Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang
paling sering ditemukan dalam praktek klinik. Lebih dari 25 % perempuan akan
mengalami paling tidak satu kejadian ISK selama masa kehidupannya.
Kebanyakan kasus ISK tidak menimbulkan masalah yang berat, dalam artian
tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan suatu kerusakan yang bersifat
irreversible. Namun demikian, risiko kerusakan ginjal yang irreversible dan juga
peningkatan risiko bakteremia akan terjadi ketika ISK mengenai ginjal (Hvidberg
et al., 2000). (jurnal).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah sebuah kondisi medis umum yang
mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan. 50-60% dari
wanita akan mengalami ISK setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Mencapai
10% dari wanita post menopause mengalami sekali ISK setiap tahun. Pria
mempunyai insidensi ISK yang jauh lebih rendah (5 per 10.000 per tahun).
Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra, ureter, dan ginjal. Urin biasanya
merupakan cairan steril, tetapi ketika terinfeksi, mengandung bakteri. Ketika
infeksi terjadi berulang-ulang, ini disebut ISK berulang. Jurnal e-Biomedik
(eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 597-601 .
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di
masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 –
60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau
diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi
saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur
baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang
kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di
Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan

Infeksi Saluran Kemih Page 1


masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember). Infeksi saluran
kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk
menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui
biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan
(Prodjosudjadi, 2003).
Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml
urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp.,
Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%)
adalah Eschericia coli.Oleh karena itu kami selaku penulis akan membahas
penyakit ISK pada makalah ini dengan lebih detail lagi. Agar kita semua bisa
mencegah dan mengobati penyakit ISK dengn tindakan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep tentang Infeksi Saluran Kemih?
a. Bagaiamana anatomi dan fisiologi dari Perkemihan?
b. Bagaimana definisi dari Infeksi Saluran Kemih?
c. Bagaimana etiologi Infeksi Saluran Kemih?
d. Bagaimana klasifikasi Infeksi Saluran Kemih?
e. Bagaimana patofisiologi Infeksi Saluran Kemih ?
f. Bagaimana manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih?
g. Bagaimana WOC Infeksi Saluran Kemih?
h. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Infeksi Saluran Kemih?
i. Bagaimana penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih?
j. Bagaimana komplikasi Infeksi Saluran Kemih?
k. Bagaimana Pencegahan Infeksi Saluran Kemih?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Infeksi Saluran Kemih ?

Infeksi Saluran Kemih Page 2


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa STIKes Ngudia
Husada Madura khususnya semester 5b mampu memahami konsep
dasar dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran
Kemih.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi
Perkemihan.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Infeksi Saluran
Kemih.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Infeksi Saluran
Kemih.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Infeksi Saluran
Kemih.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Infeksi Saluran
Kemih.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Infeksi
Saluran Kemih.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Woc Infeksi Saluran Kemih.
h. Mahasiswadapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostic
Infeksi Saluran Kemih.
i. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Infeksi
Saluran Kemih.
j. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Infeksi Saluran
Kemih.
k. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pencegahan Infeksi Saluran
Kemih.
l. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada
klien Infeksi Saluran Kemih.

Infeksi Saluran Kemih Page 3


1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis

Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan makalah ini, agar dapat
dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dan penunjang untuk seluruh mahasiswa.

1.4.2 Praktis

Manfaat makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan


wawasan, bagi para mahasiswa/mahasiswi STIKes NGUDIA HUSADA
MADURA agar lebih mengetahui tentang keperawatan Infeksi Saluran
Kemih.

Infeksi Saluran Kemih Page 4


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari


ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Untuk menjaga fungsi eksresi, system
perkemihan mempnyai dua ginjal. Organ
ini memproduksi urine yang berisi ion-ion,
dan senyawa-senyawa solute yang kecil
(Simon, 2003). Urine meninggalkan kedua
ginjal dan melewati sepasang ureter
menuju dan ditampung sementara pada
kandung kemih. Proses ekskresi urine yang dinamakan miksi ini terjadi ketika
adanya kontraksi dan otot-otot kandung kemih menekan urine untuk keluar
melewati uretra dan keluar dari tubuh.
1. Ginjal
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna
tulang belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri agak lebih superior dibanding
ginjal kanan. Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh
lambung,pancreas,jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri, pada permukaan
superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.
Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen di pelihara oleh:
a. Dinding peritoneum
b. Kontak dengan organ-organ visceral
c. Dukungan jaringan penghubung

Ukuran setiap ginjal orang dewasa panjang 10 cm,5,5 cm pada sisi


lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 gram
(Simon, 2003).

Infeksi Saluran Kemih Page 5


Lapisan kapsul ginjal terdiri dari jaringan fibrous di bagian dalam dan
luarnya. Bagian dalam memperlihatkan anatomi dari ginjal. Pembuluh-
pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan cabang sinus
renal. Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup kapsul ginjal dan
menstabilisasi struktur ginjal. Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam
sebelah luar yang bersentuhan dengan kapsul ginjal. Medula ginjal terdiri dari
6-18 piramida ginjal. Bagian dasar piramida bersambungan dengan korteks
dan di antara piramida di pisahkan oleh jaringan kortikal yang disebut dengan
kolum ginjal.

2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang
dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm. dindingnya terdiri atas mukosa yang
dilapisi oleh sel-sel transisional, serta otot-otot polos sirkuler dan longitudinal
yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan
urine ke kandung kemih (Smeltzer, 2003).

Jika karna suatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, maka akan
terjadi kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong
atau mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan
sebagai nyeri kolik yang dating secara berkala, sesuai dengan irama peristaltic
ureter. Ureter masuk j±ke kandung kemih dalam posisi miring dan berada di
dalam otot kandung kemih (intramural) keadaan ini dapat mencegah
terjadinya aliran balik urine dari kandung kemih ke ureter atau refluks vesiko-
ureter pada saat kandung kemih berkontraksi.

Infeksi Saluran Kemih Page 6


3. Kandung kemih
Kandung kemih (vesika urinaria) adalah organ berongga yang terdiri
atas 3 lapis otot destrusor yang saling beranyaman. Kandung kemih berfungsi
menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra
dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung urine, kandung
kemih mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa
± 300-450 ml. Pada saat kosong, kandung kemih terletak di belakang simfisis
pubis, sedangkan pada saat penuh berada di atas simfisis, sehingga dapat di
palpasi dan di perkusi. Kandung kemih yang terisi penuh memberikan
rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktivasi pusat miksi di
medula spinalis segmen sacral S2-S4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi
otot detrusor, terbukanya leher kandung kemih, dan relaksasi sfingter uretra
sehingga terjadilah proses miksi (Lewis,2001).

4. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung
kemih melalui proses miksi. Sacara anatomis, uretra dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu: uretra posterior dan uretra anterior. Organ ini juga berfungsi untuk
menyalurkan cairan mani.
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang di persarafi oleh
system simpatik, sehingga pada saat kandung kemih penuh, sfingter ini
terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh
system saraf somatic yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan
seseorang. Pada saat kencing, sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat
menahan kencing.
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria
dewasa kurang lebih 23-25 cm. perbedaan panjang inilah yang menyebabkan

Infeksi Saluran Kemih Page 7


keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra
posterior pada pria terdiri atas pars prostatika, yaitu bagian uretra yang
dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea. Di bagian
posterior lumen uretra prostatika, terdapat suatu tonjolan verumontanum, dan
di sebelah proksimal dan distal dari verumontanum ini terdapat Krista
uretralis. Bagian akhir dari vas deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius
terdapat di pinggir kiri dan kanan verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar
prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang tersebar di uretra prostatika
(Price,1995).
5. Kelenjar Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
kandung kemih, di depan rectum dan membungkus uretra posterior.
Bentuknya seperti buah kemiri, di depan rectum dan membungkus uretra
posterior. Bentuknya seperti daun buah kemiri, dengan ukuran 4x3x2,5 cm,
dan beratnya kurang lebih 20 gram. Secara histopatologi, kelenjar prostat
terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas
otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan penyangga yang lain
(Corwin,2001).

2.2 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembangnya biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain,. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. (Sudoyo Aru
dkk 2009).
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah suatu istilah
umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).

Infeksi Saluran Kemih Page 8


Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
di sebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli, resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaian instrumen baru, septikemia. (Susan Martin Tucker,
dkk,1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti halnya pada wanita. Namun demikian, panjang
uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rectum pada pria dan adanya
bakterisidal dalam cairan prostatic melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya, ISK pada pria jarang terjadi. Namun ketika gangguan ini terjadi, kali
ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan strukturdari traktus urinarius.
(Haryono R. 2013).
Infeksi Saluran Kemih adalah suatau keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai
tanda dan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter,
buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri paling sering dijumpai pada
kehamilan (Cunningham., 2005).
Infeksi saluran kemih adalah bila ada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri
yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml.urin yang diperiksa harus bersih, segar,
dan dari aliran tengah (midstream) atau diambil dari fungsi suprasimpisis
(Saifudin., 2007).

2.3 Etiologi

No. Etiologi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih Page 9


1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
(Haryono R, 2013).
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Peudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-
lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat (Haryono R,
2013).

Bakteri utama penyebab Infeksi saluran kemih adalah


bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat pada tinja manusia dan
biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra wanita
lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah
menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu oleh batu di saluran kencing yang
menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat menimbulkan
batu.
Mikroorganisme lain yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga
dapat menyebabkan ISK pada laki-laki maupun perempuan, tetapi cenderung
hanya di uretra dan sistem reproduksi. Berbeda dengan E coli, kedua bakteri
itu dapat ditularkan secara seksual sehingga penanganannya harus bersamaan
pada suami dan istri.
1. Bakteri (Eschericia coli)
2. Jamur dan virus

Infeksi Saluran Kemih Page 10


3. Benigna prostat hiperplasya/BPH
4. Hygine buruk
a. Faktor Resiko Pada Infeksi Saluran Kemih
1. Usia
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula. Bakteriuria
meningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi 20% pada usia 80
tahun.21 Pada usia tua, seseorang akan mengalami penurunan sistem
imun, hal ini akan memudahkan timbulnya ISK. Wanita yang telah
menopause akan mengalami perubahan lapisan vagina dan penurunan
estrogen, hal ini akan mempermudah timbulnya ISK. Pada usia tua,
seseorang mudah terpapar infeksi MDRO khususnya Methicillin-resistant
S. aureus (MRSA) karena beberapa faktor seperti penurunan status
fungsional dan frailty syndrome.
2. Diabetes Mellitus
Insidensi pyelonefritis akut empat sampai lima kali lebih tinggi pada
individu yang diabetes daripada yang tidak. Hal itu dapat terjadi karena
disfungsi vesica urinaria sehingga memudahkan distensi vesica urinaria
serta penurunan kontraktilitas detrusor dan hal ini meningkatkan residu
urin maka mudah terjadi infeksi. Faktor lain yang dapat menyebabkan
ISK adalah menderita diabetes lebih dari 20 tahun, retinopati, neuropati,
penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah perifer. Konsentrasi
glukosa urin yang tinggi juga akan merusak fungsi fagosit dari leukosit
polimorfonuklear. Kombinasi dari beberapa faktor diatas menjadi
penyebab insidensi ISK dan keparahan ISK pada pasien diabetes
mellitus.
3. Kateter
Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau instrumentasi
urin lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter, bakteri dapat memasuki
vesica urinaria melalui 4 tempat : the meatus-cathether junction, the
cathether-drainagetubing junction, the drainage tubing-bag junction, dan

Infeksi Saluran Kemih Page 11


pintu drainase pada kantung urin. Pada kateterisasi dengan waktu singkat,
bakteri yang paling banyak ditemukan adalah E. coli. Bakteri lain yang
ditemukan adalah P.aeruginosa, K. pneumonia, Staphylococcus
epidermidis, dan enterococcus. Pada kateterisasi jangka panjang, bakteri
yang banyak ditemukan adalah E. coli, bakteri ini menempel pada
uroepitelium.
4. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional dapat
menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada pasien yang
mendapat terapi antibiotik dalam 90 hari sebelumnya. Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional mengurangi jumlah bakteri lactobacillus
yang melindungi. Hal ini menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli yang
tinggi di vagina. Pada percobaan kepada kera, pemberian antimikroba β-
lactam meningkatkan kolonisasi E. coli, pemberian trimethoprim dan
nitrofurantoin tidak meningkatkan kolonisasi E. coli. E. coli merupakan
penyebab terbanyak ISK. Resistensi E. coli terhadap antibiotik
meningkat dengan cepat,terutama resistensi terhadap fluorokuinolon dan
cephalosporin generasi 3 dan 4.
5. Perawatan di Intensive Care Unit (ICU)
National Nosocomial Infections Surveillance System dilakukan pada
pasien ICU, dari studi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa ISK
merupakan infeksi terbanyak pada pasien kritis di ICU. Disebutkan
bahwa penyebabnya adalah penggunaan antibiotik yang tinggi multipel
pada satu pasien sehingga menimbulkan peningkatan resistensi terhadap
antimikroba. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan
menimbulkan resistensi melalui mekanisme antibiotic selective pressure,
antibiotik akan membunuh bakteri yang peka sehingga bakteri yang
resisten menjadi berkembang. Faktor lain yang menyebabkan tingginya
resistensi di ICU adalah penyakit serius yang diderita, penggunaan alat

Infeksi Saluran Kemih Page 12


kesehatan invasif dalam waktu lama, dan waktu tinggal di rumah sakit
yang lama.
6. Perawatan kesehatan jangka panjang
Infeksi yang paling banyak terjadi pada pasien perawatan jangka panjang
adalah infeksi respiratorius dan traktus urinarius (ISK), khususnya infeksi
oleh Extended Spectrum Beta Lactamase Producers (ESBLs) yaitu E.
coli. Kejadian resistensi antimikroba pada pasien perawatan kesehatan
jangka panjang tinggi dikarenakan populasi pasien yang sangat rentan
terhadap infeksi dan kolonisasi. Penurunan sistem imun, beberapa
komorbiditas, dan penurunan fungsional pada pasien perawatan jangka
panjang akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan melemahkan
pertahanan tubuh melawan infeksi. Pasien perawatan kesehatan jangka
panjang sering menerima pengobatan empiris dengan antibiotik spektrum
luas, ini meningkatkan antibiotic selective pressure sehingga
menimbulkan resistensi.
7. Keganasan hematologi
Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut dan
neutropenia mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi. Bakteri yang
menyebabkan infeksi pada pasien neutropenia dan kanker bisa
merupakan bakteri gram negatif (E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella) atau
bakteri gram positif (S.Aureus dan Enterococcus). Neutrofil memegang
peranan penting sebagai agen pertahanan tubuh manusia dalam melawan
berbagai bakteri, oleh karena itu penurunan jumlah neutrofil yang ekstrim
menyebabkan peningkatan resistensi bakteri. Kemoterapi dosis tinggi,
neutropenia yang parah dan berkepanjangan, serta profilaksis
fluorokuinolon dan trimethoprim-sulfamethoxazole merupakan pemicu
terjadinya infeksi pada pasien keganasan hematologi oleh bakteri yang
resisten terhadap antibiotik.
8. Pasien hemodialisa

Infeksi Saluran Kemih Page 13


Pasien yang menjalani hemodialisa akan lebih rentan terpapar MDRO,
maka meningkatkan risiko terjadinya ISK oleh MDRO. Peningkatan
kerentanan itu disebabkan oleh dialisat yang terkontaminasi, transien
bakteremia yang disebabkan karena terdapat akses ke pembuluh darah
yang menjadikannya sebagai port d’entree bakteri MDRO, dan kelebihan
Fe. Kateter dialisis melukai lapisan kulit normal sehingga membentuk
jalan masuk bakteri ke pembuluh darah. Keberadaan benda asing dalam
tubuh menimbulkan kekurangan imun lokal dengan jalan pengaktifan
fungsi fagosit dari sel polimorfonuklear. Hal ini akan menyebabkan
“exhausted neutrophils” yang menimbulkan penurunan aktivitas
pembunuhan bakteri secara nyata jika kemudian terinfeksi bakteri.
9. Ulkus diabetes mellitus (Ulkus DM) Infeksi MDRO pada ulkus DM
sangat lazim ditemukan, hal ini berhubungan dengan kontrol level
glukosa yang inadekuat. Bakteri gram negatif yang sering ditemukan
adalah Proteus dan bakteri gram positif yang sering ditemukan adalah
Staphylococcus. Penderita diabetes yang mengalami ulkus pada kaki
sangat rentan terhadap infeksi, dan akan menyebar secara cepat sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan yang luar biasa. Durasi infeksi lebih
dari satu bulan, penggunaan antibiotik sebelumnya, dan ukuran ulkus
lebih dari 4 cm2 lebih memungkinkan terkena MDRO.

2.4 Klasifikasi
1. Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
a. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

Infeksi Saluran Kemih Page 14


Sistitis (inflamasi pada vesika urinari) lebih sering terdapat pada
wanita dari pada pria karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan
daerah anal. Organisme gram negative dapat sampai ke saluran kemih
selama bersetubuh, trauma uretra, atau karana kurang higinies.
Biasanya organisme ini cepat di keluarakan sewaktu berkemih ( Miksi
). Pada pria secret prostat memiliki sifat antibacterial. Akibat paling
bahaya dari sistitis adalah pielonefritis, dengan naiknya kuman kuman
dari kandung kemih ke pelvis ginjal. Manifestasi klinis menunjukkan
bakteriuria pada 60-70% kasus, dysuria, sering berkemih, merasa ingin
berkemih terus, sakit di atas suprapubis. Setiap pasien yang di pasang
kateter memiliki resiko tinggi terkena sistitis.
b. Uretra (uretritis)
Infeksi yang terjadi pada uretra. Sama halnya dengan sistitis, uretritis
ini disebabkan oleh Organisme gram negative yang di dapat selama
bersetubuh, trauma uretra, atau karna kurang higinies.
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non
gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea
plasma urelytikum.
c. ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua
ginjal. Inflamasi pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yg berasal
dari kandung kemih menjalar ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut
dan kronis/menahun.
2. Kalasifikasi menurut letaknya :
a. ISK bawah

Infeksi Saluran Kemih Page 15


1) Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bacteriuria bermakna).
2) Sindrom Uretra Akut (SUA) : presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis.
3) Laki-laki : sistitis, prostatitis, epidimidis, dan urethritis.
b. ISK atas
1) Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
2) Pielonefritis Kronis (PNK) : kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

3. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:


a. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
b. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa
macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini
terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
3) Gangguan daya tahan tubuh
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease. (Huda N. Amin, 2015)

Infeksi Saluran Kemih Page 16


4. Macam ISK antara lain:
a. ISK Primer
Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primer dibagi menjadi dua:
1) ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.
2) ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik.
Antibiotika yang sering digunakan yaitu amoksisilin.
b. ISK sekunder
ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK
berulang merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan ISK
yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab
ISK tersebut. Penyebab ISK sekunder biasanya adalah obstruksi saluran
kemih (seperti batu saluran kemih, pembesaran prostat, dan striktur
uretra).

2.5 Patofisologi

Secara umum patogenesis ISK kompleks hampir sama dengan ISK, tetapi
terdapat perbedaan yaitu pada ISK kompleks terdapat faktor risiko berupa
kelainan anatomi, fungsi dan metabolik dan sering menimbulkan infeksi berulang.
Hampir seluruh ISK terjadi secara asenden. Bakteri berasal dari flora feses,
berkolonisasi didaerah perineum dan memasuki kandung kemih melalui uretra.
Pada bayi, septikemia karena bakteri gram negatif relatif lebih sering, hal ini
mungkin disebabkan imaturitas dinding saluran pencernaan pada saat kolonisasi
oleh Escherichia coli atau karena imaturitas system pertahanan. Penyebaran
secara hematogen lebih sering terjadi pada neonatus. Infeksi nosokomial juga
dapat terjadi, biasanya disebabkan operasi atau intrumentasi pada saluran kemih.
Bakteri penyebab ISK yang paling sering ditemukan di praktek umum adalah E.
coli (lebih dari 90%), sedangkan yang disebabkan infeksi nosokomial (hospital

Infeksi Saluran Kemih Page 17


acquired) sekitar 47%.10 Awal terjadinya ISK adalah bakteri berkolonisasi di
perineum pada anak perempuan atau di preputium pada anak laki-laki. Kemudian
bakteri masuk kedalam saluran kemih mulai dari uretra secara asending. Setelah
sampai di kandung kemih, bakteri bermultiplikasi dalam urin dan melewati
mekanisme pertahanan antibakteri dari kandung kemih dan urin. Pada keadaan
normal papila ginjal memiliki sebuah mekanisme anti refluks yang dapat
mencegah urin mengalir secara retrograd menuju collecting tubulus. Akhirnya
bakteri bereaksi dengan urotelium atau ginjal sehingga menimbulkan respons
inflamasi dan timbul gejala ISK. Mekanisme tubuh terhadap invasi bakteri terdiri
dari mekanisme fungsional, anatomis dan imunologis. Pada keadaan anatomi
normal, pengosongan kendung kemih terjadi reguler, drainase urin baik dan pada
saat setiap miksi, urin dan bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat seluler,
bakteri dihancurkan oleh lekosit polimorfonuklear dan komplemen. Maka setiap
keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan normal tersebut dapat
menyebabkan risiko terjadinya infeksi.

Pada anak perempuan, ISK kompleks sering terjadi pada usia toilet
training karena gangguan pengosongan kandung kemih terjadi pada usia ini.
Anak mencoba untuk menahan kencing agar tidak ngompol, dimana kontraksi
otot kandung kemih ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal ini menyebabkan
tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, kemudian semuanya akan menyebabkan bakteriuria. Gangguan
pengosongan kandung kemih dapat terjadi pula pada anak yang tidak BAK secara
teratur. Uropati obstruktif menyebabkan hidronefrosis yang akan meningkatkan
risiko ISK karena adanya stasis urin. Instrumentasi pada uretra selama VCUG
atau kateterisasi yang tidak steril dapat menginfeksi kandung kemih oleh bakteri
patogen. Konstipasi dapat meningkatkan risiko terjadinya ISK karena dapat
menyebabkan gangguan pengosongan kandung kemih. Patogenesis ISK adalah
berdasarkan adanya pili atau fimbrae pada permukaan
bakteri. Terdapat 2 tipe fimbrae yaitu tipe I dan tipe II. Fimbrae tipe I terdapat

Infeksi Saluran Kemih Page 18


pada seluruh strain E.Coli. Karena perlekatan pada sel target dapat dihambat oleh
D-Mannose, maka fimbrae ini disebut juga mannose sensitive dan tidak berperan
dalam pielonefritis. Perlekatan fimbrae tipe II tidak dihambat oleh mannose,
sehingga disebut juga Mannose resistant, fimbrae ini hanya terdapat pada
beberapa strain E. coli. Reseptor fimbriae tipe II adalah suatu glikospingolipid
yang terdapat pada sel uroepitel dan sel darah merah. Fraksi Gal 1-4
oligosakaridase adalah resptor. Karena fimbrae tersebut dapat diaglutinasi oleh P
blood eritrosit maka disebut sebagai P fimbrae. Bakteri dengan P fimbrae lebih
sering menyebabkan pielonefritis. Sekitar 76-94% strain pielonefritogenik E. coli
mempunyai P fimbrae, sedangkan strain sistitis sekitar 19-23%.6,7,8
Infeksi persisten atau rekuren dari ISK pertama dapat terjadi disebabkan oleh
terapi yang tidak adekuat (misalnya antibiotik yang tidak tepat, lama terapi terlalu
pendek atau dosis kurang tepat). Tetapi selain hal tersebut, merupakan suatu tanda
adanya kelainan yang mendasari di saluran kemih (misalnya batu ginjal, kista,
abses, benda asing) yang menjadi tempat bakteri berkembang biak. Infeksi
rekuren dapat merupakan infeksi baru yang disebabkan bakteri yang baru dan
harus dicurigai adanya kelainan anatomi atau fungsi.

2.6 Manifestasi Klinis


Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa
gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, dan terdesak
kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah pelvis
juga ditemukan. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat
menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga
sering kencing. Stranguria, tenesmus, nokturia, sering juga ditemukan enuresis
nokturnal sekunder, prostatismus, nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal. Gejala
klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

Infeksi Saluran Kemih Page 19


b. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah.
ISK yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya, karena tanpa
disadari, penyakit tersebut akan menggerogoti terus-menerus. Jadi, orang yang
bersangkutan terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah menjadi
kronis.
1. Uretritis biasanya memperlihatkan tanda dan gejala :
a. Mukosa memerah dan edema
b. Terdapat cairan eksudat yang purulent
c. Ada ulserasi pada urethra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Adanya nanah awal miksi
f. Nyeri pada saat miksi (disuria)
g. Kesulitan untuk memulai miksi
h. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
2. Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
a. Disuria (nyeri waktu berkemih)
b. Peningkatan frekuensi berkemih
c. Perasaan ingin berkemih
d. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
e. Nyeri punggung bawah atau suprapubic

Infeksi Saluran Kemih Page 20


f. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang
parah.
3. Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah (Haryono R, 2013).

2.7 WOC

Infeksi Saluran Kemih Page 21


2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis (Haryono Rudy, 2013)
a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang
besar (LBP) sediment air kemih.
b. Hematuria : Hematuria positif bila 5 – 10 eritrosit/ LBP sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerolus ataupun urolitiasis.
1. Bakteroilogis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa dipoutar atau tanpa pewarnaan
gram. Dinyatakan positif apabila dijumpai bakteri/lapang pandang
minyak emersi.
b. Biakan bakteri.
Biakan ini pancaran tengah (mid stream urine) dianggap positif ISK
bila jumlah kuman  100.000 kuman/ml urin, jumlah kuman antara
10.000 - < 100.000 kuman/ml urin dianggap meragukan akan perlu
diulang. Bila < 10.000 kuman/ml, urin hasil dianggap sebagai
kontaminasi. Bila pengambilan urin dilakukan dengan pungsi supra
pubik/karteterisasi kandung kemih, maka seberapapun kuman yang
ditemukan dianggap positif ISK (ada maka juga yang menyebutkan
batasan > 200 kuman/ml urin). 102-103 organisme koliform /mL urin
plus piuria.
c. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate berupa
perubahan warna pada uji carik. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari
100.000 – 1000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan

Infeksi Saluran Kemih Page 22


perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7 % dan spesifisitas
99,1 % untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien
sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,infeksi oleh enterokoki
dan asinetobakter.
2. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
3. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
4. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit
(tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif :
maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif
jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonnorrhoeae, herpes simplek) .
c. Tes - tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP),
msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostat. Urogram
IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten. (Haryono Rudy, 2013)
Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu :
1. Urin lengkap : tidak ada korelasi pasti antara piuria dan bakteri urin, tetapi
pada setiap kasus dengan piuria harus dicurigai kemungkinan ISK, bila
ditemukan silinder leukosit, kemungkinan pielonefritis perlu dipikirkan.
2. Radiologi : Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan yang merupakan anatomis yang merupakan

Infeksi Saluran Kemih Page 23


faktor predisposisi ISK. Dapat berupa pielografi intravena (IVP),
ultrasonografi dan CT-scanning.
3. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ultrasonografi sedapat mungkin
dilakukan pada semua pasien ISK, pielografi intravena (PIV) dilakukan
untuk mencari kemungkinan adanya pielonefritis kronis, kelainan
konginital, maupun abstruksi dengan miksio-sisto-uretrografi (MSU)
dapat ditemukan tanda-tanda refluks vesiko ureter/penyempitan pada
muara uretra.
4. Pemeriksaan lain-lain : data tambahan berupa peninggian laju endap darah
(LED) dan kadar protein kurang rektif, penurunan fungsi ginjal, serta
adanya azotemia memberi petunjuk adanya ISK bagian atas.

2.9 Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
Penanganan Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Terapi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas :
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama :4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten
di awal infeksi, factor kausatif (misalnya batu, abses) jika muncul salah
satu harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin terapi
preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm/ smz, bactrim,septra). Kadang

Infeksi Saluran Kemih Page 24


ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E.Coli telah resisten
terhadap bakteri ini.pyridium,suatu analgesic urinarius juga dapat
digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi. . (Haryono
R, 2013).
1) Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
2) Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari
dalam 2 dosis.
3) Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.
4) Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten
terhadap cotrimoxazole.
5) Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak
digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami
keterlibatan ginjal pada ISK.
2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi
lubang urethra oleh bakteri feces. . (Haryono R, 2013).
Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi
saluran kemih ini, antara lain :
1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air
putih sehari).
2. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
3. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar
kotoran dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih.
4. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan
tersebut akan dapat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak
5. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil

Infeksi Saluran Kemih Page 25


6. Perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih.
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain.
Pasien dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing
untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10 mg/kg
BB hari. Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan.
Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi
akut, pengobatan dan pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi
bedah terhadap kelamin anatomis saluran kemih.
1. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan keadaan
umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin
dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin,
katrimoksazol, sulfisoksazol asam nalidiksat, nitrofurantoin dan
sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah aminoshikosida (gentamisin,
amikasin, dan lain-lain), sefatoksin, karbenisilin, doksisiklin dan lain-lain,
Tx diberikan selama 7 hari.
2. Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami
infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu
dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan
fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama
2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan ada fase
akut. Bila relaps/infeksi terjadi lebih dari 2 kali, pengobatan dilanjutkan
dengan terapi profilaksis menggunakan obat antiseptis saluran kemih yaitu
nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi atau asam mandelamin.
Umumnya diberikan ¼ dosis normal, satu kali sehari pada malam hari
selama 3 bulan. Bisa ISK disertai dengan kalainan anatomis, pemberian
obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan Tx profilaksis dilanjutkan
selama 6 bulan, bila perlu sampai 2 tahun.
3. Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi,
perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung
dari stadium. Refluks stadium I sampai III bisanya akan menghilang

Infeksi Saluran Kemih Page 26


dengan pengobatan terhadap infeksi pada stadium IV dan V perlu
dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi ureter pada kandung kemih
(ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis atau pielonefritis atopik kronik,
nefrektomi kadang-kadang perlu dilakukan.

2.10 Komplikasi
1. Pembentukan abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal (Haryono R, 2013).
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu tipe sederhana (uncomplicated)
dan tipe berkomplikasi (complicated).
a. ISK uncomplicated (sederhana)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
mukosa superficial kandung kemih. Non obstruksi dan tidak
menyebabkan akibat lanjut jangka panjang.

b. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas, terkadang kuman penyebab resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
3) Gangguan daya tahan tubuh
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease. (Setiati, Siti.2014).

Infeksi Saluran Kemih Page 27


2.11 Pencegahan
Secara umum pencegahan ISK dapat dilakukan dengan mengupayakan
anak minum 8 hingga 10 gelas air dan cairan lainnya sehari. Minum jus
cranberry sering dianjurkan sebab mungkin dapat mencegah melekatnya
E.coli pada dinding kandung kemih, pemberian vitamin C sesuai kebutuhan
harian dianjurkan karena menyebabkan keasaman urin dan membuat
lingkungan yang tidak bersahabat untuk bakteri, menghindari mandi busa dan
sabun berparfum karena dapat menyebabkan iritasi pada uretra, mengganti
diaper secara teratur untuk mencegah kontak yang lama feses dengan daerah
genital yang akan memberikan kesempatan kepada bakteri untuk bergerak
naik ke uretra kemudian ke kandung kemih, membersihkan genital yang benar
pada anak perempuan dengan cara membersihkan genital dari depan ke
belakang setelah BAK/BAB akan mengurangi pajanan uretra terhadap ISK
yang disebabkan oleh bakteri dari feses, menggunakan celana dalam dengan
bahan katun karena dapat mengurangi pertumbuhan bakteri pada daerah uretra
dibandingkan nilon atau bahan lainnya, buang air kecil teratur untuk
membantu mengeluarkan bakteri dari saluran kemih.
Untuk pencegahan ISK kompleks adalah deteksi adanya kelainan pada
ginjal dansaluran kemih sangat penting. Beberapa keadaan yang merupakan
faktor risiko ISK kompleks seperti refluks vesikoureter, neuropathic bladder
atau obstruksi saluran kemih (posterior urethral valves, ureterokel, ektopik
ureter), dapat merupakan kelainan bawaan yang dapat dideteksi secara dini
dengan pemeriksaan USG antenatal. AAP merekomendasikan pemeriksaan
kelainan saluran kemih dengan menggunakan USG pada anak usia kurang
dari 2 tahun yang didiagnosis ISK pertama kali. Pada anak yang menderita
ISK pada 2 tahun pertama setelah lahir harus dilakukan pemeriksaan VCUG.
Pemberian antibiotik profilaksis jangka panjang juga diberikan pada anak
dengan kelainan saluran kemih untuk mencegah infeksi berulang.

Infeksi Saluran Kemih Page 28


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

1.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer registrasi,
diagnosa medis
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Disuria, polyuria, nyeri, terdesak kencing yang berwarna terjadi
bersamaan.

Infeksi Saluran Kemih Page 29


b. Riwayat Penyakit Sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea
coli kedalam kolon.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK atau penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan system perkemihan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan
gangguan dalam beribadat karena klien lemah.

3. Pemerikasaan fisik
1) Status penampilan kesehatan: yang sering muncul adalah rasa kesakitan
yang hebat pada abdomen
2) Tingkat kesadaran: compos mentis, letargi, stupor, koma (tergantung
kondisi fisiologi untuk melakukan kompensasi terhadap kelainan eksokrin
pankreas)
3) Observasi TTV:
a. Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi (karena terjadi kompensasi
terhadap nyeri)
b. Frekuensi pernapasan: takipneu (sebagai kompensasi untuk
meningkatkan produksi energi aerob untuk mencukupi energi pada
fase nyeri aktif)
c. Suhu tubuh: sering muncul hipertermi karena efek peradangan
4) Pada leher biasanya terdapat pembesaran kelenjar limfe leher apabila ada
infeksi sistemik.
5) Pada aksila terdapat pembesaran limfe.
6) Pada abdomen, terlihat distensi abdomen karena pembengkakan pankreas.
Auskultasi bising usus mungkin meningkat sebagai respon mekanik

Infeksi Saluran Kemih Page 30


terhadap peradangan pankreas. Jika di palpasi terdapat nyeri takan pada
epigastrik.
7) Pada keadaan dehidrasi, kulit dan mukosa bibir terasa kering.
8) Review Of System
 B1 Breath : Takipnea
 B2 Blood : Hipotensi, takikardi
 B3 Brain : Hipertermi, pusing
 B4 Bladder : Kekurangan cairan dan eletrolit
 B5 Bowel : Mual muntah, distensi abdomen, nyeri tekan
pada epigastrik
 B6 Bone : Lemah dan penurunan kekuatan

1.2 DIAGNOSA
1. Nyeri b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus
urinarius lain.
2. Hipertermi b/d proses infeksi dan inflamasi.
3. Gangguan Eliminasi Urin eliminasi urine b/d dengan adanya peradangan
dan tekanan urin dalam VU meningkat.
4. Kurangnya pengetahuan b/d personal hygine yang buruk.
5. Resti terhadap penyebaran infeksi b/d ulserasi pada uretra dan timbulnya
nanah.

1.3 INTERVENSI
1. Nyeri b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur
traktus urinarius lain.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa
nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang

Infeksi Saluran Kemih Page 31


b. Kandung kemih tidak tegang
c. Pasien nampak tenang
d. Ekspresi wajah tenang
e. Pasien dapat menyebutkan penyebab dan cara mengatasi nyeri.
f. Skala nyeri 1-3
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Catat lokasi, lamanya intensitas a. Membantu mengevaluasi tempat
skala (1-10) penyebaran nyeri. obstruksi dan penyebab nyeri.
b. Mengatur posisi tidur yang b. Akan mengurangi nyeri dan
nyaman. meningkatkan keinginan tidur
pasien
c. Berikan tindakan nyaman, seperti c. Meningkatkan relaksasi,
pijatan punggung menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan d. Membantu mengarahkan kembali
nafas berfokus perhatian dan untuk relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal e. untuk mencegah kontaminasi uretra
f. Jika dipasang kateter, berikan f. Kateter memberikan jalan bakteri
perawatan kateter 2 kali per hari untuk memasuki kandung kemih
dan naik ke saluran perkemihan.
Kolaborasi
a. Konsul dokter bila: Pola berkemih a. Temuan-temuan ini dapat memberi
berubah, sering berkemih dengan tanda kerusakan jaringan lanjut dan
jumlah sedikit, perasaan ingin perlu pemeriksaan luas
kencing, menetes setelah berkemih.
Nyeri menetap atau bertambah
sakit
b. Berikan analgesic dan antibiotic b. analgesic memblok lintasan nyeri
amikacin dan cefepime sehingga mengurangi nyeri

Infeksi Saluran Kemih Page 32


c. Berikan berbagai variasi sediaan c. mengurangi dan menghilangkan
minum, termasuk air segar . factor penyebab nyeri
Pemberian air sampai 2400 ml/hari

Observasi
a. Pantau haluaran urine terhadap a. untuk mengidentifikasi indikasi
perubahan warna, bau dan pola kemajuan atau penyimpangan dari
berkemih, masukan dan haluaran hasil yang diharapkan
setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang

2. Hipertermi b/d proses infeksi dan inflamasi.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam suhu tubuh
pasien menurun.
Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh pasien normal ( 36,5 – 37,50 c)
b. Tidak terjadi demam dan dioporesis
c. Tidak ada tanda dehidrasi (mukosa lembab, kulit elastis)
d. TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, HR: 60-100x/menit, RR: 16-
24x/menit)
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Beri kompres dingin pada daerah a. Dengan memberi kompres dingin
dahi dan ketiak. terjadi pemindahan panas ke
dingin melalui proses konduksi.
b. Anjurkan klien untuk banyak b. Dengan minum yang banyak di-
minum. harapkan dapat mengganti peng-
uapan cairan yang keluar akibat
panas.

Infeksi Saluran Kemih Page 33


c. Anjurkan pada klien untuk istirahat c. Istirahat mutlak dapat mencegah
total. terjadinya perforasi usus.
Kolaborasi
a. Berikan obat antipiretik sesuai a. Sebagai obat untuk menurunkan
indikasi panas.
Observasi
a. Monitor tanda-tanda vital a. Tanda-tanda vital dapat berubah
dengan adanya peningkatan suhu
tubuh.

3. Gangguan Eliminasi Urin eliminasi urine b/d dengan adanya


peradangan dan tekanan urin dalam VU meningkat.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola eliminasi
kembali normal (1200-1500 cc/hari).
Kriteria Hasil:
1. Pola eliminasi urine kembali normal (0,5-1 cc/kg BB/jam)
2. Keluhan BAK tidak ada lagi. (urgensi, oliguri, disuria)
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Kaji keluhan buang air kacil a. Untuk mengetahui masalah
eliminasi dan menentukan tindakan
yang tepat
b. Kosongkan kandung kemih tiap 2-3 b. untuk mencegah perkembangan
jam bakteri
c. Tampung urine 24 jam untuk c. Untuk mengetahui agen penyebab
pemeriksaan dan kaji pengeluaran gangguan ISK
urine (jmulah, waran, bau)
HE
a. Jelaskan penyebab perubahan pola a. Untuk mengurangi kecemasan klien

Infeksi Saluran Kemih Page 34


eliminasi
b. Jelaskan penyebab perubahan pola b. Untuk rehidrasi cairan dan untuk
eliminasi pengeluaran bakteri dan
mikroorganisme lainnya
Observasi
a. Awasi pemeriksaan laboratorium; a. pengawasan terhadap disfungsi
elektrolit, BUN, kreatinin ginjal
b. Awasi pemasukan dan pengeluaran b. memberikan informasi tentang
karakteristi urin. fungsi ginjal dan adanya komplikasi

4. Kurangnya pengetahuan b/d personal hygine yang buruk.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 6 jam pasien
menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan Untuk mengetahui kesiapan pasien dan
keluarga tentang penyakit yang di derita keluarga serta untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga
tentang penyakit yang diderita
HE
Jelaskan secara singkat tentang Untuk menambah pengetahuan klien
penyakit dan keluarga tentang penyakit.

Infeksi Saluran Kemih Page 35


5. Resti terhadap penyebaran infeksi b/d ulserasi pada uretra dan
timbulnya nanah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi
resiko perluasan infeksi yang dialami.
Kriteria Hasil:
Infeksi tidak terjadi yg ditandai dengan:
1. Klien menggunakan antibiotik sesuai resep
2. Suhu badan normal (36,5-37,5oC)
3. Pembengkakan tidak ada
4. Pus tidak ada
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Berikan perawatan ulserasi pada uretra, Pasien dapat mencegah sedini mungkin
jaga kebersihan daerah yang luka. infeksi berlanjut dari penyakit
HE
Jelaskan informasi tentang proses Mencegah pemasukan bakteri dari
infeksi penyakit. infeksi/ sepsis lanjut.
Kolaborasi
Berikan analgesic dan antibiotic Mempercepat penyembuhan dan
amikacin dan cefepime perlindungan terhadap infeksi

1.4 IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi, lakukan semua intervensi keperawatan sesuai
dengan jadwal yang sudah direncanakan. Sesuaikan kondisi pasien dengan
tindakan yang akan dilakukan. Tindakan yang dilakukan harus seefektif
mungkin.

1.5 EVALUASI
Hasil yang diharapkan pada pasien infeksi saluran kemih setelah mendapat
intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :

Infeksi Saluran Kemih Page 36


S : keluarga pasien mengatakan sudah tidak ada nyeri lagi
O : pasien rileks
A : TTV normal TD : 120/80 mmHg, N : 60-100 x/menit, RR : 16-24
x/menit, S : 36,5 – 37,5 OC
P : intervensi dihentikan.

Infeksi Saluran Kemih Page 37


BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang
paling sering ditemukan dalam praktek klinik. Lebih dari 25 % perempuan akan
mengalami paling tidak satu kejadian ISK selama masa kehidupannya.
Kebanyakan kasus ISK tidak menimbulkan masalah yang berat, dalam artian
tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan suatu kerusakan yang bersifat
irreversible. Namun demikian, risiko kerusakan ginjal yang irreversible dan juga
peningkatan risiko bakteremia akan terjadi ketika ISK mengenai ginjal (Hvidberg
et al., 2000).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembangnya biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain,. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. (Sudoyo Aru
dkk 2009).

1.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini di harapkan mahasiswa dapat
memahami penyakit Infeksi Saluran Kemih dan juga dapat mengerti bagaimana
asuhan keperawatan yang di lakukan pada pasien dengan penyakit Infeksi Saluran
Kemih sehingga mempermudah kita nantinya di lapangan.

Infeksi Saluran Kemih Page 38


DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin N & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta :


Salemba Medika

Setiati, Siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi : VI. Jakarta:
Internal Publishing.

Haryono, Rudi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Perkemihan. Yogyakarta


: Rapha Publising

John R. Cameron, dkk. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta : Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Infeksi Saluran Kemih Page 39

Anda mungkin juga menyukai