Anda di halaman 1dari 19

Makalah Tentang “Pengertian Cahaya dan Satuannya”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Instalasi Cahaya
Dosen Pengampu Agus Adiwismono,Drs

Disusun oleh :
Kelompok : 1 / Kelas : LT-2A
Alan Maftuha Rahmatul Malik (3.31.16.0.03)
Ilham Amarulloh (3.31.16.0.11)
Muhsonul Farid (3.31.16.0.17)
Nur Faishal Setiyawan (3.31.16.0.18)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu terlimpah curahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Alat ukur dan Pengukuran.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan Sistem
Penerangan Cahaya, yang penulis sajikan dari berbagai sumber informasi dan referensi.
Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya teman-teman Politeknik Negeri Semarang.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini masih banyak
kesalahan.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca, serta
menjadi pintu gerbang ilmu pengetahuan khususnya Mata Kuliah Instalasi Cahaya.
DAFTAR ISI

PRAKATA i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Tujuan Masalah 3

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1 Pengertian Cahaya 4

2.2 Satuan- satuan 5

2.2.1 Pengantar 6

2.2.2 Steradian 6

2.2.3 Hubungan antara satuan –satuan teknik penerangan 7

2.2.4 Intensitas cahaya 8

2.2.5 Flux cahaya 8

2.2.6 Intensitas penerangan 8

2.2.7 Luminansi 9

2.2.8 Contoh-contoh praktis 9

BAB III PENUTUP 67

3.1. Kesimpulan 67

3.2. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 70
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cahaya pada hakekatnya tidak dapat dilihat, kesan adanya cahaya apabila cahaya tersebut
mengenai benda. Cahaya dapat bersifat gelombang maupun partikel. Cahaya adalah tenaga
berbentuk gelombang dan dapat membantu kita melihat. Cahaya bergerak lurus ke semua arah.
Cahaya di biaskan apabila bergerak secara tegak lurus melalui medium yang berbeda seperti
melalui udara, kaca dan air. Cahaya dapat bergerak lebih cepat melalui udara.
Cahaya mempunyai banyak manfaat. Selain bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, cahaya
juga di manfaatkan dalam bidang medis. Salah satu penerapannya adalah dalam pendeteksian
suatu penyakit yang bertujuan untuk mendiagnosa dan proses penyembuhan penyakit melalui
terapi. Hal inilah yang melatar belakangi penulis membuat makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah.


Di dalam Makalah ini terdapat rumusan masalah diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan cahaya ?
2. Apa satuan dari cahaya itu sendiri ?
3. Apa rumus dari cahaya ?

1.3. Tujuan Makalah


1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu pengertian dari cahaya
2. Mahasiswa dapat mengetahui satuan-satuan dari cahaya
3. Mahasiswa dapat mengenal rumus-rumus yang digunakan cahaya.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cahaya
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber
cahaya memancarkan energi. Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.
Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang
elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu gejala getaran.
Gejala-gejala getaran yang sejenis dengan cahaya ialah gelombang-gelombang
panas,radio,televisi,radar,dan sebagainya. Gelombang-gelombang ini hanya berbeda
frekuensinya saja.
Kecepatan rambat v gelombang-gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama
dengan 3.105 km per detik. Kalau frekuensinya sama dengan f dan panjang gelombangnya
λ (lambda),maka berlaku :
v
λ=
f
Karena sangat kecil,panjang gelombang cahaya dinyatakan dalam satuan mikron atau
milimikron.
1 mikron (1 μ ) = 10-3 mm;
1 milimikron (1m μ ¿ = 10-6 mm;
Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 380-780 m μ . Ini dibagi lagi
atas beberapa daerah panjang gelombang. Setiap daerah memiliki suatu warna tertentu:
380-420 m μ : ungu
420-495 m μ : biru
495-566 m μ : hijau
566-589 m μ : kuning
589-627 m μ : jingga
627-780 m μ : merah
Gambar 1.1. Warna-warna spektrum.

Cahaya putih dapat diuraikan dengan menggunakan prisma kaca (lihat gambar 1.1).
Sinar-sinarnya dibiaskan demikian rupa sehingga terjadi suatu spektrum. Warna-warna
spektrum ini dinamakan cahaya satu warna atau cahaya monokrom. Warna-warna tersebut
juga tampak pada pelangi,yang terjadi karena pembiasan cahaya oleh titik-titik air hujan.

Gambar 1.2. Grafik energi-panjang gelombang sebuah lampu pijar 500 W.

Gambar 1.2 memperlihatkan grafik energi-panjang gelombang sebuah lampu pijar.


Grafik ini menyatakan energi yang dipancarkan oleh lampu sebagai fungsi dari panjang
gelombangnya. Dapat dilihat bahwa daerah cahaya yang tampak dibatasi oleh sinar-sinar
ultraungu dan inframerah.
Dalam memiliki warna tertentu,setiap panjang gelombang juga memberi kesan
intensitas tertentu. Mata mnusia paling peka akan cahya dengan panjang gelombang 555 m
μ ,yaitu cahaya berwarna kuning-hijau. Warna-warna lainnya tampak kurang terang,seperti
dapat dilihat dari grafik kepekaan mata gambar 1.3.

Gambar 1.3. Grafik kepekaan mata.

Kalau intensitas suatu radiasi tertentu dengan panjang gelombang 555 m μ ,dinilai
100, maka energi radiasi yang sama tetapi dengan panjang gelombang 600 m μ ,akan
memberi kesan intensitas 63. Jadi faktor kepekaan mata untuk 600 m μ sama dengan 0,63.
Mata manusia seolah-olah “disetel” pada panjang gelombang 555 m μ . Karena kepekaan
mata orang tidak sama,maka ditentukan suatu ukuran standar.
Jika suatu sumber cahaya memancarkan energi 1 W dengan panajang gelombang 555
m μ ,maka sumber cahaya itu dinilai sama dengan satu wattcahaya. Energi 1 W dengan
panjang gelombang 600 m μ akan memberi 0,63 wattcahaya.
Gambar 1.4. Grafik energi-panjang gelombang sebuah lampu pijar 500 W dalam spektrum
tampak.

Gambar 1.4 memperlihatkan bagian spektrum yang tampak dari grafik energi panjang
gelombang gambar 1.2 setelah dibesarkan. Jumlah watt yang dipancarkan lampu sebagi
energi tampak tidak sama dengan jumlah watt cahaya yang dinilai oleh mata.
Untuk mendapatkan jumlah wattcahaya,jumlah watt energi setiap panjang gelombang
harus dikalikan dengan faktor kepekaan mata untuk panjang gelombang itu. Jumlah
keseluruhan wattcahaya,yaitu fitur cahaya,adalah jumlah semua hasil kali itu.

Gambar 1.5 grafik cahaya – panjang gelombang. Luas bidang dibawah grafik menyatakan flux
cahaya lampu.

Dalam gambar 1.5,fluks cahaya ini dinyatakan oleh luas bidang di bawah grafik
cahaya-panjang gelombang.
Dalam praktek,flux cahaya dinyatakan dalam satuan lumen,disingkat lm. Satu
wattcahaya kira-kira sama dengan 680 lumen. Angka perbandingan 680 ini dinamakan
ekivalen pancaran fotometrik.
Selain lampu 100 W hanya memancarkan kira-kira 8W saja sebagai cahaya tampak.
Sisanya hilang sebagai panas,karena konduksi dan radiasi. Dari 8 W ini,setelah dikalikan
dengan faktor kepekaan mata,hanya sisa kira-kira 2,25 wattcahaya saja. Jadi flux cahaya
lampu 100 W tersebut sama dengan 2,25 x 680 = 1530 lumen.
Jumlah lumen per watt (lm/W) disebut flux cahaya spesifik. Jadi flux cahaya spesifik
lampu di atas sama dengan 15,3 lm/W.

2.2. Satuan-satuan
2.2.1. Pengantar
Satuan –saruan penting yang digunakan dalam teknik penerangan ialah:
 satuan untuk intensitas cahaya (I) : kandela (cd)
 satuan untuk flux cahaya (Φ) : lumen (lm)
 satuan untuk intensitas penerangan atau iluminasi (E) : lux (lx)
 satuan untuk sudut ruang ialah steradian (sr).

2.2.2 Steradian
Misalkan panjang busur suatu lingkaran sama dengan jari-jarinya. Kalau kedua ujung
busurnya dihubungkan dengan titik tengah lingkaran, maka sudut antara dua jari-jarinya
disebut satu radian, disingkat rad (lihat gambar 1.6).
Karena keliling lingkaran sama dengan 2π x jari-jarinya, maka :
360 °
1 radian = = 57,3 °

Misalkan sebuah bola dengan jari-jari r ditentukan suatu dengan jari-jari r ditentukan
suatu bidang dengan luas r2. Kalau ujung suatu jari-jari kemudian menjalani tepi bidang
itu,maka sudut ruang yang dipotong dari bola oleh jari-jari ini,disebut satu steradian.
Gambar 1.6.
Karena luas permukaan bola sama dengan 4πr2 , maka disekitar titik tengah bola dapat
diletakkan 4π sudut ruang yang masing-masing sama dengan satuan steradian.
Jumlah steradian suatu sudut ruang dinyatakan dengan lambang ω (omega).

2.2.3. Hubungan antara satuan-satuan teknik penerangan


Misalkan suatu sumber cahaya berbentuk titik memancarkan cahaya dengan intensitas satu
kandela ke setiap jurusan. Kalau sember cahaya ini diletakkan di titik tengah sebuah bola
dengan jari-jari satu meter, maka flux cahaya dalam satu steradian kan sama dengan satu
lumen. Intensitas penerangan di permukaan bola yang dibatasi oleh sudut ruang satu steradian
itu akan sama dengan satu fkux (lihat gambar1.7).

Gambar 1.7. Hubungan antara satuan-satuan utama dari teknik penerangan. Jari-jari r = 1
m
2.2.4. Intensitas Cahaya
Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya.
Sumber cahaya demikian,misalnya lampu pijar,dinamakan pemancar suhu. Lampu pijar
memancarkan energi cahaya ke semua jurusan. Tetapi energi radiasinya tidak merata.
Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan tertentu
disebut intensitas cahaya dan dinyatakan dalam satuan kandela (cd),dengan lambang l
(gambar 1.8).

Gambar 1.8 Gambar 1.9.


Badan hitam
1. lubang pemancar
2. cawan lebur
3. platina (2046 ° K)

Untuk menentukan satuan kandela ini,digunakan apa yang dinamakan badan hitam
(gambar 1.9). Dalam alat ini terdapat suatu ruang kosong bersinar dari toriumoksida,dengan
lubang yang kecil sekali. Ruang kosong ini berada dalam platina cair.
Suhu platina cair sama dengan 2046oK. Jumlah derajat kelvin (oK) sama dengan jumlah
derajat celsius dtiambah 273. Jadi
0oC = 273o K dan
100oC = 373o K.
Bidang kosong tersebut dibuat hitam. Karena itu spektrum cahaya yang
dipancarkannya ditemukan oleh suhunya saja,dan tidak tergantung pada bahanya.
Badan hitam ini ternyata memancarkan lebih banyak energi daripada pemancaran-
pemancaran lainnya. Karena itu setiap pemancar suhu dapat dibandingkan dengan badan
hitam ini.
Badan hitam tersebut memancarkan 60 cd pada 2046o K. Jadi 1 cd sama dengan

1
x jumlah ini.
60

2.2.5. Flux Cahaya


Sumber cahaya yang ditempatkan dalam bola gambar 1.7 memancarkan 1 cd ke setiap
jurusan. Jadi permukaan bolanya akan mendapat penerangan merata.
Suatu sumber cahaya yang memancar sama kuat ke setiap jurusan,dinamakan sumber cahaya
seragam.
Kalau intensitas cahayanya 1 cd, melalui sudut ruang 1 sr akan mengalir flux cahaya
1/m. Jadi intensitas cahaya dapat juga diberi definisi sebagai berikut:
Intensitas cahaya ialah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah
tertentu,
atau dalam bentuk rumus :
ϕ
l= cd
ω
ϕ (phi) adalah lambang untuk flux cahaya.
Jadi jumlah kandela sama dengan jumlah lumen per steradian.
Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya
yang dipancarkan dalam satu detik (gambar 1.10). Kalau sumber cahayanya,mislanya sebuah
lampu pijar,ditempatkan dalam reflektor,maka cahayanya akan diarahakan,tetapi jumlah atau
flux cahayanya tetap.
Seperti sudah diketahui,satuan untuk flux cahaya ialah lumen.
Dari rumus
ϕ
l= cd
ω
didapat
ϕ = ω l/m.
Sumber cahaya berbentuk grafik yang ditempatkan dalam bola gambar 1.7,dilingkupi oleh 4
π steradian dari sumber cahaya itu memancarkan
ϕ = ω l=4 π l lm.
Karena intensitas cahayanya cd,maka
ω =4 π lm.

Gambar 1.10. Flux Cahaya.

2.2.6 Intensitas penerangan


Adalah flux cahaya yang jatuh pada 1 m³ dari bidang itu. Satuan untuk intensitas
penerangan ialah lux (lx), dan lambangnya E. Jadi
1 lux = 1 lumen per m²
Dalam gambar 1.11, iluminansi di buku dan di meja sama kuatnya.
Gambar 1.11

Gambar 1.11. Intensitas penerangan di permukaan buku A dan meja B sama besarnya.
Kalau suatu bidang yang luasnya A m², diterangi dengan ∅ lumen, maka intensitas
penerangan rata-rata di bidang itu sama dengan:
E rata-rata = ∅/A lux
Kalau 10 m² diterangi dengan 1000 lumen, didapat:
E rata-rata = ∅/A = 1000/10 = 100 lux
Intensitas penerangan Ep di suatu titik P umumnya tidak sama untuk setiap titik dari bidang
itu.
Misalkan sekitar bola gambar 1.7 ditempatkan sebuah bola lain dengan titik tengah
sama, tetapi dengan jari-jari 2 m. Bagian dari permukaan bola kedua ini yang membatasi satu
staradian, akan sama degan:
r² = 2² = 4 m²
Gambar 1.12 memperlihatkan satu staradian dari boal tersebut. Flux cahaya yang
menerangi 4 m² dari permukaan bola luar itu sama dengan flux cahaya yang menerangi 1 m²
dan permukaan bola dalam. Jadi intensitas penerangan di permukaan bola luar sama degan ¼
lux, sebab flux cahayanya dibagi atas permukaan yang 4 x lebih luas.
Jadi dapat disimpulkan intensitas penerangan di suatu bidang karena suatu sumber
cahaya dengan intensitas I, berkurang dengan kuadrat dari jarak antara sumber cahaya dan
bidang itu (hukum kuadrat).
Dalam bentuk rumus
Ep = I/r² lux
Umumnya bidang yang diterangi bukan permukaan bola. Karena itu rumus di atas
hanya berlaku untuk suatu titik tertentu dari bidang yang diterangi.
Arti lambang-lambang dalam rumus di atas ialah:
Ep= intensitas penerangan di suatu titik P dari bidang yang diterangi, dinyatakan dalam
satuan lux;
l= intensitas sumber cahayanya dalam satuan kandela
r= jarak dari sumber cahaya ke titik P,dinyatakan dalam meter.

Gambar 1.12
2.2.7 Luminansi
Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu
besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur.
Luminansi L suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya ialah
intensitas cahayanya dibaur dengan luas semu permukaan. Dalam bentuk rumus:
L=I/As cd/cm²
Dimana:
L= luminansi dalam satuan cd/cm²
I=intensitas cahaya dalam satuan cd
As = luas semu permukaan dalam satuan cm²
Kalau luminansi sangat kecil dapat juga digunakan satuan cd/m²
1cd/cm²= 10.000 cd/m²

Gambar 1.13. Luminasi buku A lebih besar daripada luminasi buku B.


Faktor refleksi suatu permukaan ikut menentukan luminasinya. Dalam gambar 1.13
luminasi buku A lebih besar dari pada luminasi meja B, karena faktor refleksi buku itu lebih
besar daripada faktor reflesi meja.
Luas semu permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang
tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan luas permukaan seluruhnya.
Untuk sebuah armatur bola, luas semu permukaannya sama dengan luas lingkaran
besar bola itu (lihat gambar 1.14).

Gambar 1.14
Luas semu permukaan dua bola gambar 1.12 ialah dari bola kecil dengan jari-jari r = 1m:
AS = π m² = π m²
Dari bola besar dengan jari-jari r1= 2m:
AS1 = π m² = 4π m²
Jika bola-bolanya 100 % tembus cahaya dan I = 1 cd, maka luminasi masing-masing bola
sama dengan:
Dari bola kecil:
L = I/As = 1/π = 0.318 cd/m²
Dari bola besar:
L = I/As1 = 1/4π = 0.0756 cd/m²
Supaya tidak menyilaukan, luminasi sumber cahaya tidak boleh terlalu besar. Luminasi
armatur bola dari kaca putih susu umumnya tidak dibuat lebih dari 0,3 cd/cm²

2.2.8. Contoh-contoh praktis


Flux cahaya
Lumen Lampu sepeda memberi kira kira 10 lm
Lampu pijar 150 W memberi 2.100 lm
Lampu TL 40 W memberi 2.800 lm
Intensitas penerangan (nilai rata-rata)
Lux Tengah musim panas, siang hari 50.000 lx
Tengah musim dingin, siang hari 10.000 lx
Waktu fajar atau senja (di lapangan terbuka) 400 lx
Waktu bulan Intensitas penerangan purnama dan langit cerah 0,25 lx
Meja kamar tamu dengan penerangan buatan 500 lx
Ruang kantor 800 lx
Untuk pekerjaan sangat halus dengan penerangan buatan 3.000 lx
Intensitas cahaya
Kandela Dop lampu sepeda(lurus ke depan), kira-kira 1 cd
Dop lampu sepeda dalam refletor (pusat berkas cahaya) 250 cd
Lampu suar (pusat berkas cahaya yang sangat tajam) 2.000.000 cd
Luminansi
Cd/cm² Matahari, dilihat dari bumi 150.000 cd/cm²
Bulan, dilihat dari bumi 0,25 cd/cm²
Langit yang berawan ringan 0,5 cd/cm²
Kawat lampu pijar 200 W, tanpa armatur 1.000 cd/cm²
Lampu TL 0,4 cd/cm²
Lampu natrium 19 cd/cm²
Alas meja berwarna putih, dengan iluminasi 250 lux 0,05 cd/cm²
Alas meja berwarna coklat, dengan iluminasi 250 lux 0,01 cd/cm²
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Cahaya adalah suatu gejala fisis.
Suatu sumber cahaya memancarkan energi. Sebagian dari energi ini diubah menjadi
cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-
gelombang elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu gejala getaran.

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Van Harten, E. Setiawan. 1981. Instalasi Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta..

Anda mungkin juga menyukai