PENDAHULUAN
Dengan usia penderita rata-rata 41-48 tahun. Insiden lebih tinggi terjadi
1
menekan saraf optic, isi intraorbita, isi dari fisura orbita superior, sinus
kontroversial.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
tumor. Misalnya tumor pada sphenoidal ridge dapat menekan saraf optic
lebih awal bila lokasinya berada di tengah dan lebih lambat bila aspek
adalah rasa penuh pada fossa temporal sebagai hasil dari hyperostosis. 6
lanjutan dari ketiga lapisan selubung pada otak. Meningioma pada rongga
orbita yang berasal dari perselubungan saraf optic. Hal ini dapat
3
menyebabkan kelainan lapang pandang dan gangguan fungsi otot-otot luar
mata.3
2.2 Klasifikasi
pada satu mata yang perlahan namun progresif tanpa rasa nyeri,
4
Seiring waktu edema papil akan berkurang dan menghilang dengan
diikuti atrofi optic. Selain itu bisa juga ditemukan vasa kolateral
shunt).3,7
2.3 Epidemiologi
2.1/100.000 orang. 1
5
menyebutkan sebagian besar terjadi terutama pada wanita usia paruh
baya.8
tanpa rasa sakit, dan biasanya dimulai satu sampi lima tahun sebelumnya.2
disc , diplopia, nyeri kepala,mual dan muntah. Perubahan pada saraf optic
Perubahan dapat terjadi pula karena penekanan tumor pada saraf optik
6
Diagnosis meningioma orbita dapat diduga dari gambaran klinis
dan didukung oleh hasil pencitraan orbita. Pada sebagain besar kasus,
pada optic disk atau atrofi optik.8 Penegakan diagnosis meningioma orbital
Pada CT scan bisa tampak bayangan saraf optic negative linear dalam
terutama dari segi lokasi anatomisnya.1 Pada beberapa kasus yang tidak
penegakan diagnosis.3
2.6 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
7
Terapi pembedahan merupakan pilihan namun perlu
pembedahan ulang. 3
8
computer-assisted image guidance dapat membantu dalam visualisasi
mata semakin progresif atau telah terjadi kebutaan dengan tujuan untuk
2. Radioterapi
3. Terapi Hormon
9
>70% sedangkan reseptor esterogen <20%). Hal ini mendasari
efek samping seperti mual, muntah, mudah leleh, hot flushes, alopesia
sampingnya.10
2.7 Prognosis
buruk. Untuk yang berasal dari bagian lateral sayap sphenoid prognosisnya
lebih baik. Namun demikian, tumor dari daerah lateral sphenoid ini
karotis, sinus kavernosus, dan struktur penting lain. Penting untuk diingat
10
BAB III
KESIMPULAN
mengambil bagian sekitar 3-9% dari seluruh tumor orbita. Meningioma orbita
primer sekitar 0.4-2% dan meningioma orbita sekunder 16-20% dari seluruh
Mortalitas pada meningioma orbita sangan rendah dan hampir tidak ada
11
DAFTAR PUSTAKA
2. Gasshibi, M.P., Ulloa-Padila, J. P., Dubovy, S.R., 2017. Neural Tumors of the
Orbit- What is New?. Asia-Pacific Journal of Opthalmology 6 (3).p.273-282
3. Suhardjo dan Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
4. Merchandeti, Michael. 2017. Tumors, Orbita. eMedicine webMD. America.
https://emedicine.medscape.com/article/1218892-overview diakses pada 18
Juli 2018.
5. Newman, Dorland. 2003. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC,
Jakarta
6. Kanski, J.,1994 Clinical Ophtalmology, edisi 3. Butterworth – Heinemann,
Oxford.
7. Mansur,A. P., 2017. Karakteristik Penderita Tumor Mata di RSUP Dr
Wahidin Sudiro Husodo periode 2014-2016. Universitas Hasanudin.
8. Bojic, Lovro, et al. 2007. Orbital Meningiomas-Clinical Observation. Acta
Clinic :46, Croatia.
9. Vaughan,D.G, Asbury,T. dan ,Eva,P.R. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Widya Medika, Jakarta
10. Rose, Geoffery. 1993. Orbital Meningiomas: Surgery, Radiotherapy or
Hormones?. British Journal of Ophtalmology:77. England.
12