Anda di halaman 1dari 11

Portofolio (Kasus)

Nama Peserta: dr. Noor Aida Ariyani

Nama Wahana: RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun


Topik: Ileus Obstruktif

Tanggal (kasus): 21 April 2015

Nama Pasien: An. Z Nama Pendamping: dr. Agus Asari


Tanggal Presentasi: 28 April 2015 Nama Pembimbing: dr. Agus Asari

Tempat Presentasi: RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Anak perempuan usia 2 tahun 9 bulan, dengan keluhan tidak bisa BAB, Flatus, perut kembung
disertai muntah.

Tujuan: menegakkan diagnosis dan memberikan tatalaksana lebih lanjut agar tidak terjadi komplikasi seperti terjadi strangulasi
atau perforasi

1
Tinjauan
Bahan bahasan: Riset Kasus Audit
Pustaka
Presentasi dan
Cara membahas: Diskusi Email Pos
diskusi
Data pasien:
An. Z/2 tahun 9 bulan Nomor Registrasi: 165738

Nama RS: RSUD Sultan Imanuddin


Telp: Terdaftar sejak:
Pangkalan Bun
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis:
 Ileus Obstruktif
Gambaran Klinis:
Pasien tidak bisa BAB 3 hari SMRS, flatus (-) . Perut mulai kembung 2 hari SMRS(+) Muntah (+) sehari > 7 kali awalnya berisi
makanan, kemudian cairan berwaran kuning sampai cairan berwarna hijau.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital nadi 150 kali permenit kuat angkat Suhu 37,50C
Pada pemeriksaan fisik abdomen :inspeksi perut kembung, auskultasi bising usus meningkat (+) seperti metalic
2. Riwayat Pengobatan:
Os sempat diberi ibu dialit 1 kali karena os mengeluh sakit perut 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Os tidak pernah mengalami sakit serupa.

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan, tidak ada riwayat asma.
2
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit serupa.

5. Riwayat pekerjaan:
-
6. Lain-lain:
Pemeriksaan Penunjang
Pada Rotgen polos abdomen 3 posisi tampak gambaran dilatasi usus dan air fluid level.

Daftar Pustaka:

1. Syamsuhidayat R. De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
2. Middlemiss, J.H. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction by Means of DirectRadiography. Volume XXII No. 253. 1949.
3. Schrock T. Ilmu Bedah Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995.
4. RSUD dr.Soetomo. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagi/SMF Ilmu Bedah. Surabaya,2010.

3
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. SUBYEKTIF:
Keluhan Utama : Tidak bisa BAB
Keluhan Tambahan : perut kembung dan muntah
Pasien rujukan dr.Sp.A dengan diagnosis ileus obstruktif parsial (riwayat minum dialit + ISK + Sindrom Nefrotik) tanpa
infus. Menurut orang tua (Ibu) pasien tidak bisa buang air besar sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga tidak bisa
buang angin. Pasien mulai kembung 2 hari sebelum masuk rumah sakit, selain itu pasien juga sering muntah dalam sehari ada
10 kali, muntah awalnya berisi makanan kemudian berwarna kuning hingga berwarna hijau.
Menurut ibu pasien tidak ada mengeluh nyeri kencing atau panas saat buang air kecil. Riwayat kencing merah disangkal
ibu. Pasien juga tidak ada riwayat bengkak atau minum obat rutin sebelumnya dimana sakit ginjal seblumnya disangkal ibu
pasien. Sebelumnya pasien mengeluh sakit perut 4 hri lalu dan diberi obat dialit oleh ibu.

2. OBJEKTIF :

Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
Berat Badan : 14,5 kg
Suhu : 37,5 oC
Nadi : 150 x/menit
RR : 24 x/mnt
Kepala : Normochepali, kaku kuduk (-), PCH (-), sianosis (-), mukosa bibir kering (-)

4
Mata : mata cekung +/+
THT : Faring hiperemis (-) Pembesaran tonsil (-/-)
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak membesar.
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas bronkovesikuler, Rh-/-, Wh-/-
Mammae : Simetris, hiperpigmentasi pada areola, benjolan (-), retraksi puting (-).
Abdomen : Inspeksi : Cembung, tampak pembuluh darah kecil
Auskultasi : Bising usus meningkat
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (+) Massa (-) Hepar/lien sulit dievaluasi

Ekstremitas : Akral hangat, Edema -/-, crt < 2detik,

Pemeriksaan Penunjang

Rotgen

5
6
Tampak dilatasi usus dan gambaran air fluid level
Kesen : ileus obstruktif

3. ASSESSMENT (Penalaran Klinis) :


Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada
sumbatan atau hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Patofisiologi ileus obstruktif ialah lumen
usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke
dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan

7
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan
ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat
nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul tepat di proksimal dan
menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang
menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul
setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan
melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi,
maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada. Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka
kemudian timbul muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih
dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa
muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut
menyebabkan penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam
perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan syok.
Gejala klinis yang muncul pada ileus obstruktif ialah nyeri kolik, kembung dan obstipasi akut yang disusul dengan mual
dan muntah. Pasase feses dan atau flatus terganggu dalam waktu 6-12 jam setelah muncul gejala merupakan karakteristik obstruktif
parsial. Makin proksimal obstruktif, makin dini dan makin menonjol gejala mual dan muntah, sedangkan distensi tidak terlalu
menonjol. Mual lebih jarang pada obstruktif kolon kecuali pada kondisi lanjut. Nyeri yang konstan dan terlokalisir merupakan tanda
telah terjadi strangulasi. Pada pasien terdapat gejala perut kembung, konstipasi (tidak bisa BAB) dan muntah.

8
Pada pemeriksaan fisik pada ileus obstruktif ialah distensi abdominal bila obstruktifnya pada bagian distal,namun bisa
tidak distensi bila obstruktif pada usus proksimal, ada darm contour dan steifung, bising usus hiperaktif sampai bunyi metalik,
defens muskuler bila terjadai perforasi, terdapat tanda dehidrasi (takikardi,hipotensi dan oligoria) , demam bila terjadi strangulasi.
Pada pasien dari pemeriksaan fisik didapatkan pada pemeriksaan abdomen secara inpeksi perut distensi, pada auskultasi abdomen
didapatkan suara bising usus yang meningkat seperti bunyi metalik. Pada pasien juga terdapat tanda dehidrasi berupa takikardi (nadi
150 kali permenit) dan pasien merasa haus disertai tidak ada keluar air mata.
Pada pemeriksaan radiologi ileus obstruktif pada foto polos abdomen posisi supine, left lateral decubitus dan erect :
gambaran dilatasi usus dengan air fluid level, pelebaran gas usus halus, kolon dan sigmoid masing-masing lebih dari 3,9 dan 5.
Pada pasien didapatkan gambaran dilatasi usus dan air fluid level yang memberi kesan gambaran ileus obstrutif.
Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang dapat disimpulan diagnosa pasien ileus obstruktif dengan
dehidrasi. Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Pipa
lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum
tercapai barulah dilakukan laparatomi.

4. PLAN :
Diagnosis : Ileus Obstruktif
Pengobatan :
Pada ileus obstruktif tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah
perforasi. Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen

9
(dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah
keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.
Tatalaksan pada pasien ialah pemasangan infus dan pemberian cairan ringer laktat 20cc/kgBB yaitu 290 cc, pemasangan
pipa lambung (NGT), pemberian antibiotik Cefotaxim 700 mg, pasien dipuaskan. Serta inform consent keluarga untuk dilakukan
operasi dan resiko operasi.

Pendidikan:
Perlu dilakukan edukasi kepada keluarga pasien mengenai kondisi dan penyakit pasien serta mengenai penatalaksanaan
yang akan diberikan.

Rujukan:
Pasien harus segera dirujuk ke bagian bedah umum untuk operasi laparotomy cito . Dengan tujuan dekompresi bagian
yang mengalami obstrutif.

Saran :
Pada pasien disarankan sebelum merujuk dipasang infus dan selang NGT.

10
Pangkalan Bun, April 2015

Presenter Pendamping

(dr. Noor Aida Ariyani) (dr. Agus Asari)

11

Anda mungkin juga menyukai