Anda di halaman 1dari 69

Materi Kuliah

TEORI KERUANGAN
(Bagian 1-A)

Erlis Saputra
erlissaputra@gmail.com

Prodi Pembangunan Wilayah


Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
RUANG ??
 Sebuah konsep yang terbuka

 Tergantung pada perspektif keilmuan


 Matematika : satuan geometris
 Fisika : media fisis
 Psikologi : proses kognitif
 Sosiologi : satuan komunitas
 Antropologi : hasil budidaya manusia
 Arsitektur : desain struktural
 Ekonomi : fungsi dari jarak dan biaya
 Geografi : bagian permukaan bumi
 Planologi : lingkup perencanaan
 Ilmu lingkungan : satuan kehidupan
 Politik : wujud dari kekuasaan
DEFINISI RUANG

 Pandangan filsuf ilmu alam: Ruang adalah realitas fisik


yang tidak dipengaruhi oleh benda-benda di dalamnya
dan oleh bagaimana benda-benda tersebut dipahami .

 Pandangan filsuf ilmu sosial (humanis): Ruang adalah


setting bagi tindakan manusia, di mana manusia dapat
merancang dan mengendalikan.
DEFINISI RUANG

 Geografi: ruang (space) adalah seluruh permukaan bumi yang


merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuhan, binatang, dan
manusia.

 Geografi regional: ruang adalah suatu wilayah yang mempunyai


batasan geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial, atau
pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan
lapisan tanah dibawahnya, serta lapisan udara di atasnya.

 Sumaatmadja: wujud ruang dipermukaan bumi berbentuk tiga


dimensi, bentangannya berupa daratan dan perairan, sedangkan
kearah vertikal berupa lapisan udara, dalam ruang ini berlokasi
benda hidup dan benda mati serta gejala-gejala yang satu sama
lainnya beriteraksi.
 Ekologi: Ruang sebagai suatu bentuk ekosistem hasil
hubungan dan penyesuaian antara penyebaran dan
aktivitas manusia dengan lingkungannya pada area atau
daerah tertentu.

 Ilmu wilayah: ruang permukaan bumi dibatasi oleh


keadaan fisik, sosial, dan batas administrasi
pemerintahan.
 Jika satu kesatuan alam permukaan bumi menunjukkan ciri-ciri yang
relatif sama maka dinamakan sebagai ruang geografi (space).
 Ruang geografi yang memiliki ciri khas tertentu disebut wilayah (region).
 Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari
struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial
processess) (Yunus, 1997).

 Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan


kenampakan strutkur, pola dan proses.

 Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen


pembentuk ruang.

 Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk


utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan
garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Pemahaman Ruang Indonesia
Versi penjelajah Eropa yang diadposi oleh kita
• Dominasi lima pulau besar
• Ruang fisik = kesatuan geografis
• Laut sebagai “jarak” antar kesatuan
geografis
III
I
IV V

II

Versi Lombard (2005)

V
I

• Dominasi lima jaringan sosial


budaya II IV
III
• Ruang sosial = kesatuan geografis
• Laut sebagai “penghubung” antar
kesatuan geografis
GUGUS PULAU SAMUDERA DAN PANTAI

Banda Aceh
BANDAR SRI BEGAWAN
KUALA LUMPUR

Medan

SINGAPORE
Entikong Bontang Manado
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu Biak
Padang
Pangkal Pinang Balikpapan
Jayapura
Palembang Pangkalan Bun Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung
Malang DILLI
Yogyakarta Merauke
Denpasar Mataram
Pulau Besar
Kupang
Gugus Pulau Samudra
Gugus Pulau Pantai Jalur Patahan dan Sesar

Pegunungan Tinggi Kota PKN Batas Teritorial


Batas ZEE
PEMBAGIAN WILAYAH NASIONAL

Banda Aceh
BANDAR SRI BEGAWAN
KUALA LUMPUR

Medan

SINGAPORE
Entikong Manado
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu Biak
Padang
Pangkal Pinang Balikpapan
Jayapura
Palembang Pangkalan Bun Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung
Malang DILLI
Yogyakarta Merauke
Denpasar Mataram

Kupang

SUDAH BERKEMBANG SEDANG BERKEMBANG PERKEMBANGAN BARU


JALUR ALKI

Legenda :

ALKI
SEBARAN KOTA PKN

Banda Aceh

Medan

Manado
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu
Padang
Pangkal Pinang
Jayapura
Palembang Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung

Yogyakarta
Legenda : Denpasar Mataram

Kupang
Sebaran Beberapa Kota PKN
SEBARAN KEJADIAN GEMPA 1990-2000

Banda Aceh

Medan

Bontang Manado
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu
Padang
Pangkal Pinang
Jayapura
Palembang Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung

Yogyakarta
Legenda : Denpasar Mataram

Legenda : Kupang
Sebaran Beberapa Kota PKN
Jalur Patahan
Jalur Sesar

Sebaran Kejadian Gempa Pada kedalaman 0-33 kmt


Sebaran Kejadian Gempa Pada kedalaman 33-70 kmt
GEMPA DI INDONESIA

Sangat aktif; rata-rata 450 gempa M≥4.0 per-tahun


GEMPA DANGKAL M>6.0

1 8
7
9
2
6
3
10

4 5

Gempa di laut berpotensi menimbulkan tsunami


Peluang Pembangunan
KAWASAN ANDALAN Regional Propinsi Sultra

Legenda :

Kawasan Andalan Darat

Kawasan Andalan Laut


KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS

Banda Aceh
BANDAR SRI BEGAWAN
KUALA LUMPUR

Medan

SINGAPORE
Entikong Bontang Manado
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu Biak
Padang
Pangkal Pinang Balikpapan
Jayapura
Palembang Pangkalan Bun Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung
Malang DILLI
Yogyakarta Merauke
Legenda : Denpasar Mataram
Pulau Besar
Kupang
Gugus Pulau Samudra
Gugus Pulau Pantai Poros Pengembangan Startegis Global/Nasional Jalur Patahan dan Sesar Alur Pelayaran Internasional

Pegunungan Tinggi Poros Pengembangan Strategis Sub Regional Batas Teritorial Kota PKN
Kawasan Andalan Poros Pengembangan Strategis Nasional Batas ZEE
KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS

Banda Aceh
BANDAR SRI BEGAWAN
KUALA LUMPUR

Medan

SINGAPORE
Bontang Manado
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu
Padang
Pangkal Pinang
Jayapura
Palembang Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung

Yogyakarta DILLI
Legenda : Denpasar Mataram
Pulau Besar
Kupang
Gugus Pulau Samudra
Gugus Pulau Pantai Poros Pengembangan Startegis Nasional Jalur Patahan dan Sesar Alur Pelayaran Internasional

Pegunungan Tinggi Poros Pengembangan Strategis Sub Regional Batas Teritorial Kota PKN
Perairan Nusantara Kawasan Andalan Batas ZEE
KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS
BERORIENTASI KESEIMBANGAN ANTAR WILAYAH

Banda Aceh
BANDAR SRI BEGAWAN
KUALA LUMPUR

Medan

SINGAPORE
Entikong Bontang Manado
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu Biak
Padang
Pangkal Pinang Balikpapan
Jayapura
Palembang Pangkalan Bun Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung
Malang DILLI
Yogyakarta Merauke
Denpasar Mataram

Kupang

Kota PKN Lintas Barat Sumatra, Lintas Selatan Jawa, Jalur Patahan dan Sesar
Lintas Tengah Kalimantan, Lintas Papua dan Sulawesi
Kawasan Tertentu Batas Teritorial
Kawasan Tertinggal Orientasi Pengembangan Daerah Tertinggal Batas ZEE
SEBARAN CEKUNGAN MINYAK DAN GAS

Sumber: Dep. Kelautan dan Perikanan


KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS
BERORIENTASI EKONOMI (INVESTASI)
Teluk Benggala,
Mediteran, Samudera
Hindia (Timur Tengah, Laut Cina Selatan
Eropa) Laut Cina Selatan (Jepang, Korea, Filipina)
(Hongkong, Cina, Taiwan) Samudera Pasifik
(Jepang, Korea, Amerika,
Kanada)
Banda Aceh
BANDAR SRI BEGAWAN
KUALA LUMPUR

Medan
Samudera Pasifik
SINGAPORE (Amerika, Kanada,
Entikong Bontang Manado Amerika Latin)
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi
Palangkaraya Palu Biak
Padang
Pangkal Pinang Balikpapan
Jayapura
Palembang Pangkalan Bun Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon

Lampung
Makasar
JAKARTA

Serang Semarang
Surabaya
Bandung
Samudera Hindia
Malang DILLI
(Afrika, Australia) Yogyakarta Merauke
Denpasar Mataram
Pulau Besar Samudera Hindia (Australia,
Kupang
Selandia Baru)
Gugus Pulau Samudra
Gugus Pulau Pantai Poros Pengembangan Startegis Global/Nasional Jalur Patahan dan Sesar Alur Pelayaran Internasional

Pegunungan Tinggi Poros Pengembangan Strategis Sub Regional Batas Teritorial Kota PKN
Kawan, Kapet, Kesr Poros Pengembangan Strategis Nasional Batas ZEE
DEFINISI-DEFINISI
(Sumber: UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang)

 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang


laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
 Tata Ruang adalah wujud struktural ruang dan pola
ruang.
 Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
DEFINISI…..lanjutan

 Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk


menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan

sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai


pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Ruang dan Geografi
 Beberapa tema pendekatan keruangan:
 spatial pattern approach (pendekatan pola keruangan),
 pola: titik, garis, area

 digunakan untuk melihat kekhasan sebaran dari elemen-


elemen pembentuk ruang
 memperlihatkan kepadatan (density) dan jaringan (network)

 berupa sebaran jalan, sungai, sawah, kebun, perkantoran,


jasa dan elemen lainnya
 spatial structure approach (pendekatan struktur keruangan),
 memperlihatkan kepadatan (density) dan komposisi titik,
ruang, area
 Contoh: pembagian daerah-daerah produktif dan non
produktif; persentase lahan kosong dan lahan terbangun.
 spatial process approach (pendekatan proses keruangan),
 digunakan untuk mengetahui rentetan kejadian yang terjadi
pada suatu objek dari waktu yang berbeda  lihat aspek
sejarah terhadap perubahan ruang
 aspek yang dianalisis: luas, kualitas, kuantitas (bertambah,
berkurang, atau tetap)
 spatial tendency approach (pendekatan tendensi keruangan)
 untuk mengetahui arah pergerakan perkembangan ruang
dalam kurun waktu T1 dan T2
 spatial organization approach (pendekatan organisasi
keruangan)
 berkaitan dengan hirarkhi masing-masing kenampakan ruang

 contoh: hirarkhi sungai (orde 1, 2, 3, dst); hirarkhi kota


 spatial interaction approach (pendekatan interaksi keruangan),
 Mengukur derajat konektivitas (connectivity index) antar ruang

 Terdapat 4 kemungkinan derajat keterhubungan: benar-benar


tidak terkait, keterkaitan minimum,
Struktur Ruang

Natural System Socio-Economic System


(resources, ecosystems) (population, economic,
society)

Biotic realm
Economic
Vegetation
Subsystem
Fauna

Political
Abiotic realm Subsystem
Bedrock
Water
Climate Socio-Cultural
Subsyatem
Struktur Ruang Wilayah Secara Skematis

Spatial configuration of a hypothetical Asian country

Sumber: Mc Gee (1991)


Definitions
Major cities The major cities of the urban hierarchy, which are often
dominated in the Asian context by one or two extremely large
cities

Peri urban The peri urban regions which are those areas surrounding the
cities within a daily commuting reach of the city core. In some
parts of Asia, these region can stretch for up to thirty kilometers
away from the city core.
Desakota The regions labeled desakota, which are regions of an intense
mixture of agricultural and nonagricultural activities that often
stretch along corridors between large city cores.

Densely Densely populated rural regions, which occur in many Asian


populated rural countries, particularly those practicing wet-rice agriculture.

Sparsely The sparsely populated frontier regions found in many Asian


populated countries that offer opportunities for land colonization schemes
frontier and various forms of agricultural development.
Struktur
Ruang
Wilayah
Secara
Skematis
Model Pendekatan Struktur Keruangan Kota
(Dinamika kehidupan kota vs penggunaan lahan kota)

Pendekatan • Kota sebagai obyek 1. Teori Konsentris


Ekologikal studi, didalamnya (Burgess)
terdapat masyarakat 2. Teori Ketinggian
yang sangat Bangunan (Bergel)
kompleks. 3. Teori Sektor (Hoyt)
• Proses interelasi 4. Teori Konsektoral
antar manusia,
antara manusia 5. Teori Poros (Babcock)
dengan 6. Teori Pusat Banyak
lingkungannya - (Harris dan Ullmann)
menciptakan pola 7. Teori Ukuran Kota
keteraturan 8. Teori Historis (Alonso)
penggunaan lahan 9. Teori Struktural
Model Pendekatan Struktur Keruangan Kota
(Dinamika kehidupan kota vs penggunaan lahan kota)

Model Zona Konsentrik (Concentric Multiple Neclei Theory – Harris and Ullman Model Sektoral (Sectoral Model )– Hoyt
Zone Model) - Burgess

Pendekatan Ekologikal
Concentric Zone Model/Concentric Theory
(Model Zone Konsentris/teori konsentris) Burgess

1. Central Business District


(Daerah pusat kegiatan )
2. Transition Zone (Zona
Peralihan)
3. Zone of working men’s
homes (Zona perumahan
para pekerja
4. Zone of better residences
((Zona permukiman yang
lebih baik)
5. Zone of commuters (Zona
para penglaju)
Concentric Zone Model - Burgess
1 Central • Pusat segala kegiatan kota (sosial, ekonomi, budaya, teknologi, dan
Business politik.
District • Aksesibilitas tinggi
• Bagian paling inti disebut RBD (Retail Business District). Kegiatan
dominan department stores, office building, banks, hotels, theaters.
• Bagian luar disebut WBD ( Wholesale Business District), dicirikan
oleh bangunan untuk kegiatan ekonomi skala besar seperti pasar,
pergudangan, storage building.
2 Transition Zone • Mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman karena
intrusi fungsi2 zona 1 (perdagangan, gudang, kantor, industri)
membentuk slums area berasosiasi dengan daerah miskin dan
kriminalitas tinggi.
3 Zone of • Ditempati oleh pekerja pabrik, industri dll, pendatang dari zona 2
working men’s lokasi dekat tempat kerja,
homes • Belum terjadi invansi fungsi industri dan perdagangan.
• Kondisi permukiman lebih baik dari zona 2 penduduk klas low-
medium status.
4 Zone of better • Status ekonomi menengah-tinggi (wiraswasta, profesional, pegawai)
residences
• Fasilitas permukiman terencana baik, nyaman, teratur.
5 Zone of • Permukiman baru berkualitas tinggi
commuters • Nyaman ( free from polution, fresh air, pleasant environment,
accessible)
Model Sektoral (Sectoral Model )/Teori Sektor – Hoyt

1. Daerah Pusat
Kegiatan (DPK) atau
CBD
2. Zone of wholesale
light manufacturing
3. Zona Permukiman
kelas rendah
4. Zona Permukiman
kelas menengah
5. Zona Permukiman
kelas tinggi
Model Sektoral (Sectoral Model )– Hoyt
1 Central Business • Pusat segala kegiatan kota (sosial, ekonomi, budaya, teknologi,
District dan politik.
• Aksesibilitas tinggi
• Bagian paling inti disebut RBD (Retail Business District). Kegiatan
dominan department stores, office building, banks, hotels, theaters.
• Bagian luar disebut WBD ( Wholesale Business District), dicirikan
oleh bangunan untuk kegiatan ekonomi skala besar seperti pasar,
pergudangan, storage building.
2 Zone of • Peranan jalur transportasi dan komunikasi yang menghubungkan
wholesale light CBD dengan daerah luarnya mengontrol persebaran zona 2
manufacturing (aksesibilitas berperan)
3 Zona • Penduduk kemampuan ekonomi lemah ( bertempat tinggal dekat
Permukiman tempat kerja.
kelas rendah • Keterikatan dengan zona 2 yangmenjanjikan banyak lapangan
pekerjaan.
• Sebagian membentuk persebaran memanjang (radial centrifugal)
yang dipengaruhi oleh rute transportasi dan komunikasi.
4 Zona • Rumah kapling besar, kondisi lingkungan lebih baik.
Permukiman •Kemampuan ekonomi lebih baik
kelas menengah
5 Zona • Kepuasan dan kenyamanan bertempat tinggal.
Permukiman • Tempat hunian “luxurious”, status sosek tinggi (status seekers)
kelas tinggi
Multiple Nuclei Theory (Teori Pusat Kegiatan Banyak)
Harris and Ullman

1. CBD
2. Wholesale light
manufacturing
3. Low Class residential
4. Medium Class
Residential
5. High Class Residential
6. Heavy Manufacturing
7. Outlying Business
District (OBD)
8. Residential sub-urb
9. Industrial sub-urb
Multiple Nuclei Theory (Teori Pusat Kegiatan Banyak) Harris and Ullman

1 Central Business • Pusat segala kegiatan kota (sosial, ekonomi, budaya, teknologi,
District dan politik.
• Pusat fasilitas transportasi
• Distrik spesialisasi pelayanan (retailing, perbankan, theater dll)
2 Zone of • Mengelompok sepanjang jalan kereta api dekat dengan CBD
wholesale light • Transportasi yang baik, ruang yang memadai, dekat pasar dan
manufacturing tenaga kerja.
3 Low Class • Daerah kurang baik untuk permukiman, penghuni golongan
residential rendah, permukiman relatif jelek.

4 Medium Class • Lebih baik dari zone 3 dari segi fisik dan fasilitas
Residential • Penghasilan lebih tinggi dari zone 3

5 High Class • Kondisi paling baik untuk permukiman (fisik dan fasilitas, lingkungan)
Residential • Penduduk penghasilan tinggi
• Jauh dari CND dan lok industri, ada BD dengan fungsi sama dengan
CBD, terdapat pusat2 baru spt kampus, pusat rekreasi, taman.
Multiple Nuclei Theory (Teori Pusat Kegiatan Banyak)
Harris and Ullman (lanjutan…..)

6 Heavy • Konsentrasi pabrik-pabrik besar


Manufacturing •Permasalahan lingkungan (pencemaran, kebisingan, kesemrawutan
lalu lintas)
•Lapangan kerja banyak tetapi tidak nyaman untuk tempat tinggal
•Kelompok penduduk penghasilan rendah
7 Outlying •Zone ini untuk muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zone 4
Business District dan 5 dan menarik fungsi2 lain berada didekatnya.

8 Residential sub- •Zone ini membentuk komunitas lokasi tersendiri


urb •Zone tempat tinggal.
•Penduduk sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota
•Semakin lama akan berkembang dan menarik fungsi2 lain seperti
pusat perbelanjaan, perkantoran dll, proses perkembangan akan
serupa dengan kota lama.
9 Industrial sub- •Zona ini dijangkau jalur transportasi yang memadai.
urb •Sebagai salah satu pusat pada perkembangan selanjutnya dapat
menciptkan pola2 persebaran keruangan sendiri dengan proses
serupa.
CONTOH Arahan Kebijaksanaan Tata Guna Tanah, Air, Udara, dan
Sumberdaya Alam Lainnya dalam Ruang
CONTOH Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan
CONTOH Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdagangan
(Rencana Detail)
CONTOH Rencana Penanganan Blok Peruntukan
KASUS: UNITED STATES
United States Urbanization

Migration to large central cities


Migration from cities to suburbs
Migration from north & east to south & west
Urban sprawl, growth of low-density development on
the edge of cities. Encouraged by:
- availability of cheap land, (forests, agriculture fields etc.).
- government loans guarantees for new single-family homes
- government & state funding of highways
- low-cost gasoline encourage car use
- low interest mortgage
Major Spatial Patterns

Concentric Circle City such as New York


Sector City is the large urban area
extending from San Francisco to San
Jose, CA
Multiple Nuclei City is Los Angeles
Megalopolis is when separate cities join
such as the Bowash (Boston to
Washington D.C.)
Concentric Circle Model

1. Central business district (CBD)


2. Deteriorating transition zone
3. Worker’s homes
4. Middle-class suburbs
5. Commuter's zone
Sector Model

1. High-rent residential
2. Intermediate-rent residential
3. Low-rent residential
4. Education and recreation
5. Transportation
6. Industrial
7. Core (CBD)
Multiple-Nuclei Model
1. CBD
2. Wholesale, light manufacturing
3. Low-rent residential
4. Intermediate-rent residential
5. High-rent residential
6. Heavy manufacturing
7. Outlying business district
8. Residential Suburb
9. Industrial Suburb
Materi Kuliah

TEORI KERUANGAN
(Bagian 1-B)

Erlis Saputra, S.Si., M.Si.


erlissaputra@gmail.com

Prodi Pembangunan Wilayah


Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
Dinamika Ruang

 Linda Lee (1979) “Teori determinan variasi spasial


perkembangan fisik kota” 6 faktor penting yang
mempengaruhi proses perubahan pemanfaatan lahan di
daerah pinggiran kota, yaitu:
1) karakteristik fisikal dari lahan (physical characteristics);
2) peraturan-peraturan pemanfaatan lahan (regulations);
3) karakteristik personal pemilik lahan (land ownership
pattern);
4) fasilitas dan utilitas umum (services and utilities);
5) derajat aksesibilitas lahan (accecibilities); dan
6) inisiatif para pembangun (developers’ initiatives).
Faktor-faktor penentu proses pemekaran
kota/urban sprawl

 Faktor fisik (topografi, geologi,geomorfologi, hidrologi,


tanah)
 Faktor non fisik :
 kegiatan penduduk (sosial, ekonomi,budaya, teknologi)
 Urbanisasi
 peningkatan kebutuhan ruang
 pertumbuhan penduduk
 perencanaan tata ruang/tata kota
 peraturan pemerintah
 zoning
 persaingan memperoleh lahan
 perkembangan teknologi
 Sarana prasarana : aksesibilitas, transportasi, fungsi2
tertentu (industri, perumahan, kampus)
KEKUATAN–KEKUATAN PENYEBAB
DINAMIKA RUANG (KOTA)
1) Kekuatan Sentrifugal (Centrifugal Forces)
2) Kekuatan Sentripetal (Centripetal Forces)
3) Kekuatan Lateral (Lateral Forces)
(Sumber: Hadi Sabari Yunus, 2008)

 Kekuatan (forces)  pergerakan (movement)


 Setiap gerakan memiliki kekuatan pendorong (push forces)
dan kekuatan penarik (pull forces)
1) Centrifugal Forces
 Adalah kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan
gerakan sentrifugal berupa gerakan penduduk dan
fungsi-fungsi dari dalam kota menuju ke luar kota
dan dapat mengakibatkan perubahan pola
penggunaan lahan tertentu di suatu kota
 Kekuatan pendorong centrifugal forces:
 Tingginya kepadatan penduduk
 Tingginya kepadatan permukiman
 Tingginya polusi udara
 Tingginya polusi sosial
 Tingginya tingkat kriminalitas
 Banyaknya peraturan yang mengikat
 Tingginya kepadatan lalu lintas
 Tingginya frekuensi kemacetan lalu lintas
 Kurangnya lahan
 Tingginya harga lahan
 Tingginya suhu udara
 Kurang terjaminnya privasi
 Kondisi sebaliknya menjadi kekuatan penarik centrifugal
forces !!
2) Centripetal Forces
 adalah kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan gerakan
sentripetal yang berupa gerakan penduduk dan fungsi-fungsi
dari luar kota menuju ke dalam kota dan dapat
mengakibatkan pola penggunaan tertentu di suatu kota
 Dikarenakan adanya daya tarik daerah tujuan dan daya dorong
daerah asal.
 Kekuatan pendorong centripetal forces:
 Kurangnya fasilitas kehidupan (sosial, ekonomi)
 Kurang terjaminnya keamanan
 Rendahnya penghasilan
 Rendahnya prestige
 Rendahnya aksesibilitas
 Rendahnya/langkanya kesempatan kerja
 Jauhnya dari tempat kerja

 Kondisi sebaliknya menjadi kekuatan penarik


centripetal forces
3) Lateral Forces
 Adalah kekuatan yang menyebabkan gerakan lateral
penduduk dan atau fungsi yang berlangsung di dalam satu
sub zona yang sama dan mempunyai jarak ke lahan
terbangun utama maupun ke pusat kota yang relatif sama
 Faktor pendorong/penarik gerakan lateral:
 Keberadaan peraturan kebijakan keruangan tertentu
(nyaman/tidak bertempat tinggal,
penghambat/pendorong)
 Keberadaan fasilitas permukiman (kurang/cukup
tersedia)
 Kondisi fisiografi mikro/makro (menyulitkan,
menghambat, atau memudahkan; nyaman/tidak)
 Aksesibilitas fisik/non fisik
 Kondisi sosial budaya
Kuis 1 (22 Nopember 2013)
Jelaskan gambar berikut !

Natural System Socio-Economic System


(resources, ecosystems) (population, economic,
society)

Biotic realm
Economic
Vegetation
Subsystem
Fauna

Political
Abiotic realm Subsystem
Bedrock
Water
Climate Socio-Cultural
Subsyatem

Anda mungkin juga menyukai