Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan wawancara psikiatri didapatkan informasi bahwa penderita seorang

Laki-laki berusia 25 tahun, asal Bukit Baru, Islam, dengan pendidikan terakhir SMP
tamat, pekerjaan wiraswasta. Penderita dibawa ke RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang
pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 2018 dengan keluhan mengamuk dan ingin membunuh
kakak kandungya.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan penderita berpenampilan kurang baik
yaitu dengan memakai kaos hitam, kain sarung namun tanpa alas kaki. Selama
pemeriksaan, penderita tampak tidak kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan
pemeriksa.
Suasana mood penderita didapatkan disforik dengan afek meyempit. Pada
penderita tampak ketidakserasian serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku.
Selama pembicaraan penderita tampak koheren. Didapatkan gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik dan ilusi visual. Proses dan bentuk pikiran pada penderita koheren
dengan produktivitas baik dan kontinu namun terdapat hendaya bahasa dimana dalam
bicara os tampak lambat dan monoton. Gangguan pikiran pada penderita ditemukan
terdapat waham curiga. Dalam penilaian realitas pada penderita terganggu dalam hal
pikiran, perasaan, perbuatan, dan perilaku.
Dalam pertimbangan tilikan terhadap penyakit, termasuk tilikan derajat 1 yaitu,
penyangkalan total terhadap kondisi yang sedang dialaminya. Penjelasan yang
diberikan penderita kurang dapat dipercaya.
Berdasarkan riwayat penderita, ditemukan adanya kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda
klinis yang khas berkaitan dengan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya
disfungsi dan distres (penderitaan) . Dengan demikian dapat disimpulkan penderita
mengalami suatu gangguan kejiwaan.
Pada pemeriksaan status internus tidak ditemukan adanya kelainan. Tidak
ditemukan adanya riwayat kejang, riwayat demam tinggi dan riwayat trauma capitis.
Status neurologi juga tidak ditemukan kelainan yang mengindikasikan adanya
gangguan medis umum yang secara fisiologi dapat menimbulkan disfungsi otak serta
mengakibatkan gangguan kejiwaan yang diderita selama ini. Dengan demikian,
gangguan mental oganik (F00 – F09) dapat disingkirkan.
Pada wawancara psikiatri tidak ditemukan penderita memiliki riwayat minum-
minuman beralkohol serta penderita tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang
sehingga kemungkinan gangguan mental akibat zat psikoaktif (F10 – F19) juga dapat
disingkirkan.
Pada diagnosis multiaksial aksis I ditemukan adanya gejala positif berupa
halusinasi auditorik, ilusi visual serta waham curiga dan untuk gejala negatif berupa
hilangnya minat kepada kehidupan sosial contohnya yaitu tidak mau lagi ikut berjualan
bersama ibunya di pasar.. Pada penderita ditemukan bebagai gejala definitif adanya
skizofrenia ditambah lagi dengan ggejala adanya curiga yang terhadap kakaknya dan
merasa ada orang yang ingin menyakiti keluarganay. Maka, diagnosis pada penderita
ini termasuk dalam F20.0 Skizofrenia Paranoid. Berdasarkan perjalanan gangguan
skizofrenia pada penderita berupa episodik berulang, maka diagnosis pada penderita
termasuk dalam F20.03 Skizofrenia Paranoid Episodik Berulang.
Pada diagnosis multiaksial aksis II terdapat F60.0 gangguan kepribadian paranoid
dimana penderita tampak curiga dengan orang lain.
Pada aksis III, vulnus eksoriatum dengan krusta di antebrahhi sinistra dan dorsum
pedis sinistra.
Pada aksis IV didapatkan bahwa penderita mempunyai masalah pada keluarga.
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale 70-61

Anda mungkin juga menyukai