PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu mengerti memahami dan menerapkan konsep teori, prinsip model
penerapan asuhan keperawatan profesional.
1.3.2 Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan kegiatan program profesi Ners pada stase
Manajemen Keperawatan, mahasiswa mampu:
1.3.2.1 Mampu melaksanakan fungsi asuhan keperawatan
1.3.2.2 Mampu mengumpulkan data tentang ketenagaan, pasien, model
pemberian asuhan keperawatan, dan dokumentasi.
1.3.2.3 Mampu menganalisis data dengan pendekatan SWOT
1.3.2.4 Mampu menyusun rencana strategis berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional
1.3.2.5 Mampu melaksanakan penerapan model prima: bermain peran, overran,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise dan evaluasi kepuasan
pasien.
1.3.2.6 Mampu Melaksanakan Evaluasi keperawatan
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
1.4.1.2 Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan Model
Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional yang diaplikasikan
1.4.1.3 Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan penerapan
Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional
1.4.1.4 Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
1.4.1.5 Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional
1.4.2 Bagi Perawat Ruangan
1.4.2.1 Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yangberkaitan dengan pelaksanaan Manajemen Asuhan
Keperawatan Profesional.
1.4.2.2 Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.Terbinanya hubungan
yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
1.4.2.3 Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
1.4.3 Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal dan memuas
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur keperawatan yang ada.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
8. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat
dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan
membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para
pekerjanya.
9. Manfaat Pengorganisasian
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
3) Pendelegasian wewenang
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
10. Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
6) Mendelegasikan wewenang
11. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu
(Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen
pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen
yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan
pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola
program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang
diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada
semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu
dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff
keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen
lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan
komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan
khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-
obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah
pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui
serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk
membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya.
Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
12. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000),
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan
sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu
(pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan
yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu
melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam
gaya kepemimpinan yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat
agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu
kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang.
Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan
frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan
keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini
termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen
partisipasi oleh perawat professional.
13. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat
dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan
terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang
ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi
yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan
(Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan
dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi
3. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja
5. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
3) Harus memandang ke depan
4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
5) Harus objektif
6) Harus fleksibel
7) Harus menunjukkan pola organisasi
8) Harus ekonomis
9) Harus mudah dimengerti
10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat
manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit
bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek
termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan
sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk
mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1. Analisa tugas:
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat
digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
2. Kontrol kualitas:
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat
dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan
dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar
4. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan
2.1.3 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian
anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur
organisasi
3. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan
keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur
strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek,
mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang
ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya
4. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang
efektif
5. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
6. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
7. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
8. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi
9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
2.1.4 Komponen Manajemen Keperawatan
2.1.4.1 Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
2.1.4.2 Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
2.1.4.3 Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran.
2.1.4.4 Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan
kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
2.1.4.5 Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan
melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
2.2 Sumber Daya Manusia (M1/ MAN)
2.2.1 Umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar
dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah
bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai keuntungan
lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas dipercaya menurun
dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan
fisiknya sudah mulai menurun. Tetapi produktivitas seseorang tidak hanya
tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa
meningkat produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan (Nursalam 2014).
2.2.2 Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria
ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan, analisis, dorongan,
motivasi, sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang
paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab
urusan rumah tangga dan keluarga. Bila ada anggota keluarga yang sakit atau
urusan sosial seperti kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak
sering tidak masuk kerja.
2.2.3 Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang
meyakinkan antara dua variabel tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan. Masa kerja
yang diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang
baik terhadap produktivitas karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas
berkaitan negatif dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan
keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik
tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2003).
2.2.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan
sumber daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam
hubungan interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional
(D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi
perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3
Keperawatan atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3
Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1
dan Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan
2.2.5 Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak
dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di
dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga
manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia
dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan,
sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan.
Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan
tidak terbatas sematamata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan
bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik
biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada
individu yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta
pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal
ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora yang menjelaskan bahwa pelatihan
merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau
kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.
KEPALA
RUANGAN SUPER
VISOR
PERAWAT PERAWAT
PRIMER 1 PRIMER 2
PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE 1 ASSOCIATE 2
ASSOCI
ATE
KLIEN KLIEN
Rumus Perhitungan
BOR :
BOR = Jumlah Pasien X
100 %
Jumlah TT
2.4.2.2 Langkah-langkah
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-
hal apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya
meliputi :
1) Jumlah pasien: jumlah pasien baru, jumlah pasien lama dan pasien
pulang
2) Identitas klien dan diagnosa medis
3) Masalah keperawatan
4) Data yang mendukung
5) Tindakan keperawatan yang sudah/ belum dilakukan
6) Rencana umum/ catatan khusus yang perlu dilakukan : pemeriksaan
penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu.
4. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien.
2.4.2.3 Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer
yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat
jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
(1) Identitas klien dan diagnosa medis.
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
(3) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
(4) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
(5) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
(6) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi
tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan
melakukan validasi data tidak lebih dari 5 menit.
3. Penutup
1) Kembali ke nurse station, klasifikasi data setelah keliling ke tiap
pasien
2) Tanda tangan perawat dan kepala ruangan di lembar timbang terima
3) Laporan/ handover alat-alat yang dimiliki.
2.4.3 Ronde Keperawatan
2.4.3.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat
assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
2.4.3.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.4.3.3 Kriteria Klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.4.3.4 Peran masing-masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
1) Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
6) Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
4) Mengarahkan dan koreksi
Perenca
naan
Penyelesai Pulang Lain-lain
an
administras Program HE:
i - Kontrol dan Monitoring oleh petugas
obat/perawatan kesehatan dan keluarga
- Gizi
- Aktivitas dan istirahat
- Perawatan diri
Direktur
PP 1 PP 2
PA PA
Klien Klien
1) Manusia
(1) Tenaga Perawat
N %
Kualifikasi Jumlah Jenis
o
Ners
1 2 14 % PNS
D
2 III Keperawatan 12 86 % PNS
Jumlah 12 100 %
(2) Non Keperawatan
Tenaga non keperawatan yang berada di Ruang Nusa Indah RSUD RS
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, terdiri dari:
Tabel 3.1 Jumlah tenaga di ruang Nusa Indah
No Kualifikasi Jumlah % Jenis
1 Administrasi 1 orang 25 % Karyawan tetap
2 Cleaning Service 2 orang 50 % Karyawan kontrak
3 Ahli Gizi 1 orang 25 % Karyawan tetap
Total 4 orang 100 %
Total Karyawan Ruang Nusa Indah: 17 orang
3.1.1.2 Discharge Planning
No. Indikator ∑ %
1 Ya 6 75 %
2 Tidak 2 25 %
43 Waskom 3 3 - - Ditambah 2
44 Hand scrub 4 4 - - Ditambah 2
45 Hand wash 1 1 - - Ditambah 6
4) Fasilitas pasien.
(1) Kamar kelas 1
Kamar kelas 1 untuk 1 kamar untuk 1 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 1 buah
b) Bed pasien 1buah
c) Meja 1 buah
d) Lemari pasien 1 buah
e) Kamar mandi dan WC
f) Urinal, pispot.
g) Tempat sampah 1 buah
h) AC 1 buah
(2) Kamar kelas 2
Kamar kelas 2 untuk 1 kamar untuk 3 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 3 buah
b) Bed pasien 3 buah
c) Kamar mandi dan WC
d) Urinal, pispot.
e) Kipas Angin 3 buah
f) Ac 1 buah
g) Lemari pasien 3 buah
h) Meja 2 buah
(3) Kamar kelas 3
Kamar kelas 3 untuk 1 kamar untuk 6 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 5
b) Bed pasien 6 buah
c) Lemari pasien 6
d) Meja 5 buah
e) Kamar mandi dan WC
f) Urinal, pispot
g) Kipas Angin 2 buah
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan
di Ruang Nusa Indah sebagian sudah memenuhi jumlah standar yang
ditetapkan oleh RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Tidak semua
peralatan ada standar jumlahnya dan tidak semua alat yang ada standar
jumlahnya tersedia di ruangan sehingga peralatan di ruangan masih perlu
ditambah sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit. Alat-
alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan
sesuai kebutuhan klien. Sebagian besar peralatan dalam keadaan baik,
namun terdapat juga beberapa peralatan dalam keadaan rusak ringan
bahkan sampai rusak berat. Untuk peralatan yang tidak ada standar
jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan kriteria
kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Pengadaan alat-alat
kesehatan di Ruang Nusa indah dikoordinasi oleh penanggung jawab yang
telah di pilih oleh kepala ruangan.
3.2.2 Metode (M3)
Tabel 3.2.3 Peran kepala ruangan penting dalam model tim
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%
Berdasarkan data diatas 63% (5 orang) perawat mengatakan peran
kepala ruangan selalu dalam model tim, 37% (3 orang) perawat
mengatakan peran kepala ruangan kadang-kadang penting dalam model
tim. Peran kepala ruangan masih dianggap sangat penting dalam
mengelola ruangan dan pembentukkan tim dalam pelaksanaan tugas
keperawatan.
Tabel 3.2.4 Tanggung jawab anggota tim terhadap pemberian asuhan
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) perawat mengatakan anggota
tim selalu bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan, 25% (2 orang)
perawat mengatakan anggota tim kadang-kadang bertanggung jawab
terhadap pemberian asuhan. Anggota tim masih memiliki rasa tanggung
jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan yang baik bagi pasien
demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat kelalaian
perawat.
Tabel 3.2.5 anggota tim bekerjasama dengan anggota antar tim
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
Berdasarkan data diatas 75% (6 orang) perawat mengatakan anggota
tim selalu bekerjasama dengan anggota antar tim, 25% (2 orang) perawat
mengatakan anggota tim kadang-kadang bekerjasama dengan anggota
antar tim. Kerjasama antara anggota tim sangat diperlukan agar pekerjaan
dapat terlaksanakan dengan baik, dan di ruangan Nusa Indah masih
banyak anggota tim yang melakukan kerjasama antar tim demi kelancaran
pelayanan kesehatan.
Tabel 3.2.6 Anggota tim memberikan laporan
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 7 88%
Berdasarkan data diatas 88% (7 orang) perawat mengatakan
anggota tim selalu memberikan laporan, 12% (1 orang) perawat
mengatakan anggota tim kadang-kadang memberikan laporan. Perawat
perlu memberikan laporan disetiap dinas untuk mengetahui seperti apa
keadaan pasien dan berapa jumlah pasien yang dirawat pada saat itu serta
mengenai kelanjutan perawatan pasien.
3.2.2.1 TimbangTerima
Tabel 3.3.0 saat timbang terima perawat menyiapkan status pasien.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 7 88%
Tabel 3.3.2 timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan pada pergantian shift
dari malam ke pagi dari pagi ke sore dan pergantian shift dari sore ke malam di
pimpin oleh perawat primer.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%
Berdasarkan data diatas 63% (5 orang) mengatakan kepala
ruangan/perawat primer selalu memimpin timbang terima pada pergantian
shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore dan pergantian shift dari sore ke
malam di pimpin oleh ketua tim atau perawat primer, sedangkan 37% (3
orang) mengatakan kepala ruangan/ketua tim kadang-kadang memimpin
timbang terima pada pergantian shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore
dan pergantian shift dari sore ke malam di pimpin oleh ketua tim atau
perawat primer. Timbang terima seharusnya dipimpin oleh salah satu
perawat yang bertugas sebagai perawat primer pada saat itu karena
perawat primer dianggap sebagai pemimpin /ketua tim pada saat shift
tersebut yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas perawat
pelaksana.
Tabel 3.3.3 Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%
Tabel 3.3.5 hal-hal yang sifatnya khusus di catat dan di serah terimakan pada
perawat shift berikutnya
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 7 88%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 6 75%
3 Selalu 2 25%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 4 50%
3 Selalu 4 50%
Tabel 3.3.17 perawat memimpin timbang terima menyebutkan rencana kerja bagi
shift berikutnya dan mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku
laporan oleh ketua tim.
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 6 75%
3 Selalu 2 25%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 0 0%
Berdasarkan data diatas menunjukan 12% (1 orang) mengatakan di
ruangan ini hanya kadang-kadang melakukan ronde keperawatan, dan 88%
(7 orang) mengatakan di ruangan ini tidak pernah melakukan ronde
keperawatan.
Tabel 3.3.19 Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
No Indikator ∑ %
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 3 38%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%
2 Kadang-kadang 3 38%
3 Selalu 4 50%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 6 75%
3 Selalu 2 25%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 0 0%
2 Kadang-kadang 1 12%
3 Selalu 0 0%
2 Kadang-kadang 5 63%
3 Selalu 2 25%
Berdasarkan data diatas hanya 25% (2 orang) mengatakan selalu
mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan, sedangkan 63% (5 orang)
mengatakan kadang-kadang mendiskusikan hasil temuan dan tindakan
pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
dan12% (1 orang) mengatakan tidak pernah mendiskusikan hasil temuan
dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu
dilakukan.
3.2.2.3 Supervisi Keperawatan
Tabel 3.3.28 supervisor menetapkan kegiatan yang akan di supervisi
No Indikator ∑ %
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 1 12%
No Indikator ∑ %
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 1 13%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 2 25%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 3 38%
2 Kadang-kadang 4 50%
3 Selalu 3 38%
2 Kadang-kadang 4 50%
3 Selalu 3 38%
3 Selalu 1 12%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 2 25%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 2 25%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 2 25%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
2 Kadang-kadang 3 38%
3 Selalu 4 50%
2 Kadang-kadang 4 50%
3 Selalu 2 25%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 0 0%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 4 50%
3 Selalu 4 50%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 5 63%
3 Selalu 3 37%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 13%
3 Selalu 7 87%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 8 100%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 4 50%
3 Selalu 4 50%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 0 0%
2 Kadang-kadang 1 13%
3 Selalu 2 25%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 1 13%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 0 0%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 13%
3 Selalu 7 87%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 6 75%
3 Selalu 2 25%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 2 25%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 18%
3 Selalu 6 82%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 3 37%
3 Selalu 5 63%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 2 25%
Tabel 3.3.57 Pengkajian head to toe pada waktu klien masuk ke ruang inap
No Indikator ∑ %
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 10%
3 Selalu 7 90%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 8 100%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 10%
3 Selalu 7 90%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 0 0%
3 Selalu 8 100%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 2 25%
3 Selalu 6 75%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 10%
3 Selalu 7 90%
1 Tidak pernah 0 0%
2 Kadang-kadang 1 10%
3 Selalu 7 90%
3.3.1.2 Tarif tindakan Medik Operatif dan Non Operatif Serta Konsultasi
Pelayanan IGD
No Jenis Tindakan Medik Tarif
1. Tarif Jasa Tindakan Medik Operatif dan Non Operatif di IGD
a. Pemeriksaan dan Tindakan Medik Paket 50.000
b. Kecil 60.000
c. Sedang 150.000
d. Besar 450.000
2. Tarif Konsultasi dr. Spesialis di IGD
a. Phone 50.000
b. Datang 100.000
3.3.1.3 Jenis Tindakan Medik Operatif dan Non Operatif Pelayanan IGD
N Jenis Tindakan Tarif
o
.
A Pemeriksaan dan Tindakan Medik Rp. 50.000
. Paket terdiri dari:
1. Injeksi
2. Pemeriksaan Dokter
3. Pengambilan Darah
4. Perawatan Luka Lecet Kecil
5. Tindakan Keperawatan
B Tindakan Medik Operatif Kecil Rp. 60.000
.
1. Ekstraksi Corpus Alienum
2. Insisi Abses
3. Jahit Luka < 10 Jahitan
4. Pemasangan Infus dan Pemberian Injeksi
5. Pemasangan NGT dan atau pemasangan
Cateter
6. Pemasangan Ransel Verban
7. Pemasangan Spalk/elastis bandage
8. Pemasangan Tampon
9. Perawatan Luka Bakar < 20%
10. Perawatan luka Luas
C Tindakan Operatif Sedang Rp. 150.000
.
1. Intubasi
2. Jahit Luka 10-20 jahitan
3. Kumbah lambung
4. Pemasangan Belog Tampon
5. Perawatan luka bakar 20-40%
6. Punksi Supra Pubic
7. Skin Traksi
D Tindakan Medik Operatif Besar Rp. 450.000
.
1. Amputasi
2. Kuretase
3. Luka bakar > 50%
4. Pemasangan Infus Umbilikus
5. Pemasangan WSD
6. Punksi pleura
7. Repair luka > 20 jahitan
8. Repair Tendon
9. Reposisi dan Pemasangan Gips
10. Resusitasi dan Menggunakan alat
11. Sistostomi
12. Vena Sectie
3.3.2 Tarif Kamar Dan Jasa Pelayanan Rawat Inap
No. Jenis Pelayanan Jasa Sarana Jasa Total
Rawat Inap Pelayanan
1. Tarif kamar Per hari
Kelas 3 25.000 38.000 63.000
Kelas 2 38.000 57.000 95.000
Kelas 1 56.000 69.000 125.000
Vip 3 147.500 147.500 295.000
Vip 2 153.000 172.000 325.000
Vip 1 175.000 197.000 372.000
Intensive Care 225.000 200.000 425.000
High Care 175.000 150.000 325.000
One Day Care 175.000 150.000 325.000
3.3.4 Tarif Pelayanan Tindakan Medik Operatif Dan Non Operatif Rawat
Inap
No. Jenis Tindakan Medik Kelas III, II, I VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, ODC, HCU,
NICU
a. Kecil 35.000 52.000
b. Sedang 85.000 127.500
c. Besar 300.000 500.000
d. Khusus 750.000 1.500.000
3.3.5 Tindakan Medik Operatif Instalasi Bedah Sentral (IBS)
No. Tarif
Jenis Tindakan Kelas I, II, III VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, PICU,
NICU
1. Tindakan Medik Operatif Kecil 750.000 1.000.000
2. Tindakan Medik Operatif 2.500.000 4.500.000
Sedang
3. Tindakan Medik Operatif 4.500.000 6.500.000
Besar
4. Tindakan Medik Operatif 6.500.000 8.500.000
Khusus
5. Tindakan Medik Operatif Keputusan Direktur tersendiri
Khusus Dengan Nilai
Tersendiri (Khusus II)
1 Puas 8 80%
Tabel 3.12 Analisis SWOT di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1. M1 (Ketenagaan)
Faktor Internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Perawat 0,2 2 0,4 S-W =
menyatakankan 2,8-2,9= -0,1
sudah puas dengan
struktur organisasi
yang ada.
b. Perawat dapat 0,2 3 0,6
menyelesaikan
permasalahan yang
ada di ruangan
c. Adanya pembagian 0,1 3 0,3
jam kerja/shift dan
penanggung jawab
jaga. 0,2 3 0,6
d. Kepala ruangan
mempunyai peran
sentral dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan dan
rekomendasi
perawat. 0,3 3 0,9
e. Jenis ketenagaan
diruangan:
S1 Ners : 1 org.
D3 Kep : 11 org. 1
Total Commented [A17]: perbaiki
Kelemahan 0,3 3 0,9
a. Dalam pelaksanaan
tindakan
keperawatan
terkadang terdapat
sedikit masalah
dalam pembagian
tugas, apalagi saat
pasien penuh di
ruangan dan banyak
tindakan yang mesti 1
dilaksanakan.
Total
0,4 3 1,2
Faktor Eksternal
(EFAS)\Peluang
a. Rumah sakit
memberi kebijakan
untuk memberi
beasiswa dan 0,3 3 0,9 O-T=3-2,2= 0,8
pelatihan bagi
perawat ruangan.
b. Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka 0,3 3 0,9
Raya merupakan
ruangan kasus
bedah.
c. Adanya kebijakan
pemerintah tentang 1 3
profesionalisme
perawat. 0,3 2 0,6
Total
Ancaman
a. Ada tuntutan tinggi
dari masyarakat 0,3 2 0,6
untuk pelayanan
yang lebih
profesional.
b. Makin tingginya 0,2 2 0,4
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya
kesehatan. 0,2 3 0,6
c. Adanya kebijakan
rumah sakit dan
pemerintah tentang 1 2,2
pasien kurang
mampu.
d. Adanya pertanggung
jawaban legalitas
bagi pasien.
Total
2 (Sarana dan
M2
.
Prasarana)
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Mempunyai sarana 0,5 3 1,5 S-W=2,5-2=
dan prasarana untuk 0,5
pasien dan tenaga
kesehatan 0,3 2 0,6
b. Terdapat
administrasi
penunjang 0,2 2 0,4
c. Tersedianya nurse
station 1 2,5
Total
Kelemahan 0,5 2 1
a. Tidak ditemukan
masalah karena 0,5 2 1
untuk sarana O-T=2,5-2= 0,5
prasarana sudah
terpenuhi dan cukup
memenuhi standar
rumah sakit. Commented [A18]: are you sure?
Total 1 2
Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang
a. Adanya kesempatan 0,5 3 1,5
menambah anggaran
untuk pembelian set
balutan dan
peralatan lainnya
b. Adanya kesempatan 0,5 2 1
untuk penggantian
alat-alat yang tidak
layak pakai
Total 1
Ancaman
a. Adanya tuntutan 0,5 2 2,5
yang tinggi dari
masyarakat untuk
melengkapi sarana
dan prasarana 0,5 2 1
b. Adanya
kesenjangan antara
jumlah pasien
dengan peralatan 1
yang diperlukan.
Total
1 2
3 (Method-MAKP)
M3
.
Penerapan Model
Asuhan Keperawatan
Profesional
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Perawat 0,1 2 0,2 S-W= 2,7–3,2
menggunakan model = - 0,5
asuhan keperawatan
primer
b. Perawat
menggunakan
komunikasi yang 0,2 3 0,6
efektif
c. Perawat menghargai
kepemimpinan ketua
tim 0,2 3 0,6
d. Perawat
menganggap bahwa
peran kepala
ruangan penting 0,1 2 0,2
dalam model tim
e. Perawat
menganggap bahwa
anggota tim
bertanggung jawab
terhadap pemberian 0,1 2 0,2
asuhan keperawatan
pada pasien
f. Perawat saling
bekerjasama dengan
anggota tim dan
antar tim
Total
0,3 3 0,9
Kelemahan
a. Ketua tim kadang-
kadang membuat
perencanaan, 1 4 2,7
terkadang pula
tidak, seperti
:Membuat rencana
keperawatan untuk 0,2 3 0,8
pasien pada hari
tersebut
b. Ketua tim kadang-
kadang membuat
penugasan, supervisi
dan evaluasi,
terkadang pula
tidak, seperti: 0,2 2 0,6
1. Pembagian
pasien didalam
tim
2. Mengevaluasi
hasil
implementasi 0,3 4 0,6
asuhan
keperawatan
3. Membuat
rencana tindak
lanjut untuk
tindakan
keperawatan
selanjutnya
c. Ketua tim kurang
mengenal/mengetah
ui kondisi pasien
dan dapat menilai
tingkat kebutuhan
pasien, seperti : O–T= 3,6–3,9
Menentukan = -0,3
klasifikasi pasien 0,3 3 1,2
yang membutuhkan
total care, partial
care dan mandiri.
Total
Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang
a. Rumah sakit
memberi kebijakan
untuk memberi 1 4 3,2
beasiswa dan
pelatihan bagi
perawat ruangan
khususnya tentang
manajemen askep. 0,4 4 1,2
b. Adanya kebijakan
pemerintah tentang
profesionalisme
perawat.
c. Adanya referensi
yang menulis
tentang model-
model asuhan
keperawatan
professional
Total 0,3 4 1,2
Ancaman
a. Terdapat Rumah
Sakit Swasta lain
b. Ada tuntutan
tinggi dari 0,3 4 1,2
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebih profesional.
c. Kebebasan pers
mengakibatkan
mudahnya 1 3 3,6
penyebaran
informasi di dalam
ruangan ke 0,5 2
masyarakat
Total 0,4 1,6
0,1 0,3
1 3,9
Dokumentasi
Keperawatan
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Tersedianya sarana 0,3 3 0,9 S-W = 3-2,7=
dan prasarana 0,3
(administrasi
penunjang).
b. Format pengkjian
sudah ada dan 0,4 3 1,2
dapat
memudahkan
perawat dalam
pengkajian dan
pengisisannya.
c. Sebanyak 73%
pendokumentasi 0,3 3 0,9
yang dilakukan
perawat baik.
Total
1 3 3
Kelemahan
a. Terdapat tindakan
keperawatan yang 0,4 2 1,2
tidak
dokumentasikan,
seperti :
1. Menganjurkan
pasien untuk
miring kanan
miring kiri.
2. Menganjurkan
pasien makan
sedikit tapi
sering
3. Mengajarkan
tehnik relaksasi
b. Dokumentasi tidak
segera dilakukan
setelah melakuakn
tindakan tetapi 0,3 3 0,6
kadang-kadang
dilengkapi saat
pasien mau pulang
atau keadaan
memungkinkan.
c. Catatan
perkembangan
pasien kurang O-T = 3-2,5 =
lengkap. 0,5
Total
0,3 3 0,9
0,5 1,5
1 2,5
Ronde Keperawatan
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan S-W= 2,5–3,5
a. Ruangan 0,1 3 0,3 =-1
mendukung adanya
kegiatan ronde
keperawatan
b. Adanya kasus yang
memerlukan 0,2 2 0,4
perhatian khusus
oleh perawat
ruangan dan kepala
ruangan misalnya
flebitis, dekubitus,
resiko jatuh.
c. Penetapan kasus
untuk ronde
keperawatan 0,3 2 0,6
minimal satu hari
sebelum waktu
pelaksanaan ronde
d. Perawat selalu
memberikan
informed concent 0,1 3 0,3
kepada klien atau
keluarga
e. Dalam pelaksanaan
ronde dilakukan
tindakan 0,3 3 0,9
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan
Total
Kelemahan 1 4 2,5
a. Jarang dilakukan
ronde keperawatan
di ruangan 0,3 3 1,2
b. Perawat primer
jarang menjelaskan
masalah 0,1 2 0,3
keperawatan utama
yang dialami pasien
c. Perawat primer
jarang menjelaskan
intervensi
keperawatan yang 0,1 3 0,2
harus dilakukan O–T= 3–3
d. Perawat primer atau = 0
perawat asosiasi
jarang menjelaskan
alasan ilmiah 0,2 4 0,6
tentang tindakan
yang diambil
e. Ronde keperawatan
tidak dilakukan
sesuai langkah-
langkah yang telah
ditentukan
Total 0,3 3 1,2
Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang
a. Kerjasama yang
baik antara perawat 1 3 3,5
dan mahasiswa
b. Adanya
mahasiswa
program profesi 0,5 3 1,5
Ners yang praktik
manajemen
keperawatan
Total 0,5 1,5
Ancaman
a. Tingginya tuntutan
pasien dan
keluarga akan
pelayanan yang
profesional 1 3
Total
1 3
1 3
Sentralisasi Obat
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. Semua perawat 0,3 3 0,9 S-W=
mengemukakan 3,3-2,7= 0,6
jawaban mengerti
tentang sterilisasi
obat
b. Diruangan ada 0,5 4 2,0
sentralisasi obat. Ini
dilihat dari adanya
ruangan khusus
penyimpanan obat
c. Sebagian besar
perawat pernah 0,2 2 0,4
berwenang
mengurusi
sentralisasi obat
Total
1 3,3
Kelemahan
a. Pelaksanaan
sentralisasi obat 0,3 3 0,9
belum optimal
b. Selama ini format
yang ada masih obat 0,1 2 0,2
oral, injeksi dan
yang lain tercampur
dari salah satu
keduanya
c. Selama ini belum
ada format O-T=
persetujuan 0,2 2 0,4 3,6-3,0= 0,6
sentralisasi obat
untuk pasien
d. Alat-alat kesehatan
hanya sebagian ada
dengan jumlah 0,2 3 0,6
terbatas
e. Teknik sentarlisasi
obat belum jelas
Total
0,2 3 0,6
Faktor Eksternal
(EFAS) 1 2,7
Peluang
a. Kerjasama yang
baik antara perawat
dan mahasiswa
b. Adanya mahasiswa 0,4 3 1,2
STIKes Eka Harap
yang praktik
Total
0,6 4 2,4
Ancaman
a. Adanya tuntutan
akan pelayanan
yang professional 1 3,6
b. Kurangnya
kepercayaan pasien
terhadap sentralisasi 0,5 4 2,0
obat
Total
0,5 2 1,0
1 3
Supervisi
Faktor internal
(IFAS)
Kekuatan
a. RSUD Dr. Doris 0,4 4 1,6 S-W=
Sylvanus Palangka 3,2-3,4= -0,2
Raya merupakan
rumah sakit doris
sylvanus pendidikan
tipe B yang menjadi
rumah sakit rujukan
bagi wilayah
setempat.
b. Ruang internal
merupakan ruang 0,3 3 0,9
yang memerlukan
perhatian ekstra dari
petugas kesehatan.
c. Adanya kemauan
perawat untuk
berubah. 0,1 1 0,1
d. Kepala ruangan
internal adalah
kepala ruangan 0,2 3 0,6
mendukung kegiatan
supervisi demi
meningkatkan mutu
pelayanan
keperawatan
Total
Kelemahan
a. Belum ada uraian 1 3 3,2
yang jelas tentang
supervisi.
b. Belum mempunyai 0,3 4 0,9
format yang baku O-T=
dalam pelaksanaan 2,8-2 = 0,8
supervisi. 0,4 3 1,6
c. Kurangnya program
pelatihan dan
sosialisasi tentang
supervisi. 0,3 3 0,9
Total
Faktor ekternal
(EFAS) 1 2 3,4
Peluang
a. Adanya mahasiswa
yang praktik
manajemen
keperawatan. 0,4 3 1,2
b. Adanya jadwal
supervisi
keperawatan oleh
pengawas perawat 0,2 2 0,4
setiap bulan.
c. Terbuka kesempatan
untuk melanjutkan
pendidikan/magang.
Total 0,4 1,2
Ancaman
a. Tuntutan pasien
sebagai konsumen 1 2,8
untuk mendapatkan
pelayanan yang
profesional dan 1 2
bermutu sesuai
dengan peningkatan
biaya perawatan.
Total
1 2
Overan ( timbang
terima)
Overan
Internal faktor
(IFAS)
Kekuatan
a. Timbang terima 0,2 3 0,6 S-W= 3,6–2,3
dilakukan setiap hari = 1,3
(tiap pergantian
shift)
b. Perawat selalu 0,2 3 0,6
menyiapkan status
pasien saat timbang
terima
c. Ketua tim/perawat
selalu dalam 0,3 4 1,2
keadaan siap saat
timbang terima
d. Ada buku khusus 0,3 4 1,2
untuk pelaporan
timbang terima
(overan)
Total 1 3,6
Kelemahan
a. Timbang terima
(overan) sering 0,3 3 0,9
dilakukan tidak tepat
waktu saat
pergantian shift
b. Dokumentasi masih 0,2 2 0,4
terbatas sehingga
rencana tindakan
belum spesifik
c. Timbang terima
(overan) dilakukan 0,3 2 0,6
tanpa melihat
langsung kondisi
pasien
d. Timbang terima O–T= 3,2–3,5
hanya dilakukan di 0,2 2 0,4 = -0,3
nurse station
Total
1 2,3
Faktor ekternal
(EFAS)
Peluang
a. Adanya mahasiswa
program profesi 0,5 3 1,5
Ners yang praktik
manajemen
keperawatan
b. Adanya kerjasama
antara perawat 0,3 3 0,9
ruangan dengan
mahasiswa praktikan
c. Sarana dan prasarana
penunjang cukup
memadai 0,2 4 0,8
Total
Ancaman
a. Adanya tuntutan 1 4 3,2
pasien dan keluarga
terhadap pelayanan
keperawatan yang 0,5 3 2
profesional
b. Terkadang terjadi
kesalahan delegasi
terhadap tindakan
yang akan dilakukan
pada pasien 0,5 1,5
Total
1 3,5
Rencana Pulang
(DischargePlanning
)
Faktor internal
(IFAS) S-W =
Kekuatan 2,7-3 = -0,3
a. Adanya kemauan 0,3 3 0,9
untuk memberikan
pendidikan
kesehatan kepada
pasien dan keluarga
pasien.
b. Perawat 0,3 2 0,6
menggunakan
bahasa yang mudah
dan dapat dimengerti
pasien dan kelaurga
pasien.
c. Adanya pemahaman
tentang perencanaan 0,4 3 1,2
pulang oleh perawat.
Total
Kelemahan
a. Belum memiliki
format khusus 1 3 2,7
tentang discharge
planning.
b. Discharge planning 0,4 3 1,2
belum dilakukan
secara optimal
karena hanya
meliputi pemberian 0,3 3 0,9
informasi tentang
waktu kontrol dan
obat yang harus
diminum(keteraturan
minum obat).
c. Tidak tersedianya
leaflet yang berguna
bagi pasien sebelum
pasien pulang.
Sehingga nanti saat
dirumah pasien bisa O-T = 2,7-2 =
melihat kembali 0,3 3 0,9 0,7
leaflet jika pasien
lupa dengan
informasi yang
diberikan perawat.
Total
Faktor Eksternal
(EFAS)
Peluang 1 3 3
a. Adanya mahasiswa
praktik yang
melakukan praktek
manajemen
keperawatan.
b. Adanya kerja sama
yang baik antara
mahasiswa dan 0,4 2 1,2
perawat ruangan.
c. Kemauan pasien dan
keluarga.
Total
0,3 2 0,9
Ancaman
a. Adanya tuntutan
masyarakat untuk
mendapatkan 0,3 2 0,6
pelayanan
keperawatan yang 1 2,7
profesional.
b. Makin tingginya
kesadaran 0,5 1
masyarakat akan
pentingnya
kesehatan.
Total
0,5 1
1 2
M3 (Metode)
1. Penerapan model asuhan keperawatan profesional
a. Ketua tim sebagai perawat profesional kurang mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan (Demokratis) :
b. Ketua tim kadang-kadang membuat perencanaan, terkadang pula
tidak, seperti :Membuat rencana keperawatan untuk pasien pada hari
tersebut
c. Ketua tim kadang-kadang membuat penugasan, supervisi dan
evaluasi, terkadang pula tidak, seperti:
d. Ketua tim kurang mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien, seperti : Menentukan klasifikasi
pasien yang membutuhkan total care, partial care dan mandiri.
Solusi: ketua tim seharusnya harus bisa menguasai dan merangkul
semua anggota tim dan harus punya komunikasi yang baik agar semua
tugas dan tanggung jawab dapat dikerjakan dengan baik. Kepala
ruangan harus memantau setiap hari semua tugas dan kegiatan yang
dilakukan oleh ketua tim agar peran dari ketua tim tersebut dapat
berjalsan dengan baik.
2. Ronde keperawatan kadang kadang dilakukan
Solusi: membuat jadwal resmi dari kepala ruangan dalam melakukan
ronde keperawatan minimal 3 kali dalam seminggu supaya mengetahui
permasalahan pasien yang terjadi pada saat dirawat di ruangan Nusa Indah
agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi sesuai dengan permasalahan yang
dialami pasien dan pasien akan merasa puas pada saat pasien pulang. Dan
saat ronde keperawatan dilakukan hendaknya dapat dilakukan
dokumentasi sebagai bukti bahwa ronde keperawatan tersebut sudah
dilakukan di ruangan tersebut sesuai dengan kondisi yang telah dialami
pasien.
3. Overan (timbang terima)
a. Perawat terkadang kurang tepat waktu saat dilakukan timbang terima
(overan)
b. Timbang terima (overan) dilakukan tanpa melihat langsung kondisi
pasien
Solusi: timbang terima lebih efektif dilakukan didepan pasien itu
sendiri sehingga perawat dapat menerapkan teknik SBAR komunikasi
efektif kepada pasien. Dan setelah perawat melakukan teimbang
terima dapat melaporkan kepada ketua tim bahwa perawat sudah
melakukan timbang terima dan ketua tim tersebut dapat menanyakan
kepada pasien apakah perawat sudah bertemu langsung dengan pasien
dan sudah menanyakan permasalhan pasien
M4 (Keuangan)
Tidak ditemukan masalah karena untuk pembiayan tindakan kepada pasien
sudah diatur oleh bagian keuangan rumah sakit. Commented [A20]: Ada masalah ini... masih ada pasien yang
tidak mempunyai BPJS
M5 (Mutu)
1. Tata tertib ruangan belum dilaksanakan dengan semestinya.
2. Sirkulasi udara di kamar pasien kurang optimal.
Solusi:
3.3 Perencanaan (Rencana Strategi)
Tabel 3.13 Perencanaan M1-M5
N
o Masalah Tujuan Sasaran Program/Kegiatan Indikator Waktu PJ
.
M11 (Ketenagaan)
.
Dalam pelaksanaan Tidak ada masalah Perawat a. Kepala ruangan mampu a. Perawat ruangan Minggu I
tindakan keperawatan dalam pelaksanaan ruangan. mengkoordinasi kerja mengetahui peran dan
terkadang terdapat tindakan keperawatan perawat ruangan. fungsinya.
sedikit masalah terhadap pasien. a. Memanfaatkan tenaga b. Kinerja perawat baik dan
dalam pembagian yang ada diruangan memuaskan terhadap
tugas terutama saat maupun mahasiswa pelanyanan yang
jumlah pasien dalam praktek. diberikan.
keadaan b. Terdapatnya SOP atau
penuh dan banyak alur bagan tindakan
tindakan keperawatan yang akan
dilakukan diruangan.
2 (Metode)
M3
.
Penerapan model Ketua tim mampu Perawat a. Kepala ruangan a. Diruangan terdapat Minggu I
asuhan keperawatan membuat penugasan, yang mampu memotivasi artikel, atau buku
profesional supervisi dan bertugas perawatnya untuk mengenai ilmu
a. Ketua tim evaluasi sebagai membuat penugasan, keperawatan terbaru
sebagai perawat ketua tim supervisi dan evaluasi khususnya tentang
profesional kurang di setiap b. Perawat ruangan mau manajemen asuhan
shift dan mampu untuk keperawatan profesional.
mampu menggunakan
menerima serta b. Perawat dapat
tehnik kepemimpinan mengaplikasikan ilmu memanfaatkan sumber
(Demokratis) : keperawatan yang informasi yang ada.
b. Ketua tim didapat khususnya
kadang-kadang dalam supervisi dan
membuat evaluasi tindakan.
perencanaan, c. Perawat (Ketua tim)
terkadang pula tidak, membuat format untuk
seperti :Membuat supervisi dan evaluasi
rencana keperawatan
untuk pasien pada hari
tersebut
c. Ketua tim
kadang-kadang
membuat penugasan,
supervisi dan
evaluasi, terkadang
pula tidak, seperti:
1. Pembagian
pasien didalam tim
2. Mengevaluasi
hasil implementasi
asuhan keperawatan
3. Membuat
rencana tindak lanjut
untuk tindakan
keperawatan
selanjutnya
d. Ketua tim
kurang
mengenal/mengetahui
kondisi pasien dan
dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien,
seperti : Menentukan
klasifikasi pasien
yang membutuhkan
total care, partial
care dan mandiri.