MAKALAH Infeksi Saluran Kemih
MAKALAH Infeksi Saluran Kemih
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang
paling sering ditemukan dalam praktek klinik. Lebih dari 25 % perempuan akan
mengalami paling tidak satu kejadian ISK selama masa kehidupannya.
Kebanyakan kasus ISK tidak menimbulkan masalah yang berat, dalam artian
tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan suatu kerusakan yang bersifat
irreversible. Namun demikian, risiko kerusakan ginjal yang irreversible dan juga
peningkatan risiko bakteremia akan terjadi ketika ISK mengenai ginjal (Hvidberg
et al., 2000). (jurnal).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah sebuah kondisi medis umum yang
mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan. 50-60% dari
wanita akan mengalami ISK setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Mencapai
10% dari wanita post menopause mengalami sekali ISK setiap tahun. Pria
mempunyai insidensi ISK yang jauh lebih rendah (5 per 10.000 per tahun).
Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra, ureter, dan ginjal. Urin biasanya
merupakan cairan steril, tetapi ketika terinfeksi, mengandung bakteri. Ketika
infeksi terjadi berulang-ulang, ini disebut ISK berulang. Jurnal e-Biomedik
(eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 597-601 .
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di
masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 –
60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau
diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi
saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur
baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang
kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di
Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan
Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan makalah ini, agar dapat
dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dan penunjang untuk seluruh mahasiswa.
1.4.2 Praktis
2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang
dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm. dindingnya terdiri atas mukosa yang
dilapisi oleh sel-sel transisional, serta otot-otot polos sirkuler dan longitudinal
yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan
urine ke kandung kemih (Smeltzer, 2003).
Jika karna suatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, maka akan
terjadi kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong
atau mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan
sebagai nyeri kolik yang dating secara berkala, sesuai dengan irama peristaltic
ureter. Ureter masuk j±ke kandung kemih dalam posisi miring dan berada di
dalam otot kandung kemih (intramural) keadaan ini dapat mencegah
terjadinya aliran balik urine dari kandung kemih ke ureter atau refluks vesiko-
ureter pada saat kandung kemih berkontraksi.
4. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung
kemih melalui proses miksi. Sacara anatomis, uretra dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu: uretra posterior dan uretra anterior. Organ ini juga berfungsi untuk
menyalurkan cairan mani.
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang di persarafi oleh
system simpatik, sehingga pada saat kandung kemih penuh, sfingter ini
terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh
system saraf somatic yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan
seseorang. Pada saat kencing, sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat
menahan kencing.
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria
dewasa kurang lebih 23-25 cm. perbedaan panjang inilah yang menyebabkan
2.2 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembangnya biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain,. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. (Sudoyo Aru
dkk 2009).
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah suatu istilah
umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
2.3 Etiologi
2.4 Klasifikasi
1. Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
a. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2.5 Patofisologi
Secara umum patogenesis ISK kompleks hampir sama dengan ISK, tetapi
terdapat perbedaan yaitu pada ISK kompleks terdapat faktor risiko berupa
kelainan anatomi, fungsi dan metabolik dan sering menimbulkan infeksi berulang.
Hampir seluruh ISK terjadi secara asenden. Bakteri berasal dari flora feses,
berkolonisasi didaerah perineum dan memasuki kandung kemih melalui uretra.
Pada bayi, septikemia karena bakteri gram negatif relatif lebih sering, hal ini
mungkin disebabkan imaturitas dinding saluran pencernaan pada saat kolonisasi
oleh Escherichia coli atau karena imaturitas system pertahanan. Penyebaran
secara hematogen lebih sering terjadi pada neonatus. Infeksi nosokomial juga
dapat terjadi, biasanya disebabkan operasi atau intrumentasi pada saluran kemih.
Bakteri penyebab ISK yang paling sering ditemukan di praktek umum adalah E.
coli (lebih dari 90%), sedangkan yang disebabkan infeksi nosokomial (hospital
Pada anak perempuan, ISK kompleks sering terjadi pada usia toilet
training karena gangguan pengosongan kandung kemih terjadi pada usia ini.
Anak mencoba untuk menahan kencing agar tidak ngompol, dimana kontraksi
otot kandung kemih ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal ini menyebabkan
tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, kemudian semuanya akan menyebabkan bakteriuria. Gangguan
pengosongan kandung kemih dapat terjadi pula pada anak yang tidak BAK secara
teratur. Uropati obstruktif menyebabkan hidronefrosis yang akan meningkatkan
risiko ISK karena adanya stasis urin. Instrumentasi pada uretra selama VCUG
atau kateterisasi yang tidak steril dapat menginfeksi kandung kemih oleh bakteri
patogen. Konstipasi dapat meningkatkan risiko terjadinya ISK karena dapat
menyebabkan gangguan pengosongan kandung kemih. Patogenesis ISK adalah
berdasarkan adanya pili atau fimbrae pada permukaan
bakteri. Terdapat 2 tipe fimbrae yaitu tipe I dan tipe II. Fimbrae tipe I terdapat
2.7 WOC
2.9 Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
Penanganan Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Terapi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas :
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama :4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten
di awal infeksi, factor kausatif (misalnya batu, abses) jika muncul salah
satu harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin terapi
preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm/ smz, bactrim,septra). Kadang
2.10 Komplikasi
1. Pembentukan abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal (Haryono R, 2013).
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu tipe sederhana (uncomplicated)
dan tipe berkomplikasi (complicated).
a. ISK uncomplicated (sederhana)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
mukosa superficial kandung kemih. Non obstruksi dan tidak
menyebabkan akibat lanjut jangka panjang.
b. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas, terkadang kuman penyebab resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
3) Gangguan daya tahan tubuh
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease. (Setiati, Siti.2014).
1.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer registrasi,
diagnosa medis
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Disuria, polyuria, nyeri, terdesak kencing yang berwarna terjadi
bersamaan.
3. Pemerikasaan fisik
1) Status penampilan kesehatan: yang sering muncul adalah rasa kesakitan
yang hebat pada abdomen
2) Tingkat kesadaran: compos mentis, letargi, stupor, koma (tergantung
kondisi fisiologi untuk melakukan kompensasi terhadap kelainan eksokrin
pankreas)
3) Observasi TTV:
a. Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi (karena terjadi kompensasi
terhadap nyeri)
b. Frekuensi pernapasan: takipneu (sebagai kompensasi untuk
meningkatkan produksi energi aerob untuk mencukupi energi pada
fase nyeri aktif)
c. Suhu tubuh: sering muncul hipertermi karena efek peradangan
4) Pada leher biasanya terdapat pembesaran kelenjar limfe leher apabila ada
infeksi sistemik.
5) Pada aksila terdapat pembesaran limfe.
6) Pada abdomen, terlihat distensi abdomen karena pembengkakan pankreas.
Auskultasi bising usus mungkin meningkat sebagai respon mekanik
1.2 DIAGNOSA
1. Nyeri b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus
urinarius lain.
2. Hipertermi b/d proses infeksi dan inflamasi.
3. Gangguan Eliminasi Urin eliminasi urine b/d dengan adanya peradangan
dan tekanan urin dalam VU meningkat.
4. Kurangnya pengetahuan b/d personal hygine yang buruk.
5. Resti terhadap penyebaran infeksi b/d ulserasi pada uretra dan timbulnya
nanah.
1.3 INTERVENSI
1. Nyeri b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur
traktus urinarius lain.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa
nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang
Observasi
a. Pantau haluaran urine terhadap a. untuk mengidentifikasi indikasi
perubahan warna, bau dan pola kemajuan atau penyimpangan dari
berkemih, masukan dan haluaran hasil yang diharapkan
setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang
1.4 IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi, lakukan semua intervensi keperawatan sesuai
dengan jadwal yang sudah direncanakan. Sesuaikan kondisi pasien dengan
tindakan yang akan dilakukan. Tindakan yang dilakukan harus seefektif
mungkin.
1.5 EVALUASI
Hasil yang diharapkan pada pasien infeksi saluran kemih setelah mendapat
intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :
1.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini di harapkan mahasiswa dapat
memahami penyakit Infeksi Saluran Kemih dan juga dapat mengerti bagaimana
asuhan keperawatan yang di lakukan pada pasien dengan penyakit Infeksi Saluran
Kemih sehingga mempermudah kita nantinya di lapangan.
Setiati, Siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi : VI. Jakarta:
Internal Publishing.
John R. Cameron, dkk. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta : Sagung Seto