Anda di halaman 1dari 36

CASE PRESENTATION

KEJADIAN INFEKSI PNEUMONIA DI PUSKESMAS PANDANARAN


SEMARANG

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi
Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:
Syafira Rizqi Amalia
30101307086

Pembimbing:
dr. H. Tjatur Sembodo, MS (PH)
dr. Retno

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul


KEJADIAN INFEKSI PNEUMONIA DI PUSKESMAS PANDANARAN
SEMARANG
Disusun oleh:
Syafira Rizqi Amalia
30101307086

Laporan kasus yang telah diseminarkan, diterima, dan disetujui


di depan tim penilai Puskesmas Pandanaran Semarang.

Telah Disahkan
Semarang, Mei 2018

Pembimbing Pembimbing Bagian

dr. Azmi Syahril F. dr. H. Tjatur Sembodo, MS (PH)

Kepala Puskesmas Pandanaran Kepala Bagian IKM


Semarang FK Unissula Semarang

dr. Indah Widiastuti DR. Siti Thomas Z., S.KM,M.Kes.

2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 2

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 5

BAB I ...................................................................................................................... 6

PENDAHULUAN .................................................................................................. 6

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 6

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 7

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 7

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 7

1.3.2. Tujuan Khusus................................................................................... 7

1.4. Manfaat ..................................................................................................... 7

1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa ................................................................... 8

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat .................................................................. 8

1.4.3. Manfaat bagi pasien .......................................................................... 8

BAB II ..................................................................................................................... 8

ANALISA SITUASI ............................................................................................... 9

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan ................................................................... 9

2.2 Laporan Hasil Pengamatan ....................................................................... 9

2.2.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 9

2.2.2 Anamnesis Holistik ............................................................................... 10

2.2.3 Data Penghuni Rumah .......................................................................... 12

2.2.4 Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 14

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 16

2.3 Diagnosis Holistik .................................................................................. 16

2.4 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif ................................................. 17

3
2.5 Bagan Trias Epidemiologi ...................................................................... 25

BAB III ................................................................................................................. 27

PEMBAHASAN ................................................................................................... 27

3.1. Analisa Penyebab Masalah ..................................................................... 27

BAB IV ................................................................................................................. 30

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 30

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus di Puskesmas Ngaliyan Periode Maret 2018 - Mei 2018.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Indah Widiastuti selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan Semarang yang
telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngaliyan
Semarang.
2. dr. Azmi Syahril F., selaku Pembimbing Koass IKM Puskesmas Ngaliyan
Semarang.
3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu penulis
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan Kejadian Tuberkulosis pada Ny.
S di Puskesmas Ngaliyan Semarang dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Mei 2018

Penyusun

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi
serius yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak di
bawah usia 5 tahun (Kemenkes RI, 2012).
Setiap tahun lebih dari dua juta anak di dunia meninggal karena
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), khususnya pneumonia. Menurut
laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun
2006, hampir satu dari lima balita di negara berkembang meninggal, tetapi
hanya sedikit sekali perhatian yang diberikan terhadap penyakit ini
(Kartasasmita, 2010). Insidens pneumonia anak balita di negara
berkembang adalah 151,8 juta kasus per tahun dan 8,7% (13, 1 juta) di
antaranya merupakan pneumonia berat. Di negara maju terdapat 4 juta kasus
setiap tahun. Total kasus di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia
anak balita setiap tahun. Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru dan
insidens pneumonia anak balita paling tinggi, mencakup 74% (115,3 juta)
dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya terkonsentrasi
di enam negara antara lain: India, China, Pakistan, Bangladesh, Indonesia
dan Nigeri (Rudan et al ., 2008) . Pada wilayah Jawa Tengah kasus
pneumonia pada tahun 2016 sebesar 399 per 10.000 balita (Dinkes Jateng,
2016). Berdasarkan rekapitulasi kasus pneumonia di Puskesmas Pandanaran
tahun 2016 didapatkan jumlah total penderita peumonia 31 kasus. Pada
tahun 2017 didapatkan jumlah total penderita pneumonia 33 kasus.
Sedangkan pada bulan Januari-Mei 2018 sudah didapatkan penderita
pneumonia 76 orang.
Penyakit pneumonia menjadi masalah sosial, karena sebagaian besar
penderitanya adalah kelompok status gizi buruk, kelompok ekonomi lemah
dan kelompok yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi , seperti halnya

6
kharakteristik demografi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Pandanaran Semarang, dimana masyarakatnya sebagian tergolong dalam
kelompok ekonomi lemah, dan berada dalam wilayah pemukiman padat
penduduk. Berbagai faktor yang terkait dengan penyakit pneumonia yaitu
faktor agen (agent), yaitu bakteri atau virus yang berperan sebagai penyebab
timbulnya penyakit pneumonia, faktor lingkungan (environment), yaitu
kondisi lingkungan yang memudahkan terjadinya kontak penularan antara
penderita (Manalu, 2010) Menurut WHO (2008)
Dari uraian di atas, penulis bermaksud memperoleh informasi
kejadian infeksi Tuberkulosis pada An. S di Puskesmas Pandanaran
Semarang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana gambaran
kejadian infeksi Pneumonia pada An. S di Puskesmas Pandanaran
Semarang?”.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi kejadian infeksi Pneumonia
pada Ny. S berdasarkan pendekatan Trias Epidemiologi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor host yang
mempengaruhi terjadinya Pneumonia pada Ny. S.
1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor agent yang
mempengaruhi terjadinya Pneumonia pada Ny. S.
1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan
yang mempengaruhi terjadinya Pneumonia pada Ny. S.

1.4. Manfaat

7
1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa
1.4.1.1. Mahasiswa mengetahui secara langsung masalah yang ada di
lapangan.
1.4.1.2. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai dari
penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.
1.4.1.3. Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk memperkaya
keilmuan.
1.4.1.4. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut.
1.4.2. Manfaat bagi masyarakat
1.4.2.1. Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk
memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.
1.4.2.2. Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih
memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan
promotif dan preventif
1.4.3. Manfaat bagi pasien
1.4.3.1. Memberi rekomendasi langsung kepada keluarga pasien
untuk memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat
tinggalnya.
1.4.3.2. Memberi informasi kepada keluarga pasien mengenai
perilaku yang sesuai dalam pengelolaan penyakit
pneumonia yang diderita pasien.

BAB II

8
ANALISA SITUASI
2.1 Cara dan Waktu Pengamatan
Data pasien diambil dari anamnesis serta pemeriksaan fisik yang dilakukan
secara langsung pada kunjungan rumah responden pada tanggal 19 April 2018.
Analisis Trias Epidemiologi terhadap kejadian TB paru TCM (+) diperoleh
dengan melakukan pengamatan kesehatan lingkungan di sekitar rumah pasien
dan mencari informasi tentang perilaku dan gaya hidup pasien. Intervensi
dilakukan pada tanggal 21 April 2018.
2.2 Laporan Hasil Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara langsung, di tempat tinggal pasien di Jl. Tlogo
Bayem No. 698 RT 02/ RW 02 pada tanggal 23 Mei 2018.
2.2.1 Identitas Pasien
Nama : An. S
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 31 Mei 2017
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
Pendidikan terakhir : Belum sekolah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Tlogo Bayem No. 698 RT 02/ RW 02
Semarang
Kewarganegaraan : WNI
Cara pembayaran : BPJS

9
2.2.2 Anamnesis Holistik
A. Aspek 1 Personal
 Keluhan Utama : Pasien menderita batuk serta dahak
yang tidak bisa dikeluarkan sehingga berbunyi “grok-grok”
± 4 bulan disertai sesak nafas.
 Harapan : Ingin sembuh serta dan sehat seperti
sedia kala
 Kekhawatiran : Terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan pada pasien seperti sakit bertambah parah
B. Aspek 2 Anamnesis Medis Umum
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang bersama orangtuanya dengan keluhan batuk
sejak 4 bulan yang lalu. Batuk disertai dahak yang tidak dapat
keluar dan berbunyi “grok-grok” serta diikuti dengan sesak
nafas. Ibu pasien juga mengeluhkan anaknya tidak bisa tidur dan
nafsu makan menurun.

 Riwayat Penyakit Dahulu


o Riwayat penyakit serupa : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat batuk lama : disangkal
o Riwayat demam tinggi : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat penyakit serupa (-)
o Riwayat penyakit Tuberculosis (-)
 Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai tukang parkir dan ibu sebagai
ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
PBI. Tempat tinggal pasien terdiri dari ruang tamu, 2 kamar

10
tidur, 2 kamar mandi dan 1 dapur. Pembiayaan kehidupan
sehari-hari ditanggung oleh ayah pasien.
C. Aspek 3 Faktor Resiko Internal
1. Data Individu :
Pasien berusia 1 tahun. Berat badan pasien 9 kg dan panjang
badan 63 cm, dimana menurut Z score :
- Berat badan menurut umur = normoweight
- Panjang badan menurut umur = sangat pendek
- BMI = 22.7 normal
2. Data Perilaku
 Perilaku Makan
Pasien makan 3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari.
Mendapat selingan biskuit, pasien minum susu formula kurang
lebih 8 kali per hari. Pasien makan lebih sering dengan
mengunakan bubur bayi instan dan jarang memakan buah-
buahan.
 Perilaku Hygenitas Personal
Ibu pasien memandikan pasien 2 kali sehari, selama ibu pasien
memasak atau membuatkan susu untuk pasien, ibu pasien tidak
mencuci tangan terlebih dahulu. Keluarga pasien yang lainnya
juga tidak menerapkan perilaku cuci tangan untuk menjaga
kebersihan. Kurangnya pengetahuan hygienitas personal dan
pengetahuan tentang PHBS dalam tatanan rumah tangga.
D. ASPEK 4 Faktor Resiko Eksternal
1. Data Lingkungan
 Lingkungan dan bangunan rumah.
 Rumah terletak di lingkungan yang padat dan jarak antar rumah
berdekatan.
 Ventilasi rumah pasien berada di pintu ruang tamu, bagian
depan rumah, dan bagian belakang rumah.

11
 Rumah berlantai keramik pada kamar tidur, sedangkan di dapur
, kamar mandi, ruang tamu, berlantai tegel, beratap tinggi yang
ditutupi dengan seng.
 Terdapat 2 kamar mandi di belakang rumah yang digunakan
untuk kegiatan mandi cuci kakus.
 Dapur dan lingkungan di dalam rumah terlihat kotor.
 Di sekitar rumah tidak terdapat tempat sampah tertutup.
2. Ekonomi
Pasien tinggal di rumah sederhana di daerah Tlogo Bayem
bersama Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Paman dan Bibi. Rumah
tersebut terdiri atas ruang tamu, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi
dan dapur. Pembiayaan kesehatan melalui BPJS PBI.

3. Sosial Masyarakat
Keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangganya.
Tetangga sekitar rumah pasien ada yang menderita penyakit
serupa dengan pasien. Rata-rata lingkungan masyarakat pasien
adalah golongan menengah ke bawah.

E. ASPEK 5 Derajat Fungsional


Derajat Fungsional Skala 1 : pasien masih cukup aktif.

2.2.3 Data Penghuni Rumah


Gambar 2.1 Genogram
Genogram

12
Keterangan :
: Laki-laki hidup : Perempuan Hidup

: Pasien perempuan : Tinggal serumah

Data Identitas Anggota Keluarga


No. Anggota Hub. Dgn Jenis Umur Pendidikan Agama
Keluarga pasien Kelamin terakhir
1 Tn. S Kakek L 50 th SD Islam
2 Ny. S Nenek P 45 th SD Islam
3 An. J Ayah L 24 th SMP Islam

4 An. S Ibu P 18 th SMP Islam

5 An. SN Bibi P 12 th SD Islam


6 An. SR Paman L 6 th - Islam

13
2.2.4 Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Nadi : 120 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
Pernapasan : 58 x/menit, reguler, adekuat
Suhu : 37,80C
Tekanan darah : tidak dilakukan
Antropometri :
BB: 9 kg TB: 63 cm
Berat badan menurut umur = normal
Panjang badan menurut umur = sangat pendek
BMI : BB/TB2 = 9/ (0,63 x 0,63)= 22,7
Status gizi : berat badan normal

Status Present :
Kepala : normocephal
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kulit kepala : massa (-)
Wajah : simetris, massa (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
refleks cahaya (+/+)
Telinga : deformitas (-/-), massa (-/-), sekret (-/-)
Hidung : deformitas (-), sekret (-/-)
Mulut : bibir pucat (+), kering(+), sianosis (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi
trakhea (-)
Thorax
Inspeksi : simetris, retraksi ruang sela iga (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), gerakan
dinding dada simetris, fremitus vocal simetris
Perkusi : sonor seluruh lapang paru

14
Auskultasi : suara napas bronkovesikuler (+/+), ronki basah
(+/+), wheezing (-/-).
Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, tanda-tanda inflamasi (-), massa (-), caput
meducae (-), spider nevy (-), distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, bising pembuluh darah
(-)
Perkusi : timpani (+), nyeri ketok (-), nyeri ketok CVA (-
/-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa(-), hepar teraba, lien/ren
tidak teraba, tes undulasi (-), shifting dullness (-).
Ekstremitas

s
Superior Inferior
e -
Edema -/- -/-
C <
Capillary refill 2”/<2” 2”/<2”
A -
Akral dingin -/- -/-
s -
Sianosis -/- -/-

15
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Hematologi

Pemeriksaan 19/12/2017 Nilai Normal


Hb 10,3 g/dL 11,7-15,5 g/dL
Leukosit 13.310 /mm3 (H) 3.600-11.000 /mm3
Trombosit 304.000 /mm3 150.000-400.000 /mm3
Ht 33,4 % 35-47 %

Kesan : Leukositosis

b. X Foto Thorax
- COR : CTR <50% bentuk dan letak normal
- Retrosternal dan retrokardiak tak menyempit
- Pulmo : Corakan vaskuler meningkat
- Diafragma dan sudut kostofrenikus baik
Kesan :
- Cor tak membesar
- Bronkopneumonia

2.3 Diagnosis Holistik


ASPEK 1 :
 Keluhan Utama : Pasien menderita batuk serta dahak yang tidak
bisa dikeluarkan sehingga berbunyi “grok-grok” ± 4 bulan disertai
sesak nafas.
 Harapan : Ingin sembuh serta dan sehat seperti sedia kala
 Kekhawatiran : Terjadi hal – hal yang tidak diinginkan pada
pasien seperti sakit bertambah para
ASPEK 2
Diagnosa Klinis : Bronkopneumonia
Diagnosis Banding : Bronkiolitis, ISPA
ASPEK 3 :
Faktor Resiko Internal:

16
 Penurunan imunitas.
 Hygenitas personal kurang.
 Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit pneumonia terutama
saat ditanyai menggunakan kuisioner mengenai penyebab, gejala,
cara penularan dan cara pencegahan pneumonia.
ASPEK 4 :
Faktor Resiko Eksternal:
 Lingkungan dan bangunan rumah
 Rumah terletak dilingkungan yang padat dan jarak
antar rumah berdekatan.
 Ventilasi dan jendela untuk pencahayaan kamar
tidur pasien kurang.
ASPEK 5 :
Derajat Fungsional Skala 1 : pasien masih cukup aktif.

2.4 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif


I. Identifikasi Masalah
Berdasarkan kasus tersebut, seorang perempuan bernama An. S
berusia 1 tahun datang ke puskesmas Pandanaran dengan keluhan
batuk berdahak kurang lebih 4 bulan. Batuk disertai dahak yang tidak
dapat keluar dan berbunyi “grok-grok”dan pilek.Batuk terjadi mendadak dan
ibu pasien mengaku bahwa lingkungan sekitar pasien sedang banyak yang
mengalami keluhan batuk-batuk dan ayah pasien merokok. Ibu pasien juga
mengeluhkan anaknya tidak bisa tidur dan nafsu makan menurun.
. Dari hasil pemeriksaan pemeriksaan sputum TCM di dapatkan
hasil positif (+).
Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko internal ditemukan,
imunitas pasien yang menurun, kurangnya pengetahuan tentang hygenitas
personal, kurangnya pengetahuan tentang penyakit pneumonia.
Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko eksternal ditemukan bahwa
keadaan rumah kurang memenuhi syarat rumah sehat, dimana kurangnya

17
ventilasi, pencahayaan matahari dan kebersihan rumah kurang. PHBS
kurang.
II. Intervensi
1. Promotif
a. Patient Centered
- Edukasi gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
- Rajin melakukan anthropometri pada pasien
b. Family Focused
- Memberikan edukasi kepada keluarga pentingnya PHBS
- Edukasi agar ada PMO (pengawas menelan obat)
c. Community Oriented
- Puskesmas atau pihak terkait dapat melakukan kunjungan
rumah pasien dan memberikan edukasi tentang penyakit
pneumonia (gejala, cara penularan, pencegahan, terapi).
2. Preventive
a. Patient Centered : -
b. Family Focused
- Selalu melakukan deteksi dini dengan mengenali adanya
tanda-tanda dan gejala pneumonia.
- Mengajari keluarga bagaimana hygenitas personal
dengan melakukan cuci tangan.
c. Community Oriented
- Gerakan ventilasi sehat
- Gerakan buka jendela pagi
- Selalu melakukan deteksi dini dengan mengenali adanya

tanda-tanda dan gejala pneumonia.

3. Kuratif
a. Patient Centered
Pemberian OAT Kategori 2 : 3HRZES/5HR3E3
Pasien masih menjalani pengobatan di Puskesmas Ngaliyan

18
yaitu pengobatan TB Tahap lanjutan (5HR3E3) yaitu Isoniazid
dan Rifampisin yang dikemas menjadi 1 tablet diminum 3 kali
seminggu serta Etambutol diminum 3 kali seminggu selama 5
bulan. Obat diberikan oleh Puskesmas Ngaliyan setiap hari
Sabtu hingga sekarang (jadwal sudah didiskusikan dengan
pasien sesuai waktu luang pasien).
b. Family Focused
- Keluarga diharapkan dapat mengingatkan dan mengawasi
pasien untuk meminum obat tersebut serta meningkatkan
motivasi untuk kesembuhan pasien.
- Keluarga diharapkan selalu mengingatkan pasien untuk
beristirahat secara cukup.
c. Community Oriented
 Kader diharapkan dapat selalu melakukan follow up keadaan
pasien.
 Kader diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai
pentingnya menjaga asupan makanan pasien sesuai dengan
usia pasien.
4. Rehabilitatif
a. Patient Centered : -
b. Family Focused
● Memotivasi keluarga pasien untuk mengantar pasien ke
puskesmas untuk berobat dan agar pasien minum obat secara
teratur

19
Tabel 2.1 Checklist survei PHBS
No Indikator Perilaku ya tidak
1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan √
2 Asi Ekslusif √
3 Penimbangan balita √
4 Gizi keluarga/ sarapan √
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali √
KLP Kesling
6 Air bersih √
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban √
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada √
tempatnya
9 Lantai rumah kedap air √
KLP GAYA HIDUP
10 Aktivitas fisik/olahraga √
11 Ada anggota keluarga yg tidak merokok Type equation
√ here.
12 Mencuci tangan √
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari √
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan √
Miras/Narkoba
KLP UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta √
JPK/Dana Sehat
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN Type equation
√ here.
seminggu sekali
Dari hasil diatas didapatkan skor 12 sehingga dapat di klasifikasikan
sebagai keluarga yang memiliki PHBS Strata Sehat Utama

20
Tabel 2.2 Checklist survei Rumah sehat
KOMPONENRUMAH
No YANG DINILAI KRITERIA NILAI

I KOMPONEN RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan √
kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2
a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman
2 Dinding bambu/ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau batu yang tidak
diplester/papan yang tidak kedap air. 2
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata √
yang diplester) papan kedap air. 3
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan √
tanah/plesteran 1
yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah Type equation h
panggung). 2
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 √
b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0 √
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari √
luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas
lantai 2
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0 Type equation h
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari Type equation h
luas lantai dapur 1
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari
luas lantai dapur (asap keluar dengan
sempurna) atau ada exhaust fan atau ada
peralatan lain yang sejenis. 2
a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan
8 Pencahayaan untuk membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas √
untuk membaca dengan normal 1

21
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat
dipergunakan untuk membaca dengan
normal. 2
II SARANA SANITASI
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak
(SGL/SPT/PP/KU/PAH). memenuhi syarat kesh. 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat √
kesh. 3
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi
syarat kesh. 4

2 Jamban (saran pembua- a. Tidak ada. 0


b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup,
ngan kotoran). disalurkan ke sungai / kolam 1
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai atau kolam 2
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic √
tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 Type equation h
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak
3 Sarana Pembuangan teratur di halaman 0
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari
sumber air (jarak sumber air (jarak dengan
Air Limbah (SPAL) sumber air < 10m). 1
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2 √
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari
sumber air (jarak dengan sumber air >
10m). 3
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. 4

4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0


b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada √
Sampah/Tempat Sampah tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3
PERILAKU
III PENGHUNI

1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0 √


Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1

22
c. Setiap hari dibuka 2 Type equation h

2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0


Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2 √

3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0


dan halaman b. Kadang-kadang 1 √
c. Setiap hari 2

a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam
4 Membuang tinja bayi sembarangan 0
dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 √

a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam


5 Membuang sampah sembarangan 0
b. Kadang-kadang dibuang ke tempat
pada tempat sampah sampah 1 √
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2

TOTAL HASI PENILAIAN

Keterangan :

= (Nilai I X Bobot I) + (Nilai II X Bobot II) + (Nilai III X Bobot III)

= (7 X 31) + (9 X 25) + (6 X 44)

= 217 + 225 + 264

= 706 (Hasil Penilaian : Rumah Tidak Sehat)

Kriteria :

 Rumah Sehat : 1068-1200

 Rumah Tidak Sehat : < 1068

23
Tabel 2.3 kuisioner pneumonia

x
x

Pre test : 4
Post test : 7

24
2.5 Bagan Trias Epidemiologi

Agent

Bakteri/virus

INFEKSI
PNEUMONIA

Host Environment

 Daya tahan tubuh  Kebersihan rumah


pasien rentan kurang
 Status gizi  Pencahayaan dan
ventilasi rumah dan
kamar tidur kurang.
 Lingkungan padat
penduduk
 Polusi udara

25
Tabel 2.5 Plan Of Action
No Masalah Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksan Indikator
a Keberhasilan
1 Kurangnya Meningkatkan keluarga  Diskusi dan Rumah 23 Mei - Dokter Keluarga pasien
pengetahuan pengetahuan pasien edukasi pasien 2018 Muda FK mengetahui dengan
tentang dan keluarga tentang Unissula jelas mengenai
penyakit mengenai penyakit  Pembagian penyakit pneumonia
pneumonia pneumonia leflet
2 PHBS kurang Meningkatkan keluarga  Edukasi dan Rumah 23 Mei - Dokter Keluarga pasien
(cuci tangan, kualitas PHBS praktik pasien 2018 Muda FK mengetahui tentang
makanan gerakan cuci Unissula pola PHBS serta cara
sehat) tangan mencuci tangan yang
 Edukasi benar
tentang
PHBS
3 Kurangnya Meningkatkan keluarga Diskusi, Rumah 23 Mei - Dokter Keluarga pasien
pengetahuan pengetahuan dan Edukasi pasien 2018 muda FK mengetahui dengan
rumah sehat kemauan agar mengenai rumah Unissula jelas mengenai rumah
menjaga lingkungan sehat sehat dan berupaya
rumah tetap bersih untuk memperbaiki
dan sehat kekurangan yang ada.

4. Kurangnya Meningkatkan Keluarga Edukasi Rumah 21 April - Dokter Keluarga pasien


pengetahuan pengetahuan agar pasien 2018 Muda FK mengetahuai MP-Asi
MP-Asi yang membeikan MP-Asi Unissula yang sehat
sehat yang sehat

26
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Analisa Penyebab Masalah
A. Host
1. Kondisi Stunting
Salah satu faktor risiko kejadian Stunting kurangnya asupan gizi
dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat terjadi perlambatan
pertumbuhan dan berpengaruh terhadap status gizi. Penyakit infeksi (
diare dan ISPA ) dapat mengakibatkan berat badan turun secar a akut
dan berpengaruh pada status gizi balita bila terjadi dalam jangka waktu
yang lama. Balita dengan status gizi yang kurang mempunyai sistem
imun yang rendah yang dapat membuat balita mudah terkena penyakit
infeksi (Wiwien, et al., 2016).
Secara tidak langsung faktor yang mempengaruhi gizi kurang
adalah kondisi sosial ekonomi keluarga, dimana pendapatan dan
pendidikan orang tua yang rendah akan menentukan kemampuan
memilih dan membeli asupan gizi yang sesuai untuk anak (Grant et al .,
2012)
B. Agent
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran
klinis dan strategi pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan
bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti
E.colli, pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan
balita pneumoni sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H.
influenzae, Stretococcus grup A, S. aureus, sedangkan pada anak yang lebih
besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae 2.
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus(RSV) yang
mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza,
human metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010 melaporkan

27
estimasi insidens global pneumonia RSV anak-balita adalah 33.8 juta
episode baru di seluruh dunia dengan 3.4 juta episode pneumonia berat
yang perlu rawat-inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi kematian 66.000 -
199.000 anak balita karena pneumonia RSV, 99% di antaranya terjadi di
negara berkembang. Data di atas mempertegas kembali peran RSV sebagai
etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia anak-balita baik sebagai
penyebab tunggal maupun bersama dengan infeksi lain.
C. Environment
1. Lingkungan Padat Penduduk
Pasien tinggal di wilayah pemukiman padat penduduk. Cepat atau
lambatnya suatu kejadian menular dapat ditentukan dari kepadatan
penduduk (Soemirat, 2006).
Di daerah perkotaan (urban) proses penularan suatu penyakit
dapat terjadi lebih cepat karena tingkat kepadatan penduduk yang lebih
besar dibandingkan dengan pedesaan (rural). Dapat disimpulkan bahwa
faktor resiko orang yang rentan (susceptible) terpapar dengan penderita
menular lebih tinggi pada wilayah yang padat penduduknya dibandingkan
dengan wilayah yang penduduknya tidak padat walaupun insiden sama.
(Karyadi E. dalam Sidhi D.P, 2010).
2. Ventilasi Rumah dan Kamar Tidur Kurang Memenuhi Syarat
Pasien memiliki 2 kamar tidur di rumahnya, lubang ventilasi
terdapat di pintu ruang tamu, namun dalam kondisi kotor tidak
dibersihkan. Terdapat jendela di ruang tamu yang dibuka setiap hari.
Sedangkan rumah dikatakan tidak memiliki ventilasi cukup yaitu
minimal luas jendela atau ventilasi adalah 10% dari luas lantai, karena
ventilasi mempunyai fungsi menjaga agar aliran udara di dalam rumah
tetap segar.
Ruangan dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat bisa
menyebabkan kuman dalam konsentrasi tinggi sehingga akan
memperbesar resiko penularan kepada orang lain. Ventilasi juga

28
berfungsi sebagai penjaga agar udara di ruangan rumah selalu tetap dalam
kelembaban (humidity) yang optimum. Kelembaban yang optimal (sehat)
adalah sekitar 40 ± 70% (Bawole, et al., 2013).
3. Kebersihan rumah kurang
Paparan debu adalah partikel debu yang dihirup masyarakat di luar ruangan
maupun di dalam ruangan, paparan debu dapat menggangu saluran
pernafasan masyarakat yang berada di di luar rumah, seperti debu perubahan
fungsi lahan, arus kendaran yang melintas terus-menerus terjadi polusi udara.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi gangguan saluran pernafasaan adalah
paparan debu di halaman rumah dan lingkungan. Bangunan yang sempit dan
tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan berdampak berkurangnya O2
dalam ruangan yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga
mempercepat timbulnya penyakit gangguan saluran pernafasan Deviandhoko,
dkk, 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru
Pada Pekrja Pengelasan Di Kota Pontianak. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia. Vol .11. No.2/ Oktober 2012.
4. Paparan asap rokok
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka
mortalitas pneumonia pada anak balita dinegara berkembang. Faktor ekstrinsik
meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap
rokok, penggunaan bahan bakar, penggunaan obat nyamuk bakar, serta faktor
ibu baik pendidikan, umur, maupun pengetahuan ibu (Nurjazuli, 2011)
Nurjazuli, Widyaningtyas, Retno. Faktor Risiko Dominan Kejadian Pnumonia
Pada Balita (Dominant risk factors on the occurrence of pneumonia on children
under five years)..

29
Asap rokok mengandung senyawa berbahaya seperti nikotin, nitrosamin,
karbonmonoksida, dan tar yang dapat merusak fungsi silia, sehingga
memudahkan mikroorganisme masuk dan menginfeksi saluran pernafasan
bagian bawah, sehingga terjadilah pneumonia (Sunyakataningkamto, 2004).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil pengamatan pasien pneumonia An. S dapat
disimpulkan bahwa
1. Semua faktor dalam segitiga epidemiologi berperan dalam kasus pneumonia
pada An.S, faktor tersebut meliputi faktor Host, Agent, Environment.
2. Faktor Host meliputi:
 Penurunan imunitas
 Status gizi
3. Agent : Bakteri/virus
4. Environment :
 Kebersihan rumah kurang
 Pencahayaan dan ventilasi rumah dan kamar tidur kurang.
 Lingkungan padat penduduk
 Polusi udara
4.2. Saran
a) Untuk Puskesmas
 Agar meningkatkan kegiatan kunjungan rumah-rumah warga untuk selalu

mengingatkan agar terus melakukan PHBS dan menjadikan rumah sehat

untuk meningkatkan kualitas penyembuhan pasien dan pengurangan

angka penularan pneumonia

30
 Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pneumonia.
b) Untuk Pasien
- Memotivasi keluarga agar berperilaku hidup bersih dan sehat
- Memotivasi keluarga agar meningkatkan PHBS untuk menurunkan angka
penularan penyakit dan mengurangi tingkat kekambuhan kembali.
- Jika didapatkan kasus seperti ini lagi segera memeriksakan ke pelayanan
kesehatan terdekat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Atmosukarto & Soewasti (2011) Pengaruh lingkungan pemukiman dalam penyebaran

Bawole, Sindy T.T., Rattu, AJ. M., Pasangi, J., 2013, Faktor Resiko Lingkungan Fisik
Rumah Terhadap Kejadian TB Paru Di Kecamatan Likupang Barat
Kabupaten Minahasa Utara, Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman penaggulangan nasional


TBC. Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Kota Semarang, Profil kesehatan Kota Semarang tahun 2015. Semarang:
Dinkes Kota Semarang.

Fitriani, E. 2012. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis


Paru. Unnes Journal of Public Health.

Rasmin, M., et al, 2008. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS
Persahabatan Januari – Juli 2008. Department of Pulmonology and
Respiratory Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia,
Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia

Sidhi, D.P., 2010, Riwayat Kontak Tuberkulosis Sebagai Faktor Resiko Hasil Uji
Tuberkulin Positif. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Slamet, Soemirat Juli., 2007, ”Kesehatan Lingkungan” Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Wenas, A. R., 2015, Hubungan Perilaku dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Desa
Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropi, 82-89.

32
World Health Organization, 2015. Global Tuberkulosis Report. 1-204

Woro, Oktia. 2008. Tuberkulosis (TB) dan Faktor-faktor yang Berkaitan. Jurnal
Epidemiologi Indonesia, vol. 7 ed. 1

33
Lampiran 1. Poster Tentang Pneumonia

34
Lampiran 2. Poster Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

35
Lampiran 3. Dokumentasi

36

Anda mungkin juga menyukai