Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah/ Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat mobilisasi yang salah.
LBP menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman pada daerah lumbal dan
sacrum. Walaupun LBP jarang fatal, namun nyeri yang dirasakan menyebabkan
pasien mengalami disabilitas yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-
hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif, sehingga
merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan. Tulang punggung
menerima beban lebih besar sebagai konsekuensi tugasnya untuk menjaga posisi
tegak tubuh, dan beban ini akan lebih banyak terkonsentrasi di bagian bawah dari
tulang punggung tersebut
Menurut World Health Organization (WHO), 2-5% dari karyawan di
negara industri tiap tahun mengalami nyeri punggung bawah, dan 15% dari
absenteisme di industri baja serta industri perdagangan disebabkan karena nyeri
punggung bawah (Sakinah dkk. 2010). Disebutkan ada beberapa faktor risiko LBP
yaitu usia di atas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja,
pekerjaan, paparan getaran, angkat beban berat yang berulang-ulang,
membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal, faktor psikososial,
kegemukan, dan riwayat keluarga penderita musculoskeletal disorder (Laxmaiah,
2010).

Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluh nyeri


punggung bawah. LBP terhitung hampir mengurangi produktivitas hingga 20
juta USD atau setara dengan 200 milyar rupiah setiap tahunnya di Amerika.
Lebih dari 80 juta USD dihabiskan setiap tahunnya untuk mengatasi LBP di
Amerika Serikat. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di
negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah
mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi pertahunnya bervariasi dari
15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Di Indonesia, nyeri punggung

1
bawah merupakan masalah kesehatan yang nyata dan merupakan penyakit nomor
dua setelah influenza. Kira-kira 80% penduduk Indonesia pernah sekali
merasakan nyeri punggung bawah. Dalam penelitian multisenter di 14 rumah
sakit pendidikan Indonesia yang dilakukan kelompok studi nyeri PERDOSSI pada
bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 (25% dari
total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala
dan 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah.

Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah
Hernia Nucleus Pulposus (HNP). HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus
(Brunner dan Suddarth, 2002). Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi
(Purwanto, 2003). Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah seimbang,
yaitu 1 : 1 (Ramacandran TS et all, 2003). Usia yang paling sering mengalami
HNP adalah pada usia 30-50 tahun (Feske et all, 2003). HNP lumbalis paling
sering 90% mengenai diskus intervertrebalis L5-S1 dan L4-L5 (Purwanto, 2003).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi
Vertebra lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari kolumna
vertebralis yang terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar
dibandingkan dengan ruas tulang leher maupun tulang punggung. Dibagian atas
tulang lumbal terdapat tulang punggung, yang pesendiannya disebut thoraco
lumbal joint atau articulatio thoraco lumbalis. Dibagian bawah tulang lumbal
terdapat tulang sacrum dan persendiannya disebut lumbo sacral joint atau
articulatio lumbo sacralis ( Pearce C. Evelyn, 2000:58).

Vertebra lumbalis terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun memanjang
ke arah bawah. Ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut lebih besar dari ruas
vertebrae torakalis dan dapat dibedakan oleh karena tidak adanya bidang untuk
persendian dengan iga. Diantara ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut terdapat
penengah ruas tulang yang terdiri atau tersusun dari tulang muda yang tebal dan
erat, berbentuk seperti cincin yang memungkinkan terjadinya pergerakan antara

3
ruas-ruas tulang yang letaknya sangat berdekatan. Bagian atas dari vertebra
lumbalis berbatasan dengan vertebra torakalis 12 dan pada bagian bawahnya
berbatasan dengan vertebra sakralis.

Bagian-bagian dari vertebra lumbal :

1. Corpus Vertebrae

Vertebra lumbal mempunyai korpus


yang tebal, besar dan berbentuk lonjong (oval)
dengan garis poros yang terletak transversal.
Ukurannya lebih besar dari korpus pada
servikal atau daerah torakal dan pada bagian
anterior sedikit lebih tinggi dibanding dengan
bagian posterior. Korpus vertebra lumbalis
mempunyai bentuk silinder, sehingga dapat
berfungsi sebagai penyangga dan pelindung
dari bagian foramen intervertebralis

2. Arkus

Arkus terletak pada bagian posterior


dan dibentuk oleh dua pedikel dan dua
lamina. Pada bagian ini pedikelnya pendek
tetapi lebih tebal dan laminanya lebih besar
yang mengarah ke belakang dan ke tengah.
Antara korpus vertebra dengan arkus
vertebra lumbalis berfungsi untuk
menyokong prosessus spinosus yang
arahnya ke belakang, prosessus transversus
yang arahnya ke samping dan prosessus artikularis superior dan inferior.

4
3. Pedikel

Pedikel mempunyai dua buah tulang yang pendek dan kuat. Timbul dari
bagian atas korpus, sehingga cekungan insisura vertebralis inferior yang terletak
pada bagian bawah lebih dalam dari cekungan insisura vertebralis superior yang
letaknya pada bagian atas dan keduanya akan membentuk foramen intervertebralis
yang merupakan bagian dari tempat keluarnya sumsum saraf.

4. Lamina Arkus Vertebra

Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang yang
bentuknya berasal dari ujung pedikel.

5. Prosessus Spinosus

Vertebra lumbalis mempunyai bentuk prosessus spinosus yang lebar dan


besar, tumpul serta mendatar ke arah belakang dan berbentuk persegi atau seperti
kapak kecil dan lebih kecil pada bagian vertebra lumbalis ke lima.

6. Prosessus Transversus

Prosessus transversus tipis dan mengarah ke belakang dan ke samping.


Prosessus transversus lumbal ketiga adalah yang terpanjang, sedangkan prosessus

5
transversus vertebra kelima lebih pendek dan lebih tipis dari ruas yang lainnya.
Pada bagian belakang dari batas bawah pada setiap prosessus transversus dan
dekat korpusnya terdapat tonjolan tulang yang disebut prosessus asesoris.

7. Prosessus Artikularis

Prosessus artikularis terletak pada bagian sisi dari persambungan antara


pedikel dengan lamina. Permukaan atasnya cekung dan mengarah ke depan dan ke
tengah. Fasies artikularis inferior bentuknya cembung dan mengarah ke depan
serta ke sisi samping. Ketika vertebra saling bersambungan, maka fasies
artikularis inferior berada di atas fasies artikularis superior dari bagian bawah
vertebra. Prosessus artikularis ini berperan dalam pembentukan diskus artikularis
yang membagi prosessus artikularis menjadi prosessus artikularis inferior dan
superior. Pada bagian dari prosessus artikularis superior terdapat tonjolan tulang
pada permukaan belakangnya yang disebut prosessus mammilaris.

Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin,


nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan
penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan
antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu. juga memainkan peranan
penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh-pembuluh darah
kapiler.

6
Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi
nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk memungkinkan gerakan
antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut);
untuk menopang nukleus pulposus; dan meredam benturan. Jadi anulus berfungsi
mirip dengan simpail di sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang
menarik korpus vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus pulposus,
sedangkan nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus
vertebra.

Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang kolumna


vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang
paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia,
kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih tipis.

Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna vertebralis regio


lumbal adalah :

a. Ligamen flavum

Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua


arkus vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio
servikal, lebih tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini
mencegah terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya
cidera di diskus intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu

7
mempertahankan kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan
kembali kolumna veretbralis setelah posisi fleksi (Yanuar, 2002).

b. Ligamen interspinosus

Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus


spinosus mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir
menyerupai membran (Yanuar, 2002)

c. Ligamen intertranversus

Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus


tranversus yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat
membranosa (Yanuar, 2002).

d. Ligamen supraspinosus

Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex


vertebra servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial
bergabung dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai
tali (Yanuar, 2002).

Otot-otot Penggerak Vertebrae Lumbalis, yaitu :

8
1. Fleksi
- Psoas major
- Rectus abdominis
- External abdominal oblique
- Internal abdominal oblique
- Transversus abdominis
2. Ekstensi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversospinalis
- Interspinalis
- Quadratus lumborum
- Multifidus
- Rotatores
- Gluteus maximus
3. Lateral fleksi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversalis
- Quadratus lumborum
- Psoas major
- External abdominal oblique
4. Rotasi
- Transversalia
- Rotatores
- Multifidus

9
Persarafan kulit (Area dermatom) ekstremitas inferior

B. Patologi
1. Definisi
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung
bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang.
Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa
sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis,
osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan
cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang. Obesitas, merokok,
berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai
untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah (Anonim, 2014).

Hernia Nucleus Pulposus(HNP) adalah turun nya kandungan annulus


fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus
fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi
pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5

10
dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan
S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas
dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita
HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup
otot (Lotke dkk, 2008).

Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan


herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu:
a. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
b. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
c. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
d. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior

Gambar 3 : grade HNP

11
2. Etiologi

Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, salah satunya HNP (Hernia


Nucleus Pulposus). Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau Potrusi Diskus
Intervertebralis (PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus
intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus
pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture
discus).

Penyebab utama HNP lumbal 4-5 paling banyak adalah trauma, baik
trauma berat maupun ringan yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Umumnya akibat mengangkat benda berat dengan posisi pinggang
membungkuk dan mendadak maka akan berakibat pada fibrosis yang akan
terobek. Sebagai faktor hambatan adalah adanya degeneratif pada sendi tulang
belakang dan berkurangnya kekenyalan atau elastisitas dari annulus fibrosis
akibat proses penuaan.

Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena


adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh
cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam
beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah
medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal(Helmi, 2012).
Penyebab lain Low Back Pain menurut Harsono disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
a) Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang-ulang pada posisi yang sama, akan memendekan otot yang
akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri.

12
b) Defesiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat dari
mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
imobilisasi.
c) Otot yang hipersensitif akan membentuk noktha picu (trigger point). Dalam
pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggung bawah, tidak jarang
dijumpai adanya noktha picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat
menimbulkan rasa nyeri bercampur sedikit rasa nyaman.
d) Mengangkat beban dengan cara yang salah.

3. Tanda dan Gejala

Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang


terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika
nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah
iskialgia (nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan
berdenyut menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan
memberikan gejala kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila
mengenai conus atau cauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan
disfungsi seksual. Nyeri yang timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri
radikuler) dan kelemahan otot sesuai dengan miotom yang terkena
Keluhan utama pada NHP vertebra L5-S1 adalah adanya rasa nyeri pada
pinggang bawah yang biasanya timbul setelah trauma atau setelah melewati
intervel tertentu. Nyeri dapat bersifat lokal atau radikuler. Nyeri radikuler
menjalar ke tungkai sesuai akar saraf L5 yang teriritasi yaitu pada paha bagian
posterior lateral, lutut, betis, lateral tungkai bawah dan ibu jari kaki. Derajat
nyeri dapat hebat sekali seperti ditusuk-tusuk yang dirasakan tiba-tiba, terus-
menerus dan dalam waktu yang cukup lama atau nyeri intermitten, intensitas
nyeri yang menghebat bila penderita batuk, bersin, mengejan atau mengangkat
benda berat dan nyeri dapat menuju pada posisi tertentu paling menyenangkan
adalah berbaring.

13
4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung
biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut

Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang


belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra
dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan
sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut
dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low
back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang
tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis
yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi
lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga
dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).

14
C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi

1. Positioning
Tujuan : Untuk mencegah agar tidak terjadi tirah baring
2. Neuromucular Technique

Tujuan : Untuk menstimulasi otot dan menurunkan rasa nyeri.

3. Muslce Energy Technique (MET)


Tujuan : Untuk menambah ROM dan mengurangi Spasme M.Quadratus
Lumborum dan M. Erector Spine

15
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Laporan Status Klinik
Tanggal : 9 April 2018

B. Data- data Medis


1. Diagnosa medis : Acute on cronic kidney disease
2. Diagnosa sekunder : Low back pain
3. No. Rekam medis : 00837011
4. Ruang/kamar : Kamar 1 Bed 6 lontara 1

C. Identitas Umum Pasien

1. Nama : Ibu S
2. Umur : 67 Tahun
3. Tanggal Lahir : 1 Juli 1950
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Maros
7. Pekerjaan : IRT

D. Anamnesis Khusus
1. Keluhan utama : Nyeri pada pinggang bawah dan kedua tungkai
2. Lokasi Keluhan : Pinggang dan kedua tungkai
3. Sifat Keluhan : Nyeri menjalar
4. Sifat Nyeri : Tajam dan tertusuk-tusuk
5. RPP : Dialami sejak lama, awalnya pasien merasakan
nyeri pada daerah pinggang bawah namun lama
kelamaan menjalar ke kaki. Pasien sebelumnya
pernah di fisioterapi, namun tidak ada perubahan.
Pasien sekarang di rawat di RS Wahidin dengan

16
diagnosa dokter acute on cronic kidney disease.
Pasien hanya berbaring di bed, sulit tidur, merasa
gelisah serta merasakan nyeri pada punggung dan
menjalar ke kaki.
6. Riwayat Penyakit : Hipertensi
Penyerta

E. Pemeriksaan Vital Sign


1. Tekanan Darah : 130/70 mmHg
2. Denyut Nadi : 80 x/menit
3. Pernapasan : 20 x/menit
4. Suhu : 36,5 oC

F. Inspeksi
Statis :
Pasien dalam keadaan baring diatas bed dengan wajah tampak meringis dan
dalam kondisi yang lemah
Dinamis :
Merasa nyeri ketika bergerak dan tidak mampu duduk dan berdiri

G. Pemeriksaan Fungsi Dasar

Gerakan Aktif Pasif TIMT


Dextra Sinistra dextra sinistra Dextra Sinistra
Fleksi Lumbal Nyeri dan Terbatas Nyeri, Terbatas, firm Nyeri dan Tidak
endfeel dapat melawan
tahanan
Ekstensi Lumbal Nyeri dan Terbatas Nyeri, Terbatas, firm Nyeri dan Tidak
endfeel dapat melawan
Tahanan

17
Lat. Fleksi Lumbal Nyeri dan Nyeri dan Nyeri, Nyeri, Nyeri Nyeri dan
Terbatas Terbatas Terbatas, Terbatas, dan Tidak
Tidak dapat
firm firm
dapat melawan
endfeel endfeel melawan Tahanan
Tahanan

Rotasi Lumbal Nyeri dan Nyeri dan Nyeri, Nyeri, Nyeri Nyeri dan
Terbatas Terbatas Terbatas, Terbatas, dan Tidak
Tidak dapat
firm firm
dapat melawan
endfeel endfeel melawan Tahanan
Tahanan

H. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


1. Palpasi otot Erector Spine
Prosedur : Fisioterapis meraba dan menekan otot erector spine pasien
Hasil : - Terjadi spasme pada otot erector spine.
- Nyeri tekan pada otot erector spine

2. Pengukuran Skala Nyeri


Visual Analog Scale (VAS)
Prosedur : Instruksikan pasien untuk memberikan tanda titik pada garis skala
VAS ini, yang dapat menggambarkan rasa nyeri yang dikeluhkan,antara 0(tidak
nyeri) sampai (nyeri hebat)

Visual Analog Scale (VAS) Parameter

- Skala 0-4 mm : Tidak nyeri(tidak ada rasa sakit. Merasa normal)

18
- Skala 5-44 mm : Nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak
terganggu)
- Skala 45-74 mm : Nyeri sedang (menggangu aktifitas fisik)
- Skala 75-100 mm : Nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas
mandiri)

Hasil : 7 (Nyeri berat)

3. Tes Panjang Otot


- M. Quadratus Lumborum
Prosedur : Fisioterapi mengfiksasi pelvic pasien, kemudian lakukan
lateral flexi kanan untuk tes lumborum kiri, otot ini memendek jika
pasien tidak mampu full ROM dan merasakan nyeri
Hasil : Spasme otot M. Quadratus Lumborum
- M. Erector Spine
Prosedur : Satu tangan fisioterapi di sacrum sedangkan tangan yang
lain di knee. Minta pasien fleksi lumbal kemudian fisioterapis menekan
knee ke depan dada, otot ini memendek jika tidak terjadi kifosis lumbal
Hasil : Spasme otot M. Erector Spine

4. Tes Neurologis
- Straight Leg Raising (SLR)
Prosedur : Tes ini dapat dikombinasi dengan fleksi leher atau fleksi
dorsal dari kaki. Apabila positif maka terjadi yang mengakibatkan nyeri kejut
yang amat sangat, maka kemungkinan besar bahwa ada rangsangan dari satu
akar atau lebih dari L4 sampai S2
Hasil : Nyeri menjalar

- Tes patrick
Prosedur : Tungkai kiri pasien dalam posisi fleksi pada sendi lutut
sementara tumit diletakkan pada lutut sebelah kanan. Kemudian lutut pada
tungkai kiri ditekan kebawah

19
Hasil : pasien merasakan nyeri.

- Tes Bragard
Prosedur : Tes ini merupakan modifikasi dari tes laseque atau SLR
dan cara melakukan tes sama dengan tes laseque atau SLR hanya waktu
mengangkat tungkai disertai dorsifleksi kaki untuk hasilnya atau interpretasinya
sama dengan laseque atau SLR.
Hasil : Nyeri

5. Tes JPM
- Posterior Anterior Central Vertebral Pressure (PACVP)
Prosedur : Fisioterapis mengkompresi setiap segmen proc. Spinosus
pada lumbal pasien untuk mengetahui letak HNP
Hasil : Nyeri tekan pada L4 dan L5

- Posterior Anterior Unilateral Vertebral Pressure (PAUVP)


Prosedur : Fisioterapis mengkompresi setiap segmen pada facet joint
lumbal pasien dextra maupun sinistra untuk mengetahui letak HNP
Hasil : Nyeri tekan pada segmen dextra sinistra L5

6. Tes Kemampuan Fungsional


Prosedur : Fisioterapi memberikan pertanyaan kepada pasien/penjaga pasien
yang terkait aktivitas fungsional yang dapat di lakukan oleh pasien sesuai dengan
Barthel Activity Index

Aktivitas Score Hasil

Makan dan Minum


 Tidak dapat dilakukan sendiri 0
5
 Membutuhkan bantuan 5
 Dapat melakukan sendiri 10

20
Bathing (Mandi )
 Bergantung sepenuhnya 0
0
 Dapat melakukan sendiri atau 5
mandiri
Grooming ( Perawatan diri)
 Membutuhkan bantuan perawatan 0
0
 Mandiri 5
Dressing ( Berpakaian )
 Bergantung sepenuhnya 0
 Memerlukan bantuan,tapi tidak 5
5
sepenuhnya
 Mandiri 10
Fecal ( Buang air besar )
 Inkontinensi 0
5
 Kadang terjadi inkontinensi 5
 Bisa mengontrol agar tidak 10
inkontinensi
Urinary (Buang air kecil )
 Inkontinensi memerlukan 0
0
katerisasi
 Kadang terjadi inkontinensi 5
 Bisa mengontrol agar tidak 10
inkontinensi
Toileting
 Bergantung sepenuhnya 0
0
 Memerlukan bantuan 5
 Mandiri 10
Transfering
 Tidak mampu,tidak ada 0
keseimbangan duduk

21
 Memerlukan bantuan 5 0
 Memerlukan bantuan minimal 10
 Mandiri 15
Walking
 Immobile atau > 50 yard 0
 Menggunakan kursi roda secara 5
0
mandiri
 Berjalan dengan bantuan 10
seseorang
 Mandiri sepenuhnya 15
Menaiki Tangga
 Tidak mampu 0
0
 Memerlukan bantuan 5
 Mandiri 10
Jumlah 60

Hasil : 15 (Ketergantungan penuh)


Barthel Index Parameter
0-20 = Ketergantungan Penuh
21-61 = Ketergantungan Berat
62-90 = Ketergantungan Moderat
91-99 = Ketergantungan ringan
100 = Mandiri

I. Pemeriksaan Penunjang
MRI :
- Fraktur kompresi CV Th 10 – L5
- Multiple lesi litik dan porotik, pedicle tidak intak suspek tumor metastasis
ke tulang
- Atherosclerosis aorta abdominalis

22
- Diastasis symphisis os pubis
- Osteoporosis senilis

J. Diagnosa Fisioterapi dan Problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF)

Kondisi/Penyakit :

Gangguan Aktivitas Fungsional akibat Low Back Pain Et Causa Hernia Nucleus
Pulposus

Impairment Acivity Limitation Participation


(Body structure and Restriction
function)  Tidak mampu duduk
 Nyeri gerakan fleksi,  Belum mampu
dan berdiri
ekstensi, danK. lateral melakukan aktifitas
 Tidak mampu
serta rotasi pada fungsional secara
L.lumbal membalikkan badan
 Nyeri menjalar mandiri
M. hingga secara mandiri karena
ke tungkai  Terhambat dalam
nyeri pada pinggang
 Keterbatasan ROM saat melakukan aktifitas

gerakan fleksi, ekstensi,


dan lateral serta rotasi
pada lumbal
 Spasme otot M.
Quadratus lumborum
dan M. Erector spine
 Potensi terjadi decubitus

K. Tujuan Intervensi
 Tujuan jangka pendek
1. Mencegah agar tidak terjadi tirah baring/ decubitus
2. Mengurangi nyeri
3. Meningkatkan ROM lumbal

23
4. Mengurangi spasme pada otot M. Quadratus Lumborum dan M. Erector
Spine
5. Memperbaiki ADL duduk dan berdiri

 Tujuan jangka panjang


Meningkatkan kapasitas fisik dan fungsional pasien agar
kedepannya bisa hidup secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang
lain

L. Rencana Intervensi Terapi


1. Positioning
2. Neuromuscular Technique (NMT)
3. Mucle Energy Technique (MET)

M. Program Intervensi Terapi


1. Positioning
Tujuan : Untuk mencegah agar tidak terjadi tirah baring
Teknik : Pasien dalam keadaan tidur telentang diatas bed, fisioterapis
memposisikan sekaligus mengajarkan perubahan posisi tidur dari posisi terlentang
miring ke kiri atau ke kanan
Dosis : Setiap hari 2 jam sekali

2. Neuromucular Technique

Tujuan : Untuk menstimulasi otot dan menurunkan rasa nyeri.

Teknik : Kedua ibu jari fisoterapis melakukan penekanan secara memutar


pada otot yang mengalami nyeri.

Dosis : setiap hari selama 3 menit.

24
3. Muslce Energy Technique (MET)
Tujuan : Untuk menambah ROM dan mengurangi Spasme M.Quadratus
Lumborum dan M. Erector Spine
Teknik :
- Pasien dalam keadaan tidur telentang di atas bed
- Instruksikan pasien untuk tungkai di fleksikan dan diturunkan ke bed
kerah kontralateral
- Fisioterapis menggerakkan kaki pasien ke atas dan memfiksasi shoulder
- Tangan satunya di pelvic contralateral
- Berikan intruksi “Lawan tangan saya kemudian lemas”
- Streching di akhir gerakan
Dosis : 3 x seminggu, 8 x repetisi

N. Evaluasi Fisioterapi
Karena pasien telah dipulangkan sehingga kami belum melihat ada
peningkatan dari intervensi yang dberikan

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung
bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang.
Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa
sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis,
osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan
cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang
Hernia Nucleus Pulposus(HNP) adalah turun nya kandungan annulus fibrosus
dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus
dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada
element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan
L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal
ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai.
Intervensi Fisioterapi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pinggang
yang menjalar hingga ke tungkai, mengurangi spasme pada otot-otot erector
spinenya serta menambah ROM lumbal

B. Saran

1. Bagi Fisioterapis : Sebelum melakukan intervensi fisioterapi kepada pasien


hendaknya melakukan pemeriksaan yang teliti dan mendetail sehingga
diperoleh informasi yang akurat dan pemilihan intervensi yang tepat
2. Bagi pasien : Pasien diminta untuk selalu semangat dalam menghadapi
kondisinya
3. Bagi kelurga pasien : Kelurga pasien di anjurkan memberikan semangat
kepada pasien

26

Anda mungkin juga menyukai