Anda di halaman 1dari 17

surat attaubah ayat 122

A. MAKNA SURAT AT-TAUBAH AYAT 122

‫وما كان المؤمنون لينفروا كا فة فلوالنفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى لد ين وليندرواقومهم‬
)۱۲۲‫اذارجعوااليهم لعلهم يحذرون ( التوبة‬
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (Q.S. At- Taubah: 122).

B. PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT

‫ –نفر‬Nafara : berangkat perang


‫ – لوال‬Laula : Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan melakukan
sesuatu yang
disebutkan sesudah kata-kata tersebut, apabila itu terjadi
dimasa yang
akan datang. Tapi “Laula” juga berarti kecemasan atas
meninggalkan
perbuatan yang disebutkan sesudaah kata itu, apabila
merupakan
hal yang telah lewat. Apabila hal yang dimaksud
merupakan perkara yang mungkin dialami, maka bias
saja ”Laula”,
itu berarti perintah mengerjakannya.
‫ الفرقة‬- Al- Firqah : kelompok besar
‫ –الطائفة‬At- Ta’ifah : kelompok kecil
‫ –تفقه‬Tafaqqaha : berusaha keras untuk mendalami dan memmahami suatu
perkara
dengan susah payah untuk memperolehnya.
‫ –انذره‬Anzarahu : menakut-nakuti dia.
‫ –حذره‬Hazirahu : berhati-hati terhadapnya.

C. ASBABUNUZUL SURAT AT-ATAUBAH AYAT 122

Tafsir Sebab turun Surah At Taubah 122

Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang


menceritakan, bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu, "Jika kalian
tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang
pedih." (Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak
berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah badui (pedalaman) karena
sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik
memberikan komentarnya, "Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di
daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu." Kemudian
turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang
mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." (Q.S. At-Taubah 122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Abdullah bin Ubaid
bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum Mukminin yang
sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah saw.
mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka
meninggalkan Nabi saw. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah.
Maka turunlah firman Allah swt. yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah ayat
122)

D. TAFSIR JALALAIN/SURAT AT-TAUBAH AYAT 122

‫وما كان المؤمنون لتنفروا كافة فلوال من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قو مهم ا ذا‬
‫رجعوا اليهم لعلهم يحذرون‬

Tatkala Kaum Mukminin di cela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang
kemudian Nabi Muhammad S.A.W. mengirimkan syariahnya,akhirnya mereka
berangkat ke medan perang semua tanpa ada seorang pun yang tinggal,maka
turunlah firman –Nya berikut ini : ( Tidak sepatutnya bagi orang –orang yang
mukmin itu pergi ) ke medan perang ( Semuanya. Mengapa tidak ) ( pergi dari tiap-
tiap golongan ) suatu kabilah ( di antara mereka beberapa orang ) beberapa saja
kemudian sisanya tetap tinggal di tempat ( untuk memperdalam pengetahuan
mereka ) yakni tetap tinggal di tempat ( mengenai agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya ) dari medan
perang,yaitu dengan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama yang telah
di pelajarinya ( supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ) dari siksaan Allah,yaitu
dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauuhi larangan-Nya.
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan perwakilanny bahw
a ayat ini penerapannya hanya khusus untuk syariah-syariah,yakni bilamana
pasukan itu dalam bentuk syariah lantaran Nabi Muhammad S.A.W. tidak ikut.
Sedangkan ayat sebelumnya yang juga melarang seseorang tetap tinggal di
tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan perang maka hal ini pengertiannya
tertuju kepada beliau Nabi Muhammad S.A.W. berangkat suatu ghazwah.

E. PENGERTIAN SECARA UMUM

Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut


perjuangan. yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa
pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah
dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru
kepada Allah SWT dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang
menggunakan pedang itu sendiri tidak disyariatkan kecuali untuk jadi benteng dan
pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh
dari orang-orang kafir dan munafik.
Menurut riwayat Al-Kalabi dari Ibnu ‘Abbas, bahwa dia mengatakan, “setelah
Alloh SWT mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rosul Saw
dalam peperangan, maka tidak seorangpun diantara kami yang tinggal untuk tidak
menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal ini benar-
benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rosululloh Saw sendirian. Maka turunlah
wahyu:

F. INTISARI YANG TERDAPAT DALAM SURAT AT-TAUBAH AYAT 122

)۱۲۲‫وما كا ن ا لمؤ منون لينفروا كا فة ( التوبة‬

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang)”
Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya
mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju
medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardu kifayah, yang apabila telah
dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardu ain, yang wajib
dilaksanakan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rosul Saw sendiri
keluar dan mengerahkan kaum mu’min menuju medan perang.

Kewajiban Mendalami Agama dan Kesiapan Untuk


Mengajarkannya.

‫فلو ال نفر من كل فرقة منهم طا ئفة ليتفهوا فى لدينولينذروافوقهم اذا رجعوااليهم لعلهم يحذرون‬
)۱۲۲ ‫( التوبة‬
Artinya : “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat
kemedan tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum mu’min, seperti penduduk
suatu negeri atau suku, dengan maksud supaya orang mukmin seluruhnya dapat
mendalami agama mereka. Yaitu dengan cara orang yang tidak berangkat dan
tinggal dikota (Madinah), berusaha keras untuk memahami agama, yang wahyu-Nya
turun kepada Rosululloh Saw yang menerangkan ayat-ayat tersebut, baik dengan
perkataan atau perbuatan. Dengan demikian maka diketahui hukum beserta
hikmahnya, dan menjadi jelas yang masih mujmal dengan adanya perbuatan Nabi
tersebut. Disamping itu orang yang mendalami agama memberi peringatan kepada
kaumnya yang pergi perang menghadapi musuh, apabila mereka telah kembali
kedalam kota.
Artinya, agar tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu
karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan
kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka
ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Alloh SWT dan berhati-hati
terhadap akibat kemaksiatan, disamping agar seluruh kaum mukminin mengetahui
agama mereka, mampu menyebarkan pada seluruh umat manusia. Jadi bukan
bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta
mengungguli kebanyakan orang-orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan
meniru orang dzalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendaraan maupun
dalam persaingan diantara sesama mereka.
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan
bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang-
orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka.
Sehingga mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang
wajib diketahui oleh setiap mu’min.
Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk
mendalami agama dengan maksud seperti ini. Mereka mendapat kedudukan yang
tinggi disisi Alloh SWT, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang
mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Alloh SWT, membela
agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka boleh jadi lebih utama dari pejuang pada
situasi lain ketika mempertahankan agama menjadi wajib ‘ainbagi setiap orang.
Ayat ini berkenaan dengan kepergian mempelajari ilmu dan hukum-hukum ad-
Din, atau panggilan umum untuk berjihad surat ini termasuk surat Madaniyah
karena turun di Madinah pada saat peperangan.
Ayat ini menunjukkan, bahwa jihad itu dapat dengan harta kekayaan, dapat
pula dengan jiwa. Barangsiapa mampu melakukan semuanya, maka wajib
melakukannya. Tetapi jika hanya mampu 1 diantara keduanya, maka yang ia
mampui itulah yang wajib ia lakukan. Pada masa pengaturan perang, kaum
muslimin yang ahli dalam kemiliteran wajib melatih bala tentara.

Allah swt telah menerangkan faidahnya dalam firman-Nya:

)٤۱۱ ‫ذا لكم خير لكم انكنتم تعلمون( التوبة‬

Arttinya: “ karena demikian itu lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.” (QS.
At- Taubah: 41)
Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin
berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian
kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian
berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun menuntut ilmu dan
mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan
secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan
bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam disamakan
nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dalam hal ini
Rasulullah saw. telah bersabda:
"Di hari kiamat kelak tinta yang digunakan untuk menulis oleh para ulama akan
ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di medan perang)".
Tugas ulama umat Islam adalah untuk mempelajari agamanya, serta
mengamalkannya dengan baik, kemudian menyampaikan pengetahuan agama itu
kepada yang belum mengetahuinya. Tugas-tugas tersebut adalah merupakan tugas
umat dan tugas setiap pribadi muslim sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
masing-masing, karena Rasulullah saw. telah bersabda; "Sampaikanlah olehmu
(apa-apa yang telah kamu peroleh) daripadaku walaupun hanya satu ayat Alquran".
Akan tetapi tentu saja tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk
bertekun menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu agama,
karena sebagiannya sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di
toko dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam yang
menggunakan waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu
agama agar kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat, mereka
dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah Islam dengan cara
atau metode yang baik sehingga mencapai hasil yang lebih baik pula.
Apabila umat Islam telah memahami ajaran-ajaran agamanya, dan telah mengerti
hukum halal dan haram, serta perintah dan larangan agama, tentulah mereka akan
lebih dapat menjaga diri dari kesesatan dan kemaksiatan, dapat melaksanakan
perintah agama dengan baik dan dapat menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian
umat Islam menjadi umat yang baik, sejahtera dunia dan akhirat.
Di samping itu perlu diingat, bahwa apabila umat Islam menghadapi
peperangan besar yang memerlukan tenaga manusia yang banyak, maka dalam hal
ini seluruh umat Islam harus dikerahkan untuk menghadapi musuh. Tetapi bila
peperangan itu sudah selesai, maka masing-masing harus kembali kepada tugas
semula, kecuali sejumlah orang yang diberi tugas khusus untuk menjaga keamanan
dan ketertiban dalam dinas kemiliteran dan kepolisian.
Oleh karena ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah untuk
mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang Islam
yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat dan
kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagi untuk menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri terhadap golongan yang
belum menerima pengetahuan.
Orang-orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan haruslah menjadi
mercusuar bagi umatnya. Ia harus menyebarluaskan ilmunya, dan membimbing
orang lain agar memiliki ilmu pengetahuan pula. Selain itu, ia sendiri juga harus
mengamalkan ilmunya agar menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang sekitarnya
dalam ketaatan menjalankan peraturan dan ajaran-ajaran agama. Dengan demikian
dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan, setiap
orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu,
mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Menurut pengertian yang tersurat dari ayat ini kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan yang ditekankan di sisi Allah adalah dalam bidang ilmu agama. Akan
tetapi agama adalah suatu sistem hidup yang mencakup seluruh aspek dan
mencerdaskan kehidupan mereka, dan tidak bertentangan dengan norma-norma
segi kehidupan manusia. Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat
mencerdaskan kehidupan mereka dan tidak bertentangan dengan norma-norma
agama, wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi
ini dan menciptakan kehidupan yang baik. Sedang ilmu pengetahuan adalah sarana
untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap sarana yang diperlukan untuk melaksanakan
kewajiban adalah wajib pula hukumnya.
Dalam hal ini, para ulama Islam telah menetapkan suatu kaidah yang
berbunyi:
"Setiap sarana yang diperlukan untuk melaksanakan yang wajib, maka ia wajib pula
hukumnya".

Karena pentingnya fungsi ilmu dan para sarjana, maka beberapa negara Islam
membebaskan para ulama (sarjana) dan mahasiswa pada perguruan agama dari
wajib militer agar pengajaran dan pengembangan ilmu senantiasa dapat berjalan
dengan lancar, kecuali bila negara sedang menghadapi bahaya besar yang harus
dihadapi oleh segala lapisan masyarakat.

tajwid surat attaubah ayat 122

1pada lafal wamakana


Mim dan kaf nya mad thabii karena fathah diikuti alif
2Almu'minuna idhar qamariyah
Karena lam alif tidak diikuti tasydid
3Liyanfiruu yaitu ikhfa haqiqi dan mad thabii
Nun sukun bertemu fa itu ikhfa haqiqi
Dhammah diikuti wau sukun itu mad thabii
4Falaula yaitu mad layin dan mad thabii
Fathah diikuti wau sukun itu mad layin
La itu mad thabii karna fathah diikuti alif
5firqatinminhum ada idgham bigunnah, ghunah, dan idhar halqi
Tanwin bertemu mim itu idgham bigunnah
Nun sukun bertemu ha itu idhar halqip
Mim bertasydid itu ghunnah mussyaddah
Diposkan oleh NAMIKAZE_YANTO di 04.53
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

2 komentar:
1.

Anes Annabel20 Januari 2015 00.15

wah lengkap ada tajwidnya, tapi apa hanya ada 5 hukum bacaannya?

Balas
2.

Helmi Effendi22 Januari 2015 04.07

Terima kasih gan

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2014 (30)
o ▼ September 2014 (21)
 teori ATOM RUTHERFORD
 mod gta sa
 logharitma
 atom dalton
 bilangan pangkat 1,2,3, dan 4
 surat attaubah ayat 122
 Surah Al-Anfal [8] Ayat 72
 cara mudah menghafal tabel periodik kimia
 selada lettuce
 sistem ekonomi part 1
 sistem ekonmi part 2
 dialog b.inggris tentang pujian
 PERAN PELAKU EKONOMI
 Diagram Interaksi Antara Pelaku Ekonomi (Circulair...
 Penawaran dan permintaan
 FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN
PENAW...
 FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN
PENAW...
 kurva permintaan dan kurva penawaran
 TEMPAT MEMBACA QURAN DIGITAL DI WEBSITE YANG
SAYA ...
 Kontrol Diri, Prasangka Baik, Dan Persaudaraan.
 KANDUNGAN SURAH = AL ANFAL : 72, AL HUJARAT : 10 D...
o ► Oktober 2014 (6)
o ► Desember 2014 (3)

surat attaubah ayat 122

A. MAKNA SURAT AT-TAUBAH AYAT 122

‫وما كان المؤمنون لينفروا كا فة فلوالنفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى لد ين وليندرواقومهم‬
)۱۲۲‫اذارجعوااليهم لعلهم يحذرون ( التوبة‬
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (Q.S. At- Taubah: 122).

B. PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT

‫ –نفر‬Nafara : berangkat perang


‫ – لوال‬Laula : Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan melakukan
sesuatu yang
disebutkan sesudah kata-kata tersebut, apabila itu terjadi
dimasa yang
akan datang. Tapi “Laula” juga berarti kecemasan atas
meninggalkan
perbuatan yang disebutkan sesudaah kata itu, apabila
merupakan
hal yang telah lewat. Apabila hal yang dimaksud
merupakan perkara yang mungkin dialami, maka bias
saja ”Laula”,
itu berarti perintah mengerjakannya.
‫ الفرقة‬- Al- Firqah : kelompok besar
‫ –الطائفة‬At- Ta’ifah : kelompok kecil
‫ –تفقه‬Tafaqqaha : berusaha keras untuk mendalami dan memmahami suatu
perkara
dengan susah payah untuk memperolehnya.
‫ –انذره‬Anzarahu : menakut-nakuti dia.
‫ –حذره‬Hazirahu : berhati-hati terhadapnya.

C. ASBABUNUZUL SURAT AT-ATAUBAH AYAT 122

Tafsir Sebab turun Surah At Taubah 122

Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang


menceritakan, bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu, "Jika kalian
tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang
pedih." (Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak
berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah badui (pedalaman) karena
sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik
memberikan komentarnya, "Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di
daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu." Kemudian
turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang
mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." (Q.S. At-Taubah 122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Abdullah bin Ubaid
bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum Mukminin yang
sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah saw.
mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka
meninggalkan Nabi saw. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah.
Maka turunlah firman Allah swt. yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah ayat
122)

D. TAFSIR JALALAIN/SURAT AT-TAUBAH AYAT 122

‫وما كان المؤمنون لتنفروا كافة فلوال من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قو مهم ا ذا‬
‫رجعوا اليهم لعلهم يحذرون‬

Tatkala Kaum Mukminin di cela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang
kemudian Nabi Muhammad S.A.W. mengirimkan syariahnya,akhirnya mereka
berangkat ke medan perang semua tanpa ada seorang pun yang tinggal,maka
turunlah firman –Nya berikut ini : ( Tidak sepatutnya bagi orang –orang yang
mukmin itu pergi ) ke medan perang ( Semuanya. Mengapa tidak ) ( pergi dari tiap-
tiap golongan ) suatu kabilah ( di antara mereka beberapa orang ) beberapa saja
kemudian sisanya tetap tinggal di tempat ( untuk memperdalam pengetahuan
mereka ) yakni tetap tinggal di tempat ( mengenai agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya ) dari medan
perang,yaitu dengan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama yang telah
di pelajarinya ( supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ) dari siksaan Allah,yaitu
dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauuhi larangan-Nya.
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan perwakilanny bahw
a ayat ini penerapannya hanya khusus untuk syariah-syariah,yakni bilamana
pasukan itu dalam bentuk syariah lantaran Nabi Muhammad S.A.W. tidak ikut.
Sedangkan ayat sebelumnya yang juga melarang seseorang tetap tinggal di
tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan perang maka hal ini pengertiannya
tertuju kepada beliau Nabi Muhammad S.A.W. berangkat suatu ghazwah.

E. PENGERTIAN SECARA UMUM

Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut


perjuangan. yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa
pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah
dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru
kepada Allah SWT dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang
menggunakan pedang itu sendiri tidak disyariatkan kecuali untuk jadi benteng dan
pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh
dari orang-orang kafir dan munafik.
Menurut riwayat Al-Kalabi dari Ibnu ‘Abbas, bahwa dia mengatakan, “setelah
Alloh SWT mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rosul Saw
dalam peperangan, maka tidak seorangpun diantara kami yang tinggal untuk tidak
menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal ini benar-
benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rosululloh Saw sendirian. Maka turunlah
wahyu:

F. INTISARI YANG TERDAPAT DALAM SURAT AT-TAUBAH AYAT 122

)۱۲۲‫وما كا ن ا لمؤ منون لينفروا كا فة ( التوبة‬

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang)”
Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya
mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju
medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardu kifayah, yang apabila telah
dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardu ain, yang wajib
dilaksanakan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rosul Saw sendiri
keluar dan mengerahkan kaum mu’min menuju medan perang.
Kewajiban Mendalami Agama dan Kesiapan Untuk
Mengajarkannya.

‫فلو ال نفر من كل فرقة منهم طا ئفة ليتفهوا فى لدينولينذروافوقهم اذا رجعوااليهم لعلهم يحذرون‬
)۱۲۲ ‫( التوبة‬
Artinya : “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat
kemedan tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum mu’min, seperti penduduk
suatu negeri atau suku, dengan maksud supaya orang mukmin seluruhnya dapat
mendalami agama mereka. Yaitu dengan cara orang yang tidak berangkat dan
tinggal dikota (Madinah), berusaha keras untuk memahami agama, yang wahyu-Nya
turun kepada Rosululloh Saw yang menerangkan ayat-ayat tersebut, baik dengan
perkataan atau perbuatan. Dengan demikian maka diketahui hukum beserta
hikmahnya, dan menjadi jelas yang masih mujmal dengan adanya perbuatan Nabi
tersebut. Disamping itu orang yang mendalami agama memberi peringatan kepada
kaumnya yang pergi perang menghadapi musuh, apabila mereka telah kembali
kedalam kota.
Artinya, agar tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu
karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan
kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka
ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Alloh SWT dan berhati-hati
terhadap akibat kemaksiatan, disamping agar seluruh kaum mukminin mengetahui
agama mereka, mampu menyebarkan pada seluruh umat manusia. Jadi bukan
bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta
mengungguli kebanyakan orang-orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan
meniru orang dzalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendaraan maupun
dalam persaingan diantara sesama mereka.
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan
bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang-
orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka.
Sehingga mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang
wajib diketahui oleh setiap mu’min.
Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk
mendalami agama dengan maksud seperti ini. Mereka mendapat kedudukan yang
tinggi disisi Alloh SWT, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang
mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Alloh SWT, membela
agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka boleh jadi lebih utama dari pejuang pada
situasi lain ketika mempertahankan agama menjadi wajib ‘ainbagi setiap orang.
Ayat ini berkenaan dengan kepergian mempelajari ilmu dan hukum-hukum ad-
Din, atau panggilan umum untuk berjihad surat ini termasuk surat Madaniyah
karena turun di Madinah pada saat peperangan.
Ayat ini menunjukkan, bahwa jihad itu dapat dengan harta kekayaan, dapat
pula dengan jiwa. Barangsiapa mampu melakukan semuanya, maka wajib
melakukannya. Tetapi jika hanya mampu 1 diantara keduanya, maka yang ia
mampui itulah yang wajib ia lakukan. Pada masa pengaturan perang, kaum
muslimin yang ahli dalam kemiliteran wajib melatih bala tentara.

Allah swt telah menerangkan faidahnya dalam firman-Nya:

)٤۱۱ ‫ذا لكم خير لكم انكنتم تعلمون( التوبة‬

Arttinya: “ karena demikian itu lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.” (QS.
At- Taubah: 41)
Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin
berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian
kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian
berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun menuntut ilmu dan
mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan
secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan
bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam disamakan
nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dalam hal ini
Rasulullah saw. telah bersabda:
"Di hari kiamat kelak tinta yang digunakan untuk menulis oleh para ulama akan
ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di medan perang)".
Tugas ulama umat Islam adalah untuk mempelajari agamanya, serta
mengamalkannya dengan baik, kemudian menyampaikan pengetahuan agama itu
kepada yang belum mengetahuinya. Tugas-tugas tersebut adalah merupakan tugas
umat dan tugas setiap pribadi muslim sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
masing-masing, karena Rasulullah saw. telah bersabda; "Sampaikanlah olehmu
(apa-apa yang telah kamu peroleh) daripadaku walaupun hanya satu ayat Alquran".
Akan tetapi tentu saja tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk
bertekun menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu agama,
karena sebagiannya sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di
toko dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam yang
menggunakan waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu
agama agar kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat, mereka
dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah Islam dengan cara
atau metode yang baik sehingga mencapai hasil yang lebih baik pula.
Apabila umat Islam telah memahami ajaran-ajaran agamanya, dan telah mengerti
hukum halal dan haram, serta perintah dan larangan agama, tentulah mereka akan
lebih dapat menjaga diri dari kesesatan dan kemaksiatan, dapat melaksanakan
perintah agama dengan baik dan dapat menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian
umat Islam menjadi umat yang baik, sejahtera dunia dan akhirat.
Di samping itu perlu diingat, bahwa apabila umat Islam menghadapi
peperangan besar yang memerlukan tenaga manusia yang banyak, maka dalam hal
ini seluruh umat Islam harus dikerahkan untuk menghadapi musuh. Tetapi bila
peperangan itu sudah selesai, maka masing-masing harus kembali kepada tugas
semula, kecuali sejumlah orang yang diberi tugas khusus untuk menjaga keamanan
dan ketertiban dalam dinas kemiliteran dan kepolisian.
Oleh karena ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah untuk
mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang Islam
yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat dan
kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagi untuk menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri terhadap golongan yang
belum menerima pengetahuan.
Orang-orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan haruslah menjadi
mercusuar bagi umatnya. Ia harus menyebarluaskan ilmunya, dan membimbing
orang lain agar memiliki ilmu pengetahuan pula. Selain itu, ia sendiri juga harus
mengamalkan ilmunya agar menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang sekitarnya
dalam ketaatan menjalankan peraturan dan ajaran-ajaran agama. Dengan demikian
dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan, setiap
orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu,
mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Menurut pengertian yang tersurat dari ayat ini kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan yang ditekankan di sisi Allah adalah dalam bidang ilmu agama. Akan
tetapi agama adalah suatu sistem hidup yang mencakup seluruh aspek dan
mencerdaskan kehidupan mereka, dan tidak bertentangan dengan norma-norma
segi kehidupan manusia. Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat
mencerdaskan kehidupan mereka dan tidak bertentangan dengan norma-norma
agama, wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi
ini dan menciptakan kehidupan yang baik. Sedang ilmu pengetahuan adalah sarana
untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap sarana yang diperlukan untuk melaksanakan
kewajiban adalah wajib pula hukumnya.
Dalam hal ini, para ulama Islam telah menetapkan suatu kaidah yang
berbunyi:
"Setiap sarana yang diperlukan untuk melaksanakan yang wajib, maka ia wajib pula
hukumnya".

Karena pentingnya fungsi ilmu dan para sarjana, maka beberapa negara Islam
membebaskan para ulama (sarjana) dan mahasiswa pada perguruan agama dari
wajib militer agar pengajaran dan pengembangan ilmu senantiasa dapat berjalan
dengan lancar, kecuali bila negara sedang menghadapi bahaya besar yang harus
dihadapi oleh segala lapisan masyarakat.

tajwid surat attaubah ayat 122

1pada lafal wamakana


Mim dan kaf nya mad thabii karena fathah diikuti alif
2Almu'minuna idhar qamariyah
Karena lam alif tidak diikuti tasydid
3Liyanfiruu yaitu ikhfa haqiqi dan mad thabii
Nun sukun bertemu fa itu ikhfa haqiqi
Dhammah diikuti wau sukun itu mad thabii
4Falaula yaitu mad layin dan mad thabii
Fathah diikuti wau sukun itu mad layin
La itu mad thabii karna fathah diikuti alif
5firqatinminhum ada idgham bigunnah, ghunah, dan idhar halqi
Tanwin bertemu mim itu idgham bigunnah
Nun sukun bertemu ha itu idhar halqip
Mim bertasydid itu ghunnah mussyaddah
Diposkan oleh NAMIKAZE_YANTO di 04.53
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

2 komentar:

1.

Anes Annabel20 Januari 2015 00.15

wah lengkap ada tajwidnya, tapi apa hanya ada 5 hukum bacaannya?

Balas
2.

Helmi Effendi22 Januari 2015 04.07

Terima kasih gan

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2014 (30)
o ▼ September 2014 (21)
 teori ATOM RUTHERFORD
 mod gta sa
 logharitma
 atom dalton
 bilangan pangkat 1,2,3, dan 4
 surat attaubah ayat 122
 Surah Al-Anfal [8] Ayat 72
 cara mudah menghafal tabel periodik kimia
 selada lettuce
 sistem ekonomi part 1
 sistem ekonmi part 2
 dialog b.inggris tentang pujian
 PERAN PELAKU EKONOMI
 Diagram Interaksi Antara Pelaku Ekonomi (Circulair...
 Penawaran dan permintaan
 FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN
PENAW...
 FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN
PENAW...
 kurva permintaan dan kurva penawaran
 TEMPAT MEMBACA QURAN DIGITAL DI WEBSITE YANG
SAYA ...
 Kontrol Diri, Prasangka Baik, Dan Persaudaraan.
 KANDUNGAN SURAH = AL ANFAL : 72, AL HUJARAT : 10 D...
o ► Oktober 2014 (6)
o ► Desember 2014 (3)

Anda mungkin juga menyukai