Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep kebutuhan oksigenasi


1. Defenisi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
pasien akan meninggal (Harianto, 2016)
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Andarmayo, 2012).
2. Anatomi fisiologi sistem pernapasan
Bernapas membawa udara ke paru, dimana terjadi pertukaran gas.
Udara masuk ke paru melalui saluran pernapasan. Organ saluran
pernapasan atas terdiri dari mulut, hidung, dan pharing. Ketiganya
dihubungkan dengan nasopharing, yang membawa udara melalui mulut
dan hidung ke pharing. Organ saluran pernapasan bawah terdiri dari
trakhea, lobus bronkhus, segmen bronkhus, dan paru. Bronkhus berlanjut
ke bronkhiolus, yang menghubungkan jalan napas dengan parenkhim paru.
Pertukaran gas di paru terjadi di alveoli. Struktur epitel berdinding tipis
dihubungkan dengan kapiler. Oksigen masuk alveoli menembus epitel,
masuk darah menuju jantung dan dari jantung ke jaringan tubuh.
(Sumber www.Thinklink.com)

Fisiologi pernapasan terdiri dari 4 tahap yaitu ventilasi, difusi,


tranportasi, dan perfusi. Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfir ke
sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh ke luar tubuh.
Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru
sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan bernafas
atau inspirasi dan ekspirasi. Selama inspirasi, diafragma dan otot
intercostal eksternal berkontraksi, sehingga memperbesar volume thorak
dan menurunkan tekanan intrathorak. Pelebaran dinding dada mendorong
paru ekspansi, menyebabkan tekanan jalan napas turun di bawah tekanan
atmosfir, dan udara masuk paru. Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot
intrcostal relaksasi, menyebabkan thorak kembali bergerak ke atas ke
ukuran lebih kecil. Tekanan dada meningkat menyebabkan udara mengalir
keluar dari paru
Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak
dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Oksigen dan karbon dioksida berdifusi diantara alveoli dan darah.
Bernapas secara kontinyu menambah supply oksigen paru,
sehingga tekanan partial oksigen (PO2) di alveoli relatif tinggi. Sebaliknya
bernapas mengeluarkan karbon dioksida dari paru, sehingga tekanan
partial karbon dioksida (PCO2) di alveoli rendah. Oksigen berdifusi dari
alveoli ke darah karena PO2 lebih tinggi di alveoli daripada di darah
kapiler. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke alveoli.
Transportasi dan Perfusi Gas, Oksigen ditransportasikan dari
membrane kapiler alveoli paru ke darah kemudian ke jaringan dan
karbondioksida ditransportasikan dari jaringan ke paru kembali. Oksigen
diangkut dalam darah melalui hemoglobin. Metabolisme meningkat maka
akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen. Jumlah oksigen yang
disampaikan ke sel disebut perfusi gas.
Pernapasan normal tergantung pada usia. Rata-rata pernapasan
menurut kelompok usia

Kelompok usia Rata-rata pernapasan permenit


Bayi baru lahir dan bayi 30-60
1-5 20-30
6-10 18-26
10-dewasa 12-20
Dewasa tua 16-25
Jenis jenis pernapasan
a. Eupnoe
Pernapasan normal, tenang, dan teratur.
b. Kusmaul
Kadang- kadang cepat dan kadang lambat, frekuensi tidak teratur
c. Cheyene
Kadang- kadang apnue, frekuensi napas dibawah 20 kali permenit
d. Biot
Pernapasan yang kadang tidak teratur iramanya, dan kadang- kadang
diikuti apnue.
3. Faktor Faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi kebutuhan oksigenasi
a. Posisi Tubuh
Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran)
paru paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karena
organ abdominal tidak menekan/mendorong diafragma. Pernapasan
lebih kuat saat berbaring karena isi abdomen mendorong diafragma.
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, pernapasan meningkat dan
sulit pada posisi berbaring karena janin mendorong diafragma.
b. Lingkungan
(1) Ketinggian tempat
Tempat lebih tinggi mempunyai tekanan oksigen lebih
rendah, sehingga darah arteri mempunyai tekanan oksigen yang
rendah. Akibatnya orang di dataran tinggi mempunyai pernafasan
dan denyut nadi yang meningkat dan peningkatan kedalaman
napas.
(2) Polusi udara
Polutan (hidrokarbon, oksidan) bercampur dengan oksigen
membahayakan paru. Karbon monoksida menghambat ikatan
oksigen dalam hemoglobin. Polutan menyebabkan peningkatan
produksi mukus, bronkhitis dan asma.

(3) Alergen
Alergen (pollen, debu, makanan) menyebabkan jalan
napas sempit akibat udem, produksi mukus meningkat, dan
bronkhospasme. Hal ini menyebabkan kesulitan bernapas
sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen
(4) Suhu
Panas menyebabkan delatasi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan aliran darah ke kulit dan meningkatkan sejumlah
panas yang hilang dari permukaan tubuh.
Vasodilatasi kapiler menurunkan resistensi atau hambatan
aliran darah. Respons jantung meningkatkan output untuk
mempertahankan tekanan darah. Peningkatan cardiac output
membutuhkan tambahan oksigen sehingga kedalaman napas
meningkat. Lingkungan yang dingin menyebabkan kapiler perifer
kontriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah yang
menurunkan kerja jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen.
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang
riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c. Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 - 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 - 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital
menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll.
f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
1) Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
2) Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3) Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
4) Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan
therapi
g. Riwayat spiritual
h. Pemeriksaan fisik
1) Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa
(warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
2) Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
3) Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan
jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke
atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea
dapat diketahui.
4) Thoraks
Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah
pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa.
Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-
posterior sama dengan diameter tranversal (1:1). Pada orang
dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal
adalah (1 : 2)
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
a) Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan
diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior
membesar dan sternum sangat menonjol ke depan.
b) Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri
berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum
menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.

Kelainan tulang belakang diantaranya :

a) Kiposis atau bungkuk dimana punggung


melengkung/cembung ke belakang.
b) Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung.
c) Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.

5) Pola napas
a) eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24
x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya,
b) tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih
dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang
lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt
c) apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

6) Kaji volume pernapasan


a) hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam
paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam
dan panjang
b) hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang lambat.

7) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan


dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan
dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai
dengan pengembangan perut.

8) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler


atau irreguler,
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
9) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea
yaitu sesak napas yang dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi,
ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam
posisi duduk atau berdiri
10) Perlu juga dikaji bunyi napas
a) stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi
jalan napas bagian atas
b) stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar
saat inspirasi
c) wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
d) rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi
e) ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di
dengar saat ekspirasi.
11) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien
mengalami
a) batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
b) non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
c) hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

12) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut
nadi
a) takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
b) bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah
a) hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
b) hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.

13) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah


a) anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam
jaringan kurang
b) hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen
dalam darah kurang
c) hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau eksternal
d) cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran,
kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
e) clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.

Palpasi : Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada,


nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan
taktil vremitus.

Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui


sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara.
Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih
mudah terasa karena suara pria besar.

2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi
dan akumulasi eksudat
c. Ketidak efektifan pola napas berhungan dengan penurunan ekspansi
paru, proses inflamasi.
3. Intervensi keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus
NOC :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pada status
respirasi terjadi kepatenan napas

Kriteria hasil :
1) Pasien tidak merasa tercekik
2) Tidak sesak napas
3) Auskultasi suara vesikuler
4) Frekuensi napas dalam batas normal 16-20 x permenit
5) Tanda tanda vital dalam batas normal

NIC :

1) Bersihkan jalan napas dengan posisi leher ekstensi jika


memungkinkan
Rasional : memaksimalkan ventilasi dengan memperbesar saluran
udara masuk
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan asupan O2
Rasional : ventilasi yang maksimal dapat meningkatkan asupan O2
3) monitor respirasi dan status oksigen
Rasional : untuk melihat keadaan dan kandungan pO2
4) auskultasi suara napas
Rasional : bunyi ronkie menandakan akumulasi sekret
5) Lakukan suction bila perlu
Rasional : suction dapat membantu pengeluaran sekret
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi
dan akumulasi eksudat
NOC :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
ventilasi dan pertukaran gas efektif

Krtiteria hasil:
1) Elektrolit seimbang
2) Asam basa seimbang
3) Nadi dalam batas normal (60-100x permenit)
4) Irama jantung ireguler
5) pCO2 dalam batas normal

NIC:

Intervensi keperawatan

1) Monitor kepatenan akses IV

Rasional: IV yang paten dapat menyeimbangkan cairan elektrolit

agar mengatasi asam basa PH tubuh

2) Pertahankan kepatenan jalan napas

Rasional: jalan napas yang paten dapat meningkatkan pertukaran

gas yang lebih baik

3) Pantau kadar elektrolit

Rasional: mengetahui PH tubuh pasien

4) Pantau pola napas

Rasional: pola napas yang irreguler menandakan gangguan

pertukaran gas.
5) Berikan therapy O2 sesuai order

Asupan O2 yang maksimal dapat memenuhi kebutuhan asupan

O2..

c. Ketidak efektifan pola napas berhungan dengan penurunan ekspansi


paru, proses inflamasi.
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
masalah ketidak efektifan pola napas dapat teratasi
Kriteria hasil:
1) Jalan napas paten
2) Tidak demam
3) Tidak sesak
4) Frekuensi napas normal (16-20 x permenit)
5) Irama teratur
6) Suara napas vesikuler
7) Tidak ada suara napas tambahan

NIC:

Intervensi keperawatan

1) Observasi TTV dan pola napas


Rasional: mengindentifikasi dini tanda tanda hipo/hiperventilasi
2) Berikan posisi semifowler
Rasional: mamaksimalkan ekspansi paru
3) Ajar dan anjurkan pasien batuk produktif
Rasional: Batuk produktif dapat mengurangi sesak
4) Auskultasi suara napas
Rasional: mengindentifikasi suara tambahan

Anda mungkin juga menyukai