Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN POSISI TRIPOD DAN POSISI SEMI FOWLER

TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA


PASIEN ASMA DI RS PARU dr. ARIO WIRAWAN
SALATIGA
Dwi Istiyani*)
Sri Puguh Kristiyawati**), Supriyadi***)

*)Mahasiswa Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**)Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)Dosen Program Studi D3,D4 Ilmu Keperawatan Poltekes Semarang

ABSTRAK

Akhir-akhir ini banyak faktor yang menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat termasuk
masalah kesehatan yang berhubungan dengan paru-paru (respirasi). Salah satu penyakit yang
menyerang sistem respirasi ini adalah asma. Asma merupakan penyakit jalan nafas obstruktif
intermitten, reversible di mana trakhea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea,
batuk, dan mengi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013
menunjukkan, angka prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5%, dengan kejadian tertinggi di
provinsi Jawa Tengah sebanyak 7,8% diikuti Nusa Tenggara Timur 7,3% dan DI Yogyakarta
sebanyak 6,9% . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan posisi tripod dan posisi
semifowler terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien asma di rumah sakit dr. Ario Wirawan
Salatiga. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan eksperimen semu (Quasi
Eksperiment) yaitu dengan menggunakan rancangan separate sampel pretest posttest. Dari hasil uji
normalitas pada kedua perlakuan dinyatakan berdistribusi normal dengan p_value > 0,05. Selanjutnya
dilakukan uji t-test dependent dan didapatkan hasil p-value 0,000 pada kedua kelompok intervensi. Ini
artinya terdapat peningkatan saturasi oksigen pada pasien asma setelah pemberian posisi tripod
maupun semifowler.

Kata kunci : Asma, saturasi oksigen, tripod, semifowler.

ABSTRACT

Recently, there are a number of factors trigger the community health problems including
those which are related to respirations. One of the diseases attacking the respiration system is
asthma. Asthma is an intermitten, reversible obstructive breathing passage disease where the
trachea and bronchi are hyperactively responding to given stimulants. Asthma is manifested
by the breathing passage constriction which causes dyspnea, cough and wheezing. Based on
the research result of Riskesdas (2013), it shows that the prevalence number of asthma in
Indonesia reached 4.5% with the highest cases found in Central Java (7.8%) followed by
NTT (7.3%) and DIY (6.9%). This research is aimed to find out the difference of Tripod and
Semi fowler position to the increase of oxygen saturation to the asthma patients at dr. Ario
Wirawan Lung Hospital – Salatiga. This study was conducted by using the Quasi
Eksperiment with separate sampel pretest posttest design. The normality test result of both
treatments is normally distributed with p-value> 0,05. Then the dependent t-test shows p-
value 0,000 at the intervention group. It means that there is an increase of oxygen saturation
of the asthma patients after the giving of Tripod and Semi Fowler positions
Keywords : Asthma, oxygen saturation, tripod, semifowler.

Perbedaan Posisi Tripod dan Posisi Semi Fowler...(D. Istiyani, 2015) 1


PENDAHULUAN

Paru-paru merupakan salah satu organ Berdasarkan data prevalansi di kota Salatiga
penting dalam tubuh. Paru-paru bertugas angka kejadian asma pada tahun 2012
memenuhi salah satu kebutuhan manusia sebanyak 9,2% (Dkk Salatiga, 2012, ¶2).
yaitu bernafas, menyediakan oksigen yang Adapun data yang diperoleh dari catatan
dibutuhkan dan mengeluarkan rekam medik Rumah Sakit Paru dr. Ario
karbondioksida yang tidak diperlukan. Wirawan Salatiga pada tahun 2013, jumlah
Akhir-akhir ini banyak faktor yang penderita asma tercatat sebanyak 254 orang,
menyebabkan masalah kesehatan di dan pada Tahun 2014 penderita asma
masyarakat termasuk masalah kesehatan mencapai 264 orang. Tingginya angka
yang berhubungan dengan paru-paru prevalensi asma di Jawa Tengah
(respirasi). Salah satu penyakit yang menandakan perlunya penanganan yang
menyerang sistem respirasi ini adalah asma. lebih serius terhadap penderita asma guna
Asma merupakan penyakit jalan nafas menekan angka kejadian asma, sehingga di
obstruktif intermitten, reversible di mana tahun berikutnya jumlah penderita asma
trakhea dan bronkhi berespon secara semakin berkurang (RSP Salatiga, 2014).
hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan Tanda dan gejala yang biasanya muncul pada
nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, penderita asma dapat berupa batuk, mengi,
dan mengi (Somantri, 2009, hlm.52). hipoksia, takikardi, berkeringat, pelebaran
tekanan nadi dan sesak napas serta sesak
Penyakit pada sistem respirasi ini menjadi dada yang ditimbulkan oleh alergen, infeksi
salah satu penyakit yang memiliki angka atau stimulus lain. Namun, keluhan yang
kejadian yang tinggi. Berdasarkan data dari sering diutarakan oleh pasien asma yaitu
World Health Organisation (WHO) sesak napas. Hal ini menjadi salah satu
memperkirakan jumlah pasien asma pada alasan mengapa pasien asma memerlukan
tahun 2014 mencapai angka 235 juta jiwa. penanganan keperawatan di rumah sakit
Penyakit ini lebih sering ditemukan di negara (Padila, 2012, hlm. 106).
maju dibandingkan negara berkembang. Di
Amerika dan Australia angka prevalensi Apabila penanganan Asma tidak dilakukan
asma lebih tinggi dibandingkan dengan dengan baik maka akan berdampak pada
Asia, Eropa Timur dan Afrika (Depkes RI, status kardiovaskuler yang meliputi keadaan
2014, ¶1). hemodinamik seperti nadi, tekanan darah,
dan Capilarry Refill Time (CRT). Oksigen
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam darah diikat oleh hemoglobin. Saat
pada tahun 2013 menunjukkan, angka inspirasi oksigen masuk ke paru-paru dan
prevalensi asma di Indonesia mencapai terjadi pertukaran antara CO2 dan O2 di
4,5%, dengan kejadian tertinggi di provinsi alveoli dan O2 yang berdifusi diikat oleh
Jawa Tengah sebanyak 7,8% diikuti Nusa hemoglobin darah untuk di edarkan
Tenggara Timur 7,3% dan DI Yogyakarta keseluruh tubuh. Jika terjadi hipoksemia atau
sebanyak 6,9% . Angka prevalensi asma di kekurangan oksigen di dalam darah, hal ini
Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dalam dua dapat terlihat pada saturasi oksigen. Karena
tahun terakhir mengalami penurunan, Di pemeriksaan ini untuk memantau pasien
mana pada tahun 2012 jumlah kasus asma terhadap perubahan mendadak atau
sebanyak 140.026 kasus dan pada tahun perubahan saturasi oksigen. Saturasi oksigen
2013 sebanyak 113.028 kasus (Dinkesprov, adalah ukuran seberapa banyak prosentase
2013). oksigen yang mampu di bawa oleh
hemoglobin. Pemeriksaan tersebut dapat

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol...No...


dilakukan dengan menggunakan alat berupa perbedaan sesak nafas antara sebelum dan
oksimetri nadi (Saryono, 2009, hlm. 7-11). sesudah pemberian posisi semi fowler,
Oksimetri merupakan alat non-invasif yang dengan data penelitian diperoleh hasil T-test
mengukur saturasi oksigen (SaO2) darah sebesar -15,327 dengan p = 0,006, yang
arteri pasien dengan alat sensor yang artinya pemberian posisi semi fowler efektif
dipasang pada ujung ibu jari, hidung, daun mengurangi sesak nafas pada pasien asma.
telinga, atau dahi (sekitar tangan atau kaki
neonatus). Oksimetri nadi dapat mendeteksi Fenomena penanganan asma yang terjadi di
hipoksemia sebelum tanda dan gejala klinis Rumah Sakit, pasien selalu diberikan obat-
muncul, seperti warna kehitaman pada kulit obatan bronkodilator, kortikosteroid, terapi
atau kuku. Adapun kisaran SaO2 normalnya aerosol. Di samping terapi oksigen, obat-
adalah 95-100 %, dan SaO2 di bawah 70% obatan memiliki efek samping berupa
dapat mengancam kehidupan dikarenakan takikardi, gangguan gastrointestinal dan
kadar oksigen yang rendah di dalam darah, disritmia jantung (Jauhar dan Bararah, 2012,
oksigen tersebut tidak mampu menembus di hlm.206). Tindakan non Farmakologi yang
dinding sel darah merah (Kozier & Erb, diberikan berupa latihan pernafasan, dapat di
2009, hlm. 49). lakukan oleh seorang perawat untuk
membantu mengurangi sesak napas pada
Tujuan pengukuran SaO2 yang dilakukan pasien asma. Latihan tersebut diberikan
oleh perawat adalah untuk memonitor dengan cara mengatur posisi istirahat yang
keadaan saturasi oksigen dalam darah enak dan nyaman, sehingga otot napas
(arteri). pasien yang mengalami sesak napas tambahan dapat bekerja dengan baik
dapat dilakukan tindakan dengan cara (Djodjodibroto, 2013, hlm. 107).
mengetahui kadar saturasi oksigen yang
dapat digunakan sebagai parameter vital Pemberian posisi yang bisa dilakukan yaitu
untuk mengetahui adanya disfungsi dengan posisi tripod dan posisi semifowler.
pernafasan dan mencegah lebih dini adanya Posisi ini membantu untuk mengatasi sesak
kekurangan oksigen (Hariyanto, Ratnayanti napas pada pasien asma. Posisi tripod adalah
& Chandra., 2012, ¶1 ). posisi klien diatas tempat tidur yang
bertompang di atas overbed table (yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dinaikkan dengan ketinggian yang sesuai)
Khasanah (2012, ¶1) dengan judul efektifitas dan bertumpu pada kedua tangan dengan
posisi condong ke depan (CKD) dan pursed posisi kaki ditekuk kearah dalam. Pasien
lips breathing (PLB) terhadap peningkatan yang diberikan posisi tripod dapat dibantu
saturasi oksigen pasien penyakit paru agar ekspansi dada membaik. Caranya
obstruktif kronik (PPOK) menyatakan bahwa dengan mengatur posisi duduk pasien agak
posisi CKD dan PLB yang dilakukan condong ke depan dengan bertumpu pada
bersama-sama dengan lama waktu setiap kedua tangan di tempat tidur dengan posisi
latihan 5 menit sebanyak 3 kali dengan kedua kaki kedalam (Kozeir, et al., 2009,
durasi istirahat 5 menit yang dilakukan hlm 544).
selama tiga hari bermanfaat untuk
meningkatkan SaO2 pada pasien PPOK jika Posisi semi fowler atau posisi setengah
dibandingkan dengan pemberian posisi CKD duduk adalah posisi di tempat tidur dengan
yang dilakukan bersama-sama dengan kepala dan tubuh ditinggikan dan lutut dapat
natural breathing. fleksi atau tidak fleksi. Posisi semi fowler
dapat bermanfaat membantu memusatkan
Selain itu, menurut peneliti Andriyani (2011, diafragma dan ekspansi paru. Caranya
¶1) dengan judul keefektifan pemberian dengan mengatur posisi setengah duduk
posisi semi fowler terhadap penurunan sesak kepala diberi bantal atau mengatur tempat
napas pada pasien asma. Terbukti ada hasil tidur pasien dengan meninggikan bagian atas

Perbedaan Posisi Tripod dan Posisi Semi Fowler...(D. Istiyani, 2015) 3


kepala. . Dengan dilakukan tindakan Dalam penelitian ini peneliti memakai
pengaturan posisi semi fowler pada pasien populasi terjangkau yang artinya memenuhi
dengan penyakit kardiopulmonari kriteria penelitian dan biasanya dapat
menggunakan gaya gravitasi bisa membantu dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya
pengembangan paru dan mengurangi tekanan (Nursalam, 2008, hlm.89). Populasi
dari abdomen pada diafragma (Potter dan terjangkau dalam penelitian ini yaitu semua
Perry, 2005, hlm. 1594). pasien asma di RS Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga.
Berdasarkan survey pendahuluan, pasien
asma sering mengalami keluhan yang sering Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
muncul adalah sesak napas. Salah satu ini menggunakan teknik total sampling atau
indikator penatalaksanaan asma adalah sampling jenuh. Sampling jenuh yaitu teknik
dengan cara pengaturan posisi istirahat. Akan penentuan sampel bila semua anggota
tetapi penelitian mengenai cara populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
penatalaksanaan keperawatan pada pasien dilakukan jika jumlah sampel relatif kecil
asma terutama pada pengaturan posisi masih (Setiadi 2007, hlm. 184). Penelitian ini
sedikit, penelitian ini meneliti posisi tripod dilakukan di Rumah Sakit Paru dr. Ario
dan posisi semi fowler yang dapat diterapkan Wirawan Salatiga yang dimulai dari 28
sebagai salah satu penatalaksanaan pada November – 25 Mei 2015.
pasien dengan asma di rumah sakit. Perawat
juga dapat meningkatkan fungsinya sebagai Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu
edukator dengan berkontribusi secara lembar observasi, oksimetri nadi, lembar
langsung untuk memberikan teknik prosedur prosedur posisi tripod dan lembar
pemberian tindakan keperawatan yang tepat prosedur posisi semi fowler.
dan tidak menimbulkan resiko dengan
memilih posisi tripod dan posisi semi fowler Analisis univariat dalam penelitian ini
sebagai terapi untuk memperbaiki dilakukan untuk menggambarkan tiap-tiap
pernapasan pasien dan peningkatan nilai variabel penelitian, yaitu variabel saturasi
saturasi oksigen. oksigen untuk responden sebelum dan
sesudah diberikan intervensi posisi tripod
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dan variabel saturasi oksigen untuk
mengetahui perbedaan posisi tripod dan responden sebelum dan sesudah diberikan
posisi semifowler terhadap peningkatan intervensi posisi semi fowler. Analisis
saturasi oksigen pada pasien asma di Rumah univariat ini dalam penelitian ini adalah
Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. karakteristik responden dan nilai saturasi
oksigen.
METODE PENELITIAN
Analisis bivariat ini digunakan untuk
Desain penelitian yang digunakan peneliti menguji hipotesis baik itu uji hipotesis
adalah rancangan eksperimen semu (Quasi hubungan dua variabel atau uji hipotesis
Eksperiment) (Hidayat, 2009, hlm.58) yaitu perbedaan di antara dua variabel. Pada
dengan menggunakan rancangan separate penelitian ini analisis bivariat digunakan
sampel pretest posttest (Notoatmodjo, 2010, untuk menguji perbedaan antara posisi tripod
hlm. 62). dan posisi semi fowler terhadap peningkatan
saturasi oksigen pada pasien asma di RS
Kedua kelompok dilakukan dua kali Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
pengukuran, yaitu sebelum dan sesudah
intervensi pada waktu penelitian. Setelah
dilakukan intervensi diharapkan terdapat
pengaruh pada kedua kelompok.

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol...No...


HASIL DAN PEMBAHASAN Kategori Kelompok Semifowler
Hipoksemia Tripod
A. Analisis Univariat F % F %
Normal 10 90,9 - -
1. Nilai Saturasi Oksigen Pasien Asma Ringan 1 9,1 11 100
Sebelum Diberikan Posisi Tripod
dan Semifowler 11 100.0 11 100.0

Tabel 1
Deskripsi Berdasarkan Nilai Saturasi Berdasarkan tabel 2 sesudah diberikan
Oksigen Pasien Asma Berdasarkan intervensi pada masing-masing kelompok
Kategorik hipoksemia berat, sedang, diketahui bahwa pada kelompok posisi
ringan di Rumah Sakit Paru dr. Ario tripod sebanyak 10 (90,9%) responden nilai
Wirawan Salatiga.l Tahun 2015 saturasi oksigen mencapai normal (95-100%)
(n=22) dan 1 (9,1%) responden mengalami
hipoksemia ringan. Sedangkan pada
Kategori Kelompok Semifowler kelompok semifowler 11 (100%) responden
Hipoksemia Tripod mengalami hipoksemia ringan.
F % F %
Sedang 9 81,8 9 81,8 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Ringan 2 18,2 2 18,2 Bhatt (2009), yang menyatakan bahwa pada
pasien PPOK yang diposisikan tripod selama
11 100.0 11 100.0 3 hari berturut-turut, dimana setiap kali
kelompok kontrol dilakukan tindakan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa tersebut pasien diberi kesempatam untuk
pada kelompok tripod maupun semifowler istirahat setiap 5 menit sebanyak 3 kali dan
sebelum diberikan perlakuan sebagian besar kelomok 2 diberikan natural breathing.
responden mengalami hipoksemia sedang. Menunjukan bahwa tindakan tersebut efektif
Pada kelompok tripod sebanyak 9 (81,8%) meningkatkan saturasi oksigen pada pasien
responden mengalami hipoksemia sedang PPOK.
(SaO2 75-89%) dan 2 (18,2%) responden
mengalami hipoksemia ringan (SaO2 90- Posisi semifowler yang diberikan dengan
95%). Begitu juga pada kelompok perlakuan cara pengaturan elevasi kepala dan leher
semifowler, sebelum diberikan posisi meningkatkan ekspansi paru dan efisiensi
semifowler diketahui 9 (81,8%) responden otot pernapasan. Dengan pemberian posisi
mengalami hipoksemia sedang (SaO2 75- ini, pasien asma dalam bernapas dapat
89%) dan 2 (18,2%) responden mengalami dibantu dengan memanfaatkan gaya gravitasi
hipoksemia ringan (SaO2 90-94%). bumi dimana adanya gaya tarikan dari
punggung atau pelebaran pada jalan napas.
2. Nilai Saturasi Oksigen Pasien Asma Pelebaran pada jalan napas dapat
Sesudah Diberikan Posisi Tripod dan meningkatkan inspirasi oksigen, dengan
Semifowler demikian asupan oksigen yang dibutuhkan
tubuh dapat terpenuhi sehingga pada
Tabel 2 pengukuran saturasi oksigen juga ikut
Deskripsi Berdasarkan Nilai Saturasi meningkat (Synder & Berman, 2011, hlm.
Oksigen Pasien Asma Sesudah 914).
Diberikan Posisi Tripod dan
Semifowler di Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga. Tahun 2015
(n=22)

Perbedaan Posisi Tripod dan Posisi Semi Fowler...(D. Istiyani, 2015) 5


B. ANALISIS BIVARIAT Penelitian ini diperkuat oleh teori Booth
1. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen (2006) yang menyatakan bahwa kondisi
Sebelum dan Sesudah Diberikan pernapasan pasien sesak napas dapat dilihat
Posisi Tripod dari berat ringannya derajat. Posisi tripod
akan meningkatkan otot diafragma dan otot
Tabel 3 interkosta eksternal pada posisi kurang lebih
Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen 45 derajat yang menyebabkan gaya gravitasi
Sebelum dan Sesudah Diberikan bumi bekerja cukup adekuat. Gaya gravitasi
Posisi Tripod pada Pasien Asma di ini memudahkan otot berkontraksi kebawah
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan memperbesar volume rongga sehingga
Salatiga. Tahun 2015 rongga toraks akan mengembang dan
(n=22) memaksa paru untuk mengembang. Proses
tersebut menunjukkan bahwa posisi tripod
Simpangan p- atau posisi condong kedepan mempermudah
Variabel Intervensi N Rerata
Baku value pasien sesak napas tanpa banyak
Saturasi Sebelum 11 88,27 1,35 0,000 mengeluarkan energi. Proses inspirasi
Oksigen Sesudah 11 97,18 1,08 dengan menggunakan energi yang sedikit
dapat mengurangi kelelahan pasien saat
bernapas dan meminimalkan penggunaan
oksigen.
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa
rata-rata nilai saturasi oksigen pasien asma 2. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen
sebelum diberikan posisi tripod yaitu 88,27 Sebelum dan Sesudah Diberikan
kemudian meningkat menjadi 97,18 sesudah Posisi Semifowler.
diberikan posisi tripod.
Tabel 4
Berdasarkan uji dependen, didapatkan p- Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen
value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value Sebelum dan Sesudah Diberikan
Posisi Semifowler pada Pasien Asma
0,000 <  (0,05), ini menunjukkan bahwa
di Rumah Sakit Paru dr. Ario
ada perbedaan secara bermakna nilai saturasi
Wirawan Salatiga. Tahun 2015
oksigen sebelum dan sesudah diberikan
(n=22)
posisi tripod pada pasien asma di Rumah
Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Ini
Simpangan p-
menunjukkan bahwa pemberian posisi tripod Variabel Intervensi N Rerata
Baku value
memiliki pengaruh terhadap peningkatan Saturasi Sebelum 11 87,91 1,58 0,000
saturasi oksigen pada pasien asma di Rumah Oksigen Sesudah 11 92,64 1,21
Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.

Peningkatan nilai rata-rata saturasi oksigen Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa
setelah di berikan posisi tripod sejalan rata-rata nilai saturasi oksigen pasien asma
dengan penelitian yang dilakukan oleh sebelum diberikan posisi semifowler sebesar
Willeput dan Segrsels (2006) yang 87,91 kemudian meningkat menjadi 92,64
menyatakan bahwa pemberian posisi sesudah diberikan posisi semifowler.
condong ke depan pada pasien PPOK efektif
menurunkan sesak nafas dan meningkatkan Berdasarkan uji t dependen, didapatkan p-
fungsi paru serta meningkatkan saturasi value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value
oksigen secara signifikan. 0,000 <  (0,05), ini menunjukkan bahwa
ada perbedaan secara bermakna nilai saturasi
oksigen sebelum dan sesudah diberikan
posisi semifowler pada pasien asma di

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol...No...


Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan 3. Perbedaan Pengaruh Posisi Tripod
Salatiga. dan Semifowler terhadap
Peningkatan Saturasi Oksigen
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh supadi (2008) yang Tabel 5
menyatakan bahwa terbukti ada perbedaan Perbedaan Pengaruh Posisi Tripod
sesak nafas antara sebelum dan sesudah dan Semifowler terhadap Peningkatan
diberikan posisi semifowler pada pasien Saturasi Oksigen pada Pasien Asma
asma di mana diperoleh dengan p-value di Rumah Sakit Paru dr. Ario
sebesar 0,006 yang artinya pemberian posisi Wirawan Salatiga. Tahun 2015
semifowler efektif mengurangi sesak nafas (n=22)
pada pasien asma.
Kelompok Simpangan p-
Variabel N Rerata
Hal ini senada dengan penelitian Majampoh, Perlakuan Baku value
Rondonuwu, & Onibala, (2013) juga
Saturasi Tripod 11 97,18 1,08 0,000
menyatakan hal yang sama. Terdapat Oksigen
pengaruh pemberian posisi semifowler SemiFowler 11 92,63 1,21
terhadap kestabilan pola napas pada pasien
TB paru dengan nilai p-value 0,000.

Pada pasien hipoksemia jumlah oksigen yang


Berdasarkan tabel 5 menujukkan rata-rata
berikatan dengan darah akan berkurang
pemberian posisi tripod 97,18 dan pemberian
sehingga jika nilai saturasi oksigennya
posisi posisi semifowler dengan rata-rata
diukur juga ikut berkurang. Menurut
92,63. Berdasarkan uji independen t-test
Muttaqin (2010) Pemberian posisi
menunjukan hasil p-value sebesar 0,000.
semifowler di indikasikan dapat
Hasil p-value <0,05 menunjukan bahwa ada
meningkatkan nilai saturasi oksigen pasien.
perbedaan secara bermakna nilai saturasi
Dengan memanfaatkan gaya gravitasi akan
oksigen pemberian posisi tripod dan posisi
meningkatkan tekanan intrapleural dan juga
semifowler di Rumah Sakit Paru dr. Ario
tekanan intra alveolar pada dasar paru.
Wirawan Salatiga. Ini menujukan bahwa
Akibatnya, semakin banyak pertukaran udara
pemberian posisi tripod dan posisi
yang terjadi pada bagian atas paru daripada
semifowler memiliki pengaruh terhadap
di dasar paru. Kekuatan gravitasi
peningkatan saturasi oksigen pada pasien
meningkatkan jumlah upaya yang
asma di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
dibutuhkan untuk ventilasi bagian paru yang
Salatiga.
menggantung. Ini menyebabkan pertukaran
udara dalam ventilasi di mana ventilasi
Begitu juga pada hasil akhir perlakuan,
bagian ini menurun dan ventilasi bagian lain
sebagian besar pasien pada kelompok tripod
dari area yang menggantung meningkat.
nilai rata-rata saturasi oksigen mencapai
97,18 yang artinya nilai saturasi oksigen
sudah mencapai nilai normal. Sedangkan
pada pemberian posisi semifowler
keseluruhan responden masih mengalami
hipoksemia ringan.

Hal ini disebabkan karena pada pemberian


posisi tripod melibatkan otot diafragma dan
otot interkosta eksternal. Pemberian posisi
tripod menyebabkan kedua otot ini akan
meningkat. Otot diafragma yang berada pada

Perbedaan Posisi Tripod dan Posisi Semi Fowler...(D. Istiyani, 2015) 7


posisi 450 menyebabkan gaya gravitasi bumi 3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
bekerja cukup adekuat. Gaya gravitasi bumi Dapat memberikan masukan alternatif
yang bekerja pada otot diafragma dalam upaya meningkatkan dan
memudahkan otot tersebut berkontraksi perkembangan ilmu keperawatan.
bergerak ke bawah memperbesar volume Sehingga dalam pemberian posisi tripod
rongga toraks dengan menambah panjang dan semifowler dapat menjadi alternatif
vertikalnya. Begitu juga dengan otot dalam upaya menurunkan sesak nafas.
interkosta eksternal, gaya gravitasi bumi
yang bekerja pada otot tersebut
mempermudah iga terangkat keluar sehingga 4. Bagi peneliti selanjutnya
semakin memperbesar rongga toraks dalam Diharapkan agar peneliti yang akan
dimensi anteroposterior (Saryono, 2009, hlm. datang dapat mengembangkan lebih luas
11). lagi tentang penggunaan posisi tripod dan
posisi semifowler dalam penanganan
pasien asma
Di jelaskan oleh Kim (2004) bahwa pada
pemberian posisi semi fowler pada pasien DAFTAR PUSTAKA
asma dengan derajat kemiringan 45 derajat
dengan menggunakan gaya gravitasi Andriyani, A., Safitri, R., 2011, Keefektifan
bermanfaat untuk membantu pengembangan Pemberian Posisi Semifowler
paru dan mengurangi tekanan dari abdomen Terhadap Penurunan Sesak Nafas
pada diafragma. Pada Pasien Asma Di Ruang Rawat
Inap Kelas III RSUD Dr. Moewardi
KESIMPULAN Surakarta,
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat http://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan index.php/view/29/26, di peroleh
peningkatan nilai saturasi oksigen setelah tanggal 22 November 2014
pemberian posisi tripod dan posisi
semifowler. Bararah, T., Jauhar, M., 2013, Asuhan
Keperawatan Panduan Lengkap
SARAN Menjadi Perawat Professional,
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Prestasi Pustakarya, Jakarta
di atas, maka peneliti menyarankan :
1. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat Booth, S., Dudgeon, D. 2006. Dyspnoea in
Peneliti beranggapan bahwa pemberian Advanced Disease: A Guide to
posisi tripod dan semifowler dapat Clinical
membantu pasien asma dalam Management. USA: Oxford
meningkatkan saturasi oksigen, sehingga University Press
sangat disarankan dalam penanganan
pasien asma dapat diberikan posisi tripod
ataupun posisi semifowler. Departemen Kesehatan 2013, Profil
Kesehatan Rinkesdas 2013,
2. Bagi pendidikan keperawatan www.depkes.go.id/resources/downlo
Dalam menjalankan profesi ilmu ad/.../Hasil%20Riskesdas%202013.p
keperawatan pemberian posisi tripod dan df, di peroleh tanggal 21 november
posisi semifowler dapat dijadikan 2014
alternatif khususnya pada penanganan
pasien asma.

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol...No...


Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Nursalam, (2013). Konsep dan penerapan
2013, Profil Kesehatan Kota metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Semarang 2010 Jakarta: Salemba Medika
www.dinkesjatengprov.go.id di
peroleh tanggal 29 November 2014 Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta: Nur
Djojodibroto, Darmanto. 2013, Respirologi, Medika
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. Potter, P ., et Al. (2011). Basic Nursing
Seventh Edition. Canada: Mosby
Hariyanto, G., Ratnayanti, W., Chandra, F., Elsevier
(2012),
journal.unair.ac.id/filerPDF/Guruh% Rekam Medis, (2014). Rumah Sakit Paru dr.
20 Ario Wirawan Salatiga
Hariyanto.pdf, diperoleh tanggal 25
November 2014 Santoso, Singgih. (2008). Statistik mutivariat
konsep dan aplikasi dengan SPSS.
Khasanah, S., Maryoto, M., 2013, Efektifitas Jakarta: PT Gramedia
Posisi Condong Ke Depan (CKD) Dan
Pursed Lips Breathing (PLB) Saryono, (2009), Biokimia Respirasi.
Terhadap Peningkatan Saturasi Cetakan pertama. Yogjakarta: NUHA
Oksigen Pasien Penyakit Paru MEDIKA
Obstruktif Kronik (PPOK),
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/ps Setiadi, (2013). Konsep & penulisan riset
n12012010/article/ /1200/1253 di keperawatan. Jogjakarta: Graha Ilmu
peroleh tanggal 22 November 2014
Setiawan, Ari., Saryono, 2010. Metodologi
Kozier & Erb., 2009, Buku Ajar Praktik penelitian kebidanan DII, DIV, S1,
Keperawatan Klinis, Edisi lima, dan S2. Jakarta: Nuha Medika.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC Soemantri, Irman., 2009, Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan
Majampoh, A.C., Rondonuwu, R., & Gangguan Sistem Pernafasan,
Onibala, F., (2013), Salemba Medika, Jakarta.
https://books.google.co.id/books?id=G
3KXne15oqQC&printsec=frontcover Supadi, E. Nurachmah, dan Mamnuah. 2008.
&dq=gangguan+sistem+respirasi&hl= Hubungan Analisa Posisi Tidur Semi
en&sa=X&ei=Vf1WVaH8Gcz58QW7 Fowler Dengan Kualitas Tidur Pada
v4HQAg&ved=0CBsQ6AEwAA#v=o Klien Gagal Jantung Di RSU
nepage&q=gangguan%20sistem%20re Banyumas Jawa Tengah. Jurnal
spirasi&f=false . diperoleh tanggal 16 Kebidanan dan Keperawatan Volume
Mei 2015 IV No 2 Hal 97-108

Muttaqin, Arif., 2008, Asuhan Keperawatan Williput and Segresels, (2006). Asma and
Klien Dengan Gangguan Sistem COPD: Basic Mechanisms and
Pernafasan, Jakarta: EGC Clinical Management, 2nd Ed. USA:
Elsevier
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Perbedaan Posisi Tripod dan Posisi Semi Fowler...(D. Istiyani, 2015) 9


World Health Organization, 2013, Profil http://www.who.int/research/en/ di
Kesehatan Dunia 2013, peroleh tanggal 16 November 2014

10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol...No...

Anda mungkin juga menyukai