Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015

Institut Teknologi Nasional Malang


ISSN: 2407 – 7534

Analisis Kemampuan Proses Pemintalan Benang Sutera


Berdasarkan Perbedaan Waktu Kerja
Dengan Pendekatan Statistical Process Control (SPC)

Ir. Hardi , MT
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perbedaan waktu kerja operator terhadap
kejadian putusnya serat sutera dan kapabilitas proses pemintalan. Dalam penelitian yang
diamati aktivitas proses penggulungan serat sutera ke kincir kecil dengan mengambil sampel
secara acak sebanyak 5 kali proses penggulungan perhari. Sedangkan pengumpulan data diambil
selama 10 hari dengan menggunakan tenaga operator yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan frekwensi kejadian putus serat benang saat
proses penggulungan menuju kincir kecil dengan rotasi jam kerja operator, diperoleh nilai rata-
rata jumlah putus pada jam 08.00 – 11.00 dan jam 13.00 – 15.00 masing masing sebesar 1.9 kali
dan 2.2 kali. Sedangkan kemampuan kerja pada proses penggulungan sebesar 62 % dengan
persentase kejadian putus sebesar 38 % (jam 08.00 – 11.00) serta 56 % dengan persentase putus
sebesar 44 % (jam 13.00-15.00)

Kata Kunci: Proses Reeling, Waktu Kerja, Frekwensi Putus, Kapabilitas Proses

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship of the time difference on the incidence of
rupture of the operator and the silk fiber spinning process capability. In a study that observed
activity rolling mill to a small silk fiber by taking a random sample of rolling 5 times per day.
While the data collection was taken for 10 days with the use of the same operator.
The results showed are correlation frequency of occurrence of fiber breaking the current
thread rolling toward a small windmill with a rotation operator working hours, the value of the
average number of drop out in hours 08:00 to 11:00 and the hours of 13:00 to 15:00, respectively
by 1.9 times and 2.2 times. While the ability to work on a rolling process by 62% with the
percentage of dropping by 38% (hours 8:00 to 11:00), and 56% with the percentage of drop by 44%
(13:00 to 15:00 hours)

Keywords: Reeling Process, Working Time, Frequency End, Process Capability

Pendahuluan

Proses pemintalan benang sutera merupakan suatu sistim input – out put, dari industri
kecil dan menengah yang memiliki pengaruh strategis dalam perekonomian dan pemberdayaan
masyarakat dalam kegiatan yang produktif. Dalam aktivitas prosesnya menggunakan input
berupa kokon dari ulat jenis bombyx mory melalui proses transformasi nilai tambah dengan
menggunakan sumber daya (alat reeling, tenaga kerja/operator, metode kerja, bahan baku) pada
suatu lingkungan kerja untuk menghasilkan produk benang sutera. Jenis alat pemintal atau alat
reeling adalah jenis teknologi manual sistim, dimana alat digerakkan oleh manusia.
Produk benang sutera merupakan produk yang dibutuhkan oleh industri hilir (industri
penenunan kain sutera). Sudarsono (2005) menyatakan bahwa kebutuhan benang sutera di
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 549
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Indonesia adalah sebesar 200 ton/tahun dan Anonim (2007) sementara kebutuhan benang
sutera dunia ± 92,742 ton/tahun. Dalam proses pemintalan menggunakan alat penggulung yang
biasa disebut dengan proses reeling. Atmosoedarjo, dkk (2000 : 184) reeling sutera adalah
proses penyatuan beberapa filamen untuk dipintal menjadi benang sutera. Direktorat Industri
Sandang, (2008 : 22 dalam Hamali, 2010) reeling adalah proses penarikan filamen dari
beberapa kokon dan menyatukan menjadi benang dengan tujuan mengurai filamen dari kokon
dan menggulung pada kincir kecil (haspel) dengan ukuran keliling 65 cm dan lebar 8 cm.
Berdasarkan survey dan wawancara, terhadap tenaga kerja pada industri pemintalan yang
berperan sebagai operator alat pemintal di daerah penelitian, didapatkan informasi masih
rendahnya produktivitas dan tingginya waktu terbuang saat kegiatan proses pemintalan serat
sutera, seperti sering terjadi putusnya serat sutera saat dilakukan penggulungan serat sutera
dengan alat reeling. Selain itu masih didapatkan masih rendahnya kedisiplinan terhadap waktu
kerja dalam melakukan aktivitas kerja sehingga mengakibatkan pada produktivitas output yang
dihasilkan setiap kali proses dilaksanakan pada industri ini. Lee (1999) menyatakan semakin
banyak jumlah putus benang yang terjadi selama proses reeling, diakibatkan oleh proses
perebusan yang terlalu lama dan terlampau cepat berarti semakin rendah prestasi daya gulung
filamen, dan panjang filamen yang terbentuk akan semakin pendek.
Dari uraian diatas, mengingat propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah
yang dijadikan sentra pengembangan agroindustri pesuteraan alam yang ditetapkan
pemerintah, maka penelitian ini difokuskan salah satu faktor yang memberikan pengaruh pada
produktivitas hasil proses ini, dimana gambaran dari model sederhana berkaitan dengan
aktivitas proses pemintalan serat sutera untuk dijadikan produk benang sutera yang terjadi
pada industri pemintalan benang sutera di kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang ini,
digambarkan dalam bentuk sistim input – proses – output sederhana seperti gambar dibawah
ini :

Input Output
Proses Reeling

Umpan Balik untuk


Pengendalian input, Proses
dan Informasi

Gambar 1. Model Sederhana Input –Proses-Output Pemintalan Benang Sutera

Dari uraian diatas, maka permasalahannya adalah berulangnya kejadian putusnya serat
sutera (filamen) pada waktu proses pemintalan serat sutera yang digulung ke kincir kecil
(haspel). Sedangkan tujuan penelitian adalah mengetahui kapabilitas proses berdasarkan
perbedaan waktu kerja operator pada proses pemintalan.

Metode Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2014, yaitu pada kelurahan
Aggeraja kecamatan Alla, kabupaten Enrekang. Sedangkan lokasi penelitian dipilih secara
sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan salah satu
daerah sentra kegiatan dari industri pemintalan benang sutera di propinsi Sulawesi Selatan.

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 550


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Metode Pengumpulan data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini:
1. Survey lapangan yaitu melakukan pengambilan data primer dengan menggunakan
pengukuran langsung pada aktivitas kerja pemintalan di sentra industri pemintalan benang
sebagai obyek.
2. Wawancara dilakukan pada para pekerja secara individu, dengan harapan untuk
mendapatkan informasi yang terkait dengan kegiatan dan kejadian pada saat proses
pemintalan berlangsung.
3. Studi literature dilakukan dengan mengambil teori atau informasi yang bersumber dari
buku, jurnal dan lain-lain.

Metode Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel pengamatan dalam penelitian berdasarkan simple random sampling
pada sentra industri pemintalan terhadap pekerja yang telah berpengalaman selama ± 5 tahun
pada proses pemintalan yang menggunakan alat reeling manual. Sedangkan variabel yang
diukur adalah jumlah kejadian putusnya filamen (serat sutera) saat proses pemintalan dengan
indikator waktu kerja antara jam 08.00 – 11.00 dan jam 13.00 – 15.00.

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang berupa data atribut, di analisis dengan
pendekatan statistical process control dengan peta kontrol P. Adapun langkah-langkahnya yang
digunakan untuk penyelesaian masalah, digunakan seperti diagram dibawah ini:
Identifikasi Proses

Pengumpulan Data Proses

Menghitung Nilai Proposi :


Total Penyimpangan
P bar = ----------------------------
Total Pemeriksaan

Menghitung Nilai Simpangan Baku :

Sp = √ { p-bar (1 – p-bar} / n

Menghitung Batas Kontrol :


CL = p-bar
UCL = p-bar + 3 (Sp)
LCL = p-bar – 3 (Sp)

Membuat peta kontrol dengan memplot


data proporsi penyimpangan

Apakah proses dalam


pengendalian statistikal

Ya Tidak

Tentukan Kapabilitas Proses :


Cp = (1 – p-bar)
Gambar 2. Diagram Alir Penggunaan Statistical Process Kontrol (SPC)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 551


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran terhadap perbedaan waktu kerja yang
diterapkan pada proses pemintalan (proses reeling) diperoleh sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil perhitungan proporsi putus dan persentase putus yang terjadi dengan sampel
(n = 5 x penggulungan)
Jumlah Putus Proporsi Persentase
Pengamatan
Waktu Kerja Saat Di Gulung Putus Putus
(Hari)
(Jam) (kali) (p) ( p , %)
08.00 - 11.00 1 2 0.40 40.0
2 3 0.60 60.0
3 1 0.20 20.0
4 3 0.60 60.0
5 2 0.40 40.0
6 2 0.40 40.0
7 1 0.20 20.0
8 2 0.40 40.0
9 1 0.20 20.0
10 2 0.40 40.0
Jumlah 19 3.80 380.0
Rata - rata 1.9 0.38 38.0
(p-bar) (p-bar, %)
13.00 - 16.00 1 2 0.40 40.0
2 1 0.20 20.0
3 3 0.60 60.0
4 2 0.40 40.0
5 3 0.60 60.0
6 2 0.40 40.0
7 3 0.60 60.0
8 1 0.20 20.0
9 2 0.40 40.0
10 3 0.60 60.0
Jumlah 22 4.40 440.0
Rata - rata 2.2 0.44 44
(p-bar) (p-bar, %)

Sedangkan hasil perhitungan standar penyimpangan dan batas kontrol dari masalah yang
diteliti dari aktivitas proses pemintalan (reeling) benang sutera yang terjadi pada kedua waktu
kerja yang ditetapkan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Perhitungan Simpangan Baku dan Batas Kontrol


Waktu Kerja Simpangan Baku Batas Kontrol
Operator
Jam 08.00 – 11.00 Sp = √ p-bar (1-p-bar) / n CL = p-bar = 0.38
= √ 0.38 (1 - 0.38) / 5 UCL = p-bar + 3(Sp)
= 0. 22 = 0.38 + 3 (0.22) = 1.04
LCL = p-bar – 3 (Sp)
= 0.38 – 3 (0.22) = - 0.28
Jam 13.00 – 15.00 Sp = √ p-bar (1-p-bar) / n CL = p-bar = 0.44
= √ 0.44 (1 - 0.44) / 5 UCL = p-bar + 3(Sp)
= 0. 22 = 0.44 + 3 (0.22) = 1.10
LCL = p-bar – 3 (Sp)
= 0.44 – 3 (0.22) = - 0.22

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 552


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Gambar 3 a. Distribusi Frekwensi Putus Gambar 3 b. Peta Kontrol Proporsi Putus


Jam Kerja 08.00 – 11.00 Saat Proses Reeling
Jam Kerja 08.00 – 11.00

Gambar 4 a. Distribusi Frekwensi Putus Gambar 4 b. Peta Kontrol Proporsi Putus


Jam Kerja 13.00 – 16.00 Saat Proses Reeling
Jam Kerja 13.00 – 16.00

Dari gambar distribusi terjadinya putus saat pengulungan (pemintalan), dengan 3 jam kerja
pertama (08.00-11.00) diperoleh rata – rata putus saat proses sebesar = 1.9 kali, sedangkan
untuk 3 jam kedua (13.00-16.00) diperoleh rata-rata putus saat proses sebanyak = 2.2 kali. Hal
ini menunjukkan bahwa daya gulung filamen relatif baik, karena daya gulung sangat tergantung
dari jumlah kali putus filamen selama diurai, maka persen daya gulung ditentukan oleh putus
filamen. Apabila terjadi putus serat sutera (filamen) sebanyak 3 kali, maka persentase daya
gulung = 25 %, 2 kali putus maka persentase daya gulung = 33 % dan 1 kali putus persentase
daya gulung = 50 % dan bila tidak terjadi putus, maka persentase daya gulung = 100 %.
(Atmosoedarjo, 2000 : 106).
Sedangkan berdasarkan hasil analisa data menggunakan peta kontrol p (proporsi), bila
dilihat dari kapabilitas proses penggulungan (pemintalan) saat bekerja pada jam kerja pertama
(08 . 00-11.00) adalah sebesar 1 – p bar = 1 – 0.38 = 0.62 atau 62 %, berarti kemampuan proses
dalam menggulung benang sutera hanya menghasilkan penyimpangan (putusnya filamen)
sebesar 38 %, sedang pada jam kerja kedua (13.00 - 16.00), kapabilitas proses adalah sebesar 1 –
p bar = 1 – 0.44 = 0.56 atau 56 %, berarti kemampuan proses dalam menggulung benang sutera
yang menghasilkan penyimpangan (putusnya filamen) hanya sebesar 44 %. Hal ini terdapat
perbedaan kapabilitas proses sebesar 12 %.

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 553


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam makalah ini, yang berhubungan dengan proses
pemintalan (penggulungan) benang sutera yang dilakukan oleh tenaga kerja dengan perbedaan
waktu kerja, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Pemanfaatan teknologi pemintal yang sederhana, ternyata masih mampu memberikan efek
terhadap hasil proses (daya gulung) filamen yang relatif cukup baik. Perbedaan waktu kerja
operator pada proses pemintalan, memberikan proporsi frekwensi putusnya dan kapabilitas
proses yang berbeda, hal ini akan memberikan pengaruh pada efisiensi dan output yang
dihasilkan.

Daftar Pustaka

1. Anonim (2007); Budi Daya Ulat Sutera dan Produksi. http ://www.bi.go.id
2. Atmosoedirja, J. Katsubrata, M. Kaomini, W.Saleh, dan W.Moerdoko (2000) ; Sutera Alam
Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
3. Departemen Perindustrian direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah , Direktorat
Industri Sandang (2008). Acuan Standar Benang Sutera Mentah.
4. Hamali, (2010). Pengaruh Sistim Perebusan Kokon Ulat Sutera Kode C.301 Terhadap
Rendemen Pemintalan dan Daya Gulung Serat Sutera. Jember.
5. Lee, Y. (1999). Silk Reeling and Testing Manual. Bul FAO Agroculture Service: 136.
6. Sudarsono. R.P (2005) ; Ada Keinginan Menuju Swasembada Sutera. http: //www.kompas.
com.
7. Sugiyono . (2013). Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta Bandung.
8. Vincent Gaspersz (1998). Statistical Process Control. Penerapan Teknik-Teknik Statistikal
Dalam Manajemen Bisnis Total. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 554

Anda mungkin juga menyukai