Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Nama : Fatin Yuniarti
NIM : 031500428
Prodi : Elektromekanika / V
Jurusan : Teknofisika Nuklir
Dosen : Ir. Zaenal Abidin, M.Kes
C. TEORI DASAR
Pengukuran tingkat Kontaminasi
Kontaminasi adalah keberadaan substansi radioaktif (sumber terbuka) yang
mempunyai potensi bahaya radiasi interna. Pengawasan terhadap kontaminasi radioaktif
sangat diperlukan untuk keselamatan kerja di lingkungan yang menangani bahan
radioaktif. Pengukuran tingkat kontaminasi radioaktif permukaan dapat dilakukan dengan
2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran secara langsung dilakukan dengan meletakkan alat pencacah, langsung
di atas permukaan bahan terkontaminasi, sedangkan pengukuran secara tidak langsung
dilakukan dengan uji usap menggunakan kertas saring, kemudian kertas saring tersebut
dilakukan pencacahan menggunakan sistem pencacah.
Tingkat Kontaminasi (TK) zat radioaktif pada suatu permukaan bahan adalah
besarnya aktivitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan per satuan luas,
dinyatakan sebagai:
Aktivitas (A)
TK Luas Permukaan Terkontaminasi (L)
p L
dengan:
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
Untuk pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan bahan dengan
uji usap, kontaminan yang terambil pada pengusapan tergantung jenis permukaan bahan
kontaminan, bahan pengusap dan teknik pengusapan sehingga diperlukan nilai efisiensi
usap yang dinyatakan dengan
Ru Rb
a p u
TK L
dengan:
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
u = Efisiensi Usap
Pengukuran aktivitas secara uji usap yang dilakukan dalam praktikum ini adalah aktivitas
total. Nilai batas tertinggi Tingkat Kontaminasi permukaan yang diizinkan bergantung
pada faktor resuspensi, yaitu merupakan nilai perbandingan antara Tingkat Kontaminasi
maksimum yang diizinkan dalam udara (Bq/cm2) dengan Tingkat Kontaminasi maksimum
yang diizinkan pada permukaan (Bq/cm2), sehingga
dengan:
F = Faktor resuspensi
Nilai F bergantung pada kondisi laboratorium, dalam keadaan normal nilai F rata-rata
5.10-5/cm.
Bila diketahui nilai kontaminasi tertinggi yang diizinkan di udara untuk suatu radioisotope,
maka dapat ditentukan nilai Tingkat Kontaminasi permukaan tertinggi yang diizinkan.
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/ mengurangi atau bahkan menghilangkan
suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu bahan
yang kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis tersebut
sebagai limbah radioaktif
Tujuan dekontaminasi ( menurut IAEA Technical Report Series No.18 1982) adalah:
1. Pertimbangan Keselamatan dan Kesehatan
2. Mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga diperoleh hasil
pencacahan yang baik
3. Memperkecil tingkat Kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai kembali.
E. LANGKAH KERJA
PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI
A. PENENTUAN EFISIENSI ALAT
1. Gunakan Jas Lab, Monitor Perorangan dan alas kaki khusus
2. Kertas saring digunting sesuai dengan ukuran diameter planset yang akan
digunakan
3. Lakukan pencacahan latar belakang sebanyak 3 (tiga) kali menggunakan
Sistem pencacah GM/ Monitor Permukaan.
4. Lakukan pencacahan latar belakang kertas saring dan planset sebanyak 3
(tiga) kali menggunakan sistem pencacah GM/ Monitor perorangan
5. Gunakan sarung tangan karet
6. Ambil dengan pipet (pipet effendrop) larutan P-32 sejumlah 0,1 ml yang telah
diketahui aktivitasnya, teteskan pada bahan/planset yang telah dilapisi kertas
saring.
7. Keringkan kertas saring beserta planset tersebut dalam lemari asam dengan
lampu pemanas.
8. Lepaskan sarung tangan karet
F. DATA PRAKTIKUM
Sumber: I131
Faktor Kalibrasi = 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
Dekontaminasi
bahan Proses Nilai cacah (CPS) CPM Latar CPM
Pada saat ditetesi 1167 19,45 15 0,25
Al
Setelah di usap 48 0,8 20 0,33
Pada saat ditetesi 497 8,283 20 0,33
Vinyil
Setelah di usap 60 1 25 0,416
G. PERHITUNGAN
1. Menentukan tingkat kontaminasi awal
Bahan Al
Laju cacah neto = laju cacah total – laju cacah latar
= 19,45 – 0,25 = 19,2 CPM
Faktor Kalibrasi = 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
Kontaminasi awal = laju cacah neto x faktor kalibrasi
= 19,2 CPM x 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
= 126,72 x 10−3 Bq/cm2
Bahan Vinyl
Laju cacah neto = laju cacah total – laju cacah latar
= 8,283 – 0,33 = 7,953 CPM
Faktor Kalibrasi = 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
Kontaminasi awal = laju cacah neto x faktor kalibrasi
= 7,953 CPM x 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
= 52,49 x 10−3 Bq/cm2
2. Menentukan tingkat kontaminasi akhir
Bahan Al
Laju cacah neto = laju cacah total – laju cacah latar
= 0,8 – 0,33 = 0,47 CPM
Faktor Kalibrasi = 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
Kontaminasi awal = laju cacah neto x faktor kalibrasi
= 0,47 CPM x 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
= 3,102 x 10−3 Bq/cm2
Bahan Vinyl
Laju cacah neto = laju cacah total – laju cacah latar
= 1 – 0,416 = 0,584 CPM
Faktor Kalibrasi = 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
Kontaminasi awal = laju cacah neto x faktor kalibrasi
= 0,584 CPM x 6,6 x 10−3 (Bq/cm2)/cpm
= 3,8544 x 10−3 Bq/cm2
3. Faktor Dekontaminasi
Bahan Al
FD = Tk sebelum dekontaminasi/Tk sesudah dekontaminasi
= [126,72 x 10−3 Bq/cm2 ]/[ 3,102 x 10−3 Bq/cm2 ]
= 40,85
Bahan Vinyl
FD = Tk sebelum dekontaminasi/Tk sesudah dekontaminasi
= [52,49 x 10−3 Bq/cm2]/[ 3,8544 x 10−3 Bq/cm2]
= 13,61
4. Aktivitas tersisa
Bahan Al
At = 1/FD x 100%
= 1/40,85 x100%
= 2,45%
Bahan Vinyl
At = 1/FD x 100%
= 1/13,61 x100%
= 7,35%
H. PEMBAHASAN
Praktikum proteksi dan keselamatan radiasi kali ini adalah praktikum pengukuran tingkat
kontaminasi dan dekontaminasi yang bertujuan agar peserta dapat melakukan pengukuran tingkat
kontaminasi dan melakukan dekontaminasi suatu permukaan bahan menggunakan bahan
dekontaminan. Pada praktikum ini digunakan dua jenis bahan uji coba kontaminasi permukaan
yaitu bahan aluminium dan bahan vinyl. Untuk bahan dekontaminan yang digunakan adalah kertas
merang dan air sabun. Sumber radioaktif yang digunakan ialah I-131. Sumber radioaktif I-131
memiliki waktu paro yang relatif singkat yaitu 8,02 hari karena itulah dipilih sebagai bahan
kontaminan, jika terjadi kontaminasi maka bahaya radiasi internal yang akan ditimbulkan semakin
kecil karena summber radioaktif I-131 mudah meluruh.
Sebelum praktikum dimulai, pertama-tama dilakukan pengukuran dosis untuk masing – masing
praktikan. Seluruh dosis radiasi praktikan sebelum dilakukan praktikum adalah 0 µSv.
Selanjutnya di percobaan pertama diteteskan sumber radioaktif I-131 pada material aluminium.
Pengukuran tingkat kontaminasi pada percobaan pertama dilakukan secara langsung, yaitu
pengukuran dengan menggunakan monitor kontaminasi yang diletakkan di atas permukaan
bahan yang terkontaminasi kemudian dilakukan pengusapan pada vinyl dan aluminium yang
terkontaminasi menggunakan kertas saring dengan arah melingkar ke dalam. Hal ini dilakukan agar
kontaminan pada permukaan tidak semakin meluas dan mengkontaminasi area lain. Sebelum
dilakukan Pengusapan diukur terlebih dahulu cacahan pada sampel plastik yakni sebesar 0,00914
CPM dan pada kertas merang sebesar 0,01053 CPM.
Terdapat beberapa parameter yang perlu diketahui terlebih dahulu, sebelum menghitung
tingkat kontaminasi maka harus mencari besarnya laju cacah netto dan faktor kalibrasi yang ada
Bq/cm2
pada surveymeter (6.6 x 10 -3 𝑐𝑝𝑚
) dan didapatkan besarnya tingkat kontaminasi untuk bahan
Vinyl ataupun aluminium dengan menggunakan kertas merang. Besarnya laju cacah neto bahan
Alumminium dan vinyl berturut-turut 19,2 CPM dan 7,953 CPM sedangkan kontaminasi awal
aluminium adalah 126,72 x 10−3 Bq/cm2 dan vinyl 52,49 x 10−3 Bq/cm2 .
Selanjutnya adalah menentukan tingkat kontaminasi setelah dilakukan dekontaminasi. Tujuan
dilakukannya dekomentasi adalah untuk kepentingan keselamatan, mengurangi gangguan atau
pengaruh pencacahan peralatan tertentu dan memperkecil tingkat kontaminasi pada suatu
permukaan. Proses dekomentasi pada peralatan perlu didekomentasi berkali-kali sapai dengan
tingkat kontaminasi dibawah batas yang diizinkan. Cara perhitungan tingkat dekomentasi akhir ini
saa dengan cara awal sebelum didekomentasi. Diperoleh laju cacah neto bahan Alumminium dan
vinyl berturut-turut 0,47 CPM dan 0,584 CPM sedangkan kontaminasi awal aluminium adalah
3,102 x 10−3 Bq/cm2 dan vinyl 3,8544 x 10−3 Bq/cm2 .
Kemudian menentukan faktor dekontaminasi yaitu dengan cara membagi antara tingkat
kontaminasi yang sebelum dan sesudah di dekontaminasi dan diperoleh faktor dekomentasi dengan
kertas merang untuk Aluminium dan vinyl berturut-turut 40,85 dan 13,61. Faktor kontaminasi
menyatakan kemampuan suatu zat untuk mengontaminasi suatu bahan. Semakin kecil
kontaminasinya maka semakin baik kammampuan suatu zat mendekomentasi suatu bahan sehingga
lebih mudah untuk proses dekontaminasi.
Yang terakhir adalah perhitungan aktivitas tersisa dengan menggunakan rumus At = 1/FD x
100% dan diperoleh aktivitas Aluminium dan vinyl berturut-turut 2,45% dan 7,35%. Dari data
perhitungan dapat diketahui bahwa aktivitas tersisa yang kecil terdapat pada penggunaan kertas
merang pada bahan aluminium.
I. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1) Tingkat kontaminasi yang di ukur dalam praktikum ini adalah tingkat
kontaminasi awal dan setelah di dekontaminasi dengan hasil bahwa
kontaminasi pada bahan alumnium lebih besar daripada Al, terbukti dari kedua
perhitungan tersebut hasil Aluminium lebih besar
2) Faktor dekontaminasi dnegan menggunakan bahan aluminium juga lebih besar
daripada bahan vinyl yaitu sebesar 40,85 saat dilakukan pengusapan dengan
menggunakan kertas merang.
3) Aktivitas tersisa pada percobaan ini pada bahan vinyl lebih besar dari bahan
aluminium yaitu 7,35% pada penggunaan kertas merang.
4) Semakin kecil aktivitas tersisa maka semakin baik bahan pencuci untuk
mendekontaminasi.