Anda di halaman 1dari 26

TUTORIAL KLINIK

Demam Berdarah Dengue

Disusun Oleh :

Muhammad Ihcsan 1708320026

Mela Fitri 1708320025

Retno Sundari 1708320023

Lidya Mardiahsari 1708320030

Ghazkhan Shah Ghanar 1708320039

Pembimbing :

dr. Sondang M. Lumbanbatu, Sp.A

SMF ILMU ANAK


RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
LUBUK PAKAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tutorial
klinis ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF Ilmu
Anak RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dengan judul “Demam Berdarah
Dengue+Demam Thypoid+Oxyuriasis”.

Laporan kasus ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Anak RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Sondang M. Lumbanbatu, Sp.Ayang telah
membimbing penulis dalam tutorial klinis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tutorial klinis ini masih memiliki


kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua
pihak yang membaca laporan kasus ini. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Lubuk Pakam, 18 Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II DBD .............................................................................................. 2
2.1 Definisi ................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi .......................................................................................... 2
2.3 Etiologi ................................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ............................................................................................ 4
2.5 Manifestasi klinis.................................................................................... 6
2.6 Diagnosa ................................................................................................. 7
2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................... 9
2.8 Pencegahan ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12
LAMPIRAN.............................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi virus Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
golongangrup arbovirus. Setiap tahun terjadi 50–100 juta kasus Demam Dengue dan
250–500 ribu dapat terjadi pada semua kelompok umur. Infeksi virus Dengue merupakan
salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di negara tropis dan sub tropis di
seluruh dunia.1
DBD masih dianggap dunia internasional sebagai penyakit virus nyamuk yang
paling signifikan. Penyakit Ini endemik di lebih dari 100 negara di seluruh dunia,
terutama daerah tropis dan sub-tropis.2 Di Amerika Serikat, DBD yang disebabkan Aedes
aegyptispecies dapat ditemukan secara musiman di Louisiana, Florida selatan, New
Mexico, Arizona, Texas, Georgia, Alabama, Mississippi, North dan South Carolina,
Kentucky, Oklahoma, dan Tennessee.1Dalam 50 tahun terakhir, insiden demam berdarah
meningkat 30 kali lipat.1
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi2Penyakit ini erat kaitannya dengan higiene pribadi dan
sanitasi lingkungan, seperti higiene perorangan, higiene makanan, lingkungan yang
kumuh, kebersihan tempat-tempat umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang
tidak mendukung untuk hidup sehat.1

1
BAB II

DEMAM BERDARAH DENGUE

2.1 Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah sindrom yang disebabkan oleh virus
dengue yang cenderung menyerang anak, menyebabkan nyeri perut, perdarahan, dan
kolaps sirkulasi (syok). DBD dimulai tiba-tiba dengan demam berkelanjutan yang tinggi.1

2.2 Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan 50 hingga 100 juta


infeksi demam berdarah terjadi setiap tahun. Dari kasus-kasus ini 500.000 menjadi DBD
mengakibatkan 22.000 kematian, kebanyakan adalah anak-anak.1 Berdasarkan data resmi
yang dikirim ke WHO, kasus demam berdarah di seluruh Amerika, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat melampaui 1,2 juta pada tahun 2008 dan lebih dari 3 juta pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, 2,35 juta kasus demam berdarah dilaporkan di Amerika saja, dimana
37, 687 kasus adalah DBD.2 Setelah epidemi DBD pertama yang diketahui pada tahun
1953 hingga 1954 di Filipina, penyakit ini terus menyebar ke seluruh Asia Tenggara.1
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia merupakan
negara endemik Dengue dengan kasus tertinggi urutan pertama di Asia Tenggara
(Kemenkes RI, 2010). Pada tahun 2006 Indonesia melaporkan 57% dari kasus Dengue
dan hampir 80% kematian Dengue di daerah Asia Tenggara (1132 kematian dari jumlah
1558 kematian dalam wilayah regional). Infeksi virus Dengue di Indonesia selalu
dijumpai sepanjang tahun di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan
Bandung.2
Data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di
seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena
2
demam tifoid dan 70% kematiannya terjadi di Asia.8 Di Indonesia sendiri, penyakit ini
bersifat endemik.
Menurut WHO 2008, penderita dengan demam tifoid di Indonesia tercatat 81,7
per 100.000.3 Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 penderita demam tifoid
dan paratifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit sebanyak 41.081 kasus dan 279
diantaranya meninggal dunia.1
Lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi cacing STH
dan lebih dari 880 juta anak membutuhkan pengobatan penyakit akibat parasit ini.2 Di
Indonesia angka kejadian infeksi cacing pada anak sekolah dasar berkisar antara 2,7 -
60,7% .2
Data Dinkes Kota Pekanbaru tahun 2012 menunjukkan kasus kecacingan dari 20
puskesmas tercatat 2285 kasus, dimana 225 kasus terdapat di puskesmas Rumbai Pesisir.3

3
2.3 Etiologi

Virus Dengue (DENV) termasuk keluarga flaviviridae, genus Flavivirus, dan


ditularkan kemanusia oleh nyamuk Aedes, terutama aedes aegypti. Berdasarkan data uji
netralisasi, empat serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan Denv-4) dapat
dibedakan.4Infeksi dengan satu serotipe dengue memberikan kekebalan homotypic
seumur hidup ke serotipe itu dan periode singkat sekitar 2 tahun kekebalan heterotipik
parsial ke serotipe lain, tetapi individu akhirnya dapat terinfeksi oleh ke 4 serotipe.
Beberapa serotipe dapat beredar selama epidemi.5Flavivirus relatif kecil (40-50mm) dan
bulat dengan amplop lipid.

2.4 Patofisiologi

Demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang ditularkan nyamuk yang
disebabkan oleh 1 dari 4 serotipe virus dengue yang sangat terkait tetapi berbeda
antigennya, serotipe DENV-1 hingga DENV-4 . virus dengue ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes betina yang terinfeksi. Orang dengan virus dengue dalam darah mereka
dapat menularkan virus ke nyamuk 1 hari sebelum dimulainya periode demam. Pasien
biasanya tetpa menular selama 4-5 hari berikutnya (hingga 12 hari). Penularan terjadi
setelah 8-12 hari replikasi virus dikelenjar ludah nyamuk (periode inkubasi ekstrinsik).5
Masa hidup nyamuk Aedes aegypti biasanya 21 hari tetapi berkisar antara 15-65
hari. Telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan selama 1 tahun namun dapat
diinaktivasi pada suhu <100C. Setelah virus dengue ini berinokulasi ke manusia, demam
berdarah memiliki masa inkubasi 3-14 hari (rat-rata 4-7hari) sementara replikasi virus
terjadi disel target dendritik. Infeksi sel target, terutama dari sistem retikuloendotelial,
seperti sel dendritik, makrofag, hepatosit, dan sel endotel.5 Selama periode demam akut
ini, yang mungkin sesingkat 2 hari dan selama 10 hari, virus dengue dapat bersirkulasi
dalam darah perifer. Jika nyamuk Aedes aegypti lainnya menggigit orang yang sakit
selama tahap demam berdarah ini, nyamuk tersebut dapat terinfeksi dan kemudian

4
Nyamuk Aedes aegypti yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individuyang rentan pada saat
menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk kedalam tubuh manusia, virus dengue
akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus
limpaticus, sum-sum tulang , sel makkrofag serta paru-paru. Infeksi sekunder (secondary
heterologus infection) dan antibody dependent enchancement (ADE), teori
tersebutmenghipotesiskan bahwa, bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu
serotipe virus dengue, akan terjadi proseses kekebalan terhadap infeksi virus dengue
tersebut untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi
sekunder oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan terjadi infeksi yang berat. Ini
terjadi karena antibodi heterologus yang terbentuk pada infeksi primer, akan membentuk
kompleks dengan infeksi virus dengue serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat
dinetralisasi bahkan cenderung membentuk kompleks yang infeksius dan bersifat
oponisasi internalisasi, selanjutnya akan teraktifasi dan memproduksi IL-1, IL-6,TNF α,
dan Platelet Activating Factor (PAF). Akibatnya akan terjadi peningkatan infeksi virus
dengue. 6

TNF α akan menyeabkan kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya


cairan plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan kerusakan endotel pembuluh darah
yang mekanismenya sampai saat ini belum diketahui jelas. Teori lain menyebutkan
kompleks imun yang terbentuk akan merangsang komplemen yanng farmakologisnya
cepat dan pendek dan bersifat vasoaktif dan prokoagulan sehingga menimbulkan
kebocoran plasma dan perdarahan.6 Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue
diketahui meningkat seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini menyebabkan terjadinya
kenaikan permeabilitas kapiler celah endotel melebar, yang mengakibatkan ekstravasasi
cairan dari intravaskuler ke ekstravaskulerdan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran
plasma seperti hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, ascites, penebalan
dinnding vesica fellea, dan syok hipovolemik. Kenaikan permebilitas kapiler ini berimbas
pada terjadinya hemokonsentrasi, teknan nadi menurun dan tanda syok lainnya
merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi.7

5
2.5 Manifetasi Klinis

Gejala dari DBD yang bisa dialami pasien yaitu demam dengan onset yang tiba-
tiba yang berlangsung selama 2-7 hari dan memiliki karakter bifasik, bisa disertai dengan
menggigil, nyeri hebat pada sendi-sendi tubuh, nyeri kepala, nafsu makan yang
berkurang, malaise, nyeri tenggorokan, dan timbulnya manifestasi perdarahan (petekie,
gusi berdarah, epistaksis, hematuria).8
Terdapat 3 fase penyakit pada DBD, yaitu :9
1. Fase febril
Ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh hingga mencapai 40ºC, dapat disertai dengan
timbulnya manifestasi perdarahan.
2. Fase kritis
Ditandai dengan demam yang turun, dan pada fase ini terjadi kebocoran plasma dari
pembuluh darah ke interstisial sehingga pasien harus di follow secara ketat keadaan
hemodinamik, karena pada fase ini bisa terjadi syok. Pada fase ini juga timbul warning
sign termasuk nyeri abdomen, muntah persisten, dan perubahan suhu yang nyata (dari
demam ke hipotermia), perubahan status mental.
3. Fase konvalesen
Fase ini dapat berlangsung selama 2 minggu. Pada fase ini ditandai dengan berhentinya
kebocoran plasma dan mulai reabsorbsi cairan ke dalam intravaskular, tanda bahwa
pasien sudah memasuki fase konvalesen adalah kembalinya nafsu makan pasien dan vital
sign yang mulai stabil.

Gambar 1. Siklus perjalanan penyakit DBD9


6
2.6 Diagnosa

Diagnosis DBD dapat ditegakkan berdasarkan :10

1. Anamnesis
Pasien mengalami demam tinggi, mendadak dan terus menerus atau hilang timbul selama
2-7 hari, adanya manifestasi perdarahan berupa petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis atau melena, pasien juga bisa mengalami penurunan nafsu
makan, malaise, mual, muntah, nyeri kepala dan abdomen.

2. Pemeriksaan fisik
Dijumpai suhu tubuh yang meningkat, hepatomegali, pada kulit dapat dijumpai ruam, jika
telah terjadi syok dapat timbul gejala syok yaitu denyut nadi lemah dan cepat dan bisa
juga tidak teraba, tekanan darah yang menurun (<20 mmHg), kulit yang dingin dan
lembab.

3. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombositopenia (<100.000/mm3),
hemokonsentrasi (terjadi peningkatan Ht >20%), pemeriksaan serologi IgM dan IgG Anti
Dengue. IgM antibodi dapat dideteksi pada hari ke 5 sakit. Meningkat cepat sekitar 2
minggu dari timbulnya gejala, dan masih bisa terdeteksi 2-3 bulan kemudian. Pada
infeksi primer didapatkan konsentrasi yang tinggi dari IgM anti dengue dan konsentrasi
yang rendah dari IgG anti dengue. Pada infeksi sekunder ditemukan konsentrasi IgG anti
dengue yang cukup tinggi dan konsentrasi IgM yang rendah. IgG akan muncul pada hari
ke-14 pada kasus infeksi primer, sedangkan pada infeksi sekunder akan timbul pada hari
ke-2 dan akan bertahan seumur hidup.

7
Derajat DBD10
1. Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji
tourniquet (+).
2. Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
3. Kegagalan sirkulasi : nadi cepat & lemah, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita gelisah.
4. Renjatan berat yang disertai nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur.

Diagnosa Banding11

1. Demam Dengue
Perbedaan antara DD dengan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma.
2. Demam Chikungunya
Bila dibandingkan dengan DBD, demam chikungunya memperlihatkan serangan
demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam
makulopapular, injeksi kojungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi.
3. Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
ITP sulit dibedakan dengan DBD derajat II karena didapatkan demam disertai
perdarahan di bawah kulit. Pada ITP demam cepat hilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi.
4. Demam thyphoid
Demam thyphoid juga memiliki gejala demam tinggi, tetapi demam cenderung naik
turun, selain itu juga memiliki keluhan nyeri kepala, mual, muntah, dan disertai keluhan di
saluran pencernaan seperti nyeri perut, diare atau konstipasi.

8
2.7 Penatalaksanaan

Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simptomatis.


Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma
dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Proses
kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4
hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke 7 proses kebocoran plasma akan
berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstisial ke intravascular. Terapi cairan
pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah
dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau
kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya efusi pleura ataupun asites yang
massif perlu diwaspadai. Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring
dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang cukup.12
Berikan anak banyak minum atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang
hilang akibat kebocoran plasma, demam, atau muntah. Untuk mengatasi demam berikan
paracetamol, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat
merangsang terjadinya perdarahan. Selanjutnya lakukan pemasangan infus pada anak:13
 Gunakan larutan isotonik seperti Ringer lactat atau asetat
 Kebutuhan cairan parenteral :
 Berat badan < 15 Kg : 7 ml/kgBB/jam
 Berat badan 15 – 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam serta laukan pemeriksaan laboratorium (
Hematokrit, trombosit)
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik , turunkan jumlah
cairan secara bertahan sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan,

9
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana
syok2. Keadaan syok dapat diperhatikan dari keadaan umum, kesadaran, tekanan sistolik
< 100 mmHg, frekuensi nadi lebih dari 100x/menit, akral dingin, kulit pucat, serta
diuresis kurang dari 0,5 mL/kgBB/jam14. Tatalaksana DBD dengan syok :
 Berikan 2-4 L/menit secara nasal
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer lactat.asetat
 Jika tidak menunjukan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya maksimal 30 menit atau pertimbangkan pemberian koloid 10-2- ml/kgBB/jam
maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan haemoglobin menurun , berikan
tranfusi darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis , jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-
4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam.

2.8 Pencegahan14

1. Lingkungan
Antara lain dengan pemberantasan sarrang nyamuk, pengelolaan sampah padat,modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk. Sebagai contoh :
- Menguras bak mandi/penampungan air minimal seminggu sekali.
- Mengganti/ menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
- Mengubur kaleng bekas, dan bahan bekas di sekitar rumah.
2. Biologis
- Pengendalian biologis antara lain, dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan
adu/ikan cupang) dan bakteri.

10
3. Kimiawi
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion) berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat penampungan asir seperti gentong
air, vas bunga, kolam, dll.
Cara yang paling efektif dalam pencegahan DBD adalah dengan mengkombinasi
cara-cara diatas yang disebut 3M Plus Menutup, Menguras, Menimbun14.

11
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (2012) Dengue and severe dengue: Fact Sheet No 117,
Geneva.
2. Zulkoni, A. (2011). Parasitologi, Yogyakarta: Nuha Medika
3. World Health Organization (2015) Impact of dengue.
4. Byron E, Osterhaus. Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View. American. CMR.2009
Oct;22(4):564-581
5. Michael A, Eva H. Dendritic cells in dengue virus infection: targets of virus replication and
mediators of immunity. Nat Rev Immunol(2014):521-8doi:10.1038
6. Candra A. Dengue Hemorragic Fever: Epidemiology, pathogenesis, and its Transmission Risk
Factor. Semarang. Aspirator Vol.2.2010:110-119
7. Kementrian kesehatan RI. Demam berdarah dengue. Buletin jendela epidemiologi. Pusat data dan
surveilans epidemiologi kementrian kesehatan RI. 2010. Volume 2 ISSN-2087-1546
8. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue. Clinical Manifestasion and Epidemiology,
CDC : 2009.

9. WHO. Dengue : Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New
Edition. Geneva : WHO;2009.
10. Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit oleh Depkes RI tahun
2008.
11. Novriani H. Respon imun dan derajat kesakitan demam berdarah dengue dan dengue
syndrome pada anak. Cermin Dunia Kedokteran. 2012, Vol 134.
12. Chen K, Pohan H, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue.
Scientific Journal of Pharmaceutical Develpoment and Medical Application. Vol 22 No.1
. 2010
13. WHO, DEPKES RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Departemen
Keesehatan Republik Indonesia. 2009.
14.Soegijanto S, Susilowati H, Mulyanto K, dkk. The unusual manifestation and the update
management of dengue viral infection. Indonesia Jurnal of Tropical and Infection
Disease. 2012 ; 3: 39-52

12
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Aira Hana Khalila
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Gang Genteng Deli Tua
Tanggal Masuk : 26 Juni 2018
BB Masuk : 13 kg

B. IDENTITAS ORANGTUA
Nama Ayah : Tri Sudarman
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Perkawinan : Menikah
Alamat : Gang Genteng Deli Tua
Riwayat Penyakit :-

Nama Ibu : Rita Utari


Umur : 27 tahun
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Perkawinan : Menikah
Alamat : Gang Genteng Deli Tua
Riwayat Penyakit :-

13
C. RIWAYAT KELAHIRAN PASIEN
Tanggal Lahir : 8-7-2014
Tempat Lahir : Deli Tua
Kelahiran : SC
BB Lahir : 3500 gram
Panjang : 50 cm
Ditolong Oleh : Dokter

D. PERKEMBANGAN FISIK
0-3 Bulan : Lahir segera menangis, tersenyum
4-6 Bulan : Menoleh, duduk, dapat memegang mainan
7-12 Bulan : Bisa bertepuk tangan, merangkak
1 tahun–sekarang : Berdiri, berjalan dan berlari

E. ANAMNESA MAKANAN
0-3 Bulan : ASI
4-6 Bulan : ASI + susu formula+ bubur susu
7-12 Bulan : ASI + nasi Tim
1 tahun-sekarang : Makanan biasa seperti keluarga

F. RIWAYAT IMUNISASI
BCG : 1 bulan
DPT : 4 bulan
POLIO : 0 bulan
CAMPAK : 9 bulan
HEPATITIS B : 1bulan dan 6 bulan
KESAN : Imunisasi Lengkap

G. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA PASIEN


Tidak ada

14
H. KETERANGAN MENGENAI SAUDARA PASIEN
Os anak Tunggal
I. ANAMNESA PENYAKIT PASIEN
Keluhan utama : Demam
Telaah : Os datang dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Deli Serdang
dengan keluhan demam. Demam telah dialami selama 3 hari, karakter demam
menggigil, demam bersifat terus menerus. Os mengalami mimisan 2 hari yang lalu.
Ibu os mengatakan nafsu makan os berkurang.
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
KU/KP/KG : Baik/baik/normoweight
Sensorium : Compos Mentis
HR : 100 x/i
RR : 24 x/i
Temperatur : 38,7 oC
BB Masuk : 13Kg
2. Status Lokalisata
a. Kepala : Normocephali
Rambut : Banyak, hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex
cahaya (+/+), edema palpebra (-/-)
Hidung : Deviasi septum nasi (-), pernafasan cuping hidung (-)
Telinga : Nyeri tekan (-/-), corpus alineum (-/-),
Lidah : Beslag (+)

b. Leher : Pembesaran KGB (-)


c. Thoraks
Inspeksi : Simetris Fusiform
Palpasi : Stem fremitus normal (kanan-kiri)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP vesikuler (kanan-kiri)
15
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), distensi abdomen (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
e. Ekstremitas
Superior : Akral hangat (+/+), pitting edema (-/-)
Inferior : Akral hangat (+/+), pitting edema (-/-)
f. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

K. STATUS NEUROLOGIS
Saraf otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem motorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pertumbuhan gigi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Neuromuskular : Tidak dilakukan pemeriksaan
Involunteer movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sensibilitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

L. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(26-6-2018)
Darah Lengkap Index Eritrosit

Hemoglobin : 12.5 g/dl MCV : 84.7 fl

Hematokrit : 36.8 % MCH : 28.8 fl

Leukosit : 2.1 x 103/uL MCHC : 34. fl

Trombosit : 135 x 103/uL

Eritrosit : 4.3 juta/Ul

16
Hitung Jenis (diff)
Basofil : 3.9 %
Eosinofil : 0.3 %
Segmen : 29.1 %
Limfosit : 50.8 %
Monosit : 15 %
LED : 15 mm/jam
M. RESUME

Os datang dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Deli Serdang dengan keluhan
demam. Demam telah dialami selama 3 hari, karakter demam menggigil, demam
bersifat terus menerus. Os mengalami mimisan 2 hari yang lalu. Ibu os mengatakan
nafsu makan os berkurang, os tidak mengalami batuk (-) nyeri perut (+).Vital Sign :
Sensorium compos mentis, HR 100 x/i, RR 24 x/i, Temperatur 38.7.oC dan BB 13 kg.
Pada pemeriksaan fisik: Kepala : normocephali, konjungtiva (-/-),Lidah beslag (+),
abdom. Hasil laboratorium : Hemoglobin : 12.5 g/dl, Hematokrit : 36.8 %, Leukosit :
2.1 x 103/uL, Trombosit : 135 x 103/uL, Eritrosit : 4.3 juta/uL.

N. DIAGNOSA BANDING
1. Demam Berdarah Dengue + Demam Typoid
2. Demam Dengue + Demam Typoid
3. Demam Chikungunya + Demam Typoid
O. DIAGNOSA KERJA
Demam Berdarah Dengue + Demam typhoid+ Oxyuriasis
P. PENATALAKSANAAN
- Asering 130 cc habis 1 jam, kemudian 50gtt mikro
- Cefotaxim 350 mg IV/ 8 Jam
- Novalgin 150 mg IV/ 8 Jam
- Dexamethason 0.5 ampul IV 1x saja

Q. PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
17
Follow-Up Pasien

Tanggal 27 Juni 2018 :

S :

KU: Demam (+)

T : Os mengalami demam pada hari ke 4, bersifat terus menerus, nyeri perut (+),
dijumpai ptekie (+) di extremitas dan perut, penurunan nafsu makan (+)

O :

Sens: Compos Mentis

HR : 116 x/i

RR : 35x/i

T : 38ºC

Laboratorium :

Darah Lengkap
Hemoglobin : 13.1 g/dl
Hematokrit : 37.3 %
Leukosit : 1.6 x 103/uL
Trombosit : 81,1 x 103/uL
Eritrosit : 4.4 juta/uL
Index Eritrosit
MCV : 84.9 fl
MCH : 29.8 fl
MCHC : 35.2 fl
Hitung Jenis (diff)
Basofil : 3.2 %
Eosinofil : 1.7 %

18
Segmen : 18,7 %
Limfosit : 64.9 %
Monosit : 11.5 %
LED : 15 mm/jam
Salmonella IGM : 4 ( menunjukkan infeksi demam typhoid aktif)

A :

Demam Berdarah Dengue + Demam Typhoid

P :

-Asering 50 gtt/i micro


-Cefotaxime 350 mg IV/8 jam
-Novalgin 150 mg IV/ 8 jam
-Dexamethason 0,5 ampul IV 1 kali.

Tanggal 28 Juni 2018 :


S :
KU : Demam (+)
T : Os masih demam, nyeri perut (-), ptekie (+) pada extremitas dan perut, penurunan
nafsu makan (+)
O :
Sens: Compos Mentis
HR : 113x/i
RR : 32x/i
T : 37,8ºC
A:
Demam Berdarah Dengue + Demam Typhoid

19
P:
-RL 40 gtt/I micro
-Cefotaxime 350 mg IV/8 jam
-Novalgin 150 mg IV/8 jam

Tanggal 29 Juni 2018


S :
KU : Lemas
T : Demam (-) Nyeri perut(-), ptekie (+), nafsu makan os sudah mulai membaik. Ibu os
mengeluhkan anaknya mengalami rasa gatal pada anusnya pada malam hari sejak 1
minggu yang lalu. Anaknya menggaruk anus (+), riwayat minum obat cacing 1 tahun
yang lalu.

O :

Sens: Compos Mentis


HR : 110 /i
RR : 30x/i
T : 37,5ºC
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin : 12.8 g/dl
Hematokrit : 37.8 %
Leukosit : 3.9 x 103/uL
Trombosit : 46,3 x 103/uL
Eritrosit : 4.37 juta/uL
Index Eritrosit
MCV : 86.6 fl
MCH : 29.3 fl
MCHC : 33.8 fl

20
Hitung Jenis (diff)
Basofil : 1.8 %
Eosinofil : 2.3 %
A :
Demam Berdarah Dengue + Demam Typhoid + Oxyuriasis

P :
-RL 40 gtt/I micro
-Cefotaxime 350 mg IV/8 jam
-Novalgin 150 mg IV/8 jam
- Albendazole tab 400 mg 1 kali sehari

Tanggal 30 Juni 2018


S :
KU : Gatal pada anus (+)
T : Os masih mengeluhkan gatal pada anus (+), nafsu makan sudah mulai membaik,
masih sedikit lemas.
O
Sens: Compos mentis
HR : 108x/i
RR : 29x/i
T : 37,3ºC

A
Demam Berdarah Dengue + Demam Typhoid + Oxyuriasis

P
- RL 40 gtt/I micro
- Cefotaxime 350 mg IV/8 jam
- Novalgin 150 mg IV/8 jam
- Albendazole tab 400 mg 1 kali sehari
21
Tanggal 01 Juli 2018
S
Ku: Gatal anus (+)
T : Os mengatakan gatal pada anus (+) sudah mulai berkurang, nafsu makan membaik.

O
Sens: Compos Mentis
HR : 100x/i
RR : 27 x/i
T : 37ºC
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin : 12.8 g/dl
Hematokrit : 37.8 %
Leukosit : 5.9 x 103/uL
Trombosit : 114,3 x 103/uL
Eritrosit : 4.39 juta/uL
Index Eritrosit
MCV : 85.3 fl
MCH : 29.1 fl
MCHC : 34.1 fl
Hitung Jenis (diff)
Basofil : 0.6 % LED : 10 mm/jam
Eosinofil : 0.3 %
Segmen : 60,8 %
Limfosit : 31.5 %
Monosit : 6.8 %

22
A

Demam Berdarah Dengue + Demam Typhoid + Oxyuriasis

-RL 40 gtt/I micro


-Cefotaxime 350 mg IV/8 jam
-Novalgin 150 mg IV/8 jam
- Albendazole tab 400 mg 1 kali sehari

23

Anda mungkin juga menyukai