Anda di halaman 1dari 6

Cara kerja obat TB secara umum

Terdapat 2 macam aktifitas/sifat obat terhadap TB yaitu aktivitas bakterisid di mana obat
bersifat membunuh kuman–kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif) dan
aktivitas sterilisasi, obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat
(metabolismenya kurang aktif). Aktivitas bakterisid biasanya diukur dari kecepatan obat tersebut
membunuh/melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2
bulan dari permulaan pengobatan). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah
pengobatan dihentikan. Hampir semua OAT mempunyai sifat bakterisid kecuali Etambutol dan
Tiasetazon yang hanya bersifat bakteriostatik dan masih berperan untuk mencegah resistensi
kuman terhadap obat. Rifampisin dan Pirazinamid mempunyai aktivitas sterilisasi yang baik,
sedangkan INH dan Streptomisin menempati urutan lebih bawah (Bahar & Amin, 2007). Program
nasional pemberantasan TB di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun 1950-an. Ada 6 macam
obat esensial yang telah dipakai yaitu Isoniazid (H), Para Amino Salisilik Asid (PAS),
Streptomisin (S), Etambutol (E), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z).

Salah satu obat TB yang paling banyak digunakan adalah rifampisin. Rifampisin adalah antibiotic
makrosiklik. Rifampisin dapat menghambat pertumbuhan bakteri melalui ikatan dengan subunit-
ß dari RNA polymerase (rpoB) untuk membentuk suatu kompleks enzim-obat. Pengikatan obat
dapat mengurangi rantai pembentukan sintesis RNA.

Interaksi Rifampisin dengan Obat Lainnya

Rifampisin dapat berinteraksi dengan obat-obat lain. Hal ini dapat terjadi karena rifampisin
dapat meningkatkan konsentrasi enzim sitokrom P450 dalam darah. Hal ini terjadi karena
rifampisin mengaktifkan gen PXR dan CAR. Gen PXR ( Pregnane X Receptor) dan CAR (
constitutive androstane receptor) berfungsi dalam mengaktifkan enzim-enzim sitokrom P450.
Regulasi transkripsi dari PXR dan CAR dipengaruhi juga oleh vitamin D3 dan dexamethasone Hal
ini menyebabkan peningkatan enzim-enzim sitokrom P450 dalam tubuh yang dapat memberikan
pengaruh pada obat lain. Enzim-enzim sitokrom tersebut antara lain adalah
CYP3A4,CYP2C8,CYP2C9,CYP2B6 dan CYP2C19. Enzim sitokrom banyak ditemukan di sel
hepatosit hepar dan permukaan mukosa usus, enzim sitokrom mempunyai beberapa fungsi salah
satunya adalah metabolisme obat. Metabolisme obat oleh enzim sitokrom terutama CYP3A4
karena jumlahnya yang paling banyak. Rifampisin dapat meningkatkan jumlah enzim sitokrom
terutama CYP3A4 di hepar dan usus dan meningkatkan metabolismenya.
Pengaruh rifampisin pada enzim sitokrom P450
Obat-obat yang dipengaruhi oleh rifampisin akibat meningkatnya enzim sitokrom.

Pengaruh Rifampisin pada Pengobatan DM

Rifampisin mempengaruhi beberapa obat DM antara lain golongan sulfonylurea,


pioglitazone, rosiglitazone dan metformin. Rifampisin dapat mempengaruhi obat-obat golongan
sulfonylurea antara lain glibenklamid dan glimepiride. Pada glimepiride dan glibenklamid terjadi
pengurangan konsentrasi plasma. Hal ini disebabkan peningkatan metabolisme glimepiride oleh
enzim CYP2C9 sehingga t1/2 dan konsentrasi maksimal dari glimepiride dan glibenklamid
berkurang. Akan tetapi hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi gula darah pada individu sehat.
Efek yang tidak terlalu berat ini terjadi akibat enzim CYP2C9 yang tidak terlalu banyak
dibandingkan dengan enzim CYP3A4 sehingga efek yang diberikan oleh rifampisin terhadap obat
tersebut tidak terlalu berat. Rifampisin mempunyai efek paling signifikan pada rosiglitazone dan
pioglitazone. Pada pasien yang diberikan rosiglitazone 8mg dan rifampisin 600mg ditemukan
bahwa rifampisin mengurangi konsentrasi plasma rosiglitazone hingga 65% dan waktu paruh dari
3.9 jam menjadi 1.5 jam. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme rosiglitazone oleh dua enzim
sitokrom yaitu CYP2C9 dan CYP2C8. Sedangkan pada pioglitazone, ditemukan adanya
pengurangan konsentrasi plasma sebesar 54%. Hal ini disebabkan oleh metabolisme pioglitazone
oleh enzim CYP3A4 yang paling banyak diantara semua enzim sitokrom P450 lainnya. Rifampisin
juga mempengaruhi metformin. Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa rifampisin meningkatan
efek pengurangan glukosa darah metformin sebesar 54% hal ini disebabkan oleh aktivasi Organic
Cation Transporter (OCT) 1 dan 2 oleh gen PXR yang dipengaruhi oleh rifampisin.

Konsentrasi glibenklamid dalam darah dan tingkat glukosa dalam darah pada placebo dan
pemberian rifampisin.
Perbandingan glukosa darah pada pemberian metformin saja (a) dan pada pemberian rifampisin
selama 10 hari (b).

Konsentra plasma pioglitazone dengan dosis 30mg dalam darah ○ dan setelah pemberian

rifampicin 600mg •

Anda mungkin juga menyukai