Anda di halaman 1dari 22

I.

IDENTITAS OS
Nama : Ny. N
Umur : 31 tahun
Jens Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 76 Kg
Tempat/ tanggal lahir : Medan, 24 Juni 1983
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : PNS Angkatan Darat
Suku bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat sekarang : Asrama Kodim (Jl. Ahmad Yani, Batu 6)
Tanggal operasi : 19 Juni 2014
Gol darah :

II. RIWAYAT PENYAKIT


A. Keluhan Utama
Os mengeluhkan adanya benjolan di payudara sebelah kiri. Benjolan ini
muncul sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya benjolan kecil lama-kelamaan
benjolan terasa membesar, benjolan tak terasa nyeri, tapi akhir-akhir ini
benjolan dirasakan nyeri pada saat os sedang haid.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. N datang ke RSAL dr. Midiyato Suratani-Tanjung Pinang setelah
dirujuk dari Poli Klinik Kartika Tanjung Pinang pada tanggal 18 juni 2014.
Dengan keadaan Umum baik. GCS E4V5M6. Os masuk ke ruang perawatan
sekatung bawah jam 08.00 dalam keadaan sadar.

Pemeriksaan lab didapatkan :


 HB : 12
 Leukosit : 9900
 Eritrosit : 5,0

1
 Trombosit : 314.000
 Bleeding time : 2 menit
 Clothing time : 7 menit
 GDS : 121

C. Riwayat Penyakit Dahulu


(-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga


(-)

E. Riwayat Alergi
Alergi makanan (-), alergi obat-obatan (-), alergi cuaca (-), alergo iklim (-)

F. Riwayat Pengobatan
Os pernah berobat di kliknik Kartika, dan kemudian dirujuk ke RSAL dr.
Midiyato Suratani Tanjung Pinang.

Persiapan pasien preoperasi


A : Clear
B : Spontan, RR 15 x/menit, Reguler, Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
C : TD = 120/80 mmHg, N = 84x/menit, Reguler, Akral = Hangat
D : GCS E4V5M6
Status lokalis : Tampak benjolan sebesar telur puyuh di glandula mamae sinistra.
Masa berkapsul, batas tegas, diameter ± 2cm.

Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium
 Hb : 12
 Leukosit : 9900
 LED : 15 mm/jam
 Trombosit : 314.000

2
 Hematokrit : 5,0
 Blooding Time : 2 menit
 Clothing Time : 7 menit
 GDS : 71

Kesimpulan : ASA I (pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik,


biokimia)
Rencana operasi : dengan General Anestesi (Face Mask) tanggal 19 juni
2014
Tahap premedikasi :- Puasa 6 jam preoperasi
- Terpasang infus dengan jarum abocath nomor 20,
cairan infus Futrolit 20 tetes/menit.
- Ondansentron 4 mg intravena
- Pantoprazole 40 mg intravena
- Sedacum 5 mg intravena pelan
- Oksigen via binasal kanul, 2 L
Tahap Induksi : - Fentanyl 70 µg
- Propofol 90 mg
- Oksigen 5 L/menit via face mask, pasang guedel
Tahap maintenance :- Face mask no. 5.0
- Gas anestesi : sevofluran
- Perbandingan N2O : O2 : Sevofluran = 2 : 3 : 2
Tahap pengakhiran : - Sebelum operasi selesai, diberikan ketorolac 30 mg
intravena dan ephedrine 20 mg intravena
- Kiira-kira 5 menit setelah operasi selesai, agen
anestesi dihentikan.
- Oksigen tetap terpasang dengan volume 5 L/menit
Ringkasan keluar ruang operasi :
- Tekanan Darah : 80/50 mmHg
- Nadi : 83 x/menit
- Respirasi : Spontan, 14 x/menit
- Kesadaran : Composmentis

3
Ruang Pemulihan (Recovery Room)
 Keadaan Umum :Tampak sakit ringan
 Kesadaran : composmentis
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 80x per menit
 Suhu :36,5o C
 Saturasi Oksigen : 99%
 Respirasi : 14x per menit
 Jalan Nafas : Melalui nasal dan oral, tanpa alat bantu nafas
 Skoring Aldrete
(15 menit pertama)
o Aktivitas : 2 (Gerak ke 4 anggota geraknya sendiri atau
dengan perintah)
o Respirasi : 2 (Bisa bernafas dalam dan batuk)
o Sirkulasi : 2 (Perubahan <20% dari tekanan darah sebelum
operasi)
o Kesadaran : 1 (Dapat dibangunkan)
o Warna kulit : 2 (Merah)
o Total : 9 (>7 dapat keluar dari RR)

 Ringkasan Keluar RR
o Kesadaran : Compos mentis
o Tekanan Darah : 110/80 mmhg
o Nadi : 80x permenit
o Suhu :36,5o C
o Saturasi Oksigen : 100%
o Respirasi : 14x permenit

4
Pembahasan Medikasi
 ONDANSENTRON
Kategori farmakologi : Antiemetik, selektif 5-HT3-reseptor antagonis
Penggunaan :
Pencegahan dan pengobatan mual dan muntah setelah operasi. Selektif 5-
HT3-reseptor antagonis, menghambat serotonin, secara periferal pada saraf vagal
terminalis dan secara sentral di chemoreceptor trigger zone (CTZ).

Perhatian :
Ondansetron harus digunakan sesuai jadwal, bukan “bila diperlukan”,
karena berdasarkan data pendukung penggunaan obat ini hanya dalam pencegahan
mual dan muntah (karena terapi antineoplastik) dan bukan dalam penyembuhan
mual dan muntah.

Farmakodinamik/kinetik :
 Waktu mula kerja : 30 menit
 Absorbsi : oral : 100%; non linear absorbsi terjadi dengan
peningkatan dosis oral.
 Pengikatan protein : plasma : 70-76%
 Metabolisme : secara luas di hati melalui hidroksilasi, diikuti oleh
konjugasi glukuronid atau sulfat.
 Bioavailabilitas : oral : 50-70% karena metabolisme awal yang
signifikan
 Waktu paruh : Dewasa : 4-5 jam
 Eliminasi : dalam urin dan feses diperoleh <5% obat induk
yang tidak diubah dalam urin.

Dosis : 4 mg intravena lambat tidak kurang dari 30 detik (sebaiknya 2-5 menit).2

Efek samping :
Syok, syok anafilaksis dan gejala anafilaktoid, serangan epileptiform, sakit
kepala.

5
 PANTOPRAZOLE (OTTOZOLE)
Pantoprazole merupakan benzonidazole yang menghambat sekresi asam
hydrochloride dalam lambung melalui efek khusus pada “proton pump” dari sel
parietal. Obat ini dikonversi kedalam bentuk aktifnya dalam lingkungan asam
pada sel parietal, dimana ia menghambat enzym H+, K+, ATPase, yaitu tahap
akhir dari produksi asam hydrochloride didalam lambung. Obat ini juga
mengurangi keasaman dari asam lambung, sehingga meningkatkan gastrin secara
proporsional dengan pengurangan asamnya. Karena obat ini terikat pada enzym
distal dari tingkat sel reseptor, zat ini dapat mempengaruhi sekresi asam
hydrochloride secara independen dari rangsangan obat lain.

Indikasi
1. Ulkus ventrikuli
2. Ulkus duodenum
3. Reflux oesophagitis sedang dan berat
4. Pemberian i.v. dilakukam hanya jika pemberian oral tidak cocok atau sulit,
untuk jangka pendek.

Dosis
Dosis intravena yang dianjurkan adalah vial (40 mg)/ hari
Obat ini tersedia dalam bentuk puder dan dilarutkan dengan NaCl
fisiologis 10 ml. larutan ini dicampurkan kedalam 100 ml NaCl 0,9% atau
Dextrose 5-10% kemudian abru diberikan. Waktu paruh obat ini kira-kira 1 jam.
Obat ini diberikan dalam waktu 2-15 menit, dan sediaan ini harus segera
dipakai dalam jangka waktu 3 jam setelah pencampuran. Pengobatan dengan obat
ini tidak boleh melebihi 8 minggu.

Efek samping
Rasa sakit kepala atau diare

Kontraindikasi
Pasien hipersensitif terhadap obat ini

6
 MIDAZOLAM (SEDACUM)
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek dan untuk
premedikasi, induksi dan pemeliharaan anastesi

Farmakologi
a. Terhadap sarap pusat dan medulla spinalis
Mempunyai hasiat sedasi dan anti cemas yang berkerja pada
system limbic dan pada ARAS serta bisa menimbulkan amnesia
anterograd. Pada dosis kecil bersifat sedative, sedangkan dosis tinggi
sebagai hipnotik.
b. Terhadap respirasi
Pada dosis keci (0,2 mg/kg BB) yang diberikan secara intravena,
menimbulkan defresi ringan yang tidak serius, bila dikombinasikan
dengan narkotik menimbulkan depresi nafas yang lebih berat.

c. Terhadap kardiovaskular
Pada dosis kecil, pengaruhnya keil sekali pada kontraksi maupun
denyut jantung, akan tetapi pada dosisi besar menimbulkan hipotensi yang
disebabkan oleh efek dilatasi pembuluh darah

d. Terhadap saraf-otonom
Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja ditingkat
supra spinal dan spinal, sehingga sering digunakan pada pasien yang
menderita kekakuan otot rangka seperti pada tetanus.

Farmakolodinamik
Midazolam bekerja cepat karena transformasi metaboliknya cepat dan
lama kerjanya singkat. Midazolam bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur. Terlihat juga efek ansiolitik, antikonvulsan dan relaksasi otot. Setelah
pemberian intravena atau intramuskuler terjadi amnesia anterograde dalam waktu
singkat (pasien tidak bias menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi selama
komponen tersebut berada dalam kegiatan puncaknya).

7
Farmakokinetik
Konsentrasi plasma maksimum dicapai dalam 30 menit
Biovabilitas lebih dari 90%
1. Distribusi
Bila midazolam diberikan secra intravena, kurva waktu kadar
plasma menunjukan dua fase distribusi. Volume distribusi dihitung pada
kondisi keadaan mantap adalah 50-60 L. studi menunjukan, ikatan plasma
protein midazolam 96-98 %.
2. Metabolisme
Midazola dimetabolisme dalam tubuh hampir sempurna. Metabolit
utama adalah alpa hydroxmidazolam yang dapat diamati dalam plasma.
Fraksi ini dieksresi melalu hati sebanyak 40-50%.
3. Eliminasi
Pada orang sehat, waktu paro eliminasi antara 1,5-3 jam. Plasma
antara 300-500 ml/menit. Bila midazolam diberikan melalui infuse
intravena, kinetika eliminasinya tidak berada dengan penyuntikan secara
bolus. Waktu paro eliminasi dari metabolit utama alpha
hydroxymidazolam, lebih pendek dari zat induknya. Setelah
pembentukannya, alpha hydroxy-midazolam segera terikat dengan asam
glukuronat (tidak aktif) dan 50-70% dari dosis kemudian dieliminasi
melalui ginjal.

Indikasi
1. Premedikasi sebelum induksi anastesi (intramuskuler)
2. Sedasi basal sebelum tindakan diagnosis atau pembedahan dilakukan
memalui anastesi local ( suntikan intravena).
3. Induksi dan conscious anesthesia. Sebagai obat induksi pada anastesi
inhalasi atau suatu komponen penginduksi tidur dalam kombinasi anastesi,
termasuk total anstesi intravena.

Onset dan durasi


Midazolam mempunyai onset 30-60 detik, dan durasi sekitar 30 sampai 45 menit.

8
Dosis
Dewasa : 0,07-0,10 mg/kgBB
Orang tua : 0,025-0,05 mg/kgBB

Intruksi dosis khusus


Midazolam dapat dilakukan pengenceran dalam cairan infuse. Larutan infus yang
dapat digunakan : NaCl 0,9%, Doxtrose 5 dan 10%, Levulose 5%, Ringer’s dan
larutan hartmann. Campuran ini stabil secara fisik dan kimia selama 24 jam pada
suhu kamar atau 3 hari pada suhu 5oC.

Kontraindikasi
Midazolam dikontraindikasikan pada pasien-pasien dengan hipersensitif
terhadap benzodiasepin., insufisiensi paru-paru akut, dan defresi pernapasan.

Efek samping
Perubahan tekanan darah arteri denyut nadi dan pernafasan, umumnya
hanya sedikit biasannya penurunan tekanan darah sistolik maksimum 15%
sedangkan denyut nadi meningkat secara simultan sesuai dengan besarnya
penurunan tekanan darah. Efek kardio-respirasi yang berat jarang terjadi. Tetapi
pada pasien usia lanjut atau lemah dan pasien dengan gangguan pernafasan dan
fungsi jantung hal ini bisa terjadi. Dalam kasus yang terpisah pernah dilaporkan
terjadinya reaksi anaphylaktik pada pasien yang hipersensitif. Kadang-kadang
terjadi rasa pusing, sakit kepala, ruam merah pada kulit, gatal-gatal.

Interaksi obat
Pemberian bersama-sama dengan simetidin (bukan ranitidine) telah
dilaporkan menurunkan bersihan midazolam. Midazolam meningkatkan efek
sedatif sentral dari obat neuroleptik, tranquilizer, antidepresan, obat-obat
penginduksi tidur, analgetik dan anastesi. Dalam hal tertentu potensiasi alcohol
dan midazolam dapat menimbulkan reaksi yang tidak diduga (dilarang minum
yang mengandung alcohol paling sedikit 12 jam setalah mendapatkan midazolam
secara intravena). Over dosis yang berat dapat menyebabkan koma, depresi

9
kardio-respirasi dan apnoea, membutuhkan penanganan yang tepat (ventilasi dan
bantuan kardiovaskuler). Efek yang berlebihan dapat dikontrol dengan baik
dengan antagonis benzodiasepin (anexate, zat aktif flumazenil).

 FENTANYL
Merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan dalam
praktik anestesiologi. Mempunyai potensi 1000 kali lebih kuat dibandingkan
dengan petidin dan 50–100 kali lebih kuat dari morfin.Mulai kerjanya cepat dan
masa kerjanya pendek.

Indikasi
1. Sebagai suplemen narkotik-analgesik dalam anestesi umum atau anestesi
regional.
2. Pemberian bersama obat neuroleptic seperti droperidol untuk premedikasi
anestesi sebelum induksi anestesi dan sebagi tambahan dalam maintenance
anestesi umum atau anestesi regional.
3. Untuk neuroleptic analgesia bersama oxygen dalam kasus khusus pasien
resiko tinggi yang menjalani bedah mayor.

Kontraindikasi
Fentanyl jangan diberikan kepada pasien yang diketahui tidak toleran
terhadap efek obat ini maupun obat-obat golongan morfin atau komponennya,
seperti pethidine.

Cara Pemberian dan Dosis


Efek dari dosis awal yang diberikan harus diperhatikan untuk menentukan
besarnya dosis ulangan. Untuk mencegah terjadinya bradikardi dianjurkan untuk
memberikan obat antikolinergik dosis rendah secara intavena sesaat sebelum
induksi anestesi.
Pemakaian Untuk Analgesik Tambahan Pada Anestesi Umum
 Dosis rendah : 2 µg/kgBB

10
Fentanyl dengan dosis rendah sangat bermanfaat dalam bedah minor tapi
menimbukan rasa sakit.
 Dosis sedang : 2–20 µg/kgBB
Makin sulit pembedahannya, dibutuhkan dosis yang lebih besar.Lama
Kerjanya tergantung dari besarnya dosis yang diberikan.
 Dosis tinggi : 20–50 µg/kgBB
Dalam pembedahan yang besar, dimana waktu pembedahannya berlangsung
lama, dimana respon terhadap stress harus dihilangkan, dosis 20–50 µg/kgBB
bersama dengan N2O – O2 telah memberikan hasil yang memuaskan. Bila dosis
seperti ini sudah diberikan selama pembedahan, pengamatannya yang cermat pada
pernafasan harus dilakukan pada masa pasca bedah untuk melihat adanya efek
depresi pernafasan yang berlanjut sampai pada masa pasca bedah. Dosis tambahan
sebesar 25–250 µg(0,5 – 5 ml) harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
diperhitungkan berapa lama lagi pembedahan itu akan berakhir.
 Untuk analgesia, 1-2 µg/kgBB, diberikan intramuscular
 Untuk induksi anestesia, 100-200 µg/kgBB intravena
 Untuk suplemen analgesia, 1-2 µg/kgBB intravena

Pemakaian Untuk Obat Anestesi


Jika respon pasien terhadap stimulasi bedah itu diharapkan benar-benar
diperkecil, maka dosis 50-100 µg/kgBB dapat diberikan bersama dengan
pemberian O2 dan obat pelemas otot.
Teknik anestesi ini dilakukan tanpa memberikan obat anestesi tambahan.
Dalam kasus tertentu, dosis sampai 150 µg/kgBB dapat diberikan dalam teknik
anestesi ini.

Efek Farmakologi
 Terhadap Susunan Saraf Pusat
Seperti halnya preparat opioid yang lain, Fentanyl bersifat
depresan terhadap susunan saraf pusat sehingga menurunkan kesadaran
pasien. Pada dosis lazim, kesadaran pasien menurun dan khasiat

11
analgetiknya sangat kuat. Pada dosis tinggi akan terjadi depresi pusat
nafas dan kesadaran pasien menurun sampai koma.
 Tehadap Sistem Respirasi
Menimbulkan depresi pusat nafas. Pada dosis 1-1 µg/kgBB,
menimbulkan depresi frekuensi nafas, sedangkan dosis diatas 3 µg/kgBB,
menimbulkan depresi frekuensi dan volume nafas.
 Terhadap Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular tidak mengalami perubahan baik
kontraktilitas otot jantung maupun tonus otot pembuluh darah.
 Terhadap Sistem Endokrin
Fentanyl mampu menekan respon sistem hormonal dan metabolik
akibat stress anestesia dan pembedahan, sehingga kadar hormon
katabolik dalam darah relatif stabil.

Metabolisme dan Ekskresinya


Dimetabolisme di dalam hati menjadi norfentanil dan hidroksipropionil
fentanil dan hidroksipropionil fentanil, selanjutnya dibuang lewat empedu dan
urin.

Farmakodinamik
Fentanil adalah analgesik narkotik yang poten, bisa digunakan sebagai
tambahan untuk general anastesi maupun sebagai awalan anastetik. Fentanil
menyediakan stabilitas jantung dan stress yang berhubungan dengan hormonal,
yang berubah pada dosis tinggi. Fentanil memiliki kerja cepat dan efek durasi
kerja kurang lebih 30 menit setelah dosis tunggal IV 100mg. Fentanil bergantung
dari dosis dan kecepatanpemberian bisa menyebabkan rigiditas otot, euforia,
miosis dan bradikardi. Seluruh efek dari kerja fentanil secara cepat dan secara
penuh teratasi dan hilang dengan menggunakan narkotik antagonis seperti
Naloxone.

12
Farmakokinetik
Sebagai dosis tunggal, fentanil memiliki onset kerja yang cepat dan durasi
yang lebih singkat dibanding morfin. Disamping itu juga terdapat jeda waktu
tersendiri antara konsentrasi puncak fentanil plasma, dan konsentrasi puncak dari
melambatnya EEG. Jeda waktu ini memberi efek waktu Equilibration antara darah
dan otak selama 6,4 menit. Semakin tinggi potensi dan onset yang lebih cepat
mengakibatkan Lipid solubility meningkat lebih baik daripada morfin, yang
memudahkan perjalanan obat menuju sawar darah otak.
Dikarenakan durasi dan kerja dosis tunggal fentanil yang cepat,
mengakibatkan distribusi ke jaringan yang tidak aktif menjadi lebih cepat pula,
seperti jaringan lemak dan otot skelet, dan ini menjadi dasar penurunan
konsentrasi obat dalam plasma. Paru –paru memiliki tempat penyimpanan tidak
aktif yang cukup besar, dengan estimasi 75% dari dosis awal fentanil yang di
uptake disini. Fungsi non respiratory dari paru ini yang membatasi jumlah obat
yang masuk ke sirkulasi sistemik dan memegang peranan utama dari penentuan
farmakokinetik dari fentanil. Bila dosis berulang IV berulang atau melalui infus
yang terus menerus dari fentanil dilakukan, saturasi yang progesif dari jaringan
yang tidak aktif ini terjadi.

 PROPOFOL
Merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol yang
banyak dipakai sebagai obat anatesi intravena.
Sifat fisik dan kimia serta kemasan : Berupa cairan berwarna putih seperti
susu. Tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk ampul,
berisi 20 ml/ampul, yang mengandung 10 mg/ml.

Efek farmakologi :
 Terhadap sususnan saraf pusat
Sebagai obat induksi, mulai kerja cepat. Penurunan kesadaran
segera terjadi setelah pemberian obat ini secara intravena. Pada pemberian
dosis induksi (2mg/kgBB), pemulihan kesadaran berlangsung cepat,

13
pasien akan bangun setelah 4-5 menit tanpa disertai efek samping seperti
misalnya : mual, mutah, sakit kepala, dll.
Khasiat farmakolognya adalah hipnotik murni, tidak mempunyai
efek analgetik maupun relaksasi otot. Walaupun terjadinya penurunan
tonus otot rangka, hal ini disebabkan karena efek sentralnya.
 Terhadap sistem respirasi
Menimbulkan depresi respirasi yang eratnya sesuai dengan dosis
yang diberikan. Pada beberapa pasien, bisa disertai dengan henti nafas
sesaat. Dibandingkan dengan tiofenton, terjadinya henti nafas lebih sering
terjadi pada pemberian diprivan ini.
 Terhadap sistem kardiovaskular
Depresi pada sistem kardiovaskular yang timbulnya sesuai dengan
dosis yang diberikan. Tekanan darah turun yang segera diikuti dengan
kompensasi peningkatan denyut nadi.
 Terhadap sistem organ lain-lain
Tidak menimbulkan depresi sintesa hormon steroid adrenal dan tidak
menimbulkan pelepasan histamin baik pada tempat suntikan maupun
sistemik.
Penggunaan klinik dan dosis
1. Induksi anestesia, dosisnya 2,0-2,5 mg /kgBB. Pada lansia dan bayi
dosisnya harus disesuaikan.
2. Suplemen anestesia umum dan analgesia regional.
3. Anestesia tunggal pada prosedur singkat, misal : reposisi.
4. Sedasi di Unit Terapi Intensif
Durasi obat ini antara 30-45 menit

 EPHEDRINE
Obat ini adalah stimulator langsung alpha dan beta/adrenergic dan
membebaskan chatecholamin (adrenaline dan noradrenalin) dari tempat reseptor.
Secara kimiawi ephedrine adalah turunan adrenalin.
Farmakodinamik

14
Bentuk laevo-rotary-nya adalah lebih aktif. Oat ini menghambat
penghancuran adrenaline dan noradrenaline sehingga mempertahankan
chatecholamin dalam darah tetap tinggi. Obat ini membebaskan simpanan
noradrealine pada ujung saraf dalam pembuluh darah yang berefek :
1. Suatu rangsangan simpatis yang kuat. Denyutan jantung menguat dan
frekuensinya bertambah, tekanan darah naik. Arteriol berkontraksi. Durasi
efeknya kira-kira 30-40 menit. Tetapi dosis ulangan kurang efektif.
2. Relaksasi dari otot polos bronchus.
3. Melebarkan pupil.
4. Merangsang cortex dan medulla cerebrum dengan perasaan subyektif takut
paa sesuatu, geram dan tidak nyaman.
5. Mungkin melebarkan arteri coronaria.
6. Meningkatkan tonus otot pangkal kandung kemih.
7. Efek local anagesik.

Penggunaan
Pertama kali digunakan untuk mengatasi hipotensi akibat spinal analgesia
pada tahun 1927. Obat ini memiliki keuntungan bahwa “cardia output” dan
“venous return” itu meningkat.
Telah digunakan pada keadaan hipotensi, bronchospasme, heart blok, carotid
sunus syndrome, urticaria, narcolepsy, enuresis dan myasthenia. Tersimpan dalam
ampul yang berisi 30 mg. Dosis :15-30 mg secara suntikan. Jika diberikan per-oral
bisa sampai 50 mg.

 SEVOFLURAN
Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna,
tidak eksplosif, tidak berbau, dan tidak iritatif sehingga baik untuk induksi
inhalasi.

15
Efek farmakologi
 Terhadap sistem saraf pusat
Aliran darah otak sedikit meningkat sehingga sedikit meningkatkan
tekanan intrakranial. Laju metabolisme otak menurun cukup bermakna.
 Terhadap sistem kardiovaskular
Tahanan vaskular dan curah jantung sedikit menurun sehingga tekanan
darah sedikit menurun.
 Terhadap sistem repirasi
sevoflurane juga menimbulkan depresi pernafasan tapi frekuensi nafas
sedikit meningkat.
 Terhadap otot rangka
Efeknya terhadap tonus otot rangka lebih lemah dibandingkan dengan
isofluran.
 Terhadap ginjal
Pada dosis anestesia, efek sevofluran terhadap aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus lebih ringan dibandingkan isofluran. Belum
diketahui dengan pasti efeknya terhadap laju filtrasi gloerulus dan
produksi urin.
 Terhadap hati
Aliran darah ke hati sedikit menurun.
 Biotransformasi
Hampir seluruhnya dikeluarkan melalui udara ekspirasi, hanya
sebagian kecil 2-3% dimetabolisme dalam tubuh. Konsentrasi
metabolitnya sangat rendah, tidak cukup untuk menimbulkan gangguan
fungsi ginjal.

Penggunaan klinik
Sama dengan agen volatil yang lain, sevofluran digunakan terutama
sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan anestesi umum. Disamping efek
hipnotik, juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot ringan.
Sevofluran dimasukkan ke dalam vaporizer untuk mengubahnya menjadi uap.

16
Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah
3.0% - 5.0% bersama-sama N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar
antara 2.0% - 3%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0.5% -
1.0%

Kontra indikasi
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”,
hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.

Keuntungan dan kelemahan


1. Keuntungan : induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosa jalan
nafas.
2. Kelemahan: batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis),
analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan
obat lain.

 NITROUS OKSIDA (N2O)


Kemasan dan sifat fisik
N2O dibuat dengan cara memanaskan amonium nitrat dalam retor (sejenis
labu) dari besi sampai suhu 240°C.gas yang dihasilkan ditampung. N2O
merupakan gas yang tidak berwarna, berbau harum manis, tidak mudah terbakar
dan tidak mudah meledak tetapi membantu proses pembakaran oleh gas lain.
Mempunyai berat molekul 44, tekanan kritis 71,7 atm, suhu kritis 36,5°C, berat
jenis 1,5.

Absorbsi, Distribusi dan Eliminasi


Berdasarkan saturasinya di dalam darah, absorbsi N2O bertahap; pada 5
menit pertama absorbsinya mencapai saturasi 100% dicapai setelah 5 jam. Pada
tingkat saturasi 100% tidak ada lagi absorbsi dari alveoli dan dalam darah. Pada

17
keadaan ini, konsentrasi N2O dalam darah sebanyak 47 ml N2O dalam 100 ml
darah.
Di dalam darah, N2O tidak terikat dengan hemoglobin tetapi larut dalam
plasma dengan kelarutan 15 kali lebih besar dari kelarutan oksigen. N2O mampu
berdifusi ke dalam semua rongga-rongga dalam tubuh, sehingga bisa
menimbulkan hipoksia-difusi apabila diberikan tanpa kombinasi oksigen.

Efek farmakologi
 Terhadap sistem saraf pusat
Berkhasiat analgesia dan tidak mempunyai khasiat hipnotikum.
Khasiat analgesinya relatif lemah akibat kombinasinya dengan oksigen.
Efeknya terhadap tekanan intrakranial sangat kecil dibandingkan dengan
obat anestesia yang lain. Terhadap susunan saraf otonom, N2O
merangsang reseptor alfa saraf simpatis, tetapi tahanan perifer pembuluh
darah tidak mengalami perubahan.
 Terhadap sistem organ lain
Sedikit menimbulkan dilatasi pada jantung. Dilaporkan pada
penggunaanya dalam 24 jam bisa menimbulkan depresi fungsi hemato-
poetik. Anemia megaloblastik sebagai salah satu efek samping pemakaian
N2O jangka lama.

Efek samping
1. N2O akan meningkatkan efek depresi nafas dari obat tiopenton terutama
setelah diberikan premedikasi narkotik.
2. Kehilangan pendengaran pasca-anestesia, hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan solubilitas antara N2O dan N2 sehingga terjadi perubahan
tekanan pada rongga telinga tengah
3. Pemanjangan proses pemulihan anestesi akibat difusinya ke tubuh seperti
pneumothoraks
4. Pemakaian jangka panjang menimbulkan depresi sumsum tulang sehingga
bisa menyebabkan anemia aplastik.

18
5. Mempunyai efek teratogenik pada embrio terutama pada umur embrio 8
hari – 6 minggu, yang dianggap periode kritis
6. Hipoksia difusi pasca-anestesia. Hal ini terjadi akibat dari sifat difusinya
yang luas sehingga proses evaluasinya terlambat, Oleh karena itu, pada
akhir anestesia oksigenisasinya harus diperhatikan

19
DISKUSI
Ny. N berusia 31 tahun menjalani operasi FAM sinistra pada tanggal 19
juni 2014. Sebelum dilakukan operasi os menjalani persiapan praoperasi yaitu
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa os tidak
mempunyai riwayat alergi obat-obatan, makanan, cuaca, dan iklim. Os tidak
mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan sesak. Dari hasil
pemeriksaan fisik, os tidak mempunyai kelainan di saluran pernafasan dan tidak
memakai gigi palsu, pernafasan vesikuler dengan Respiratory Rate 15 x/menit,
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 75 x/menit, suhu 36,50C. GCS E4V5M6.
Dapat disimpulkan bahwa status Os adalah ASA 1 (pasien sehat organic,
fisiologik, psikiatrik, biokimia).
Pada saat sebelum operasi dimulai, diinjeksikan Ondansentron 4 mg
(pencegahan dan pengobatan mual dan muntah setelah operasi) dan Pantoprazole
(Ottozole) 40 Mg (untuk mengurangi produksi asam lambung). Pemberian
Ondansentron dan Ottozole dimaksudkan untuk mengurangi kesulitan dalam
operasi berupa aspirasi. Hal ini disebabkan oleh keadaan Os yang dipuasakan
selama ± 6 jam, meningkatkan asam lambung yang memungkinkan terjadi
aspirasi di saluran pernafasan. Lima menit kemudian diinjeksi obat premedikasi
Sedacum 5 mg (untuk menenangkan pasien dan menimbulkan amnesia singkat
saat berjalannya operasi), Fentanyl 70 mg (obat anestesi narkotik). Propofol 90
mg (hipnotik murni) digunakan sebagai induksi obat anestesi.
Tekanan darah menjadi turun setelah diberikan induksi obat-obat
analgesia. Ini disebabkan oleh induksi propofol yang mempunyai efek sebagai
obat induksi, mulai kerjanya cepat yang mempunyai efek depresi pada sistem
kardiovaskular dan mempunyai efek hipnotik murni sedangkan fentanyl
merupakan obat yang mempunyai potensi lebih kuat sebagai anelgetik
dibandingkan petidin dan morfin dengan mulai kerja yang cepat dan masa kerja
yang pendek. Dikarenakan tekan darah pasien menurun sampai 80/40 mmHg,
diberikan ephedrine 20 mg untuk meningkatkan tekanan darah pasien.
Dalam pemeliharaan anestesi diberikan inhalasi sevofluran (yang memiliki
proses induksi dan pemulihan paling cepat dibandingkan obat anesesi yang lain)
dan N2O (dikombinasikan dengan O2 memberi efek mendalamkan inhalasi

20
sevofluran dalam pemeliharaan anestesi. Perbandingan pemberian N2O : O2 :
Sevofluran = 2 : 3 : 2.
Os sudah terpasang infus cairan Futrolit 500 cc. Cairan kristaloid ini
diberikan dengan maksud mengganti elektrolit yang berkurang karena puasa dan
hilang selama operasi.
Setelah operasi selesai obat anestesi inhalasi (sevofluran dan N2O)
dihentikan, kadar oksigen ditingkatkan yang bertujuan untuk mengurangi efek
anestesi dan memperbaiki saturasi oksigen didalam tubuh.
Os keluar dari ruang operasi dalam keadaan sadar, tekanan darah 80/40
mmHg, Nadi 83x/menit, Respirasi spontan 15 x/menit.
Di dalam ruang pemulihan Os dikontrol tanda-tanda vitalnya; tekanan
darah, nadi, respirasi dan saturasi oksigennya. Setelah 45 menit pasien keluar
ruang operasi karena sudah memenuhi Lockharte Score dengan poin 9 dalam 15
menit pertama.

21
Daftar Pustaka

1. Latief, Said, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi


dan Terapi Intensif FKUI.
2. Mangku, Gde dr, Sp.An, KIC, dkk. Ilmu Anestesia dan Reaminasi. 2010.
Jakarta : Indeks Jakarta
3. Yuswana, Bsc, Drs, MBA. Farmakologi Obat-obat Anestesi dan Obat-obat
Bantuan dalam Anestesi.
4. www.kalbemed.com disadur pada tanggal 29 Mei 2014

22

Anda mungkin juga menyukai