. Keterbukaan
5. Efisiensi
6. Ketepatan waktu
Berkembangnya era servqual juga memberi inspirasi pemerintah Indonesia
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan sektor publik. Salah satu
produk peraturan pemerintah terbaru tentang pelayanan publik yang telah
dikeluarkan untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja unit
pelayanan publik instansi pemerintah adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor: KEP- 25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004
tentang Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah. Ke-14 indikator yang akan dijadikan instrumen pengukuran
berdasarkan keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara di atas adalah
sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung
jawab). Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu kejelasan
wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan.
4. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat.
5. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
6. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
7. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati.
8. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
9. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
10. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
11. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang
bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan.
12. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
2.6.2 Hak Dan Kewajiban Pasien
Hak Pasien:
1. Hak untuk memperoleh informasi meliputi:
1) Diagnosa penyakit yang di deritanya
2) Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
3) Kemunginan penyakit yang timbul sebagai akibat tersebut serta rencana
tindakan untuk mengatasainya
4) Perkiraaan biaya pengobatan
2. Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya,
sesuai dengan peraturan yang berlaku dirumah sakit Pelabuhan Palembang
3. Hak untuk memberikan persetujuan/ menolak untuk tindakan atau
pemeriksaan yang akan dilakukan atas dirinya sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya
4. Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran
5. Hak mendapat pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
6. Berhak memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi
keperawatan
7. Hak atas “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk rekam
medisnya.
2.7 Evaluasi Keperawatan
2.7.1 Controlling
Controlling adalah serangkaian proses pengamatan terhadap kegiatan yang
dilakukan, serta menilai apakah kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana atau tidak. Controlling juga berarti mencari informasi tentang
berbagai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan melakukan tindakan
pencegahan bila diperlukan.
1. Survei kepuasan klien nilai ≥ 85%
2. Klien jatuh nilai 0
3. Kesalahan pemberian obat nilai 0
4. Penyulit transfusi 0
5. Dekubitus nilai ≤ 1,5%
6. Flebitis ≤ 5%
BAB 3
ANALISA SITUASI

3.1 Analisa Situasi Ruangan


3.1.1 Kajian Situasi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Pada tahun 2014 Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus sudah menjadi Rumah
Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.03/I/0115/2014 Tentang penetapan RSUD dr. Doris Sylavnus sebagai Rumah
Sakit Pendidikan, dengan visi misi :
3.1.1.1Visi RSUD dr. Doris Sylavnus Palangka Raya
Menjadi rumah sakit unggulan di Kalimantan Tengah Commented [A2]: Perbaiki visi

3.1.1.2 Misi RSUD dr. Doris Sylavnus Palangka Raya


1) Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK)
2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkomitmen
tinggi
3) Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern
4) Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
5) Menjadikan pusat pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan
3.1.1.3 Motto
Motto RSUD dr. Doris Sylavnus Palangka Raya adalah “Bajenta Bajorah”
yaitu Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua orang dengan ramah
tamah, tulus hati dan kasih sayang.
3.1.1.4 Tipe Rumah Sakit
RSUD dr. Doris Sylavnus adalah Rumah Sakit kelas B pendidikan Rumah
Sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis
terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten.
3.1.2 Kajian situasi di Ruang Nusa Indah
3.1.2.1 Karakteristik Unit
1). Tujuan Keperawatan
“Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai macam
kasus penyakit saraf, THT, Mata, dan Gigi Mulut, Mengacu pada Standar Asuhan
Keperawatan dan Standar Operational Prosedur dan peraturan yang berlaku”.
2). Motto
Bajenta Bajorah. Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua
orang dengan ramah tamah, tulus hati dan kasih sayang.
3.1.2.2 Sifat Kekaryaan Ruang
1). Fokus Telaah
Ruang Nusa Indah merupakan ruang rawat inap dengan kasus penyakit
saraf, THT, Mata dan Gigi mulut. Ruang nusa indah menggunakan Metode
Asuhan Keperawatan yang di adopsi dari SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional). Ruangan ini menggunakan pola Modifikasi Tim-
Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup. Masing-masing Tim/Grup
diketuai oleh perawat primer dan selanjutnya beranggotakan Perawat Asosiate
atau perawat pelaksana.
2). Lingkup Garapan
Ruang nusa indah atau ruang rawat inap dengan kasus penyakit saraf,
THT, Mata dan Gigi mulut.Ruang ini diperuntukan bagi pasien dewasa pria
ataupun wanita yang menderita penyakit saraf, THT, Mata dan Gigi
mulut.Beberapa contoh 10penyakit terbanyak pada bulan agustus dan september
yang sering ditemukan di Ruang Nusa Indah adalah ODS/ODD, Stroke Commented [A3]: Jangan disingkat

Hemoragik, Cidera kepala ringan, Stroke non hemoragik, Hipertensi.


3). Basis Intervensi
Dalam menerapkan basis intervensi, ruang Nusa indah (Penyakit saraf,
THT, Mata dan Gigi mulut sudah mempunyai Standar Prosedur Operasional
(SPO) dan Standar asuhan keperawatan (SAK) untuk proses tindakan
keperawatan. Standar operasional prosedur yang sudah ada di ruangan Nusa Indah
meliputi :
(1). SPO pemeriksaan EKG
(2). SPO pemasangan Infus
(3). SPO pemasangan NGT dan pemberian makanan lewat sonde
(4). SPO perawatan luka
(5). SPO resusitasi jantung-paru
(6). SPO memberikan obat melalui rectum
(7). SPO mengambil darah vena
(8). SPO memasang kateter
(9). SPO pemasangan venflon
(10). SPO pemasangan tranfusi darah
(11). SPO penatalaksanaan suction
(12). SPO terapi oksigen
(13). SPO manajemen nyeri
(14). SPO pelaksanaan ROM (Range of Motion)
(15). SPO pemberian nebulizer
(16). SPO perencanaan pasien pulang
Standar asuhan keperawatan (SAK) ruang Nusa Indah (Penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut) diantaranya :
(1). SAK Peningkatan Tekanan Intra Kranial
(2). SAK nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(3). SAK ketidakefektifan pola nafas
(4). SAK hipertermia
(5). SAK gangguan ADL (Activity Daily Living)
(6). SAK perubahan perfusi jaringan perifer/ serebral
(7). SAK nyeri
(8). SAK (Aktual/Resiko) kelebuhan volume cairan tubuh
(9). SAK (Aktual/Resiko) kerusakan integritas kulit/jaringan
(10). SAK (Aktual/Resiko) kekurangan volume cairan tubuh
(11). SAK kecemasan
(12). SAK Intoleransi aktivitas.
3.1.2.3 Model Layanan
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Nusa Indah adalah
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) berdasarkan SK
Menkes No. 188.4/0146/Kep-KUM/2012 yang merupakan perkembangan dari
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama professional antara Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiate (PA)
serta tenaga kesehatan lainnya. Metode modifikasi tim-primer yang terdiri dari:
Kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate.
3.1.2.4 Kapasitas Unit Ruangan
Ruang Nusa Indah terdiri dari 1 ruang nurse stasion, 1 ruang mahasiswa, 1
ruang bimbingan, 1 ruang Dokter Muda, 1 ruang kepala ruangan, 6 ruang yang Commented [A4]: Dimana ya?

berisi 20 tempat tidur 1 dapur dan 7 WC dan kamar mandi.


3.1.2.5 Jumlah penyakit Terbanyak
Jumlah 10 penyakit terbanyak yang dialami pasien pada bulan dari
Januari–Mei 2018 (berdasarkan hasil sensus petugas di Ruang Nusa Indah RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya).
Tabel 3.1. Daftar 10 penyakit terbanyak di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2018
No. Jenis Penyakit
1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Non Hemoragik
3. Hipertensi
4. Vertigo
5. Cedera Kepala Ringan
6. Chepalgia
7. Tumor orak
8. Hipokalemia
9. Abses Mandibula
10. Post Kraniatomy

3.1.2.6 Analisis Terhadap Klien


1). Karakteristik
(1). Berdasarkan Tingkat Pendidikan
(2). Berdasarkan Jenis Pekerjaan
(3). Berdasarkan Jenis Pembayaran
(4). Tingkat Ketergantungan
3.1.2.7 Analisis Unit Layanan Keperawatan.
1). Manajemen Unit
Adapun Struktur Organisasi Ruang Nusa Indah (Penyakit Saraf, THT, Mata
dan Gigi Mulut) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah : Commented [A5]: Perbaiki struktur organisasinya

Direktur RSUD dr.Doris Syvanus Palangka Raya

Wakil direktur Medik Dan Keperawatan

Kepala Bidang Keperawatan

Kepala Seksi Rawat Inap

Kepala Ruangan Nusa Indah Supervisor Ruangan Nusa


indah

Perawat Primer I Perawat Primer II


Indah
Perawat Associate Perawat Associate
Indah Indah
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 2 Juli 2018 meliputi
ketenagaan, sarana, dan prasana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran. Data
yang didapatkan dianalisi menggunakan analisis SWOT sehingga memperoleh
beberapa rumusan masalah kemudian dipilih sebagai prioritas masalah.
3.2.1 Sumber Daya Manusia (M1-Man)
Analisis ketenagaan, jumlah tenaga keperawata dan non keperawatan, latar
belakang pendidikan, status kepegawaian, jabatan, jenis pelatihan yang diikuti,
struktur organisasi, kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien.
1) Struktur Organisasi Pemberdayaan ( SDM )

Direktur

Bidang Wakil Direktur


Keperawatan

Kasir Kepala Ruangan


Lembaga CI
Administrasi
dan Gizi

PP 1 PP 2

PA PA

Klien Klien

Gambar 3.2Struktur Organisasi Pemberdayaan ( SDM )


3.1 Ketenagaan (M1)
Tabel 3.1.1 Tenaga keperawatan di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
No Nama Perawat Pendidikan Jabatan
Evi Monica Ruth,
1 D3 Kepala Ruangan
Amd.Kep
2 Ruhayati, Amd.Kep D3 Perawat Primer Commented [A6]: Is it true ?

3 Shalihah, Amd.Kep D3 Perawat Primer Commented [A7]: Is it true ?

4 Selvi Noviarti, Amd.Kep D3 Perawat Asociet


Anik Widya Lestari,
5 D3 Perawat Asociet
Amd.Kep
6 Ita Natali, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
7 Yulia Amelia, Amd.Kep. D3 Perawat Asociet
8 Wahyu Widodo, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
9 Novitae, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
10 Mei Riayu, S.Kep.Ns S1 Perawat Asociet
11 Grecia Mariati, S.Kep.,Ns S1 Perawat Asociet
Arlina Krismayasari,
12 D3 Perawat Asociet
Amd.Kep
Hido Hardwiarta,
13 D3 Perawat Asociet
Amd.Kep
14 Ima Indayani, Amd.Kep D3 Perawat Asociet Commented [A8]: Tenaga kontrak

1) Manusia
(1) Tenaga Perawat
N %
Kualifikasi Jumlah Jenis
o
Ners
1 2 14 % PNS
D
2 III Keperawatan 12 86 % PNS
Jumlah 12 100 %
(2) Non Keperawatan
Tenaga non keperawatan yang berada di Ruang Nusa Indah RSUD RS
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, terdiri dari:
Tabel 3.1 Jumlah tenaga di ruang Nusa Indah
No Kualifikasi Jumlah % Jenis
1 Administrasi 1 orang 25 % Karyawan tetap
2 Cleaning Service 2 orang 50 % Karyawan kontrak
3 Ahli Gizi 1 orang 25 % Karyawan tetap
Total 4 orang 100 %
Total Karyawan Ruang Nusa Indah: 17 orang
3.1.1.2 Discharge Planning
No. Indikator ∑ %
1 Ya 6 75 %
2 Tidak 2 25 %

keparawatan ronde keparawatan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah


ronde keperawatan (langkah-langkah ronde keperawatan terlampir), sedangkan
75% (6 orang) mengatakan ronde keparawatan dilakukan sesuai dengan langkah-
langkah ronde keperawatan (langkah-langkah ronde keperawatan terlampir) dan
25% (2 orang) mengatakan ronde keparawatan tidak pernah dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah ronde keperawatan (langkah-langkah ronde keperawatan
terlampir). Commented [A9]: Ga ada angin ga ada hujan, kenapa tiba2
muncul ronde keperawatan disini?
Tenaga keperawatan yang ada sudah cukup memenuhi kualifikasi RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, dimana hampir seluruh perawat Ruang Nusa
Indah sudah mendapatkan pelatihan seperti pelatihan BTCLS, PPI, Trauma
stroke. Tetapi untuk kualifikasi sebagai sebuah parameter peningkatan pelayanan
masih belum memadai, karena 2 orang yang mempunyai jenjang pendidikan S1
Keperawatan dengan masa kerja dari perawat tersebut 3 s/d 33 tahun sedang
melanjutkan pendidikan Profesi/S1. Kemampuan dalam bidang keperawatan
maupun kolaborasi dengan tenaga medis lain, pada umunya perawat di Ruang
Nusa Indah mempunyai kemampuan yang bagus. Karena kolaborasi yang
terbangun dengan petugas medis lain sangat baik.
2) Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat :
Kebutuhan tenaga perawat di Ruang Nusa Indah dan kebutuhan tenaga
perawat klien kelolaan mahasiswa dari hasil pengkajian sebagai berikut :
Diperoleh data dari hasil observasi pada tanggal 2 Juli 2018 bahwa
jumlah perawat yang dinas pagi yaitu 1 Kepala Ruangan, 1 Administrasi, 4
Perawat pelaksana. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga perawat
yang dinas pagi di Ruang Nusa Indah tanggal 2 Juli 2018 dengan jumlah
pasien 19 orang belum mencukupi jika dibandingkan dengan standar yaitu 5
orang perawat pelaksana yang dinas pagi dari hasil observasi ditemukan pada
shif pagi perawat pelaksana ada 4 orang perawat, sedangkan pada shif sore
standar tenaga perawat yang dibutuhkan 4 orang namun dari hasil observasi
ditemukan 2 perawat pelaksana yang bertugas dan shif malam sesuai dengan
standar keperawatan yaitu 2 orang.

Tabel 3.2 Struktur organisasi yang berjalan di ruangan


No Indikator ∑ %
1 Ya 8 100%
Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) perawat mengatakan merasa
puas dan sesuai dengan struktur organisasi yang berjalan di ruangan
berdasarkan kemampuan dibidangnya.
Struktur organisasi yang berjalan di ruangan telah berjalan sesuai
dengan kemampuan di bidangnya sehingga meminimalkan terjadinya
kesalahan dalam melakukan tindakan perawatan terhadap klien, dapat
tercapainya proses keperawatan yang sesuai dengan bidang
kemampuannya masing-masing dan menjadi lebih terkontrol.
Tabel 3.3 Pembagian tugas di ruangan berdasarkan struktur organisasi
No. Indikator ∑ %
1 Ya 8 100%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) perawat mengatakan


pembagian tugas sudah sesuai dengan struktur organisasi yang ada, dan
tidak ada perawat mengatakan tidak ada pembagian tugas yang tidak
sesuai dengan struktur organisasi.
Pembagian tugas yang sudah sesuai dengan struktur yang ada dapat
membantu proses keperawatan menjadi lebih terkendali.
Tabel 3.4 Kepala ruangan sudah melaksanakan tugas dengan optimal
No Indikator ∑ %
1 Ya 7 orang 87%
2 Tidak 1 Orang 13%

Berdasarkan data diatas 87 % (7 orang) perawat mengatakan Kepala


ruangan sudah melaksanakan tugas dengan optimal, dan 13 % (1 orang)
perawat mengatakan kepala ruangan kurang melaksanakan tugas dengan
optimal.
Kepala ruangan dapat bertugas dengan baik dalam mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat yang
berada di wilayah tanggungjawabnya.

Tabel 3.6 perawat merasa mendapatkan kesempatan meningkatkan kerja


melalui pelatihan
No Indikator ∑ %
1 Ya 6 orang 75%
2 Tidak 2 Orang 25%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) perawat mengatakanmerasa


harus mendapatkan kesempatan meningkatkan kerja melalui pelatihan, dan
25% (2 orang) perawat mengatakan merasa tidak perlu mendapatkan
kesempatan meningkatkan kerja melalui pelatihan.
Tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, sesuai dari
keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan.
Dengan demikian pelatihan dimaksudkan
Tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, sesuai dari
keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan.
Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih
luas, dan tidak terbatas sematamata hanya untuk mengembangkan
keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan
individu dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Tabel3.7 kepuasan perawat dalam kebijaksanaan RS memberikan
pelatihan
No. Indikator ∑ %
1 Ya 1 13%
2 Tidak 7 87%

Berdasarkan data diatas 13% (1 orang) perawat mengatakan puas


perawat dalam kebijaksanaan RS memberikan pelatihan, dan 87% (7
orang) perawat mengatakan merasa tidak puas perawat dalam
kebijaksanaan RS memberikan pelatihan.
Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak
dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang
di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan
tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar
sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa
yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut
dapat terpenuhi
Tabel 3.8 kepuasan perawat dalam hal jumlah pendapatan berdasarkan
pendidikan
No. Indikator ∑ %
1 Ya 2 25%
2 Tidak 6 75%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) perawat mengatakan tidak


puas dalam hal jumlah pendapatan berdasarkan pendidikan, dan 25% (2
orang) perawat mengatakan merasa puas puas dalam hal jumlah
pendapatan berdasarkan pendidikan.
Pendapatan sangat penting untuk menunjang kesejahteraan perawat
dan menambah semangat untuk bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pendidikannya.

Tabel 3.9 kesempatan perawat mengambil cuti 1 minggu


No Indikator ∑ %
1 Ya 3 37%
2 Tidak 5 63%

Berdasarkan data diatas 63% (5 orang) perawat mengatakan tidak


ada kesempatan mengambil cuti 1 minggu, dan 37% (3 orang) perawat
mengatakan ada kesempatan mengambil cuti 1 minggu.
Kurangnya kesempatan untuk cuti dapat meningkatkan beban kerja
bagi perawat, sebaiknya perawat dalam suatu ruangan harus tercukupi
untuk menambah tenaga keperawatan dan masing-masing perawat
mendapat cuti 1 minggu.
Tabel 3.10 peran POS dapat meringankan kerja perawat
No Indikator ∑ %
1 Ya 8 100%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) perawat mengatakan peran


POS dapat meringankan kerja perawat Commented [A10]: Tidak ada POS di nusa indah

Berdasarkan data diatas 62% (5 orang) perawat mengatakan jumlah


perawat dan pasien sudah sesuai di ruangan,dan 38% (3 orang) perawat
mengatakan
jumlah perawat dan pasien tidak sesuai di ruangan. Dukungan SDM
yang optimal diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
Tabel 3.12 kepuasan perawat terhadap pembagian tugas ruangan
No. Indikator ∑ %
1 Ya 8 100 %
2 Tidak 0 0%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) perawat mengatakan puas


terhadap pembagian tugas di ruangan, dan 0% (0 orang) perawat
mengatakan tidak ada perawat yang tidak puas terhadap pembagian tugas
di ruangan.
Pembagian tugas yang baik akan meningkatkan kualitas kerja dari
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang terkendali.
3.2.1.1 Lokasi dan Denah Ruangan
Penerapan proses manajerial keperawatan dan kegiatan pembelajaran
manajemen keperawatan mahasiswa STIKes Eka Harap Palangka Raya
mengambil tempat di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
dengan pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 2 Juli 2018 Adapun data
yang didapat sebagai berikut:
Tabel 3.15 perawat berencana menambah peralatan perawatan
No. Indikator ∑ %
1 Ya 3 63%
2 Tidak 5 37%

Berdasarkan data diatas 63% (3 orang) perawat mengatakan


berencana menambah peralatan perawatan,dan 37% (4 orang) perawat
mengatakan tidak berencana menambah peralatan perawatan. Peralatan
yang lengkap menunjang dalam pelayanan kesehatan yang optimal.
Tabel 3.16 jumlah alat dengan rasio pasien
No. Indikator ∑ %
1 Ya 0 0%
2 Tidak 8 100%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) perawat mengatakan jumlah


alat tidak sesuai dengan rasio pasien. Dikarenakan ada beberapa alat yang
tidak memungkinkan untuk digunakan sehingga alat tidak sesuai dengan
rasio pasien. Agar alat sesuai dengan rasio pasien, maka dapat diajukan
untuk menambah agar peralatan di ruangan dapat terpenuhi.
Tabel 3.17 kelengkapan fasilitas ruangan
No Indikator ∑ %
1 Ya 0 0%
2 Tidak 8 100%
Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) perawat mengatakan
fasilitas ruangan tidak lengkap untuk perawatan pasien, Fasilitas ruangan
yang tidak lengkap diajukan ke kepala ruangan/ penanggung jawab
ruangan untuk dapat dipenuhi agar pasien merasa aman dan nyaman
selama perawatan di ruangan.
Tabel 3.18 perawat mengerti cara menggunakan semua alat perawatan
No. Indikator ∑ %
1 Ya 8 100%
2 Tidak 0 0%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) perawat mengatakan


mengerti cara menggunakan semua alat perawatan. Dengan adanya
pengetahuan perawat mengenai penggunaan alat perawatan, maka dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan terhadap perawatan yang diberikan
kepada pasien.
3.2.1.2 Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 2 Juli 2018 didapatkan
gambaran kapasitas tempat tidur di ruang Nusa Indah terdapat 20 tempat tidur
dengan rincian sebagai berikut:
1. Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Nusa Indah
Kelas I : 2 bed
Kelas II : 6 bed
Kelas III : 12 bed
Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktek
manajemen keperawatan.
Kelas I : 1 bed
Kelas II : 3 bed
Kelas III : 6 bed
3.2.1.3 Peralatan dan Fasilitas
(1) Fasilitas untuk pasien

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Tempat Tidur pasien 20 buah Pagar bad Commented [A11]:
rusak 8
buah,
kasur baik
20 buah,
kualitas
bad kurang
baik 8
buah dan
perlu
diperbaiki.
2 Kursi keluarga 18 buah Baik
pasien
3 Kipas angin 4 buah 2 baik 2
rusak
4 Wastafel 5 buah Baik
5 Lemari pasien 15 buah Baik
6 WC Pasien 6 kamar Cukup
baik
7 Bantal 20 buah Baik
Tabel 3.19 peralatan dan fasilitas.

(2) Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi :


Tabel 3.20 Fasilitas untuk petugas kesehatan

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1. Kamar mandi dan 1 kamar Baik
WC
2. Ruang kepala 1 kamar Baik
ruangan
3. Telepon 1 buah Baik
4. Kipas angin 1 buah Baik
5. Lemari kantor 2 buah Baik
6. Meja kantor 3 buah Baik
7. Kursi kantor 8 buah Baik
8. Papan tulis 3 buah Baik
9. Sofa set 1 buah Baik
10. Loker untuk perawat 1 buah Baik
11. AC 2 buah Baik
12. TV 2 buah Baik
13. Jam dinding 1 buah Baik
14. Wastafel 1 buah Baik
15. Dispenser 1 buah Baik
(3) Fasilitas Peralatan dan bahan kesehatan yang ada diruangan Nusa Indah
Tabel 3.21 fasilitas peralatan medis dan bahan kesehatan
Kondisi
No Nama alat Jumlah Rusak Rusak Ideal
Baik
Ringan Berat Usulan
1 Baki instrumen kecil 3 3 - - 2/ruangan Ditambah 1
2 Baki instrumen Sedang 3 3 - - 2/ruangan Ditambah 1
3 Baki instrumen besar 3 3 - - 2/ruangan Ditambah 1
4 Bed pasien 20 20 - - 20/ruangan
5 Brankar 1 1 - - 2/ruangan Ditambah 1
6 Oksigen 6 6 - - 2/kamar Ditambah 7
7 Oksigen Transfort 1 1 - - 2/ruangan Ditambah 1
8 Troli mandi 2 2 - - 3/ruangan Ditambah 1
9 Waskom 3 3 - - Ditambah 1
10 Suction 1 1 - - Ditambah 1
11 Kipas Angin 4 1 - 3 Diperbaiki3
12 Troli Oksigen 1 1 - - Ditambah 1
13 Alat GV 2 2 - - 2/ruangan Ditambah 4
14 Spignomanometer 4 4 - - 2/ruangan Ditambah 2
16 Termometer 5 2 2 1 3/ruangan Ditambah 2
17 Torniquet 2 1 - - Ditambah 2
18 AC 4 2 - - -
19 Troli Alat 3 3 - - Ditambah 2
21 Tromo Besar 1 1 - - Ditambah 1 Commented [A12]: Ga ada

22 Tromo Kecil 0 0 - - Ditambah 2 Commented [A13]: Ga ada

23 Alat Huknah 1 1 - - Ditambah 2 Commented [A14]: Ga ada

24 Bak Sampah Besar 6 6 - - Ditambah 1


25 Bak Sampah Kecil 2 2 - - Ditambah 6
26 Stetoskop 2 2 - - 2/ruangan Ditambah 3
27 Wastafel 6 5 - 1 Diperbaiki1
28 Kursi Roda 2 2 - - Ditambah 2
29 Nebulizer 1 1 - - Ditambah 1
30 Lemari Dokumen 1 1 - - Ditambah 1
31 Loker Perawat 1 1 - - Ditambah 1
32 Tempat Sepatu 1 1 - - -
33 APAR 1 1 - - - Commented [A15]: 2
34 Stik Laken 80 80 - 5 -
35 Sprei 80 80 - 5 -
36 Baju Operasi 10 10 - -
37 Selimut 2 2 - -
38 Timbang Badan 1 1 - -
39 Infus Pump 1 1 - - -
42 Suction 1 1 - - Ditambah 1 Commented [A16]: Sudah disebutkan diatas

43 Waskom 3 3 - - Ditambah 2
44 Hand scrub 4 4 - - Ditambah 2
45 Hand wash 1 1 - - Ditambah 6
4) Fasilitas pasien.
(1) Kamar kelas 1
Kamar kelas 1 untuk 1 kamar untuk 1 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 1 buah
b) Bed pasien 1buah
c) Meja 1 buah
d) Lemari pasien 1 buah
e) Kamar mandi dan WC
f) Urinal, pispot.
g) Tempat sampah 1 buah
h) AC 1 buah
(2) Kamar kelas 2
Kamar kelas 2 untuk 1 kamar untuk 3 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 3 buah
b) Bed pasien 3 buah
c) Kamar mandi dan WC
d) Urinal, pispot.
e) Kipas Angin 3 buah
f) Ac 1 buah
g) Lemari pasien 3 buah
h) Meja 2 buah
(3) Kamar kelas 3
Kamar kelas 3 untuk 1 kamar untuk 6 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 5
b) Bed pasien 6 buah
c) Lemari pasien 6
d) Meja 5 buah
e) Kamar mandi dan WC
f) Urinal, pispot
g) Kipas Angin 2 buah
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan
di Ruang Nusa Indah sebagian sudah memenuhi jumlah standar yang
ditetapkan oleh RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Tidak semua
peralatan ada standar jumlahnya dan tidak semua alat yang ada standar
jumlahnya tersedia di ruangan sehingga peralatan di ruangan masih perlu
ditambah sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit. Alat-
alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan
sesuai kebutuhan klien. Sebagian besar peralatan dalam keadaan baik,
namun terdapat juga beberapa peralatan dalam keadaan rusak ringan
bahkan sampai rusak berat. Untuk peralatan yang tidak ada standar
jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan kriteria
kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Pengadaan alat-alat
kesehatan di Ruang Nusa indah dikoordinasi oleh penanggung jawab yang
telah di pilih oleh kepala ruangan.
3.2.2 Metode (M3)
Tabel 3.2.3 Peran kepala ruangan penting dalam model tim
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%
Berdasarkan data diatas 63% (5 orang) perawat mengatakan peran
kepala ruangan selalu dalam model tim, 37% (3 orang) perawat
mengatakan peran kepala ruangan kadang-kadang penting dalam model
tim. Peran kepala ruangan masih dianggap sangat penting dalam
mengelola ruangan dan pembentukkan tim dalam pelaksanaan tugas
keperawatan.
Tabel 3.2.4 Tanggung jawab anggota tim terhadap pemberian asuhan
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) perawat mengatakan anggota
tim selalu bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan, 25% (2 orang)
perawat mengatakan anggota tim kadang-kadang bertanggung jawab
terhadap pemberian asuhan. Anggota tim masih memiliki rasa tanggung
jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan yang baik bagi pasien
demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat kelalaian
perawat.
Tabel 3.2.5 anggota tim bekerjasama dengan anggota antar tim
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) perawat mengatakan anggota
tim selalu bekerjasama dengan anggota antar tim, 25% (2 orang) perawat
mengatakan anggota tim kadang-kadang bekerjasama dengan anggota
antar tim. Kerjasama antara anggota tim sangat diperlukan agar pekerjaan
dapat terlaksanakan dengan baik, dan di ruangan Nusa Indah masih
banyak anggota tim yang melakukan kerjasama antar tim demi kelancaran
pelayanan kesehatan.
Tabel 3.2.6 Anggota tim memberikan laporan
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 7 88%
Berdasarkan data diatas 88% (7 orang) perawat mengatakan
anggota tim selalu memberikan laporan, 12% (1 orang) perawat
mengatakan anggota tim kadang-kadang memberikan laporan. Perawat
perlu memberikan laporan disetiap dinas untuk mengetahui seperti apa
keadaan pasien dan berapa jumlah pasien yang dirawat pada saat itu serta
mengenai kelanjutan perawatan pasien.
3.2.2.1 TimbangTerima
Tabel 3.3.0 saat timbang terima perawat menyiapkan status pasien.

No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 7 88%

Berdasarkan data diatas 88% (7 orang) mengatakan perawat selalu


menyiapkan status pasien saat timbang terima, sedangkan 12% (1 orang)
mengatakan perawat kadang-kadang menyiapkan status pasien saat timbang
terima. Perawat perlu menyiapkan status pasien untuk dapat melihat
perkembangan keadaan pasien melalui statusnya serta berbagai terapi yang
didapat termasuk mengenai timbang terima pasien.

Tabel 3.3.1 perawat menyiapkan buku catatan dan peralatan tulis


No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 8 100%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) mengatakan perawat selalu


menyiapkan buku catatan dan peralatan tulis. Alat tulis dan catatan sangat
diperlukan untuk menulis setiap hal yang dianggap penting dan perlu tindakan
segera serta catatan mengenai keadaan pasien dan setiap kebutuhannya sebagai
pegangan bagi perawat.

Tabel 3.3.2 timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan pada pergantian shift
dari malam ke pagi dari pagi ke sore dan pergantian shift dari sore ke malam di
pimpin oleh perawat primer.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%
Berdasarkan data diatas 63% (5 orang) mengatakan kepala
ruangan/perawat primer selalu memimpin timbang terima pada pergantian
shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore dan pergantian shift dari sore ke
malam di pimpin oleh ketua tim atau perawat primer, sedangkan 37% (3
orang) mengatakan kepala ruangan/ketua tim kadang-kadang memimpin
timbang terima pada pergantian shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore
dan pergantian shift dari sore ke malam di pimpin oleh ketua tim atau
perawat primer. Timbang terima seharusnya dipimpin oleh salah satu
perawat yang bertugas sebagai perawat primer pada saat itu karena
perawat primer dianggap sebagai pemimpin /ketua tim pada saat shift
tersebut yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas perawat
pelaksana.
Tabel 3.3.3 Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%

Berdasarkan data diatas 63% (5 orang) mengatakan pelaksanaan


selalu dimulai dari nurse station, sedangkan 37% (3 orang) mengatakan
pelaksanaan kadang-kadang dimulai dari nurse station. Timbang terima
perlu dilaksanakan setiap pergantian shift terutama menjelaskan masalah
pasien dan indakan segara yang dilakukan setelah pergantian shift.
Tabel 3.3.4 timbang terima di lanjutkan dengan melihat langsung kondisi pasien.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 5 62%
3 Selalu 3 38%

Berdasarkan data diatas 62% (5 orang) mengatakan pelaksanaan


selalu dimulai dari nurse station, sedangkan 38% (3 orang) mengatakan
pelaksanaan kadang-kadang dimulai dari nurse station. Timbang terima
dilanjutkan dengan melihat kondisi pasien perlu dilakukan agar setiap
pergantian shift perawat yang akan melanjutkan asuhan keperawatan
mengetahui lansung keadan pasien.

Tabel 3.3.5 hal-hal yang sifatnya khusus di catat dan di serah terimakan pada
perawat shift berikutnya
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) mengatakan selalu mencatat


hal-hal yang sifatnya khusus untuk di serah terimakan pada perawat shift
berikutnya, sedangkan 25% (2 orang) mengatakan kadang-kadang
mencatat hal-hal yang sifatnya khusus untuk di serah terimakan pada
perawat shift berikutnya, dan 0 % (0 orang) mengatakan tidak pernah
mencatat hal-hal yang sifatnya khusus untuk di serah terimakan pada
perawat shift berikutnya. Hal-hal yang bersifat khusus yang menyangkut
tindakan keperawatan, medis (dokter) dan kondisi klien perlu di catat dan
diserah terimakan pada perawat ship berikutnya untuk menjaga keamanan
dan keselamatan pasien.
Tabel 3.3.6 perawat shift berikutnya validasi data ke pasien.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) mengatakan perawat shift


berikutnya selalu validasi data ke pasien, sedangkan 25% (2 orang)
mengatakan perawat shift berikutnya kadang-kadang validasi data ke
pasien, dan 0 % (0 orang) mengatakan perawat shift berikutnya tidak
pernah validasi data ke pasien.

Tabel 3.3.7 perawat menyapa pasien dan menanyakan kondisi/keluhan yang


dirasakan saat ini.
NO INDIKATOR ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) mengatakan perawat selalu


menyapa pasien dan menanyakan kondisi/keluhan yang dirasakan saat ini.,
sedangkan 25% (2 orang) mengatakan perawat kadang-kadang menyapa
pasien dan menanyakan kondisi/keluhan yang dirasakan saat ini., dan 0%
(0 orang) mengatakan perawat tidak pernah menyapa pasien dan
menanyakan kondisi/keluhan yang dirasakan saat ini.
Table 3.3.8 waktu timbang terima tidak lebih dari 5 menit kecuali pasien kondisi
khusus.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%

Berdasarkan data diatas 37% (3 orang) mengatakan waktu timbang


terima selalu tidak lebih dari 5 menit kecuali pasien kondisi khusus,
sedangkan 63% (5 orang) mengatakan waktu timbang terima kadang-
kadang tidak lebih dari 5 menit kecuali pasien kondisi khusus.
Table 3.3.9 penyampaian dilakukan singkat dan jelas.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) mengatakan penyampaian


selalu dilakukan singkat dan jelas, sedangkan 25% (2 orang) mengatakan
penyampaian kadang-kadang dilakukan singkat dan jelas. Penyampaian
yang dilakukan dengan singkat dan jelas sangat perlu dilakukan untuk
memudahkan perawat yang melanjutkan shift berikutnya dapat melakukan
asuhan keperawatan secara efektif.
Table 3.3.10 perawat menyebutkan identitas diri.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 8 100%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) mengatakan perawat


selalu menyebutkan identitas diri. Memperkenalkan diri penting dalam
melakukan interaksi dengan klien dalam melaksanakan asuhan
keperawatan
Tabel 3. 3.11 perawat menyebut diagnosa.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 8 100%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) mengatakan perawat


selalu menyebutkan diagnosa. Menjelaskan masalah diagnosa medis yang
dihadapi pasien merupakan hal yang penting agar pasien maupun keluarga
memahami penyakit yang pasien derita saat ini.
Tabel 3.3.12 perawat menyebutkan data obyektif.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 4 50%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 1 13%
Berdasarkan data diatas 13% (1 orang) mengatakan perawat selalu
menyebutkan data obyektif, sedangkan 37% (3 orang) mengatakan
perawat kadang-kadang menyebutkan data obyektif, dan 50% (4 orang)
mengatakan perawat tidak pernah menyebutkan data obyektif. Data
objektif merupakan data yang harus selalu ada dalam melakukan asuhan
keperawatan kerena merupakan hasil dari penilain klien secara lansung
oleh perawat.

Tabel 3.3.13 perawat menyebutkan data penunjang lain.


No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 5 62%
3 Selalu 3 38%

Berdasarkan data diatas 38% (3 orang) mengatakan perawat selalu


menyebutkan data penunjang lain, sedangkan 62% (5 orang) mengatakan
perawat kadang-kadang menyebutkan data penunjang lain. Data penunjang
merupakan data penting dalam merumuskan masalah keperawatan dan
tindakan segara dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Tabel 3.3.14 perawat menyebutkan tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
No. Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 1 12%

3 Selalu 7 88%

Berdasarkan data diatas 88% (7 orang) mengatakan perawat selalu


menyebutkan tindakan keperawatan yang dilaksanakan, sedangkan 12% (1
orang) mengatakan perawat kadang-kadang menyebutkan tindakan
keperawatan yang dilaksanakan. Menyebutkan tindakan yang telah
dilakukan merupakan bagian penting dalam menjalankan asuhan
keperawatan.
Tabel 3.3.15 perawat menyebutkan intervensi kolaboratif dan juga menyebutkan
persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 6 75%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25% (2 orang) mengatakan perawat selalu


menyebutkan intervensi kolaboratif dan juga menyebutkan persiapan yang
perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, sedangkan 75% (6 orang)
mengatakan perawat kadang-kadang menyebutkan intervensi kolaboratif
dan juga menyebutkan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya. Mendekumentasikan tindakan kolaborasi merupakan
tanggung jawab perawat dalam melaksanankan asuhan keperawatan.
Tabel 3.3.16 perawat kembali ke nurse station untuk mendiskusikan hasil validasi
data langsung.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 4 50%

3 Selalu 4 50%

Berdasarkan data diatas 50% (4 orang) mengatakan perawat


kembali ke nurse station untuk mendiskusikan hasil validasi data
langsung, sedangkan 50% (4 orang) mengatakan perawat kadang-kadang
kembali ke nurse station untuk mendiskusikan hasil validasi data
langsung. Kembali ke nurse station dan mendiskusikan validitas data
langsung tentang pasien merupakan suatu keharusan yang dilakukan
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Tabel 3.3.17 perawat memimpin timbang terima menyebutkan rencana kerja bagi
shift berikutnya dan mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku
laporan oleh ketua tim.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 6 75%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25% (2 orang) mengatakan perawat


memimpin timbang terima selalu menyebutkan rencana kerja bagi shift
berikutnya dan mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku
laporan oleh ketua tim, sedangkan 75% (6 orang) mengatakan perawat
memimpin timbang terima kadang-kadang menyebutkan rencana kerja
bagi shift berikutnya dan mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima
di buku laporan oleh ketua timKetua tim wajib memimpin dan
menyebutkan rencana kerja dalam melaksanakan asuhan keperawatan
lanjutan bagi shift berikutnya dan mendokumentasikan di dalam buku
laporan timbang terima oleh Ketua tim.

3.2.2.2 Ronde Keperawatan


Tabel 3.3.18 di ruangan ini melakukan ronde keperawatan.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 7 88%

2 Kadang-kadang 1 12%

3 Selalu 0 0%
Berdasarkan data diatas menunjukan 12% (1 orang) mengatakan di
ruangan ini hanya kadang-kadang melakukan ronde keperawatan, dan 88%
(7 orang) mengatakan di ruangan ini tidak pernah melakukan ronde
keperawatan.
Tabel 3.3.19 Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 2 25%

2 Kadang-kadang 3 37%

3 Selalu 3 38%

Berdasarkan data diatas menunjukan 38% (3 orang) mengatakan


penetapan kasus selalu minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde, sedangkan 37% (3 orang) mengatakan penetapan kasus hanya
kadang-kadang minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde, dan
25 % (2 orang) mengatakan penetapan kasus tidak pernah satu hari
sebelum waktu pelaksanaan ronde.
Tabel 3.3.20 memberi informed concent kepada kien dan keluarganya.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 3 37%

3 Selalu 5 63%

Berdasarkan data diatas hanya 63% (5 orang) mengatakan selalu


memberi informe concent kepada kien dan keluarganya, sedangkan 37%
(3 orang) mengatakan kadang-kadang memberi informed concent kepada
klien dan keluarganya.
Tabel 3.3.21 perawat primer dan asosiasi menjelaskan keadaan dan data
demografi klien.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 1 12%

2 Kadang-kadang 3 38%

3 Selalu 4 50%

Berdasarkan data diatas 50% (4 orang) hanya mengatakan perawat


primer dan asosiasi selalu menjelaskan keadaan dan data demografi klien,
sedangkan 38% (3 orang) mengatakan perawat primer dan asosiasi
kadang-kadang menjelaskan keadaan dan data demografi klien, dan 12%
(1 orang) mengatakan perawat primer dan asosiasi tidak pernah
menjelaskan keadaan dan data demografi klien.

Tabel 3.3.22 perawat primer dan asosiasi menjelaskan masalah keperawatan


utama.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 6 75%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas menunjukan 25% (2 orang) mengatakan perawat


primer dan asosiasi selalu menjelaskan masalah keperawatan utama, sedangkan
75% (6 orang) mengatakan perawat primer dan asosiasi kadang-kadang
menjelaskan masalah keperawatan utama.
Tabel 3.3.23 perawat primer dan asosiasi menjelaskan intervensi yang akan
dilakukan.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas hanya 75% (6 orang) mengatakan perawat


primer dan asosiasi selalu menjelaskan intervensi yang akan dilakukan,
sedangkan 25% (2 orang) mengatakan perawat primer dan asosiasi
kadang-kadang menjelaskan intervensi yang akan dilakukan.
Tabel 3.3.24 perawat primer dan perawat asosiasi menjelaskan alasan ilmiah
tindakan yang akan diambil.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas hanya 75% (6 orang) mengatakan perawat


primer dan perawat asosiasi selalu menjelaskan alasan ilmiah tindakan
yang akan diambil, sedangkan 25% (2 orang) mengatakan perawat primer
dan perawat asosiasi kadang-kadang menjelaskan alasan ilmiah tindakan
yang akan diambil.
Tabel 3.3.25 ronde keparawatan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah ronde
keperawatan (langkah-langkah ronde keperawatan terlampir).
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 7 88%

2 Kadang-kadang 1 12%

3 Selalu 0 0%

Berdasarkan data diatas 12% (1 orang) mengatakan ronde


keparawatan dilakukan kadang-kadang sesuai dengan langkah-langkah
ronde keperawatan (langkah-langkah ronde keperawatan terlampir) dan
88% (7 orang) mengatakan ronde keparawatan tidak pernah dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah ronde keperawatan (langkah-langkah
ronde keperawatan terlampir).
Tabel 3.3.26 pelaksanaan ronde dilakukan tindakan keperawatan pada masalah
prioritas yang telah ditetapkan.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 7 88%

2 Kadang-kadang 1 12%

3 Selalu 0 0%

Berdasarkan data diatas hanya 12% (1 orang) mengatakan


pelaksanaan ronde kadang-kadang dilakukan tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah ditetapkan, sedangkan 88% (7 orang)
mengatakan pelaksaanaan ronde tidak penah dilakukan tindakan
keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan.
Tabel 3.3.27 mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 1 12%

2 Kadang-kadang 5 63%

3 Selalu 2 25%
Berdasarkan data diatas hanya 25% (2 orang) mengatakan selalu
mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan, sedangkan 63% (5 orang)
mengatakan kadang-kadang mendiskusikan hasil temuan dan tindakan
pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
dan12% (1 orang) mengatakan tidak pernah mendiskusikan hasil temuan
dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu
dilakukan.
3.2.2.3 Supervisi Keperawatan
Tabel 3.3.28 supervisor menetapkan kegiatan yang akan di supervisi
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 5 63%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 1 12%

Berdasarkan data diatas hanya 12% (1 orang) mengatakan


supervisor selalu menetapkan kegiatan yang akan di supervisi, sedangkan
25 % (2 orang) mengatakan supervisor kadang-kadang menetapkan
kegiatan yang akan di supervisi, dan 63 % (5 orang) mengatakan
supervisor tidak pernah menetapkan kegiatan yang akan di supervisi.
Tabel 3.3.28 supervisor menetapkan tujuan supervisi

No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 4 50%

2 Kadang-kadang 3 37%

3 Selalu 1 13%

Berdasarkan data diatas menunjukan 13 % (1 orang) mengatakan


supervisor selalu menetapkan kegiatan yang akan di supervisi, sedangkan
37 % (3 orang) mengatakan supervisor kadang-kadang menetapkan
kegiatan yang akan di supervisi, dan 50 % (4 orang) mengatakan
supervisor tidak pernah menetapkan kegiatan yang akan di supervise.

Tabel 3.3.29 supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan pelayanan


bersama-sama ketua tim dan perawat pelaksana
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 3 38%

2 Kadang-kadang 3 37%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas hanya 25 % (2 orang) mengatakan


supervisor selalu ikut dalam pendokumentasian kegiatan pelayanan
bersama-sama ketua tim dan perawat pelaksana, sedangkan 38 % (3 orang)
mengatakan supervisor kadang-kadang ikut dalam pendokumentasian
kegiatan pelayanan bersama-sama ketua tim dan perawat pelaksana dan 37
% (3 orang) mengatakan supervisor tidak pernah ikut dalam
pendokumentasian kegiatan pelayanan bersama-sama ketua tim dan
perawat pelaksana.
Tabel 3.3.30 supervisor meneliti dokumentasi status pasien
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 2 25%

2 Kadang-kadang 3 37%

3 Selalu 3 38%

Berdasarkan data diatas menunjukan 38 % (3 orang) mengatakan


supervisor selalu meneliti dokumentasi status pasien, sedangkan 37 % (3
orang) mengatakan supervisor kadang-kadang meneliti dokumentasi status
pasien dan 25 % (2 orang) mengatakan supervisor tidak pernah meneliti
dokumentasi status pasien.
Tabel 3.3.31 supervisor meneliti dokumentasi status pasien
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 1 12%

2 Kadang-kadang 4 50%

3 Selalu 3 38%

Berdasarkan data diatas hanya 38% (3 orang) mengatakan


supervisor selalu meneliti dokumentasi status pasien, sedangkan 50 % (4
orang) mengatakan supervisor kadang-kadang meneliti dokumentasi status
pasien dan 12 % (1 orang) mengatakan supervisor tidak pernah meneliti
dokumentasi status pasien.
Tabel 3.3.32 supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan pembinaan
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 1 12%

2 Kadang-kadang 4 50%

3 Selalu 3 38%

Berdasarkan data diatas hanya 38% ( orang) mengatakan supervisor


selalu mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan pembinaan, sedangkan
50% (4 orang) mengatakan supervisor kadang-kadang mendapatkan hal-
hal yang perlu dilakukan pembinaan dan 12% (1 orang) mengatakan
supervisor tidak pernah mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan.
Tabel 3.3.33 supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 4 50%


2 Kadang-kadang 3 38%

3 Selalu 1 12%

Berdasarkan data diatas menunjukan 12 % (1 orang) mengatakan


supervisor selalu mengklasifikasi permasalahan yang ada, sedangkan 38 %
(3 orang) mengatakan supervisor kadang-kadang mengklasifikasi
permasalahan yang ada dan 50 % (4 orang) mengatakan supervisor tidak
pernah mengklasifikasi permasalahan yang ada.
Tabel 3.3.34 supervisor memberikan masukan pada ketua tim dan perawat
pelaksanaan
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 4 50%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas meenunjukan 25 % (2 orang) mengatakan


supervisor selalu memberikan masukan pada ketua tim dan perawat
pelaksana, sedangkan 25 % (2 orang) mengatakan supervisor kadang-
kadang memberikan masukan pada ketua tim dan perawat pelaksana dan
50 % (4 orang) supervisor tidak pernah memberikan masukan pada ketua
tim dan perawat pelaksana.
Tabel 3.3.35 supervisor mengevaluasi hasil bimbingan
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 4 50%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25 % (2 orang) mengatakan supervisor


selalu mengevaluasi hasil bimbingan, sedangkan 25 % (2 orang)
mengatakan supervisor kadang-kadang mengevaluasi hasil bimbingan dan
50 % (4 orang) mengatakan supervisor tidak pernah mengevaluasi hasil
bimbingan.
Tabel 3.3.36 supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada
ketua tim dan perawat pelaksana
NO INDIKATOR ∑ %

1 Tidak pernah 4 50%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas hanya 25 % (2 orang) mengatakan


supervisor selalu memberikan reward atau umpan balik kepada ketua tim
dan perawat pelaksana, sedangkan 25 % (2 orang) mengatakan supervisor
kadang-kadang memberikan reward atau umpan balik kepada ketua tim
dan perawat pelaksana dan 50 % (4 orang) mengatakan supervisor tidak
pernah memberikan reward atau umpan balik kepada ketua tim dan
perawat pelaksana.

3.2.2.4 Discharge Planning


Tabel 3.3.37 pasien yang mau pulang dilakukan discharge planning
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas 75 % (6 orang) mengatakan pasien yang


mau pulang selalu dilakukan discharge planning, sedangkan 25 % (2
orang) mengatakan pasien yang mau pulang kadang-kadang dilakukan
discharge planning. Discharge planning merupakan perencanaan pulang
bagi pasien untuk persiapan perawatan klien dirumah.
Tabel 3.3.38 pasien yang pulang diberi health education
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 1 12%

2 Kadang-kadang 3 38%

3 Selalu 4 50%

Berdasarkan data diatas 50% (4 orang) mengatakan pasien yang


pulang selalu diberi health education, sedangkan 38% (3 orang)
mengatakan pasien yang pulang kadang-kadang diberi health education,
dan 12% (1 orang) mengatakan pasien yang pulang tidak pernah diberi
health education. Health education bagi keluarga maupun klien sangat
penting untuk menambah pengetahuan kesehatan bagi klien untuk
menunjang kesehatan klien yang optimal.
Tabel 3.3.39 pasien yang mau pulang diajarkan cara perawatan mandiri di rumah
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 2 25%

2 Kadang-kadang 4 50%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25% (2 orang) mengatakan pasien yang


mau pulang selalu diajarkan cara perawatan mandiri di rumah, sedangkan
50% (4 orang) mengatakan pasien yang mau pulang kadang-kadang
diajarkan cara perawatan mandiri di rumah, dan 25% (2 orang)
mengatakan pasien yang mau pulang tidak pernah diajarkan cara
perawatan mandiri di rumah. Perawatan mandiri dirumah diajarkan pada
keluarga maupun klien agar klien mampu melakukan perawatan secara
mandiri tidak lagi ketergantungan pada petugas kesehatan.
Tabel 3.3.40 pasien pulang paksa dilakukan discharge planning
NO INDIKATOR ∑ %

1 Tidak pernah 8 100%

2 Kadang-kadang 0 0%

3 Selalu 0 0%

Berdasarkan data diatas 0% (0 orang) mengatakan pasien pulang


paksa selalu dilakukan discharge planning, sedangkan % (0 orang)
mengatakan pasien pulang paksa kadang-kadang dilakukan discharge
planning, dan 100% (8 orang) mengatakan pasien pulang paksa tidak
pernah dilakukan discharge planning. Discarge planing dilakukan pada
pasien pulang atas permintaan sendiri maupun oleh anjuran dokter, karena
merupakan perencanaan bagi klien untuk perawatan secara mandiri
dirumah.
Tabel 3.3.41 discharge planning timbul dari diri anda sendiri
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 4 50%

3 Selalu 4 50%

Berdasarkan data diatas 91% (10 orang) mengatakan discharge


planning selalu timbul dari diri anda sendiri, sedangkan 9% (1 orang)
mengatakan discharge planning kadang-kadang timbul dari diri anda
sendiri.
Tabel 3.3.42 kepala ruangan memimpin discharge planning
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 5 63%

3 Selalu 3 37%

Berdasarkan data diatas 37% (3 orang) mengatakan kepala ruangan


selalu memimpin discharge planning, sedangkan 63% (8 orang)
mengatakan kepala ruangan kadang-kadang memimpin discharge
planning,
Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses
terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang berkesinambungan yang bermanfaatmemperkuat
pengajaran kepada klien yang dimulai dari rumah sakit.
Tabel 3.3.43 pelaksanaan discharge planning dilakukan di nurse station
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 1 13%

3 Selalu 7 87%

Berdasarkan data diatas 87% (7 orang) mengatakan selalu


melaksanaan discharge planning dilakukan di nurse station, sedangkan
13% (1 orang) mengatakan kadang-kadang melaksanaan discharge
planning dilakukan di nurse station.
Melaksanaan discharge planning dilakukan di nurse station
mempermudah dalam melakukan discharge planning.
Tabel 3.3.44 discharge planning dilakukan setelah pelunasan administrasi
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 0 0%

3 Selalu 8 100%

Berdasarkan data diatas 100% (8 orang) mengatakan discharge


planning selalu dilakukan setelah pelunasan administrasi, sedangkan 0%
(0 orang) mengatakan discharge planning kadang-kadang dilakukan
setelah pelunasan administrasi.
Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan
untuk menjamin kontinuitas perawatan klien.
Tabel 3.3.45 discharge planning dilakukan sesuai dengan prosedur karena
berpengaruh asuhan keperawatan
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) mengatakan discharge


planning selalu dilakukan sesuai dengan prosedur karena berpengaruh
asuhan keperawatan, sedangkan 25% (2 orang) mengatakan discharge
planning kadang-kadang dilakukan sesuai dengan prosedur karena
berpengaruh asuhan keperawatan, dilakukan sesuai dengan prosedur
karena berpengaruh asuhan keperawatan.
Discharge Planning membantu dalam mengevaluasi pengaruh dari
intervensi yang terencana pada penyembuhan klien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru. Membantu klien dan
keluarga agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam
mempertahankan status kesehatan klien.
Tabel 3.3.46 meskipun anda sibuk dengan urusan anda, anda tetap melaksanakan
discharge planning
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 4 50%

3 Selalu 4 50%

Berdasarkan data diatas 50% (4 orang) mengatakan meskipun anda


sibuk dengan urusan anda, anda tetap selalu melaksanakan discharge
planning, sedangkan 50% (4 orang) mengatakan meskipun anda sibuk
dengan urusan anda, anda kadang-kadang melaksanakan discharge
planning, anda tidak pernah melaksanakan discharge planning.
Discharge planning itu penting karena untuk menyiapkan klien
secara fisik, psikologis dan sosial.Membantu kemandirian klien dalam
kesiapan melakukan perawatan rumah

3.2.2.5 Sentralisasi obat


Tabel 3.3.47 perawat menerima lembar serah terima obat.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 6 75%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 0 0%

Berdasarkan data diatas 0% (0 orang) mengatakan perawat selalu


menerima lembar serah terima obat sedangkan 25% (2 orang) mengatakan
di ruangan ini kadang-kadang perawat menerima lembar serah terima obat,
dan 75% (6 orang) mengatakan perawat tidak selalu menerima lembar
serah terima obat.
Lembar serah terima obat berguna untuk melakukan pengecekan
kembali terhadap terapi yang diberikan kepada klien.
Tabel 3.3.48 perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol dan diketahui (ditanda tangani) oleh
keluarga/klien dalam buku masuk obat.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 5 62%

2 Kadang-kadang 1 13%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25% (2 orang) mengatakan perawat


menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila
perlu) dalam kartu kontrol dan diketahui (ditanda tangani) oleh
keluarga/klien dalam buku masuk obat, sedangkan 13% (1 orang)
mengatakan perawat kadang-kadang menuliskan nama pasien, register,
jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol dan
diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga/klien dalam buku masuk obat,
dan 62% (5 orang) mengatakan perawat tidak pernah menuliskan nama
pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu
kontrol dan diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga/klien dalam buku
masuk obat.
Penggunaan dalam menuliskan nama pasien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol dan diketahui (ditanda
tangani) oleh keluarga/klien dalam buku masuk obat penting untuk
menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
Tabel 3.3.49 keluarga atau klien mendapatkan penjelasan kapan/ bila mana
obat tersebut akan habis.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 5 62%

2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 1 13%

Berdasarkan data diatas 13% (1 orang) mengatakan keluarga atau


klien selalu mendapatkan penjelasan kapan/ bila mana obat tersebut akan
habis, sedangkan 25% (2 orang) mengatakan keluarga atau klien kadang-
kadang mendapatkan penjelasan kapan/ bila mana obat tersebut akan
habis, dan 62% (5 orang) mengatakan keluarga atau klien tidak pernah
mendapatkan penjelasan kapan/ bila mana obat tersebut akan habis.
Memberikan penjelasan kapan/ bila mana obat tersebut akan habis
sangat penting yang bertujuan untuk ketepatan pelaksanaan terapi yang
diberikan kepada klien sehingga dapat tercapainya derajat kesehatan yang
lebih baik.
Tabel 3.3.50 perawat menyimpan obat dan obat yang telah diterima di salin dalam
buku penerimaan obat
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 8 100%

2 Kadang-kadang 0 0%

3 Selalu 0 0%

Berdasarkan data diatas 0% (0 orang) mengatakan perawat selalu


menyimpan obat dan obat yang telah diterima di salin dalam buku
penerimaan obat, sedangkan 0% (0 orang) mengatakan perawat selalu
menyimpan obat dan obat yang telah diterima di salin dalam buku
penerimaan obat, dan 100 % (8 orang) mengatakan perawat tidak pernah
menyimpan obat dan obat yang telah diterima di salin dalam buku
penerimaan obat.
Jika perawat selalu menyimpan obat dan obat yang telah diterima di
salin dalam buku penerimaan obat maka akan mempermudah dalam
melakukan pemberian obat yang terkontrol terhadap klien.
Tabel 3.3.51 perawat memperhatikan obat-obat yang telah di simpan dan alur
yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 1 13%

3 Selalu 7 87%

Berdasarkan data diatas 87% (7 orang) mengatakan perawat selalu


menyimpan obat dan obat yang telah diterima di salin dalam buku
penerimaan obat, sedangkan 13% (1 orang) mengatakan perawat selalu
menyimpan obat dan obat yang telah diterima di salin dalam buku
penerimaan obat, obat yang telah diterima di salin dalam buku penerimaan
obat.
Perawat selalu menyimpan obat dan obat yang telah diterima di salin
dalam buku penerimaan obat akan mempermudah pengecekan kembali.
Tabel 3.3.52 perawat menjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah obat,
dan efek samping
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 6 75%
3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25% (2 orang) mengatakan perawat


menjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah obat, dan efek samping,
sedangkan 75% (6 orang) mengatakan perawat kadang-
kadangmenjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah obat, dan efek
samping dan 0 % (0 orang) mengatakan tidak menjelaskan macam obat,
kegunaan, jumlah obat, dan efek samping.
Penjelasan tentang macam obat, kegunaan, jumlah obat, dan efek
samping dapat menambah pengetahuan klien dan keluarga yang dapat
menghindari kesalahpahaman terhadap pemberian obat. Klien dan
keluarga menjadi lebih mengerti tentang macam obat, kegunaan, jumlah
obat, dan efek samping.
Tabel 3.3.53 sediaan obat dicek oleh ketua ruangan/petugas untuk selanjutnya dan
melakukan pendokumentasian dalam buku masuk obat.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 4 50%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25% (2 orang) sediaan obat selalu di cek


oleh ketua ruangan/petugas untuk selanjutnya dan melakukan
pendokumentasian dalam buku masuk obat, sedangkan 25% (2 orang)
mengatakansediaan obat kadang-kadang dicek oleh ketua ruangan/petugas
untuk selanjutnya dan melakukan pendokumentasian dalam buku masuk
obat dan 50% (4 orang) mengatakan sediaan obat tidak pernah dicek oleh
ketua ruangan/petugas untuk selanjutnya dan melakukan
pendokumentasian dalam buku masuk obat.
Pengecekan kembali sediaan obat yang di cek oleh ketua
ruangan/petugas untuk selanjutnya dan melakukan pendokumentasian
dalam buku masuk obat untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
obat.
Tabel 3.3.54 obat yang hampir habis diinformasikan pada keluarga kemudian
dimintakan kepada dokter penanggung jawab pasien.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 18%

3 Selalu 6 82%

Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) obat yang hampir habis


selalu di informasikan pada keluarga kemudian dimintakan kepada dokter
penanggung jawab pasien, sedangkan 25% (2 orang) mengatakan obat
yang hampir habis kadang-kadang di informasikan pada keluarga
kemudian dimintakan kepada dokter penanggung jawab pasien dan
melakukan pendokumentasian dalam buku masuk obat.
Dengan pengecekan kembali obat yang hampir habis di
informasikan pada keluarga kemudian dimintakan kepada dokter
penanggung jawab pasien sehingga tidak terputusnya terapi yang
diberikan agar memberikan kesehatan yang lebih baik lagi bagi klien.
Tabel 3.3.55 penambahan atau perubahan jenis, dosis, atau perubahan route
pemberian obat akan di masukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 3 37%

3 Selalu 5 63%

Berdasarkan data diatas 63% (5 orang) penambahan atau perubahan


jenis, dosis, atau perubahan route pemberian obat akan selalu dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu
sediaan obat, sedangkan37% (3 orang) penambahan atau perubahan jenis,
dosis, atau perubahan route pemberian obat kadang-kadang dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu
sediaan obatdimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
Penambahan atau perubahan jenis, dosis, atau perubahan route
pemberian obat akan selalu dimasukkan dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat untuk mencegah
kesalahan atau kekurangan pemberian terapi kepada klien sehingga
pemberian obat tetap terkontrol.
Tabel 3.3.56 pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan oleh perawat pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 4 50%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 2 25%

Berdasarkan data diatas 25% (2 orang) pemberian obat yang bersifat


tidak rutin (sewaktu saja) maka dokumentasi selalu dilakukan oleh
perawat pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan pada
keluarga dengan kartu khusus obat, sedangkan 25% (2 orang) pemberian
obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka dokumentasi kadang-
kadang dilakukan oleh perawat pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat dan 50% (4
orang) pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi tidak pernah dilakukan oleh perawat pada buku masuk obat
dan selanjutnya diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat.
Pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi selalu dilakukan oleh perawat pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat,
dengan adanya konfirmasi kembali maka keluarga akan memahami jika
ada beberapa obat yang tidak diberikan dengan rutin.
3.2.2.6 Dokumentasi Keperawatan

Tabel 3.3.57 Pengkajian head to toe pada waktu klien masuk ke ruang inap

No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data di atas didapatkan 75% (6 orang) perawat yang


melakukan pengkajian head to toe pada waktu klien masuk ke ruang inap,
sedangkan 25% (2 orang) perawat yang terkadang melakukan melakukan
pengkajian head to toe pada waktu klien masuk ke ruang inap. Melakukan
pengkajian secara head to toe merupakan bagian dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dalam menetukan masalah/diagnosa keperawatan dan
intervensi yang akan dilakukan.
Tabel 3.3.58 Pengkajian dilakukan secara komperehensif oleh perawat
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 1 10%

3 Selalu 7 90%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 90% (7 orang) perawat


selalu melakukan pengkajian secara komprehensif terhadap pasien,
sedangkan 10% (1 orang) perawat terkadang saja melakukan pengkajian
secara komperehensif terhadap pasien.
Pengkajian secara komprehensif terhadap pasien dapat membantu
meninjau kembali tentang masalah keperawatan pada klien sehingga dapat
dilakukan intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan yang
didapat.
Tabel 3.3.59 Isi lembar dokumentasi asuhan keperawatan (nama, umur, jenis
kelamin, tanggal, nomor register klien)
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 0 0%

3 Selalu 8 100%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 100% (8 orang)


perawat mengatakan lembar dokumentasi asuhan keperawatan selalu
terdiri dari isi nama, umur, jenis kelamin, tanggal serta nomor register
klien. Hal tersebut untuk mengurangi kesalahan dalam mengidentifikasi
klien.
Tabel 3.3.60 Data subjek dan objektif ditambahkan pada kolom problem
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 75% (6 orang) perawat


mengatakan data subjek dan objektif selalu ditambahkan pada kolom
problem, sedangkan 25% (2 orang) perawat yang menyatakan bahwa data
subjek dan objektif kadang-kadang ditambahkan pada kolom problem.
Data objektif merupakan hasil dari penilaian perawat secara lansung ke
pasien dan harus ditamabahkan dalam kolom masalah untuk menetukan
keberhasilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Tabel 3.3.61 Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyelesaian
masalah
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 1 10%

3 Selalu 7 90%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 90% (7 orang) perawat


mengatakan pada kolom intervensi, intervensi selalu secara langsung
terhadap penyelesaian masalah, sedangkan 10% (1 orang) perawat yang
menyatakan bahwa pada kolom intervensi terkadang terdapat intervensi
langsung terhadap penyelesaian masalah.
Tabel 3.3.62 Kolom evaluasi tercatat keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi, jam dan paraf perawat
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 0 0%

3 Selalu 8 100%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 100% (8 orang)


perawat mengatakan pada kolom evaluasi selalu tercatat keadaan klien
sebagai pengaruh dari intervensi, jam dan paraf perawat, sedangkan 0% (0
orang) perawat menyatakan bahwa pada kolom evaluasi kadang-kadang
tercatat keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi, jam dan paraf
perawat.
Tabel 3.3.63 Masalah yang diidentifikasi akan dievaluasi minimal tiap 7 jam
(setiap pergantian jaga)
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 75% (6 orang) perawat


mengatakan masalah yang diidentifikasi selalu akan dievaluasi minimal
tiap 7 jam (setiap pergantian jaga), sedangkan 25% (2 orang) perawat yang
menyatakan bahwa masalah yang diidentifikasi kadang-kadang saja akan
dievaluasi minimal 7tiap 7 jam (setiap pergantian jaga).
Tabel 3.3.64 Dokumentasi merupakan alat perekam masalah yang berkaitan
dengan klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar tenaga
kesehatan
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 2 25%

3 Selalu 6 75%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 75% (6 orang) perawat


mengatakan dokumentasi merupakan alat perekam masalah yang berkaitan
dengan klien sehingga selalu dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar
tenaga kesehatan, sedangkan 25% (2 orang) perawat menyatakan bahwa
dokukentasi merupakan alat perekam masalah yang berkaitan dengan klien
sehingga kadang-kadang saja dapat dijadikan sebagai alat komunikasi
antar tenaga kesehatan.
Tabel 3.3.65 Mencatat dengan lengkap semua tindakan keperawatan yang belum,
sedang dan yang telah diberikan.
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 1 10%

3 Selalu 7 90%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 90% (7 orang) perawat


mengatakan selalu mencatat dengan lengkap semua tindakan keperawatan
yang belum, sedang dan yang telah diberikan, sedangkan 10% (1 orang)
perawat yang menyatakan bahwa kadang-kadang mencatat dengan
lengkap semua tindakan keperawatan yang belum,msedang dan yang telah
diberikan.
Tabel 3.3.66 Format catatan perawatan yang mencakup problem, intervensi dan
evaluasi yang telah disusun berdasarkan satuan kerja
No Indikator ∑ %

1 Tidak pernah 0 0%

2 Kadang-kadang 1 10%

3 Selalu 7 90%

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa 90% (10 orang) perawat


mengatakan format catatan perawatan yang mencakup problem, intervensi
dan evaluasi yang telah disusun selalu berdasarkan satuan kerja dan 1%
(10 orang) perawat menyatakan bahwa kadang-kadang mencatat format
perawatan yang mencakup problem, intervensi dan evaluasi.
Dari hasil data yang didapatkan yaitu angket tentang model asuhan
keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan model yang digunakan di
ruang Nusa Indah adalah metode timdengan terjalinnya kerjasama yang
cukup baik antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA), perawat
primer bertugas untuk membagi perawat asosiet (PA) cukup baik dengan
bedasarkan jumlah pasien setiap hari pada masing- masing tim.
Dari hasil data yang didapatkan alur ronde keperawatan di lakukan
belum sesuai dengan standart yang telah di tentukan hal ini disebabkan
karena kegiatan di ruangan cukup padat dengan pasien yang perawatnya
terbatas.
Dari hasil data yang didapat sentralisasi obat dilakukan belum sesuai dengan
standart keperawatan, perawat dan keluarga tidak pernah membuat lembar serah
terima obat dengan data yang diperoleh 62% (8 orang) mengatakan perawat dan
keluarga tidak selalu menerima lembar surat serah terima obat oleh ruangan Nusa
Indah dan obat yang telah diperoleh dari keluarga langsung dibawa ke nurse
station tidak pernah mendapatkan penjelasan kapan/bila bila mana obat akan
habis. Sentralisasi obat injeksi, infuse dan obat oral dikelola oleh perawat.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat, obat telah diperoleh dari
keluarga langsung dibawa ke nurse station bagi pasien dengan BPJS ataupun
umum, adapun data yang diperoleh 75% (7 orang) mengatakan perawat kadang-
kadang menjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah obat, dan efek samping.
Diperoleh 25% (2 orang) mengatakan perawat Selalu menjelaskan macam obat,
kegunaan, jumlah obat, dan efek samping.
Untuk pelaksanaan timbang terima dilakukan 3 kali sehari yaitu pada
pergantian shift malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke malam.

Kegiatan Observasi Keterangan


1. Tersedia buku

overran
2. Mengisi Overan √
3. Semua anggota sif
dinas sudah siap √
(Sif jaga)
4. Overan dilakukan

didepan klien
5. Total 4
Untuk discarge planing dari hasil data dan wawancara yang
didapatkan perencanaan pulang pada pasien sudah dilaksanakan akan
tetapi untuk 54 % (6 orang) mengatakan meskipun anda sibuk dengan
urusan anda, anda kadang-kadang melaksanakan discharge planning.
3.3 Keuangan (M4-Money)
Berdasarkan hasil data pada bulan April 2018 didapatkan jumlah
pasien di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ada
sebanyak 127 pasien, dengan rincian sebagian besar pasien dari BPJS
berjumlah 100 pasien, pasien Umum 17 orang, JKD/SKTM berjumlah 10
orang pasien.
3.3.1 Tarif Pelayanan Dan Tindakan Medik Gawat Darurat

3.3.1.1 Tarif Karcis Instalasi Gawat Darurat

No. Jenis Pelayanan Jasa Sarana Jasa Pelayanan Total


Darurat / IGD
1. Karcis 50.000

3.3.1.2 Tarif tindakan Medik Operatif dan Non Operatif Serta Konsultasi
Pelayanan IGD
No Jenis Tindakan Medik Tarif
1. Tarif Jasa Tindakan Medik Operatif dan Non Operatif di IGD
a. Pemeriksaan dan Tindakan Medik Paket 50.000
b. Kecil 60.000
c. Sedang 150.000
d. Besar 450.000
2. Tarif Konsultasi dr. Spesialis di IGD
a. Phone 50.000
b. Datang 100.000
3.3.1.3 Jenis Tindakan Medik Operatif dan Non Operatif Pelayanan IGD
N Jenis Tindakan Tarif
o
.
A Pemeriksaan dan Tindakan Medik Rp. 50.000
. Paket terdiri dari:
1. Injeksi
2. Pemeriksaan Dokter
3. Pengambilan Darah
4. Perawatan Luka Lecet Kecil
5. Tindakan Keperawatan
B Tindakan Medik Operatif Kecil Rp. 60.000
.
1. Ekstraksi Corpus Alienum
2. Insisi Abses
3. Jahit Luka < 10 Jahitan
4. Pemasangan Infus dan Pemberian Injeksi
5. Pemasangan NGT dan atau pemasangan
Cateter
6. Pemasangan Ransel Verban
7. Pemasangan Spalk/elastis bandage
8. Pemasangan Tampon
9. Perawatan Luka Bakar < 20%
10. Perawatan luka Luas
C Tindakan Operatif Sedang Rp. 150.000
.
1. Intubasi
2. Jahit Luka 10-20 jahitan
3. Kumbah lambung
4. Pemasangan Belog Tampon
5. Perawatan luka bakar 20-40%
6. Punksi Supra Pubic
7. Skin Traksi
D Tindakan Medik Operatif Besar Rp. 450.000
.
1. Amputasi
2. Kuretase
3. Luka bakar > 50%
4. Pemasangan Infus Umbilikus
5. Pemasangan WSD
6. Punksi pleura
7. Repair luka > 20 jahitan
8. Repair Tendon
9. Reposisi dan Pemasangan Gips
10. Resusitasi dan Menggunakan alat
11. Sistostomi
12. Vena Sectie
3.3.2 Tarif Kamar Dan Jasa Pelayanan Rawat Inap
No. Jenis Pelayanan Jasa Sarana Jasa Total
Rawat Inap Pelayanan
1. Tarif kamar Per hari
Kelas 3 25.000 38.000 63.000
Kelas 2 38.000 57.000 95.000
Kelas 1 56.000 69.000 125.000
Vip 3 147.500 147.500 295.000
Vip 2 153.000 172.000 325.000
Vip 1 175.000 197.000 372.000
Intensive Care 225.000 200.000 425.000
High Care 175.000 150.000 325.000
One Day Care 175.000 150.000 325.000

3.3.3 Tarif Tindakan Umum


Klasifikasi Tindakan Medik Umum
No. Tarif
Jenis Tindakan Kelas I, II, III VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, ODC, HCU,
NICU
1. Tindakan Kecil Rp. 35.000 Rp. 52.000
2. Tindakan Sedang Rp. 85.000 Rp. 127.000
3. Tindakan Besar Rp. 300.000 Rp. 500.000

3.3.4 Tarif Pelayanan Tindakan Medik Operatif Dan Non Operatif Rawat
Inap
No. Jenis Tindakan Medik Kelas III, II, I VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, ODC, HCU,
NICU
a. Kecil 35.000 52.000
b. Sedang 85.000 127.500
c. Besar 300.000 500.000
d. Khusus 750.000 1.500.000
3.3.5 Tindakan Medik Operatif Instalasi Bedah Sentral (IBS)
No. Tarif
Jenis Tindakan Kelas I, II, III VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, PICU,
NICU
1. Tindakan Medik Operatif Kecil 750.000 1.000.000
2. Tindakan Medik Operatif 2.500.000 4.500.000
Sedang
3. Tindakan Medik Operatif 4.500.000 6.500.000
Besar
4. Tindakan Medik Operatif 6.500.000 8.500.000
Khusus
5. Tindakan Medik Operatif Keputusan Direktur tersendiri
Khusus Dengan Nilai
Tersendiri (Khusus II)

3.3.6 Tarif Pelayanan Diagnostik Elektromedik


No. PEMAKAIAN ALAT/HARI
1. Bedside Monitor 75.000
2. C-PAP 100.000
3. DC Syok 300.000
4. Fototeraphi 100.000
5. Infus Pump 25.000
6. Incubator 100.000
7. Ventilator 100.000

No. Jenis Tindakan Diagnostik Kelas Vip I, II,


Elektromedik I,II,III III, OCD,
NICU,
HCU,
ICU,
ICVCU.
1. Biopsi Endoskopy 200.000 400.000
2. Flexible Endoskopi Evaluation Of 400.000 600.000
Swallowing (FESS)
3. Sinuscopy (Anestesi Lokal) 150.000 250.000
4. Syringe Pump 25.000 50.000
5. Uro Flowmetri 125.000 200.000
6. Urodinamik 900.000 1.000.000
7. USG 4 D 350.000 500.000
8. USG Buli-Buli dan Prostat 160.000 200.000
9. USG Ginjal 160.000 200.000
10. USG Prostat Trans Rectal 160.000 200.000
3.3.7 Tarif Pelayanan Patologi Klinik
Tarif(Rp.)
Vip I, II, III,
No. Tarif Pelayanan Laboratorium Kelas I,II,III, OCD, NICU,
IGD, Poliklinik HCU, ICU,
ICVCU.
A. HEMATOLOGI OTOMATIS
1. DL/Paket 56.500 60.000
(Hb, Leukosit, Eritrosit, Trombosit,
Hematokrit)
B. HEMATOLOGI MANUAL
1. Darah Rutin (Hb, Leukosit, Diff, 24.000 36.000
LED)
2. Jumlah Leukosit 6.000 9.000
3. Hitung Jenis 6.000 9.000
4. LED 6.000 9.000
5. Jumlah Trombosit 9.000 15.000
6. Hematokrit 9.000 15.000
7. Eritrosit 9.000 15.000
8. Waktu Pembekuaan (CT) 6.000 9.000
9. Waktu Perdarahan (BT) 6.000 9.000
10. Hemoglobin (sianmenth) 10.500 13.500
11. Golongan Darah (ABO) 12.000 20.000
12. Goongan Darah (Rhesus) 12.000 20.000
13. Malaria 12.000 20.000
14. Filaria 12.000 20.000
15. Morfologi Darah Tepi 57.000 65.000
16. Sel LE 30.000 40.000
17. Hitung Retikolusit 20.000 25.000
C. URINALISA
1. Sedimen 9.000 15.000
2. Carir, Celip 3 Strip (pH, protein, 18.000 27.000
Glukosa)
3. Protein Urin 18.000 27.000
4. Urinalisa Lengkap/ UL (Urine 35.000 40.000
Analyzer 10 strip & Sedimen)
D KIMIA KINIK
1. Glukosa puasa 15.000 18.000
2. Glukosa 2 jam PP 15.000 18.000
3. Glukosa sewaktu 15.000 18.000
4. Ureum 15.000 18.000
5. Kreatinin 15.000 18.000
6. Albumin 24.000 27.000
7. Total Protein 24.000 27.000
8. SGOT 18.000 21.000
9. SGPT 18.000 21.000
10. Bilirubin Direk 26.000 30.000
11. Bilirubin Total 26.000 30.000
12. Ureum Acid 24.000 27.000
13. Kolesterol Total 24.000 27.000
14. Kolesterol HDL 30.500 37.000
15. Fosfase Alkali 36.000 42.000
16. Trigliserida 36.000 42.000
17. LDL Saja 90.500 106.500
18. LDL + Cholesterol 90.500 106.500
19. LDL + Trigliserida 90.500 106.500
20. LDL + HDL 90.500 106.500
21. Gama GT 36.000 42.000
E. IMUNO SEROLOGI
1. HBs Ag (Rapid Test) 36.000 42.000
2. Anti HBs (Rapid Test) 36.000 40.000
3. Widal 22.000 29.000

3.3.8 Tarif Pelayanan Patologi Anatomi


No. JENIS PEMERIKSAAN TARIF (Rp.)
A. HISTOPATOOGI
1. Jaringan Kecil 400.000
2. Jaringan Sedang 600.000
3. Jaringan Jaringan Besar 800.000
4. Biopsi Khusus (Hati, Esofagus, Gaster,
Colon, Ginjal).
a. Biopsi 1-2 jaringan 400.000
b. Biopsi 3-4 jaringan 600.000
c. Biopsi > 4 jaringan 800.000
5. VC/FROZEN SECTION 900.000
B. SITOPATOLOGI
1. Slinde Pap Smear 150.000
2. Sitologi Cairan Efusi, Asites, Sputum, 400.000
Urin
3. FNAB Superfisial 500.000
4. FNAB Deep (Guidance) 750.000
C. IMUNOPATOLOGI
1. Imunohistokimia (IHC)/Antibody 500.000
2. IHC Paket Payudara (ER/PR/Her2) 1.200.000
3.3.9 Tarif Pelayanan Radiologi
No. Jenis Tindakan Diagnostik Kelas I,II,III Vip I, II, III,
Elektromedik OCD, NICU,
HCU, ICU,
ICVCU.
A. SEDERHANA
1. Denta IO, Oclusal 40.000 90.000
B. KECIL
1 Thorax Anak (1 Posisi) 60.000 130.000
2 Thorax Anak (2 Posisi) 90.000 160.000
3 Abdomen Anak (1 Posisi) 60.000 130.000
4 Abdomen Anak (2 Posisi) 90.000 160.000
5 Abdomen Anak (3 Posisi) 120.000 190.000
6 Pelvis Anak (1 Posisi) 60.000 130.000
7 Pelvis Anak (2 Posisi) 90.000 160.000
8 Kepala (1 Posisi) 60.000 130.000
9 Kepala (2 Posisi) 90.000 160.000
10 Kepala (3 Posisi) 120.000 190.000
11 Sinus Paranasa (3 Pos) 120.000 190.000
12 Waters (1 Pos) 60.000 130.000
13 Thorax Dewasa (1 Pos) 90.000 160.000
14 Thorax Dewasa (2 Pos) 135.000 205.000
15 Abdomen Dewasa (1 Pos) 90.000 160.000
16 Abdomen Dewasa (2 Pos) 120.000 190.000
17 Abdomen Dewasa (3 Pos) 150.000 220.000
18 Pelvis Dewasa (1 Pos) 90.000 160.000
19 Pelvis Dewasa (2 Pos) 135.000 205.000
20 Extremitas Atas (1 Bag) 60.000 130.000
21 Extremitas Atas (2 Bag) 90.000 160.000
22 Extremitas Atas (3 Bag) 120.000 190.000
23 Extremitas Bawah (1 Bag) 90.000 160.000
24 Extremitas Bawah (2 Bag) 135.000 205.000
25 Extremitas Bawah (3 Bag) 180.000 250.000
26 C.V. Cervica (1 Posisi) 60.000 130.000
27 C.V. Cervica (2 Posisi) 90.000 160.000
28 C.V. Cervica (3 Posisi) 120.000 190.000
29 C.V. Thoracal (1 Posisi) 90.000 160.000
30 C.V. Thoracal (2 Posisi) 135.000 205.000
31 C.V. Thoracal (3 Posisi) 180.000 250.000
32 C.V. Thoraco-Lumbl(1 Posisi) 90.000 160.000
33 C.V. Thoraco-Lumbl (2 Posisi) 135.000 205.000
34 C.V. Thoraco-Lumbl (3 Posisi) 180.000 250.000
35 C.V. Lumbo- Sacral (1 Posisi) 90.000 160.000
36 C.V. Lumbo- Sacral (2 Posisi) 135.000 205.000
37 Os cocygis (1 Pos) 90.000 160.000
38 Os cocygis (2 Pos) 135.000 205.000
3.3.10 Tarif Pelayanan Gizi
No. Jenis Pelayanan Tarif (Rp.)
A. HISTOPATOOGI
1. Konsultasi Gizi Rawat Jalan 25.000
2. Visite Ahli Gizi Di ruanan Rawat Inap per orang pasien daam 1 periode
perawatan
VIP I, II, III, OCD, NICU, HCU, ICU, 25.000
ICVCU.
Kelas I 17.000
Kelas II 14.000
Kelas III 9.000

3.2.4 Pemasaran (M5-Marketing, termasuk mutu)


3.2.5.1 Bed Occupancy Rate ( BOR)
Merupakan presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar
nasional adalah 75-85%
Rumus Perhitungan BOR :
BOR = Jumlah Pasien X 100
Jumlah Tempat Tidur
Perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) Ruang Dahlia
Senin, 14 Mei 2018
Ruang Jumlah Total Bed Bed Terpakai Bed Tidak Terpakai
Nusa
Indah
Kelas 1 2 2 0
Kelas 2 6 6 0
Kelas 3 12 12 0
Total 20 20 0

Rumus Perhitungan BOR ruang Nusa Indah:


BOR = Jumlah Pasien X 100 %
Jumlah TT
= 20 pasien X 100 %
20 TT
= 100 %

3.2.5.2 Mutu Pelayanan Keperawatan


3.2.5.2.1 Meningkatkan mutu pelayanan
Menurut Suyanto (2008) terdapat 5 dimensi mutu pelayanan diantaranya
sebagai berikut :
1) Dimensi pertama dari kualitas pelayanan adalah berwujud tangible
yaitu meliputi fasilitas fisik (gedung), teknologi , serta penampilan
pegawai. Dari hasil observasi yang dilakukan di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya fasilitas pelayanan pasien
terpenuhi, penampilan pegawai rapi.
2) Dimensi kedua yaitu kehandalan, seperti kinerja yang harus sesuai
dengan harapan pasien yang berarti ketepatan waktu pelayanan yang
sama untuk semua pasien tanpa kesalahan, dan sikap yang simpati.
Dari hasil observasi yang ditemukan ketenagaan medis di Ruang
Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya melakukan
suatu tindakan keperawatan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang telah di tetapkan.
3) Dimensi ketiga, ketanggapan yaitu suatu kebijakan yang membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien
dengan memberikan informasi yang jelas. Dari hasil observasi di
Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
perawat mampu memberikan pelayanan yang cepat dan tepat sesuai
dengan kebutuhan pasien.
4) Dimensi keempat, jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,
kesopan santunan, dan kemampuan para tenaga medis untuk
menumbuhkan rasa percaya pada pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan. Dari hasil observasi di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, perawat mampu
berkomunikasi dengan baik dan sopan santun terhadap pasien.
5) Dimensi lima empati, yaitu memberikan perhatian yang tulus yang
bersifat individual yang diberikan kepada pasien dengan berupaya
memahami kebutuhan pasien. Dari hasil observasi di Ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, perawat sudah
berusaha memenuhi kebutuhan pasien.
3.2.5.2.2 Upaya pengurangan infeksi nosokomial
Upaya petugas kesehatan di ruang Nusa Indah dalam pengurusan
infeksi nosokomial adalah dengan cara menggunakan Alat perlindungan
diri dalam melakukan suatu tindakan keperawatan sesuai dengan standar
operasional prosedur yang telah di tetapkan.
3.2.5.2.3 Indikator Mutu
Tabel tingkat Kepusan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
NO INDIKATOR ∑ %

1 Puas 8 80%

2 Kurang puas 2 20%

Berdasarkan Tabel diatas, dari 10 klien yang dirawat terdapat 8 responden


atau 80% mengatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan dan terdapat
2 responden atau 20% mengatakan kurang puas terhadap pelayanan yang
diberikan di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Keamanan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan agar
keamanan pasien mendapat jaminan. Indikator keamanan di ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya meliputi adanya fasilitas
pemadam kebakaran, pembuangan limbah, pencegahan penularan kuman
dengan disediakannya wastafel di setiap kamar untuk mencuci tangan,
kelengkapan oksigen, kelengkapan alat gawat darurat, nama obat dan dosis
yang jelas prosedur, prosedur menghadapi musibah, prosedur pencegahan
nosokomial dengan cara menggunakan alat perlindungan diri dalam
melakukan suatu tindakan keperawatan, prosedur tata tertib ruangan terutama
jam masuk dan penunggu pasien masih tidak sesuai dengan yang diharapkan
karena kebanyakan pasien ditunggu lebih dari 1 orang sehingga
mengakibatkan kurangnya kenyamanan bagi pasien yang lain.

3.1 Analisis SWOT (Strength-Weakness-Oppurtunity-Threat)


Pada analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Data dibedakan menjadi dua, yaitu Item Internal Factors (IFAS) yang
meliputi aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan (strenght) dan
External Factors (EFAS) yang meliputi aspek peluang (oppurtunity) dan
ancaman (Threat).
2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap strategi institusi.
3. Peringkat (Rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup) dan 1
(kurang).
4. Pembuatan diagram layang (Kit kuadran). Nilai IFAS adalah kekuatan
dikurangi kelemahan (S-W) dan EFAS adalah peluang dikurangi ancaman
(O-T).
1) Pada kuadaran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn
around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang).
2) Pada kuadaran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan
mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan
peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.
3) Pada kuadaran ST, strategi perencanaan bersifat diverifikasi dengan
tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi
faktor ancaman dari luar.
4) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan
tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap
ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.

Tabel 3.12 Analisis SWOT di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1. M1 (Ketenagaan)
Faktor Internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Perawat 0,2 2 0,4 S-W =
menyatakankan 2,8-2,9= -0,1
sudah puas dengan
struktur organisasi
yang ada.
b. Perawat dapat 0,2 3 0,6
menyelesaikan
permasalahan yang
ada di ruangan
c. Adanya pembagian 0,1 3 0,3
jam kerja/shift dan
penanggung jawab
jaga. 0,2 3 0,6
d. Kepala ruangan
mempunyai peran
sentral dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan dan
rekomendasi
perawat. 0,3 3 0,9
e. Jenis ketenagaan
diruangan:
S1 Ners : 1 org.
D3 Kep : 11 org. 1
Total Commented [A17]: perbaiki
Kelemahan 0,3 3 0,9
a. Dalam pelaksanaan
tindakan
keperawatan
terkadang terdapat
sedikit masalah
dalam pembagian
tugas, apalagi saat
pasien penuh di
ruangan dan banyak
tindakan yang mesti 1
dilaksanakan.
Total

0,4 3 1,2
Faktor Eksternal
(EFAS)\Peluang
a. Rumah sakit
memberi kebijakan
untuk memberi
beasiswa dan 0,3 3 0,9 O-T=3-2,2= 0,8
pelatihan bagi
perawat ruangan.
b. Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka 0,3 3 0,9
Raya merupakan
ruangan kasus
bedah.
c. Adanya kebijakan
pemerintah tentang 1 3
profesionalisme
perawat. 0,3 2 0,6
Total
Ancaman
a. Ada tuntutan tinggi
dari masyarakat 0,3 2 0,6
untuk pelayanan
yang lebih
profesional.
b. Makin tingginya 0,2 2 0,4
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya
kesehatan. 0,2 3 0,6
c. Adanya kebijakan
rumah sakit dan
pemerintah tentang 1 2,2
pasien kurang
mampu.
d. Adanya pertanggung
jawaban legalitas
bagi pasien.
Total
2 (Sarana dan
M2
.
Prasarana)
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Mempunyai sarana 0,5 3 1,5 S-W=2,5-2=
dan prasarana untuk 0,5
pasien dan tenaga
kesehatan 0,3 2 0,6
b. Terdapat
administrasi
penunjang 0,2 2 0,4
c. Tersedianya nurse
station 1 2,5
Total

Kelemahan 0,5 2 1
a. Tidak ditemukan
masalah karena 0,5 2 1
untuk sarana O-T=2,5-2= 0,5
prasarana sudah
terpenuhi dan cukup
memenuhi standar
rumah sakit. Commented [A18]: are you sure?

Total 1 2

Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang
a. Adanya kesempatan 0,5 3 1,5
menambah anggaran
untuk pembelian set
balutan dan
peralatan lainnya
b. Adanya kesempatan 0,5 2 1
untuk penggantian
alat-alat yang tidak
layak pakai
Total 1
Ancaman
a. Adanya tuntutan 0,5 2 2,5
yang tinggi dari
masyarakat untuk
melengkapi sarana
dan prasarana 0,5 2 1
b. Adanya
kesenjangan antara
jumlah pasien
dengan peralatan 1
yang diperlukan.
Total
1 2
3 (Method-MAKP)
M3
.
Penerapan Model
Asuhan Keperawatan
Profesional
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Perawat 0,1 2 0,2 S-W= 2,7–3,2
menggunakan model = - 0,5
asuhan keperawatan
primer
b. Perawat
menggunakan
komunikasi yang 0,2 3 0,6
efektif
c. Perawat menghargai
kepemimpinan ketua
tim 0,2 3 0,6
d. Perawat
menganggap bahwa
peran kepala
ruangan penting 0,1 2 0,2
dalam model tim
e. Perawat
menganggap bahwa
anggota tim
bertanggung jawab
terhadap pemberian 0,1 2 0,2
asuhan keperawatan
pada pasien
f. Perawat saling
bekerjasama dengan
anggota tim dan
antar tim
Total
0,3 3 0,9
Kelemahan
a. Ketua tim kadang-
kadang membuat
perencanaan, 1 4 2,7
terkadang pula
tidak, seperti
:Membuat rencana
keperawatan untuk 0,2 3 0,8
pasien pada hari
tersebut
b. Ketua tim kadang-
kadang membuat
penugasan, supervisi
dan evaluasi,
terkadang pula
tidak, seperti: 0,2 2 0,6
1. Pembagian
pasien didalam
tim
2. Mengevaluasi
hasil
implementasi 0,3 4 0,6
asuhan
keperawatan
3. Membuat
rencana tindak
lanjut untuk
tindakan
keperawatan
selanjutnya
c. Ketua tim kurang
mengenal/mengetah
ui kondisi pasien
dan dapat menilai
tingkat kebutuhan
pasien, seperti : O–T= 3,6–3,9
Menentukan = -0,3
klasifikasi pasien 0,3 3 1,2
yang membutuhkan
total care, partial
care dan mandiri.
Total

Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang
a. Rumah sakit
memberi kebijakan
untuk memberi 1 4 3,2
beasiswa dan
pelatihan bagi
perawat ruangan
khususnya tentang
manajemen askep. 0,4 4 1,2
b. Adanya kebijakan
pemerintah tentang
profesionalisme
perawat.
c. Adanya referensi
yang menulis
tentang model-
model asuhan
keperawatan
professional
Total 0,3 4 1,2
Ancaman
a. Terdapat Rumah
Sakit Swasta lain
b. Ada tuntutan
tinggi dari 0,3 4 1,2
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebih profesional.
c. Kebebasan pers
mengakibatkan
mudahnya 1 3 3,6
penyebaran
informasi di dalam
ruangan ke 0,5 2
masyarakat
Total 0,4 1,6

0,1 0,3

1 3,9

Dokumentasi
Keperawatan
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Tersedianya sarana 0,3 3 0,9 S-W = 3-2,7=
dan prasarana 0,3
(administrasi
penunjang).
b. Format pengkjian
sudah ada dan 0,4 3 1,2
dapat
memudahkan
perawat dalam
pengkajian dan
pengisisannya.
c. Sebanyak 73%
pendokumentasi 0,3 3 0,9
yang dilakukan
perawat baik.
Total
1 3 3
Kelemahan
a. Terdapat tindakan
keperawatan yang 0,4 2 1,2
tidak
dokumentasikan,
seperti :
1. Menganjurkan
pasien untuk
miring kanan
miring kiri.
2. Menganjurkan
pasien makan
sedikit tapi
sering
3. Mengajarkan
tehnik relaksasi
b. Dokumentasi tidak
segera dilakukan
setelah melakuakn
tindakan tetapi 0,3 3 0,6
kadang-kadang
dilengkapi saat
pasien mau pulang
atau keadaan
memungkinkan.
c. Catatan
perkembangan
pasien kurang O-T = 3-2,5 =
lengkap. 0,5
Total
0,3 3 0,9

Faktor Eksternal 1 3 2,7


(EFAS)
Peluang
a. Adanya
mahasiswa praktik
manajeman
keperawatan.
b. Peluang perawat
untuk 0,4 3 1,2
meningkatkan
pendidikan
(pengembangan
SDM).
c. Adanya kerja sama 0,3 2 0,9
yang baik antara
mahasiswa dan
perawat ruangan.
Total
Ancaman 0,3 3 0,9
a. Adanya kesadaran
pasien dan
keluarga akan
tanggung jawab
dang tanggung 1 3
gugat.
b. Akreditasi rumah
sakit tentang 0,5 1
sistem
dokumentasi.
Total

0,5 1,5

1 2,5
Ronde Keperawatan
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan S-W= 2,5–3,5
a. Ruangan 0,1 3 0,3 =-1
mendukung adanya
kegiatan ronde
keperawatan
b. Adanya kasus yang
memerlukan 0,2 2 0,4
perhatian khusus
oleh perawat
ruangan dan kepala
ruangan misalnya
flebitis, dekubitus,
resiko jatuh.
c. Penetapan kasus
untuk ronde
keperawatan 0,3 2 0,6
minimal satu hari
sebelum waktu
pelaksanaan ronde
d. Perawat selalu
memberikan
informed concent 0,1 3 0,3
kepada klien atau
keluarga
e. Dalam pelaksanaan
ronde dilakukan
tindakan 0,3 3 0,9
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan
Total

Kelemahan 1 4 2,5
a. Jarang dilakukan
ronde keperawatan
di ruangan 0,3 3 1,2
b. Perawat primer
jarang menjelaskan
masalah 0,1 2 0,3
keperawatan utama
yang dialami pasien
c. Perawat primer
jarang menjelaskan
intervensi
keperawatan yang 0,1 3 0,2
harus dilakukan O–T= 3–3
d. Perawat primer atau = 0
perawat asosiasi
jarang menjelaskan
alasan ilmiah 0,2 4 0,6
tentang tindakan
yang diambil
e. Ronde keperawatan
tidak dilakukan
sesuai langkah-
langkah yang telah
ditentukan
Total 0,3 3 1,2
Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang
a. Kerjasama yang
baik antara perawat 1 3 3,5
dan mahasiswa
b. Adanya
mahasiswa
program profesi 0,5 3 1,5
Ners yang praktik
manajemen
keperawatan
Total 0,5 1,5

Ancaman
a. Tingginya tuntutan
pasien dan
keluarga akan
pelayanan yang
profesional 1 3
Total

1 3
1 3

Sentralisasi Obat
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Semua perawat 0,3 3 0,9 S-W=
mengemukakan 3,3-2,7= 0,6
jawaban mengerti
tentang sterilisasi
obat
b. Diruangan ada 0,5 4 2,0
sentralisasi obat. Ini
dilihat dari adanya
ruangan khusus
penyimpanan obat
c. Sebagian besar
perawat pernah 0,2 2 0,4
berwenang
mengurusi
sentralisasi obat
Total
1 3,3
Kelemahan
a. Pelaksanaan
sentralisasi obat 0,3 3 0,9
belum optimal
b. Selama ini format
yang ada masih obat 0,1 2 0,2
oral, injeksi dan
yang lain tercampur
dari salah satu
keduanya
c. Selama ini belum
ada format O-T=
persetujuan 0,2 2 0,4 3,6-3,0= 0,6
sentralisasi obat
untuk pasien
d. Alat-alat kesehatan
hanya sebagian ada
dengan jumlah 0,2 3 0,6
terbatas
e. Teknik sentarlisasi
obat belum jelas
Total
0,2 3 0,6
Faktor Eksternal
(EFAS) 1 2,7
Peluang
a. Kerjasama yang
baik antara perawat
dan mahasiswa
b. Adanya mahasiswa 0,4 3 1,2
STIKes Eka Harap
yang praktik
Total
0,6 4 2,4
Ancaman
a. Adanya tuntutan
akan pelayanan
yang professional 1 3,6
b. Kurangnya
kepercayaan pasien
terhadap sentralisasi 0,5 4 2,0
obat
Total
0,5 2 1,0

1 3
Supervisi
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. RSUD Dr. Doris 0,4 4 1,6 S-W=
Sylvanus Palangka 3,2-3,4= -0,2
Raya merupakan
rumah sakit doris
sylvanus pendidikan
tipe B yang menjadi
rumah sakit rujukan
bagi wilayah
setempat.
b. Ruang internal
merupakan ruang 0,3 3 0,9
yang memerlukan
perhatian ekstra dari
petugas kesehatan.
c. Adanya kemauan
perawat untuk
berubah. 0,1 1 0,1
d. Kepala ruangan
internal adalah
kepala ruangan 0,2 3 0,6
mendukung kegiatan
supervisi demi
meningkatkan mutu
pelayanan
keperawatan
Total
Kelemahan
a. Belum ada uraian 1 3 3,2
yang jelas tentang
supervisi.
b. Belum mempunyai 0,3 4 0,9
format yang baku O-T=
dalam pelaksanaan 2,8-2 = 0,8
supervisi. 0,4 3 1,6
c. Kurangnya program
pelatihan dan
sosialisasi tentang
supervisi. 0,3 3 0,9
Total

Faktor ekternal
(EFAS) 1 2 3,4
Peluang
a. Adanya mahasiswa
yang praktik
manajemen
keperawatan. 0,4 3 1,2
b. Adanya jadwal
supervisi
keperawatan oleh
pengawas perawat 0,2 2 0,4
setiap bulan.
c. Terbuka kesempatan
untuk melanjutkan
pendidikan/magang.
Total 0,4 1,2

Ancaman
a. Tuntutan pasien
sebagai konsumen 1 2,8
untuk mendapatkan
pelayanan yang
profesional dan 1 2
bermutu sesuai
dengan peningkatan
biaya perawatan.
Total

1 2
Overan ( timbang
terima)
Overan
Internal faktor
(IFAS)
Kekuatan
a. Timbang terima 0,2 3 0,6 S-W= 3,6–2,3
dilakukan setiap hari = 1,3
(tiap pergantian
shift)
b. Perawat selalu 0,2 3 0,6
menyiapkan status
pasien saat timbang
terima
c. Ketua tim/perawat
selalu dalam 0,3 4 1,2
keadaan siap saat
timbang terima
d. Ada buku khusus 0,3 4 1,2
untuk pelaporan
timbang terima
(overan)
Total 1 3,6

Kelemahan
a. Timbang terima
(overan) sering 0,3 3 0,9
dilakukan tidak tepat
waktu saat
pergantian shift
b. Dokumentasi masih 0,2 2 0,4
terbatas sehingga
rencana tindakan
belum spesifik
c. Timbang terima
(overan) dilakukan 0,3 2 0,6
tanpa melihat
langsung kondisi
pasien
d. Timbang terima O–T= 3,2–3,5
hanya dilakukan di 0,2 2 0,4 = -0,3
nurse station
Total
1 2,3

Faktor ekternal
(EFAS)
Peluang
a. Adanya mahasiswa
program profesi 0,5 3 1,5
Ners yang praktik
manajemen
keperawatan
b. Adanya kerjasama
antara perawat 0,3 3 0,9
ruangan dengan
mahasiswa praktikan
c. Sarana dan prasarana
penunjang cukup
memadai 0,2 4 0,8
Total

Ancaman
a. Adanya tuntutan 1 4 3,2
pasien dan keluarga
terhadap pelayanan
keperawatan yang 0,5 3 2
profesional
b. Terkadang terjadi
kesalahan delegasi
terhadap tindakan
yang akan dilakukan
pada pasien 0,5 1,5
Total

1 3,5
Rencana Pulang
(DischargePlanning
)
Faktor internal
(IFAS) S-W =
Kekuatan 2,7-3 = -0,3
a. Adanya kemauan 0,3 3 0,9
untuk memberikan
pendidikan
kesehatan kepada
pasien dan keluarga
pasien.
b. Perawat 0,3 2 0,6
menggunakan
bahasa yang mudah
dan dapat dimengerti
pasien dan kelaurga
pasien.
c. Adanya pemahaman
tentang perencanaan 0,4 3 1,2
pulang oleh perawat.
Total

Kelemahan
a. Belum memiliki
format khusus 1 3 2,7
tentang discharge
planning.
b. Discharge planning 0,4 3 1,2
belum dilakukan
secara optimal
karena hanya
meliputi pemberian 0,3 3 0,9
informasi tentang
waktu kontrol dan
obat yang harus
diminum(keteraturan
minum obat).
c. Tidak tersedianya
leaflet yang berguna
bagi pasien sebelum
pasien pulang.
Sehingga nanti saat
dirumah pasien bisa O-T = 2,7-2 =
melihat kembali 0,3 3 0,9 0,7
leaflet jika pasien
lupa dengan
informasi yang
diberikan perawat.
Total

Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang 1 3 3
a. Adanya mahasiswa
praktik yang
melakukan praktek
manajemen
keperawatan.
b. Adanya kerja sama
yang baik antara
mahasiswa dan 0,4 2 1,2
perawat ruangan.
c. Kemauan pasien dan
keluarga.
Total
0,3 2 0,9
Ancaman
a. Adanya tuntutan
masyarakat untuk
mendapatkan 0,3 2 0,6
pelayanan
keperawatan yang 1 2,7
profesional.
b. Makin tingginya
kesadaran 0,5 1
masyarakat akan
pentingnya
kesehatan.
Total

0,5 1

1 2

3.2 Identifikasi Masalah


Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
M1 (Ketenagaan)
1. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terkadang terdapat sedikit
masalah dalam pembagian tugas, apalagi saat pasien penuh di ruangan dan
banyak tindakan yang mesti dilaksanakan.
Solusi: peran ketua tim sangat dibutuhkan dalam masalah ini. Ketua tim
seharusnya dapat membuat jadwal atau pembagian tugas tiap perawat yang
dinas agar perawat dapat bertanggung jawab dengan tugas dan kewajiban
yang diberikan dan tidak lalai dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
yang mereka lakukan supaya dari pihak keluarga ataupun pasien sendiri
dapat merasakan kepuasan terhadap tindakan yang sudah dialakukan
selama dirawat diruangan nusa indah.
M2 (Sarana dan Prasarana)
Tidak ditemukan masalah karena untuk sarana prasarana sudah terpenuhi
dan cukup memenuhi standar rumah sakit. Commented [A19]: Perbaiki lagi

M3 (Metode)
1. Penerapan model asuhan keperawatan profesional
a. Ketua tim sebagai perawat profesional kurang mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan (Demokratis) :
b. Ketua tim kadang-kadang membuat perencanaan, terkadang pula
tidak, seperti :Membuat rencana keperawatan untuk pasien pada hari
tersebut
c. Ketua tim kadang-kadang membuat penugasan, supervisi dan
evaluasi, terkadang pula tidak, seperti:
d. Ketua tim kurang mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien, seperti : Menentukan klasifikasi
pasien yang membutuhkan total care, partial care dan mandiri.
Solusi: ketua tim seharusnya harus bisa menguasai dan merangkul
semua anggota tim dan harus punya komunikasi yang baik agar semua
tugas dan tanggung jawab dapat dikerjakan dengan baik. Kepala
ruangan harus memantau setiap hari semua tugas dan kegiatan yang
dilakukan oleh ketua tim agar peran dari ketua tim tersebut dapat
berjalsan dengan baik.
2. Ronde keperawatan kadang kadang dilakukan
Solusi: membuat jadwal resmi dari kepala ruangan dalam melakukan
ronde keperawatan minimal 3 kali dalam seminggu supaya mengetahui
permasalahan pasien yang terjadi pada saat dirawat di ruangan Nusa Indah
agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi sesuai dengan permasalahan yang
dialami pasien dan pasien akan merasa puas pada saat pasien pulang. Dan
saat ronde keperawatan dilakukan hendaknya dapat dilakukan
dokumentasi sebagai bukti bahwa ronde keperawatan tersebut sudah
dilakukan di ruangan tersebut sesuai dengan kondisi yang telah dialami
pasien.
3. Overan (timbang terima)
a. Perawat terkadang kurang tepat waktu saat dilakukan timbang terima
(overan)
b. Timbang terima (overan) dilakukan tanpa melihat langsung kondisi
pasien
Solusi: timbang terima lebih efektif dilakukan didepan pasien itu
sendiri sehingga perawat dapat menerapkan teknik SBAR komunikasi
efektif kepada pasien. Dan setelah perawat melakukan teimbang
terima dapat melaporkan kepada ketua tim bahwa perawat sudah
melakukan timbang terima dan ketua tim tersebut dapat menanyakan
kepada pasien apakah perawat sudah bertemu langsung dengan pasien
dan sudah menanyakan permasalhan pasien
M4 (Keuangan)
Tidak ditemukan masalah karena untuk pembiayan tindakan kepada pasien
sudah diatur oleh bagian keuangan rumah sakit. Commented [A20]: Ada masalah ini... masih ada pasien yang
tidak mempunyai BPJS

M5 (Mutu)
1. Tata tertib ruangan belum dilaksanakan dengan semestinya.
2. Sirkulasi udara di kamar pasien kurang optimal.
Solusi:
3.3 Perencanaan (Rencana Strategi)
Tabel 3.13 Perencanaan M1-M5
N
o Masalah Tujuan Sasaran Program/Kegiatan Indikator Waktu PJ
.
M11 (Ketenagaan)
.
Dalam pelaksanaan Tidak ada masalah Perawat a. Kepala ruangan mampu a. Perawat ruangan Minggu I
tindakan keperawatan dalam pelaksanaan ruangan. mengkoordinasi kerja mengetahui peran dan
terkadang terdapat tindakan keperawatan perawat ruangan. fungsinya.
sedikit masalah terhadap pasien. a. Memanfaatkan tenaga b. Kinerja perawat baik dan
dalam pembagian yang ada diruangan memuaskan terhadap
tugas terutama saat maupun mahasiswa pelanyanan yang
jumlah pasien dalam praktek. diberikan.
keadaan b. Terdapatnya SOP atau
penuh dan banyak alur bagan tindakan
tindakan keperawatan yang akan
dilakukan diruangan.
2 (Metode)
M3
.
Penerapan model Ketua tim mampu Perawat a. Kepala ruangan a. Diruangan terdapat Minggu I
asuhan keperawatan membuat penugasan, yang mampu memotivasi artikel, atau buku
profesional supervisi dan bertugas perawatnya untuk mengenai ilmu
a. Ketua tim evaluasi sebagai membuat penugasan, keperawatan terbaru
sebagai perawat ketua tim supervisi dan evaluasi khususnya tentang
profesional kurang di setiap b. Perawat ruangan mau manajemen asuhan
shift dan mampu untuk keperawatan profesional.
mampu menggunakan
menerima serta b. Perawat dapat
tehnik kepemimpinan mengaplikasikan ilmu memanfaatkan sumber
(Demokratis) : keperawatan yang informasi yang ada.
b. Ketua tim didapat khususnya
kadang-kadang dalam supervisi dan
membuat evaluasi tindakan.
perencanaan, c. Perawat (Ketua tim)
terkadang pula tidak, membuat format untuk
seperti :Membuat supervisi dan evaluasi
rencana keperawatan
untuk pasien pada hari
tersebut
c. Ketua tim
kadang-kadang
membuat penugasan,
supervisi dan
evaluasi, terkadang
pula tidak, seperti:
1. Pembagian
pasien didalam tim
2. Mengevaluasi
hasil implementasi
asuhan keperawatan
3. Membuat
rencana tindak lanjut
untuk tindakan
keperawatan
selanjutnya
d. Ketua tim
kurang
mengenal/mengetahui
kondisi pasien dan
dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien,
seperti : Menentukan
klasifikasi pasien
yang membutuhkan
total care, partial
care dan mandiri.

Dokumentasi Perawat ruangan Perawat a. Perawat membiasakan a. Format Minggu I


keperawatan dapat melaksanakan ruangan diri untuk pendokumentasian
a. Terdapat dokumentasi mendokumentasikan keperawatan terisi
tindakan keperawatan keperawatan dengan setiap hasil dengan baik dan benar
yang tidak baik sdan benar. pemeriksaan oleh semua perawat
dokumentasikan, b. Perawat harus ruangan.
seperti : membuat rumusan b. Meningkatnya
1. Menganjurka rencana tindakan dari keinginan perawat
n pasien makan hasil pengkajian yang untuk terus belajar dan
sedikit tapi sering didapat. melakukan
2. Mengajarkan c. Perawat selalu pendokumentasian
tehnik relaksasi mengevaluasi keperawatan yang
b. Dokumentasi perkembangan kondisi benar dan tepat.
tidak segera dilakukan pasien untuk
setelah melakuakn merumuskan rencana
tindakan tetapi tindakan yang tepat.
kadang-kadang
dilengkapi saat pasien
mau pulang atau
keadaan
memungkinkan.
c. Catatan
perkembangan pasien
kurang lengkap.
Ronde Keperawatan a. Kepala a. Kepala ruangan mampu a. Diruangan K terdapat Minggu I
a. epala ruangan, ruangan, memimpin jalannya
T artikel, atau buku
idak Pernah perawat pelaksana Ketua tim ronde keperawatan. mengenai ilmu
dilakukan ronde dan petugas medis dan b. Perawat ruangan mau keperawatan terbaru
keperawatan di lain mampu perawat dan mampu untuk khususnya tentang
ruangan. melaksanakan ronde pelaksana menerima serta manajemen asuhan
b. keperawatan secara mengaplikasikanP ilmu keperawatan profesional.
erawat primer jarang rutin. keperawatan yang b. Perawat dapat
menjelaskan b. didapat khususnya memanfaatkan
P sumber
intervensi erawat mampu dalam pelaksanaan informasi yang ada.
keperawatan yang menjelaskan ronde keperawatan. c. Diruangan terdapat
harus dilakukan intervensi c. Perawat primer artikel, atau buku
keperawatan yang menjelaskan intervensi mengenai ilmu
akan dilakukan pada keperawatan yang akan keperawatan terbaru
pasien dilaksanakan untuk khususnya tentang
pasien manajemen asuhan
d. Intervensi keperawatan keperawatan profesional.
tercatat didalam buku d. Perawat dapat
khusus (format) memanfaatkan sumber
informasi yang ada.

Supervisi Terciptanya program Kepala a. Supervisor menetapkan Adanya format Minggu I


a. Supervisi kerja dan uraian yang ruangan kegiatan yang akan supervisi yang baku
sudah berjalan namun jelas sesuai standart disupervisi dan di ruangan untuk
belum optimal, belum yang telah ditetapkan menetapkan tujuan yang setiap tindakan
ada uraian yang jelas jelas untuk setiap keperawatan.
mengenai supervi. supervisi
b. Supervisi di b. Supervisor menetapkan
ruangan belum uraian yang jelas tentang
mempunyai format proses supervisi kepada
baku seluruh perawat
c. Memasukkan kegiatan
supervisi dalam rencana
kegiatan bulanan di
ruangan tersebut
d. Mengadakan kegiatan
pelatihan dan sosialisasi
tentang supervisi kepada
seluruh perawat agar
memahami tentang
supervisi.
e. Mensosialisasikan kepada
kepala ruangan dan
seluruh staf keperawatan
tentang perlunya format
baku supervisi untuk
setiap tindakan
keperawatan sesuai
standart keperawatan.
f. Membuat usulan format
supervisi yang baku
untuk setiap tindakan
keperawatan di ruangan
sesuai dengan standart
keperawatan.
Overan (timbang a. Kepala a. Apabila terdapat perawat a. Diruangan P terdapat Minggu I
terima) erawat mampu ruangan, yang kurang tepat waktu artikel, atau buku
a. Perawat mengikuti timbang ketua tim saat dilakukan timbang mengenai ilmu
terkadang kurang terima tepat waktu. dan terima maka diberikan keperawatan terbaru
tepat waktu saat b. perawat sanksi berupa khususnya P tentang
dilakukan timbang erawat melaksanakan pelaksana penambahan jam dinas manajemen asuhan
terima (overan). timbang terima di sesuai waktu keperawatan profesional.
b. Timbang nurse station dan keterlambatan b. Perawat dapat
terima (overan) dilanjutkan dengan b. Perawat diwajibkan memanfaatkan sumber
dilakukan tanpa melihat langsung mengisi absensi setiap informasi yang ada
melihat langsung kondisi pasien hari (datang dan pulang).
kondisi pasien. c. Timbang terima
dilakukan di nurse
station terlebih dahulu
dilanjutkan dengan
melihat kondisi pasien
secara langsung.
d. Perawat mengisi format
timbang terima setiap
kali pergantian shift.
Rencana pulang Terlaksananya Petugas a. Membuat perencanaan a. Perawat melakukan Minggu I
(DischargePlanning) rencana pulang sesuai ruangan tentang rencana pulang rencana pulang sesuai
a. Belum dengan standar. sesuai dengan standar. dengan perencanaan
memiliki format b. Mendokumentasikan rencana pulang sesuai
khusus tentang pelaksanaan rencana standar.
discharge planning pulang. b. Tercatatnya semua
b. Discharge kegiatan rencana pulang
planning belum yang sudah dilakukan
dilakukan secara oleh perawat
optimal karena hanya
meliputi pemberian
informasi tentang
waktu kontrol dan
obat yang harus
diminum(keteraturan
minum obat).
c. Tidak
tersedianya leaflet
yang berguna bagi
pasien sebelum pasien
pulang. Sehingg nanti
saat dirumah pasien
bisa melihat kembali
leaflet jika pasien lupa
dengan informasi
yang diberikan
perawat
.
M44 (Keuangan)
. - - - - - - -
M55 (Mutu)
a.. Tata tertib tidak Tata tertib ruang Petugas a. Kepala ruangan a. Pasien dan keluarga Minggu I
dilaksanakan dengan rawat inap ruangan, membuat tata tertib pasien mampu mengerti,
semestinya. dilaksanakan pasien dan ruang rawat inap. memahami dan
sebagaimana keluarga b. Kepala ruangan, perawat melaksanakan tata tertib
mestinya. pasien dan petugas ruangan yang diberlakukan.
mensosialisasikan tata b. Pasien dan keluarga
tertib ruangan. pasien dapat memberi
c. Kepala ruangan dan masukan atau saran
perawat membuat dan \terhadap kualitas
mensosialisasi pelayanan yang
keberadaan kotak saran. diberikan.
d. Kepala ruangan, perawat
dan petugas ruangan
mampu bertindak tegas
apabila terjadi
pelanggaran.
b. Sirkulasi udara di Masalah fasilitas fisik Manajeme Kepala ruangan Terdapatnya Minggu I
kamar pasien kurng ruangan dapat diatasi. n rumah memberikan penambahan alat
optimal sakit rekomendasi pendingin ruangan
kepada manajemen seperti kipas angin.
rumah sakit untuk
menyediakan
pendingin ruangan.

Anda mungkin juga menyukai