Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Ajaran islam populer juga disebut dengan dienul-Islam merupakan salah satu ajaran
Agama somawi (langit), jika tidak mau dikatakan sebagai kelanjutan agama –agama samawi
sebelumnya. Selain memiliki karakteristik yang berbeda dengan sejumlah agama yang
berkembang di dunia yang biasa dikenal dengan agama dunia. Karakteristik Islam demikian
itu dipertegas dalam Alqur’an, wama arsalnaka ila rahmatan lilamin ( tiadalah risallah Islam
ini diturunkan melainkan untuk kepentingan seluru alam semesta).
Tentunya ajaran islam memiliki sumber-sumber atau dari mana asal muasal dari
ajaran islam tersebut. Ajaran islam juga sebagai ajaran penutup dari ajaran – ajaran
sebelumnya memiliki berbagai dinamika. Khususnya di Indonesia ajaran islam memiliki
beberapa fase mulai dari masa penjajahan, pasca kemerdekaan dan juga saat sekarang ini
serta peranan Ajaran Islam dalam pembangunan Nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam makalah ini akan dibahas tentang “HUKUM
ISLAM DI INDONESIA”.
II. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas terdapat beberapa masalah yang akan dibahas. Tapi masalah
tersebut harus mempunyai batasan batasan. Adapun batasan – batasan tersebut sebagai
berikut :
a. Pengajaran dan Eksistensi Hukum islam di Indonesia
b. Sumber-Sumber Hukum Islam
c. Perkembangan Hukum Islam di Indonesia
d. Hukum islam dan peranannya dalam pembangunan nasional.
2. Perumusan Masalah
Dari Batasan – Batasan Masalah tersebut diatas maka perumusan masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Bagaimana Pengajaran dan Eksistensi Hukum islam di Indonesia?
b. Dari mana Hukum Islam itu ditemukan ?
c. Bagaimana perkembangan hukum islam ?
d. Apa – apa saja peranan hukum islam dalam pembangunan nasional ?
III. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahassecara teoritis tentang perjalanan
panjang Rasul dalam menegakkan agama Islamsebagai agama yang diredhai Allah.Kegunaan
makalah ini adalah untuk memberitahukan kepada semuaorang tentang perjuangan Rasul
untuk dapat menegakkan agama Islam, sehinggasekarang ini kita dapat mereguk
nikmatnya beribadah dijalan yang benar yaitu dalam Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH DAN ALASAN PENGAJARAN HUKUM ISLAM DI


INDONESIA

A. Sejarah Hukum Islam di Indonesia


Hukum islam yang juga merukan salah satu sistem hukum yang berlaku di Indonesia
disamping sistem hukum lainnya (sistem hukum Adat dan sistem hukum barat) pada dasarnya
kedudukannya adalah sama. Ketiga sistem hukum tersubut adalah relevan dengan kebutuhan
hukum masyarakat.
Dalam kurikulum Fakultas Hukum yang berlaku sekarang ini berdasarkan SK.
Menteri P dan K RI No.17/D/O/1993, mata kuliah ini dinamakan Hukum Islam yang
statusnya adalah sebagai mata kuliah wajib dalam muatan nasional.

B. Beberapa Alasan Pengajaran Hukum Islam di Indonesia


Mura P. Hatagalung (1985 : 140-141) mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya
terdapat tiga pertimbangan mengapa mata kuliah ini menjadi suatu yang mutlak dipelajari dan
dicantumkan dalam kurikulum nasional pada perguruan tinggi hukum, yaitu :
1. Alasan sosiologis, alasan berdasarkan kemasyarakatan yakni bahwa mayoritas rakyat
indonesia adalah beragama islam.
2. Alasan Historis, alasan berdasarkan sejarah. Ditinjau dari segi sejarahnya, ternyata hukum
islam menjadi satu cabang ilmu hukum yang diarkan sejak jaman penjajahan belanda pada
perguruan tinggi hukum di Batavia (nama Jakarta pada masa lampau).
3. Alasan Yuridis, alasan berdasarkan hukum. Dari segi yuridis, hukum islam telah lama
dipraktekkan oleh masyarakat islam di Indonesia, terutama di daerah yang penduduknya
sangat berpegang teguh pada ajaran islam seperti Aceh, Minangkabau dan daerah daerah
lainnya.
4. Alasan Konstitusional, alasan berdasarkan konstitusi. Dalam pembukaan Undang Undang
Dasar 1945 tercantum sila – sila pancasila yang sila pertamanya adalah “ketuhanan yang
mahaesa” yang sesungguhnya menjadi dasar keagamaan di Indonesia yang sekaligus menjadi
dasar keagaan di Indonesia.
5. Alasan Ilmiah, hukum islam sebagai salah satu cabang ilmu telah lama menjadi objek kajian
ilmiah oleh para ilmuan islam sediri maupun ilmuan kalangan orientalis ( ahli mengenai
islam tapi bukan muslim ). Pada 1952 di Paris Perancis diadakan “the week of Islamic low “
yang dihadiri oleh para ahli perbadingan hukum baik islam maupun non islam. Seminar ini
antara lain mengambil keputusan sebagai berikut :
a. Asas – Asas hukum islam mempunyai nilai yang tinggi dan tidak dapat dipertikaikan lagi.
b. Dalam berbagai mazhab dalam hukum islam terdapat keyayaan pemikiran hukum serta
teknik mengagumkan yang memberi kemungkinan kepada hukum islam untuk berkembang
memenuhi semua kebutuhan dan penyesuaian yang dituntut oleh kehidupan modern.
c. Berbagai bidang dalam hukum islam telah mengalami perkembangan yang senantiasa
memerlukan respon dan sosialisasi agar hukum islam senantiasa aktual dan menjadi pedoman
dalam menciptakan kehidupan yang damai tertib dan sejahtera.

SUMBER- SUMBER HUKUM ISLAM

A. Urgensi Sumber – Sumber Hukum Islam


Pada semua sistem hukum telah memiliki sarana yang disebut dengan sumber-sumber
hukum yang berperan untuk memberikan solusi untuk menjadikan sistem tersebut aksereratif
dengan segala peristiwa dan pembuat sistem tersebut semakin berkembang sesuai dengan
tuntutan perkembangan dan peradaban manusia.
Sumber dari sesuatu peraturan hukum adalah sangat penting untuk diketahui oleh
karena dari sumber itu dapat diketahui dari mana asalnya peraturan itu. Dalam garis besarnya
Sumber Hukum Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Sumber Naqly, adalah sumber hukum dimana seorang mujtahid tidak mempunyai peranan
dalam pembentukannya karena memeng sumber hukum tersebut telah tersedia.
2. Sumber Aqly, adalah sumber hukum dimana seorang mujtahid dapat berperan dalam
pembentukannya. Misalnya : Qias, Istishan, Istislah muslahat-muslahat dan istishab.
Selain daripada pembagian tersebut di atas, sumber hukum islam secara besar dapat
pula dibagi menjadi: Sumber Hukum Ashliah yang didalamnya adalah Al-Qur’an dan
Hadis/sunnnah dan sumber hukum Tarbaiyah yang mencakup Ijma, Qaul, Sahabat, Qias,
Istishan, Muslahat-Muslahat, Urf, Syariat Umat Terdaulu dan Istishab. Berikut ini akan
dijeaskan tentang sumber hukum tersebut di atas.

B. Sumber Hukum Ashliyah


Yang dimaksud dengan Sumber Hukum Ashliyah ialah sumber hukum yang
penggunaannya tidak bergantung pada sumber hukum yang lain. Sumber hukum ini adalah
yang paling utama diantara sumber – sumber Hukum Islam lainnya, oleh karena keduanya
adalah sumber wahyu.
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu ilahi yang disampaikan kepada Nabi
Muhammmad s.a.w dengan perantaraan malaikat Jibril untuk mengatur hidup dan kehidupan
umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad pada malam “Lailatul Qadr”, yaitu suatu malam kebesaran yang jatuh pada
malam ke tujuh belas Ramadhan.
Pada malam tujuh belas ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi Muhammad s.a.w
tatkala beliau bersemedi di Gua Hira, turunlah ayat pertama seperti yang tercantum dalam
surat/surah Al-Alaq yang Artinya “bacalah ya muhammad dengan nama Tuhanmu yang
maha Budiman yang telah mengajar manusia dengan qalam, telah mengajar manusia
tentang apa-apa yang belum diketahuinya.
Dari ayat pertama sampai kepada ayat yang terakhir tidaklah diturunkan seklaigusm
melainkan secara berangsur angsur sesuai dengan kebutuhan, misalnya apabila ada kejadian –
kejadian yang perlu dipecahkan oleh nabi atau ada pertanyaan – pertanyaan yang diajukan
kepada nabi yang perlu segera mendapat jawaban. Ayat – ayat Al-Qur’an turun dalam kurung
waktu 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hariyang dibagi atas dua periode yaitu periode
Mekah/Makyah dan periode Madinah/Madaniyah.
Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz,114 surah dengan jumlah ayat seluruhnya 6342,ayat
(Hanafi 1984 : 55) atau 6666 ayat (Rasyidi, 1980 :21) atau 6236 ayat (Ridwan Saleh, Bahan
Kuliah). Sebagai pegangan kita ambil jumlah 6236 ayat dan daripadanya hanyalah terdapat
228 ayatul ahkam/ ayat-ayat hukum dengan rincian sebagai berikut :
 70 ayat mengenai hidup kekeluargaan, perceraian, waris-mewaris dan sebagainya;
 70 ayat mengenai perdagangan, perekonomian, seperti jual-beli dan sebagainya;
 30 ayat mengenai soal – soal kriminal;
 25 ayat mengenai hubungan antara orang islam dan bukan islam;
 10 ayat mengenai hubungan antara orang kaya dan orang miskin;
 13 ayat mengenai hukum acara;
 10 ayat mengenai soal – soal kenegaraan.
Al-Qur’an hanya memberikan dasar atau patokan yang umum untuk membimbing
manusia kearah kesempurnaan hidup yang selaras antara kehidupan dunia dengan kehidupan
dunia dengan kehidupan akhirat; antara lahir dan batin; antara individu dengan masyarakat
bahkan antara manusia dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu, Al-qur’an dalam kaitan
dengan pembinaan hukumnya, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1. Ayat – ayat Al-Qur’an tidak membicarakan suatu persoalan sedetail – detailnya, tetapi
cenderung memberikan kerangka yang sifatnya umum.
2. Ayat – ayat yang menunjukkan adanya kewajiban bagi manusia tidak bersifat memberatlan
3. Dalam bidang ibadah semua dilarang kecuali perintah sedangkan dalam bidang muamalah
semuanya diperbolehkan kecualai ada larangan.
4. Dasar penetapan hukumnya tidak boleh berdasarkan prasangka semata
5. Ayat –ayat berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah meninggalkan masyarakat
sebagai bahan pertimbangannya.
6. Penetapan hukumnya yang bersifat perubahan tidak mempunyai daya surut berlakunya.
Prinsip penetapan hukum yang bersifat perubahan yang tidak mempunyai daya surut
berlakunya ini sangat penting demi menjamin adanya kepastian hukum dalam hukum islam.
Mengenai substansi hukum yang diatur dalam Al-Qur’an adalah :
1. Ayat hukum yang mengatur masalah i’tiqadiyyah ( keyakinan dan keimanan )
2. Ayat hukum mengenai khuluqy, pola perilaku manusia yag berakhlak mulia.
3. Ayat hukum mengenai amaly, yang berkaitan dengan perbuatan manusia baik ibadah
maupun muamalah.
2. Hadis atau Sunnah Rasulullah
Hadis/Sunnah adalah segala apa yang datangnya dari Nabi Muhammad s.a.w, baik
berupa segala perkataan yang telah diucapkan, perbuatan yang perbah diperbuat dimasa
hidupnya ataupun segala yang dibiarkan berlaku.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Hadis/Sunnah pada hakekatnya dapat
dibedakan atas tiga macam :
1. Hadis/Sunnah Qauliyah yaitu Hadis / Sunnah yang berupa segala apa yang telah diucapkan
oleh Nabi Muhammad sebagai suatu penjelasan terhadap sesuatu.
2. Hadis/Sunnah Fi’iliyah yaitu Hadis berupa segala apa yang pernah diperbuat oleh Nabi
Muhammad semasa hidupnya atau tindakan nyata yang telah diperbuat semasa hidupanya.
3. Hadis/Sunnah Taqiriyah, Yaitu hadis yang berupa apa yang dibiarkan berlaku oleh Nabi
Muhammad baik yang berwujud tindakan atau pembicaraan,dirasakan sendiri atau berupa
berita yang diterima lalu Nabi Muhammad tidak melarangnya dantidak pula menyuruh
lakukan.
Untuk mengetahui apakah itu hadis betul – betul dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya sebagai sumber hukum, diperlukan beberapa syarat yang dapat mendukungnya
:
1. Harus ada mathan yaitu teks dan nash itu sendiri yang tidak boleh bertentangan dengan Al-
Qur’an
2. Harus ada Sanad, yaitu sandaran atau rentetan dari orang – orang yang meriwatkan hadis itu
3. Harus ada pratiwi, yaitu orang – orang yang meriwatkan hadis itu. Sehubungan dengan
adanya tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengetahui kuat tidaknya suatu hadis sebagai
sumber hukum maka hadis itu dapat pula dibagi tiga golongan yaitu
a. Hadis Mutawathir yaitu hadis yang tidak bisa sama sekali di curigai kebenarannya.
b. Hadis Masyhur yaitu hadis yang semula hanya diriwatkan oleh seorang yang dapat dipercaya
kemudian diteruskan oleh beberapa orang yang dipercaya pula
c. Hadis Ahad yaitu hadis yang secara turun temurun diriwatkan oleh orang – seorang yang
layak dipercaya.
Hadis sebagai sember hukum kedua mempunyai kedudukan sebagai sumber hukum
yang tidak berdiri sendiri dalam hal berfungsi menerangkan/memberi penjelasan atas hukum
–hukum ada dalam Al-Qur’an sedangkan hadis mempunyai kedudukan sebagai sumber
hukum yang berdiri sendiri jika ia memberikan ketentuan hukum sendiri mengenai suatu
masalah.
C. Sumber Hukum Tabaiyah
Sumber hukum tabaiyah adalah kebalikan dari sumber ashliyah. Yang dimaksudkan
dengan sumber hukum tabaiyah adalah sumber hukum yang penggunaanya masih bergantung
pada sumber hukum yang lain. Sumber hukum ini jumlahnya banyak, tapi yang umum
digunanakan / banyak digunakan terbatas pada Ijma, Qaul, (Pendapat) sahabat Qias,
Istihsan, Istihshalah, dan Urf, disamping Al-Qur’an dan hadis.
1. Ijma
Ijma adalah persesuaian paham atau pendapat diantara para ulama mujtahidin pada suatu
masa tertentu setelah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w untuk menentukan hukum suatu
masalah yang belum ada ketentuan hukumnya.
2. Qaul
Sahabat adalah mereka yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan beriman
dan mati dalam keadaan beriman pula. Oleh karena itu orang yang pernah bertemu Nabi
Muhammad tapi belum beriman bukan sahabat nabi.
3. Qias
Qias adalah perbandingan atau mempersamakan atau menerapkn hukum dari suatu perkara
yang sudah ada ketentuan hukumnya terhadap suatu perkara yang lain yang belum ada
ketentuan hukumnya oleh karena keduanya yang bersangkutan memiliki unsur – unsur
kesamaan.
4. Istihsan
Istihsan adalah memindahkan atau mengecualikan hukum dari suatu peristiwa dari hukum
peristiwa lain yang sejenis dan memberika kepadanya hukum yang lain karena ada alasan
yang kuat bagi pengecualian itu.
5. Istishlah
Istishlah adalah penetapan hukum dari suatu perkara berdasar pada adanya kepentingan
umum atau kemashlahatan umat.
6. Urf
Secara umum Urf adalah kebiasaan umum yang berasal dari kebiasaan masyarakat Arab pra
Islam yang diterima oleh Islam oleh karena tidak bertentangan dengan ketentuan –
ketentuannya.
7. Istishab
Istishab adalah memahami atau membarengi apa yang telah terjadi di masa lalu.

HUKUM ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

A. Hukum Islam Di Indonesia


Eksistensi Hukum Islam di Indonesia menarik untuk disimak selain negeri ini
memiliki mayoritas muslim terbesar di dunia juga memiliki karakteristik keislaman yang
berbeda dengan komunitas muslim lainnya.

Indonesia sebagai negara modern baru berdiri setengah abad yang lalu. Sebelum
penjajahan Belanda di Indonesia belum terdapat sistem hukum nasional. Tetapi sebelumnya
terdapat berbagai kerajaan besar dan kecil yang diwarnai berbagai pandangan budaya dan
agama, mempunyai ciri-ciri tersendiri.

Sebelum kedatangan Belanda, hukum islam sebenarnya telah mempunai tempat


tersendiri bagi masyarakat nusantara. Terbukti dengan beberapa fakta. Misalnya, Sultan
Malikul Zahir dari Samudra Pasai adalah salah satu ahli agama dan ahli hukum islam yang
terkenal pada abad ke-14 Masehi. Melalui kerajaan ini hukum islam mazhab syafi’i
disebarkan ke kerajaan – kerajaan lain seluruh wilayah kepulauan nusantara.bahkan ahli
hukum dari Kerajaan Malaka sering datang ke Samudera Pasai untuk mencari kata putus
permasahaan hukum islam yang terjadi di kerajaan Malaka.

Makna hukum dalam pengertian sehari-hari di Indonesia, masih dihubungkan dengan


ketetapan hukum islam. Sering dipertanyakan tentang bagaimana mengawini wanita yang
dalam masa iddah cerai ; hukum jual beli berdasarkan riba atau bunga bank, dst. Dengan
menyebut hukum dalam contoh – contoh seperti diatas sebenarnya yang dimaksud adalah
ajaran islam berupa hukum yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari.

Hukum ( syariah ) adalah suatu yang esensial dalam islam yang mengendalikan sikap
hidup penganutnya. Bila seorang masuk islam, maka secara otomatis ia mengakui hukum
islam, dan wajib untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari – hari.

Penelitian mengenai hukum islam di Indonesia belum banyak menyikapkan bentuk –


bentuk penerapan hukum islam melalui kerajaan – kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara
sebelum kedatangan penjajahan Belanda, tetapi gelar – gelar yang diberikan kepada beberapa
raja Islam, misalnya adipati, ing alogo, saayadin, dan padotongomo, dapat dipastikan bahwa
peranan hukum islam cukup besar dalam kerajaan – kerajaan tersebut.

Oleh karena itu agama adalah suatu yang menentukan dalam sejarah masyarakat
indonesia dan kerena itu ketuhanan yang maha esa dicantumkan oleh para pendi RI sebagai
sila pertama falsafah negara, dan ini menunjukkan disamping adat – istiadat, juga dipengaruhi
oleh pandangan hidup dan agama bangsa Indonesia yang memainkan peranan dalam
membentuk pemahaman dan pencitraan hukum bangsa Indonesia sepanjang sejarah.

Selanjutnya hukum di Indonesia dapat dilihat dari beberapa hal, pertama adalah
hukum yang berasal dari adat-istiadat dan norma – norma masyarakat yang diterima secara
turun temurun yang berlangsung sejak dahulu kala. Kedua adalah hukum yang berasal dari
ajaran agama. Sejak dahulu kala sudah dicatat dalam sejarah sejumlah orang yang meklaim
menerima pesan ilahi atau hikmah. Dan ketiga adalah hukum sebagai keleruhan antara
kehidupan bersama yang berasal dari legislator resmi yang disertai dengan saksi tertentu.

Ketiga jenis aturan tersebut terdapat dalam budaya Hukum Negara Republik
Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ketika membicarakan
budaya Hukum Indonesia maka ketiganya itu tidak bisa diabaikan.
Pasal 29 Ayat (1) UUD 1945 menurut seorang praktisi hukum pada dasarnya
mengandung tiga muatan makna.
1. Negara tidak boleh membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan kebijakan –
kebijakan yang bertentangan dengan dasar keimanan kepada tuhan yang maha esa
2. Negara berkewajiban membuat peraturan – peraturan perundang – undangan atau melakukan
kebijakan – kebijakan bagi pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Negara berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan yang melarang siapapun
melakukan pelecehan terhadap ajaran agama.
Seperti halnya hukum barat, hukum islam juga berciri perubahan untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Perbedaan dengan Hukum barat adalah bahwa Hukum
Islam sebagai hukum ilahi bersifat abadi dan menjiwai semua hukum baru yang diundangkan
dan sebagai legislasi manusia itu disempurnakan dan berubah sesuai semangat ruang dan
waktu.

Legislasi hukum Islam sepanjang sejarah mulai dari pertumbuhannya sampai sekarang
telah melalui berbagai tahap, dan pada tahap ini telah memasuki tahap kompilasi dan
perundangan dalam negara hukum modern untuk menjadi bagian Hukum Nasional.
Perkembangan terakhir ini juga berlaku di Indonesia, baik dalam bentuk produk undang –
undang maupun pemikiran hukum yang dikembangkan oleh berbagai lembaga dan individu.

B. Perkembangan Hukum Islam Pada Umumnya


Hukum Islam sebagai salah satu sistem hukum yang kita kenal selama ini adalah hasil
dari suatu proses pertumbuhan yang berlangsung terus menerus sejak awal kelahirannnya
hingga kini. Proses perkembangannya melalui beberapa proses atau periode – periode.
Adapun periode – periode tersebut sebagai berikut :
1. Proses pertumbuhan/ permulaan hukum islam atau disebut juga dengan periode Rasulullah.(
antara tahun XIII Sebelum Hijriah – tahun XI Hijriah).
2. Periode Persiapan Hukum Islam biasa juga disebut Periode Sahabat atau Periode
Khulafaaurrasyidin ( antara tahun XI H – tahun ke 101 H)
3. Periode Penyempurnaan / Periode pembinaan hukum Islam ( antara Abad II – Abad IV H)
4. Periode kemunduran Hukum Islam / Periode Kebekuan Hukum Islam (antara Abad IV –
Abad XIII H)
5. Periode Kebangkitan ( dimulai dari awal Abad ke XIV hingga sekarang ini).
C. Perkembangan Hukum Islam di Indonesia
Perkembangan/pertumbuhan hukum islam di Indonesia sejak mulai massuknya agama
islam sampai menjadi salah satu sistem hukum yang banyak penganutnya, dapat dibagi tiga
pembahasan.
1. Masa kedatangan Islam di Indonesia
2. Masa Pemerintahan Hindia Belanda
3. Masa sesudah kemerdekaan
1. Masa Kedatangan Islam di Indonesia
Berbicara pada pertumbuhan hukum islam di Indonesia, kita tidak dapat melepaskan
diri dari persoalan kapan dan bagaimana masuknya agama Islam di Indonesia. Hal ini penting
dikemukakan agar kita dapat memperoleh gambaran betapa bangsa kita menyambut agama
ini sampai menjadi agama dengan pengunut yang terbesar.`
Persoalan kapan dan bagaimana masuknya agama islam di Indonesia ini terdapat dua
pendapat yaitu :
Pendapat Pertama bahwa masuknya agama islam di Indonesia pada permulaan abad
XIII M yang dibawa oleh orang – orang Persi ke Gujarat India kemudian pedagang Gujarat
India membawa ke Tanah Air kita. Sebagai buktinya bahwa bentuk, bahan dan tulisan yang
terdapat pada makam Maulana Malik Ibrahim mirip dengan bentuk, bahan dan galian yang
terdapat pada makam raja – raja Hindustan.
Pendapat Kedua bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa langsung dari
negeri Arab oleh bangsa Arab sendiri pada abad VII masehi.
Sejarah telah membuktikan bahwa mulanya proses pengislaman di Indonesia
berlangsung tanpa disadari, tiba - tiba mengalami perkembangan yang pesat dan cepat
walaupun harus diakui waktu itu memang sudah ada isme-isme yang menguasai alam pikiran
bangsa Indonesia misalnya isme tradisional dan agama hindu.
Perkembangan yang pesar dan dinamis ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
menentukan antara lain :
1. Adanya sifat demokratis agama islam itu sendiri
2. Prosendur untuk menjadi pemeluk agama islam tidak berbelit – belit
3. Agama Islam mudah menyesuaikan diri
4. Pribadi dan Akhlak orang islam sangat tinggi.
Penyebaran islam pada mulanya hanya pada dua titik yaitu Sumatra Utara ( Aceh )
dan pesisir pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur ( Rembang, Tubanng, dan Gresik).
Dari Sumatra Utara ini Islam menyebar ke Pedalaman Minangkabau sementara di Sumatra
Selatan Agama Islam berkembang melalui Banten.
Di Pulau Jawa, Agama islam berkembang dan menyebar melalui kelompok orang –
orang penyebar agama Islam yaitu para wali, yang biasa dikenal dengan sebutan Walisongo
(Wali Sembilan). Dengan perantara mereka inilah Islam di Demak, Pajang Mataram dan
Banten, akhirnya sampai merata di Pulau jawa. Dengan Masuknya agama Islam di Tanah Air
maka hukum- hukumnya juga turut serta didalamnya.
Hukum Islam terdiri dari tiga aspek yang satu dengan yang lainnya dapat dibedakan
tapi tidak dapat dipisahkan. Ketiga aspek yang dimaksud adalah, aspek akidah, aspek syariat,
dan aspek filsafat.
Di antara ketiga aspek tersebut yang paling penting adalah aspek syariatnya/ aspek
hukumnya, oleh karena aspek hukum tersebut merupakan jiwa agama islam.
2. Masa Pemerintahan Hindia belanda
Pada masa pemerintahan hindia Belanda mulai berkuasa di Tanah Air kita, hukun
islam telah berkembang sedemikian pesatnya. Hal ini dapat dilihat bahwa di daerah-daerah
yang masyarakatnya mayoritas agama Islam pengaruhnya sangat menonjol.

Di samping hukum Islam, Hukum adat sebagai suatu sistem hukum juga berlaku
ditengah-tengah masyrakat sebagai hukum yang tumbuh dan berkembang berdasrkan alam
fikiran bangsa Indonesia. Antara kedua sistem hukum itu dalam perkembangannya saling
mempengaruhi, seolah –olah diantara keduanya terjadi singkronisasi.
Dengan berdasarkan pada teori pemerintahan Hindia belanda berhasil memperkecil
peranan Hukum Islam dalam hukum positif, sehingga hanya terbatas pada hukum perkawinan
dan perceraian serta mengenai badan hukum yang berbentuk wakaf, Hibah, Wasiat dan
Shadakah.
Sebagai konsekuensi diakuinya Hukum Islam dalam peraturan peraundang –
undangan Hindia belanda sebagimana tercantum dalam beberapa pasal RR dan IS.
3. Masa Sesudah Kemerdekaan
Sesudah proklamasi kemerdekaan, perkembangan hukum islam lebih maju lagi
dibandingkan dengan keadaannya pada tahun – tahun sebelum kemerdekaan.
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 ditegaskan Bahwa Negara Republik Indonesia menjamin
kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaannya itu.
Sebagai salah satu bentuk dari kemerdekaan beragama sebagai mana terantum dalam
pasal 29 ayat (2) tsb, maka pada tanggal 3 Januari 1946 dibentuklah Departemen Agama
yang bertugas mengurus berbagai urusan yang menyangkut masalah – masalah keagamaan (
termasuk hukum agama ) di Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya beberapa bidang hukum islam telah dinyatakan
diterima dalam hukum nasional sebagai hukum positif seperti Hukum Perkawinan dalam UU
No 1 Tahun 1874.
Pembentukan berbagai pesantren dan madrasah-madrasah islamiyah bernafaskan
Islam turut menjadi warna tersendiri terhadap perkembangan Hukum Islam di Indonesia.
HUKUM ISLAM DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

A. Hukum Islam dan Peranannya


Hukum Islam sebagai salah satu sistem hukum yang berlaku juga di Indonesia
mempunyai kedudukan dan arti yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan pembangunan
manusia seutuhnya yakni baik pembangunan daunia maupun pembangunan akhirat dan baik
dibidang material maupun dibidang spiritual. Di dalam Al-Qur’an dan hadis ada beberapa
ayat yang memberikan isyarat untuk melaksanakan pembangunan itu antara lain :
1. Al-Qur’an, Surah Al Baqarah ayat 148 yang artinya: hendaklah kamu berlomba – lomba
dalam kebaikan.
2. Al-Qur’an, Surah Ar Ra’du ayat 11 yang artinya : sesungguhnya ALLAH tidak akan
merubah nasib sesuatu umat kecuali dirinya sendiri yang merubahnya.
3. Al-Qur’an, Surah Al mudjadah ayat 11 yang artinya :Allah mengngkat derajat orang –
orang yang beriman dari kamu sekalian dan begitu juga dengan orang yang berilmu
pengetahuan.
4. Hadis Riwayat Abu Na’im yang artinya : kekafiran dapat membawa seorang kepada
kekufuran.
5. Hadis riwayat Iman Buchary, yang artinya sesungguhnya dirimu mempunyai hak atasmu,
dan badanmu hak atasmu.
6. Hadis Riwayat Abu zakir yang artinya berbuatlah untuk duniamu seolah – oleh kamu akan
hidup selama – lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah – olah engkau mati pada
hari esok.
Sehubungan dengan adanya prinsip-prinsip hukum islam dalam pembangunan
sebagaimana yang dimaksud di atas maka penduduk indonesia lebih banyak berpartisipasi,
berinteraksi dan berasilimasi terhadap pelaksanaan pembangunan nasional indonesia dalam
segala bidang.

B. Tujuan dan Landasan Pembangunan Nasional


Berbicara tentang kaitan antara hukum islam dengan pembangunan nasional maka ada
baiknya terdahulu kita mengetahui tujuan dan landasan pembangunan nasional di Indonesia.
Dalanm TAP TAP yang dihasilkan oleh MPR tentang Garis – Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) antara lain dala TAP MPR No. II/MPR/1988 pada Bab II secara jelas dinyatakan
bahwa :
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila dalam wadah negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehudupan bangsa yang aman tertram, tertib dan dinamis serta dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, berdaulat, dan damai.
Selanjutnya apa yang menjadi landasan pembangunan nasional lebih jauh dalam
GBHN dikatakan bahwa landasan pelaksanaan pembangunan nasional itu adalah Pancasila
dan Undang – Undang Dasar 1945
Dengan kalimat tersebut maka dapat diketahui bahwa sesunguhnya baik dasar
maupun landasan pembangunan nasional adalah Pancasila yang sila pertamanya adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang mana sila
pertama ini menjiwai sila sila lain.
C. Hubungan Hukum Islam dan Pembangunan
Sebelum membicarakan tetntang apa dan bagaimana hubungan hukum Islam dengan
pembangunan nasional perlu terlebih dahulu diketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan
Hukum islam/Syariat sebab tanpa memahami artinya maka sulit bagi kita untuk menentukan
bagaimana kita menentukan peranannya dalam masyarakat.
Khusus mengenai pengertian hukum Islam/Syariat, oleh Yamani, Syariat diartikan
dalam dua arti yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit.

Dalam Arti yang Luas Syariat islam adalah meliputi semua hukum yang telah disusun
dengan teratur olehpara ahli fiqih dalam pendapat pendapat – pendapat fiqihnya mengenai
persoalan dimasa mereka atau yang mereka fikirkan akan terjadi kemudian dengan
mengambil dalil – dalilnya yang langsung dari Al-Qur’an dan Hasis atau sumber
pengambilan hukum yang lain seperti qiyas, istihsan, istishab, dan lain lain.
Pengertian yang luas ini tidak harus diakui dari A-Z dari awal hingga akhir karena
didalamnya ada beberapa bagian yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan zaman / tidak lagi
memenuhi kebutuhan masa kini akan tetapi masih bisa dipakai sebagai pustaka
perbendaharaan ilmiah.
Sementara itu pengertian Hukum Islam dalam sempit adalah hukum – hukum yang
berdalil tegas yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadis yang sah ataupun yang ditetapkan
dengan Ijma.
Hukum islam dalam arti sempit ini wajib diakui oleh umat islam. Demikian pula
halnya dengan hukum – hukum yang terdapat didalam Hadis yang kebenarannya tidak lagi
diragukan.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam syariat islam terdapat bagian – bagian bidang –
bidang yang mengenai ibarat dan muamalat. Kedua bagian ini mempunyai kaitan yang sangat
erat antara satu dengan yang lain.
Adapun fungsi hukum menurut Soerjono Soekanto sebagai sarana pengendalian social
(social control ) dan sebagai sarana untuk memperlancar proses interaksi social sedangkan
menurut Hutagalung hukum berfungsi sebagai alat untuk mengadakan sosial enggenering.
Sehubungan dengan apa yang dikemukakan oleh kedua serjana tadi maka apabila kita
hubungkan dengan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat sejahtera yang dihargai oleh
Allah SWT maka hukum itu tidak hanya berperan sebagai sarana sosial control tapi juga
berperan sebagai sarana engenering. Dengan kata lain ia harus memegang peranan dalam
pembangunan yang tujuan dan landasannya seperti yang dirumuskan dalam GBHN.
D. Hukum Islam dan Pembinaan Hukum Nasional
Salah satu masalah yang tidak kurang pentingnya untuk diketahui apabila kita
berbicara tentang hukum islam yang berlaku sekarang adalah Hukum Islam dan Pembinaan
Hukum Nasional di Indonesia. Hal ini adalah penting oleh karena dengan mengetahuinya
kita dapat mempeeroleh gambaran umum tentang tempat atau kedudukan hukum Islam dalam
rangka pembinaan Hukum Nasional.

Dasar dan Landasan Pembinaan Hukum Nasional


Apa yang menjadi dasar dan landasan hukum nasional juga adalah menjadi dasar dan
landasan pembinaan hukum nasional oleh karena pembinaan hukum nasional adalah bagian
integral dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Dengan demikian dasar dan
landasan hukum nasional adalah Pancasila sebagai landasan idealnya UUD 1945 sebagai
landasan struktural dan konstitusional dan GBHN sebagai landasan operasionalnya
Selanjutnya batang tubuh UUD 1945 terdapat pasal yang juga memberi petunjuk yang
sama antara lain pasal 4 UUD 1945 : Presiden Republik Indonesia memegang perintah
Undang – Undang dan Pasal 27 UUD 1945 : segala warga negara bersama kedudukannya
dalam hukum dan pemerintah dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintah tanpa
terkecuali.
Tentang bagaimana melaksanakan pembinaan hukum nasional di Indonesia hal ini
kita dapat lihat dalam GBHN sebagai landasan operasionalnya yang didalam operasionalnya
menyebut cukup banyak masalah menyangkut pembinaan dan pengembangan hukum
nasional di Indonesia. Hal ini menjadi masalah pokok oleh karena dalam tata hukum nasional
kita dimasa yang akan datang sangat dibutuhkan adanya hukum yang tertulis yang
dikodefikasi sehingga dengan demikian akan terwujud satu kesatuan hukum yang berlaku
sama dalam Nagara Kesatuan republik Indonesia.

E. Langkah – Langkah Pembinaan Hukum


Dengan bertiti tolak pada Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 maka politik hukum dan Perundang – Undangan kolonial yang tidak
sesuai lagi dengan alam kemerdekaan Indonesia harus diganti dengan politik hukum dan
perundang- undangan nasional yang berdasarkan pada Pancasila, UUD 1945 dan kesadaran
hukum rakyat Indonesia.
Menurut Menteri Kehakiman Kabinet Pembangunan IV Ismail saleh ada tiga dimensi
pembangunan hukum Nasional Indonesia, yaitu :
1. Pertama yaitu dimensi untuk memelihara tatana hukum yang telah ada walaupun sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan dengan keadaan. Dimensi ini menurut beliau perlu
ada untuk mencegah kefakuman hukum dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pasal
II Aturan Peralihan UUD 1945. Upaya pembangunan hukum dalam dimensi berorientasi
pada kemuslahatan bersama.
2. Kedua yaitu dimensi yang merupakan usaha untuk lebih meningkatkan dan
menyempurnakan pembangunan hukum nasional. Kebijakan yang ditempuh dalam dimensi
ini adalah disamping pembangunan peraturan-peraturan yang baru, juga akan diusahakan
penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga sesuai dengan kebutuhan
baru dibidang yang bersangkutan.
3. Ketiga yaitu dimensi dinamika dan kreatifitas. Dalam dimensi ini diciptakan sesuatu yang
dinamis dan krestif yaitu dengan mengadakan perangkat peraturan perundang – undangan
yang baru yang sebelumnya memang belum ada, misalnya Undang – Undang Lingkungan
Hidup yang merupakan salah satu bentuk perang kata hukum dalam dimensi penciptaan ini.
F. Kedudukan Hukum Islam dalam Pembinaan Hukum Nasional
Untuk mengetahui, bagaimana kedudukan hukum Islam dalam rangka pembinaan
hukum nasional hal tesebut dapat dilihat dari beberapa sumber antara lain dalam pembukaan
UUD 1945 alinea IV yang menyatakan bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sila pertama dalam Pancasila adalah “ Ketuhanan yang Maha Esa “ mempunyai
kedudukan hukum yang sangat kuat oleh karena secara konstitusional tercantum pada pasal
29 ayat (1) dalam UUD 1945 yang berbunyi :negara berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
Dengan demikian, sila ketuhanan yang maha esa ini merupakan hukum positif yang
fundamental yang mengikat setiap warga dalam bermasyarakat dan bernegara.
Dari uraian di atas jelas, bahwa agama sebagai unsur mutlak dari kehidupan bangsa
indonesia adalah sengat penting dan turut menentukan dalam rangka pembinaan hukum
Indonesia. Mengingat bahwa sebahagian besar rakyat indonesia adalah islam, maka dalam
pembinaan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, hukum islam tidak dapat diabaikan
begitu saja terutama sekali ketentuan – ketentuan hukum islam yang sudah berurat – berakar
dalam kehidupan bermasyarakat dan telah merupakan kesadaran hukum bagi mereka.
Hal ini sesuai dengan apa yang digariskan oleh TAP MPRS No. 20/MPRS/66 yang
menyatakan bahwa sumber dari pada tertib hukum negara republik Indonesia, adalah
pandangan hidup, kesadaran dan cita – cita moral yang diliputi suasana kejiwaan dan watak
bangsa indonesia.
Hal tersebut juga berlaku bagi kaidah – kaidah hukum agama lainnya. Demikian
pula kaidah – kaidah dari sistem hukum lain yang juga berlaku di Indonesia.

BAB III
KESIMPULAN
1. Alasan – Alasan dari pengajaran hukum islam di indonesia :
1. Alasan sosiologis, alasan berdasarkan kemasyarakatan
2. Alasan Historis, alasan berdasarkan sejarah
3. Alasan Yuridis, alasan berdasarkan hukum..
2. Sumber hukum islam secara besar dapat pula dibagi menjadi: Sumber Hukum Ashliah yang
didalamnya adalah Al-Qur’an dan Hadis/sunnnah dan sumber hukum Tarbaiyah yang
mencakup Ijma, Qaul, Sahabat, Qias, Istishan, Muslahat-Muslahat, Urf, Syariat Umat
Terdaulu dan Istishab.
3. Perkembangan/pertumbuhan hukum islam di Indonesia sejak mulai massuknya agama islam
sampai menjadi salah satu sistem hukum yang banyak penganutnya, dapat dibagi tiga
pembahasan.
1. Masa kedatangan Islam di Indonesia
2. Masa Pemerintahan Hindia Belanda
3. Masa sesudah kemerdekaan
4. Di dalam Al-Qur’an dan hadis ada beberapa ayat yang memberikan isyarat untuk
melaksanakan pembangunan itu antara lain :
1. Al-Qur’an, Surah Al Baqarah ayat 148 yang artinya: hendaklah kamu berlomba – lomba
dalam kebaikan.
2. Al-Qur’an, Surah Ar Ra’du ayat 11 yang artinya : sesungguhnya ALLAH tidak akan
merubah nasib sesuatu umat kecuali dirinya sendiri yang merubahnya.
3. Al-Qur’an, Surah Al mudjadah ayat 11 yang artinya :Allah mengngkat derajat orang –
orang yang beriman dari kamu sekalian dan begitu juga dengan orang yang berilmu
pengetahuan.
4. Hadis Riwayat Abu Na’im yang artinya : kekafiran dapat membawa seorang kepada
kekufuran.

BAB IV

PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

Daftar Pustaka
M. Arfin Hamid. Hukum Islam Perspektif Keindonesiaan (Sebuah Pengantar dalam
Memahami Realitasnya di Indonesia). Makassar : PT. UMITOHA. 2011

Anda mungkin juga menyukai