Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI
DENGAN GANGGUAN EFUSI PLEURA

OLEH:
KELOMPOK 2/2.C/S1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Efusi Pleura”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Respirasi. Penulisan
makalah ini telah mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang MahaEsa yang senantiasa melipahkan rahmat-Nya kepada kami
2. Enny Virda Y, S.Kep. Nsselaku dosen mata kuliah Respirasi.
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan keterbatasan pengetahuan, pengalaman yang penulis miliki, sehingga penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.

Mojokerto, Oktober 2015

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................... 2

BAB II
2.1 Pengertian ........................................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ............................................................................................................................. 3
2.3 Manifestasi klinis ............................................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ..................................................................................................................... 5
2.5 Penatalaksanaan ............................................................................................................... 6
2.6 Komplikasi ....................................................................................................................... 6

BAB III
3.1 Pengkajian ........................................................................................................................ 7
3.2 Diagnosa .......................................................................................................................... 10
3.3 Intervensi.......................................................................................................................... 10
3.4 Implementasi ....................................................................................................................14
3.5 Evaluasi ............................................................................................................................ 14

BAB IV
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki peringkat
yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura adalah salah
satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan Efusi pleura sendiri sebenarnya
bukanlah diagnosa dari suatu penyakit melainkan hanya lebih merupakan symptom atau
komplikasi dari suatu penyakit.
Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma
(carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain),
tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain
sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998:68).
Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan
pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, ekpansi paru akan
terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri dada, batuk non produktif bahkan akan
terjadi kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah gagal nafas. Kondisi-kondisi tersebut
diatas tidak jarang menyebabkan kematian pada penderita efusi pleura.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari efusi pleura ?


2. Apa saja penyebab dari efusi pleura ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari efusi pleura ?
4. Bagaimana patofisiologi dari efusi pleura ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari efusi pleura ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada efusi pleura ?

1
1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian dari efusi pleura


2. Mengetahui penyebab yang terjadi pada efusi pleura
3. Mengetahui manifestasi klinis pada efusi pleura
4. Memahami patofisiologis pada efusi pleura
5. Memahami bagaiana penatalaksanaan pada efusi pleura
6. Mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada

2
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Pengertian
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak di
antara permukaan visceral dan pariental, adalah proses penyakit primer yang jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (10-20 ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.
(Smeltzer, Suzanne C, 2002:598)
Pembagian Efusi Pleura
1. Transudat
- Cairan ekstraseluler
- Bj < 1,015
- Protein < 3 gr/ 100cc
- Kadar LDH < 200/lm
- Rivalta (-)
2. Eksudat
- Cairan dalam cavum pleura
- Bj > 1,05
- Protein > 3 gr/ 100cc
- Kadar LDH >200/lm
- Rivalta (+)

2.2 Etiologi
Kemungkinan penyebab efusi antara lain :
1. Penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura
2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura
3. Sangat menurunnya tekanan osmotik koloid plasma, jadi juga memungkinkan
transudasi cairan yang berlebihan

3
4. Infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein
plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-
624).

2.3 Manifestasi Klinis


Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit Ar.pneumonia
akan menyebabkan demam, menggigil dan nyeri dada fleuri. Kebanyakan efusi pleura
bersifat asimptomatik (suatu penyakit yang pasien tak menyadari), sementara efusi
malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan
keparahan gejala. Efusi fleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang
mengandung cairan atau menunjukan bunyi nafas minimal atau tidak sama sekali
menghasilkan bunyi nafas yang datar, pekak saat diperkusi. Keberadaan cairan dikuatkan
dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan gram BTA, hitung sel darah merah dan
putih. Tanda fisik meliputi defiasi trakhea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada
perkusi dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi yang terkena.

4
2.4 Patofisiologi

- Gagal jantung kiri Peradangan pleura


- Obstruksi vena
cava superior
- Asites pada sirosis Permeabel membran
hati Cairan protein dari getah
kapiler meningkat
-Dialisis peritonila bening masuk rongga
- Obstruksi fraktus pleura
urinarius - Peningkatan tekanan
kapiler
sistemik/pulmonal
- Penurunan tekanan
koloid osmotik & pleura Konsentasi protein
- Penurunan tekanan cairan pleura meningkat
intrapleura
Terdapat jaringan
nekrotik pada septa

Eksudat
Kongesti pada
pembuluh limfe
Gngguan tekanan kapiler
Reabsorbsi cairan hidrostaltik dan koloid
terganggu osmotic intrapleura

Transudat

Penurunan cairan
pada rongga pleura
Gangguan
pertukaran gas

Ekspansi paru Tekanan pada Drainase


abdomen

Resiko tinggi
Sesak nafas Anoreksia terhadap tindakan
drainase dada

5
Ketidakseimbangan Nyeri resiko
nutrisi kurang dari infeksi
kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan Insufiensi oksigenasi


pola nafas

Gangguan Suplay O2
metabolisme O2 menurun

Energi berkurang Gangguan rasa


nyaman

Intoleransi aktifitas Defisit perawatan


diri

6
2.5 Penatalaksanaan
 Medis
1. Pengobatan kausal : di tujukan pada penyakit primernya.
2. Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,
dispnea, dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak
maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotik jika terdapat empiema.
4. Pleurodesis, yaitu terapi paliatif pada kasus efusi pleura ganas yang berulang
dengan memasukkan bahan tertentu ke dalam cavum pleura.
5. Thorakosentris
Indikasinya :
- Menghilangkan sesak yang ditimbulkan oleh cairan.
- Bila terapi spesifik pada primernya tidak efektif.
- Bila terjadi reakumulasi cairan.
6. Operatif
7. Memasukkan kemoterapi intra pleura untuk keganasan.
8. Pemberian steroid di tambah dengan anti tuberkulosi dapat menyerap efusi pleura
yang disebabkan oleh TB paru secara tepat dan mengurangi fibrosis.
 Keperawatan
Peran perawat dalam perawatan pasien dengan efusi pleura termasuk penerapan
regimen medis.
- Pada pelaksanaan torasentis, perawat menyiapkan serta memposisikan pasien
untuk tindakan, serta memberikan dukungan sepanjang prosedur dilakukan.
Karena tindakan ini akan memberikan nyeri yang hebat, maka posisi yang tepat
akan meminimalkan rasa nyeri.
- Torasentis yang berulang akan menimbulkan nyeri, penipisan protein, elektrolit,
dan kadang pneumotoraks. Dalam keadaan ini pasien mungkin akan menjalani
pemasangan selang dada dengan drainase water-seal atau pengisapan. Dalam
tindakan ini perawat bertanggung jawab untuk pemantauan fungsi sistem dan
mencatat jumlah drainase pada interval yang diharuskan.
2.6 Komplikasi
1. Infeksi 2. Fibrosis Paru

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Keluhan utama.
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian yaitu batuk ada sekret, sesak napas,
nyeri ketuk pada perkusi.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, sesak napas, batuk ada
sekret, peningkatan suhu tubuh, nafsu makan menurun keadaan fisik lemah.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Klien mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru, kegagalan jantung kiri, ca
mama, tumor primer pleura, empiema thorasis, kegagalan pernapasan..
4. Riwayat penyakit keluarga.
Keluarga mempunyai penyakit yang menurun yaitu tuberkulosis partu, kegagalan
jantung kongestif ( Hood alsagaf, dasar-dasar ilmu penyakit paru ).
5. Pola Kebutuhan Sehari-Hari Menurut Maslow
a. Kebutuhan nutrisi
Pada pola nutrisi akan ditemukan nafsu makan menurun yang diakibatkan
oleh toksemia dan pada observasi ditemukan klien kurus, berat badan tidak ideal,
jaringan lemak tipis dan iga kelihatan.
b. Kebutuhan istirahat tidur
Klien dengan sesak dan nyeri kemungkinan akan mengalami gangguan pola
tidur dan istirahat. Oleh karena itu, perlu dikaji lamanya istirahat dan tidur,
kebiasaan sebelum tidur, sklera mata, apatis, kurang perhatian dan kurang respon.
c. Kebutuhan aktivitas
Klien dengan nyeri dada dan sesak mengalami gangguan aktivitas atau
keterbatasan dalam aktivitas tertutamam dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
d. Pola personal higine
Dalam personal higine, mandi, makan,minum, ganti pakaian ,dibantu oleh
orang lain (perawat).
e. Pola eliminasi

8
Perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelumm dan setelah MRS,
karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest,
sehingga menimbulkan konstipasi atau gangguan BAK karena imubilisasi, dan
pemasukan nutrisi yang tidak adekuat.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (B1 : Breathing)
Inspeksi : Pada efusi pleura massif didapatkan perubahan kesimetrisan
rongga dada, klien sesak nafas, mengguanakan otot bantu nafas,
keringat dingin, klien nampak kelelahan, nafas cepat dan
dangkal.
Palpasi : Taktil premitus menurun/hilang pada daerah yang sakit, ICS
melebar pada sisi yang sakit
Perkusi : Bunyi redup / pekak pada sisi yang sakit
Auskultasi : Bunyi nafas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan suara ronkhi atau wheezing
b. Kardiovaskuler (B2 : Blood)
Inspeksi : Letak ictus cordis normal
Palpasi :Memerhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut
jantung.
Selain itu, perlu juga memeriksa adanya thrill,
yaitu getaran ictus cordis.
Perkusi : Menentukan batas jantung daerah mana yang
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan
apakah terjadi pergeseran jantung karena
pendorongan cairan efusi pleura.
Auskultasi : Menentukan bunyi jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan
gejala payah jantung, serta adakah murmur yang
menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi
darah.

9
c. Persyarafan ( B3 : Brain )
Kesadaran biasanya compos mentis, pada kasus lebih parah klien bisa mengeluh
pusing dan gelisah
Kepala dan wajah : adanya sianosis
Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva didapatkan anemis pada kasus
efusi pleura haemorragis kronis
Leher : biasanya JVP dalam batas normal
d. Perkemihan ( B4 : Blader )
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
system perkemihan
e. Pencernaan ( B5 : Bowel )
Klien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan klien tidak nafsu
makan. Peristaltik menurun menyebabkan klien jarang BAB
f. Tulang, otot dan integumen ( B6 : Bone )
Karena pengguanaan otot Bantu nafas yang lama klien terlihat kelelahan,
sering didapatkan intoleransi aktifitas dan gangguan pemenuhan ADL

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks
Foto thorax digunakan untuk memberikan hasil yang memuaskan bila
cairan pleura yang sedikit juga diperlukan sebagai atas intervensi yang telah
diberikan dimana keadaan keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan
dengan penunjangan pemeriksaan foto thorax.
2. USG dan CT scan penting dalam mengetahui lokasi cairan untuk tujuan fungsi
terutama untunk cairan yang terdapat pada beberapa tempat.
3. Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih kekuningan.
- Kilothorax : putih seperti susu.
- Empiema : kental dan keruh.
- Hemathorax : darah.
- Empiema anaerob : berbau busuk.
- Misotelioma malgna : sangat kental dan berdarah
( Hood alsagaff, dasar-dasar ilmu penyakit paru airlangga university press ).

10
8. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan biokimia
Secara biokomia efusi pleura dibagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat
Transudat Eksudat
Kadar prot. dalam efusi 9/dl <3 >3
Kadar prot. dalam efusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam efusi (I-U) < 200 > 200
Kadar LDH dalam efusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan efusi < 1,016 > 1,016
Rivalta negatif positif
Analisa cairan pleura
- Agak kekuningan : cairan pleura
- Agak kemerah-merahan : trauma, infark paru dan adanya kebocoran
aneurisma aorta
- Kuning kehijauan dan agak purulen : empiema
- Merah coklat : abses karena ameba.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan dalam rongga pleura
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru,
kerusakan membrane alveolar - kapiler
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

3.3 Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan I
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan dalam rongga pleura
Tujuan : pola nafas kembali efektif dan normal.

11
KH : - Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital
R/ : Tanda-tanda vital dapat memantau keadaan umum pasien
2. Monitor respirasi
R/ : Mengetahui perbahan pernafasan
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
R/ : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
maksimal.
4. Lakukan auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
R/ : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru.
5. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
R/ : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam penekanan otot-
otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
6. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 obat-obatan serta foto
thoraks
R/ : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah
terjadinya sianosis akibat hipoksia dengan foto thorax dapat dimonitor
kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.

2. Diagnosa Keperawatan II
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru,
kerusakan membrane alveolar - kapiler
Tujuan : Perubahan pernafasan lebih baik
KH : - Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang
adekuat
- Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda
distress
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Rencana Tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital

12
R/ : Tn\anda-tanda vital dapat memantau keadaan umum pasien
2. Beri makan dan sedikit tapi sering.
R/ Meminimalkan anoreksia menurunnya desistatik.
3. Auskultasi bunyi usus.
R/ Penurunan / hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan
konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan
cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas.
4. Kolaborasi dengan dokter tentang obat anti biotik.
R/ untuk menghilangkan mual dan muntah dan dapat meningkatkan pemasukan
oral.

3. Diagnosa Keperawatan III


Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas
Tujuan : px mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga terjadi
kecemasan
KH : - Px mampu bernafas secara normal
- Respon non verbal klien tampak rileks
- Nafas teratur
Rencana tindakan
1. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien
R/ : posisi semi fowler akan memperlancar peredaran O2 dan CO2
2. Ajarkan teknik relaksasi
R/ : mengurangi ketegangan otot.
3. Beri Oksigen

4. Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan batuk yang menetap.
Tujuan : tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi
KH : Px dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami gangguan
Rencana tindakan
1. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien
R/ : posisi semi fowler akan memperlancar peredaran O2 dan CO2

13
2. Tentukan kebiasaan memotivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan
pasien sebelum dirawat
R/ : mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
menganggu tidur
3. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur
R./ : relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur

5. Diagnosa Keperawatan V
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan keletihan
(keadaan fisik yang lemah).
Tujuan : pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin
KH : Terpenuhinya aktivitas secara optimal
Rencana tindakan
1. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta
adanya perubahan tanda-tanda vital
R/ : mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
2. Bantu px memenuhi kebutuhannya
R/ : memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri
3. Awasi px saat melakukan aktivitas dan libatkan keluarga dalam perawatan px
R/ : kelemahan suatu tanda px belum mampu beraktifitas
4. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
R/ : istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme
5. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
R/ : aktivitas yang teratur dan bertahap akan membatu mengembalikan
pasien pada kondisi normal

6. Diagnosa Keperawatan VI
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan
KH : Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah
terulangnya masalah
Rencana tindakan

14
1. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang
R/ : penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi dan
keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh
2. Kaji ulang atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat
Contoh : nyeri dada tiba-tiba
R/ : berulangnya efusi pleura memerlukan intervensui medik untuk mencegah,
menurunkan potensial komplikasi

3.4 Implementasi
Tahap implementasi adalah perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun
sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi masalah Px secara optimal terdiri dari
kegiatan validasi, rencana keperawatan, menulis, mendokumentasikan rencana keperawatan,
dan pengumpulan data.(Nasrul Efendi, 1995).

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif, yaitu :
1. Tujuan tercapai
Px menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian
Px menunjukkan perubahan sebagian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai
Px tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.

15
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Efusi pleura merupakan penumpukan cairan di dalam ruang pleura adalah proses
penyakit primer yang jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus.

3.2 Saran

Di harapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit efusi


pleura dari mulai pengertian, penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan
dan komplikasinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al sagaff H dan Mukti. A, 1995, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University
Press, Surabaya

Arief mansyur, dkk, Kapita selekta kedokteran, Media Aesculapius, jilid I, edisi 3, Balai
penerbit buku FKUI, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, 1993, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta.

Efendi, Nasrul 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC, Jakarta Noer, Sjaifoellah. M. H
1996, Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I, edisi 3, Balai penerbit buku FKUI, Jakarta.

Engran Barbara, 1994, Rencana asuhan keperawatan medikal bedah, Volume 1, EGC,
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. Bane, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai