Anda di halaman 1dari 2

KISAH SEORANG TUKANG SAPU

YANG SUKSES MENJADI PENGUSAHA


November 11, 2013
Anda boleh tidak percaya saat
mendengar ada seorang pengusaha
sukses yang dulunya bekerja sebagai
tukang sapu, namun Tri Sumono adalah
bukti nyata akan kisah sukses ini dan
sekarang ia mempunyai pendapatan per
bulan hingga ratusan juta. Salut dan
kagum dengan perjuangannya demi
menggapai mimpi, CV 3 Jaya yang
dirintisnya, serta usaha lain seperti peternakan burung, jahe dan pertanian padi, dan masih
banyak lagi membuat omzet yang diterima Pak Tri saat ini mencapai lebih dari Rp 500 juta per
bulan.
Luar biasa… Mungkin benar kata pepatah roda itu berputar-kadang diatas kadang juga
dibawah. Berikut kita simak Kisah Suksesnya.
"Roda itu berputar kadang di atas kadang juga di bawah"

Pengusaha Sukses yang satu ini dulunya adalah seorang tukang sapu. Tri Sumono nama
aslinya. Seorang pria kelahiran Gunung Kidul 7 Mei 1973 dan ia hanyalah seorang lulusan SMA
tanpa keahlian. Pada tahun 1993 ia nekad merantau ke Kota Jakarta meskipun hanya berbekal
tas berisi kaos dan ijazah SMA yang baru diperolehnya. Sesampai di Jakarta Tri Sumonomulai
mencari pekerjaan apa saja tanpa memilih-milih. Hal ini ia lakukan untuk bertahan hidup.
Pekerjaan pertama yang ia dapat adalah menjadi buruh bangunan di Ciledug – Jakarta
Selatan. Selang beberapa bulan ia akhirnya dapat tawaran untuk jadi tukang sapu di sebuah
kantor di Palmerah – Jakarta Barat.
Tawaran untuk jadi tukang sapu langsung diambilnya tanpa pikir panjang. Dengan
anggapan bahwa menjadi tukang sapu akan lebih mudah dibanding jadi kuli bangunan. Dari
tukang sapu kemudian diangkat menjadi office boy. Hal ini ia dapat lantaran kinerjanya yang
sangat baik.
Dari office boy, ia kembali mendapat tawaran menjadi tenaga pemasar hingga karirnya
menajak sampai menjadi penanggung jawab gudang.
Selama bekerja di kantor, Tri Sumono juga coba-coba mencari penghasilan tambahan.
Pada saat libur kantor atau setiap hari Sabtu dan minggu ia berjualan pernak pernik aksesori
seperti jepit rambut, kalung dan lain-lain di Stadion Gelora Bung Karno. Usahanya ini ia lakoni
selama 4 tahun dengan modal 100 ribu rupiah.
Dari pengalaman jualan ini kemudian ia berpikir, bahwa usaha sendiri ternyata lebih
menjanjikan daripada jadi karyawan dengan gaji pas-pasan. Pada tahun 1997 ia nekad mundur
dari pekerjaan kantor dan menekuni jualan aksesorinya hingga memiliki kios di Mall Graha
Cijantung.
Tahun 1999, ia membeli rumah di Perumahan Pondok Ungu Bekasi Utara hasil dari
penjualan kios di Mall Graha Cijantung karena ditawar orang dengan harga mahal. Di tempat
baru inilah, perjalanan bisnis Tri dimulai.
Saat itu, ia langsung membuka toko sembako. Menurutnya bisnis ini lumayan
menjanjikan karena ke depan, Perumahan Pondok Ungu tempatnya bermukim itu bakal
berkembang dan menjadi ramai.
Pada saat itu Pondok Ungu masih terbilang sepi. Demi meramaikan kawasan tempatnya
tinggal, ia kemudian membangun sebanyak 10 rumah kontrakan yang di pasarkan dengan
harga miring. Rumah kontrakan ini kebanyakan disewa oleh pedagang keliling, seperti penjual
bakso,dan gorengan.
Cerdas sekali Tri Sumono, selain mendapat hasil dari rumah kontrakan, para pedagang
itu juga meramaikan toko sembako miliknya. Melihat took sembako Tri mulai ramai, banyak
warga di luar tempat tinggalnya mulai mengenal tokonya.
Seiring waktu berjalan, naluri usahanya semakin menjadi. Pada tahun 2006, Tri mulai
tertarik dengan bisnis pembuatan sari kelapa. Dari beberapa kabar yang diperolehnya diketahui
bahwa untuk membuat sari kelapa adalah proses dari fermentasi air kelapa murni dengan
bantuan bakteri Acetobacter xylium.
Tapi Tri tidak patah semangat, ia terus belajar bagaimana untuk menghasilkan sari
kelapa yang baik dan berkualitas standar yang ditetapkan perusahaan. Seorang dosen di IPB
ditemuinya dengan maksud untuk belajar fermentasi. Sang dosen awalnya enggan mengajari
mengingat Tri yang hanya lulusan SMA pasti akan kesulitan menerima penjelasannya.
Keseriusan Tri untuk belajar dan kecerdikannya merayu, Pak dosen pun akhirnya mau
mengajarinya selama dua bulan. Setelah banyak mengantongi ilmu, Tri pun memulai kembali
produksi sari kelapanya.
Setelah produk sari kelapanya lumayan memuaskan, ia langsung memproduksi 10.000
nampan dan bisa lolos ke perusahaan. Produksi pertamanya ini senilai Rp 70 juta. Sekarang
terbalik, beberapa perusahaan antri mengambil olahan sari kelapanya. Nah … sejak saat itulah
perjalanan bisnis Tri Sumono terus maju dan berkembang.
Melalui Perusahaannya CV 3 Jaya, Tri Sumono mengelola banyak cabang usaha, antara
lain, produksi kopi jahe sachet merek Hootri, toko sembako, peternakan burung, serta
pertanian padi dan jahe. Bisnis lainnya, penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke
berbagai perusahaan, serta menjadi franchise produk Ice Cream Campina. “Saya juga aktif jual
beli properti,” katanya.

Anda mungkin juga menyukai