Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan satu kata yang sangat pantas kami
ucapkan, atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Kesalahan dalam Pemberian
Obat”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuh tugas kelompok mata ajar Nursing Ethic
and Law (NEL).

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, sehingga itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Ibu Widanarti.S SKp,MN
sebagai dosen mata ajar Nursing Ethic and Law yang telah memberikan bimbinganl, semoga
semua ini bisa menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

kami menyadari isi dari makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Jakarta, Desember 2015

Penyusun

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 1


DAFTAR ISI

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat


pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu
perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek
keperawatan baik aspek pelayanan atau aspek-aspek pendidikan, pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam
keperawatan. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara
jelas terhadap tenaga keperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada Pasal 32
ayat (4), Pasal 53 ayat (I j dan ayat (2)). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa
ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2 dalam di tetapkan dalam peraturan pemerintah.

Dalam profess keperawatan tentunya berpedoman pada etika profesi keperawtan


yang dituangkan dalam kode etik keperawatan sebaga suatu profesi, PPNI memiliki kode
etk keperawatan yang ditinjau setiap 5 tahun dalam MUNAS PPNI. Berdasarkan
keputusan MUNAS VI PPN No. 09/MUNAS VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik
Keperawatan Indonesia. Bidang etkan keperwatan sudah menjadi tanggung jawab
organisasi keprofesian untuk mengembangkan jaminan pelayanan keperawtan yang
berkualitas dapat diperoleh oleh tenaga keperawatan yang professional.

Dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga perawat professional senantiasa


memperhatikan etika keperawtan yang mencakup tanggung jawab perawat terhadap klien
( individu, keluarga, pasien dan masyarakat ). Selain itu, dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas tentunya mengacu pada standar praktek keperawatan yang
merupakan komitmen profesi keperawata dalam melindungi masyarakat terhadap praktek
yang dilakukan oleh anggota profesi dalam hal ini perawat.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 3


Dalam menjalankan tugas keprofesian nya, perawat bisa saja melakukan kesalahan yang
dapat merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan. Bahkan bisa
mengakibatkan kecacatan dan lebih parah lagii mengakibatkan kematian, terutama bila
pemberian asuhan keperawatan tidak sesuai dengan standar praktek keperawatan.
Kejadian in dikenal dengan malpraktik.

Profesi apoteker mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian untuk


mengoptimalkan terapi guna memperbaiki kualitas hidup pasien. Tetapi masih sering
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dan obat-obatan yang merugikan
dapat berdampak buruk bagi pasien (Pote S, 2007). Resep merupakan hal terpenting
sebelum pasien menerima obat. Dalam alur pelayanan resep, apoteker wajib melakukan
skrining resep yang meliputi skrining admninstrasi, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian
klinis untuk menjamin legalitas suatu resep dan meminimalkan kesalahan pengobatan.
Resep harus ditulis dengan jelas untuk menghindari salah presepsi antara penulis dengan
pembaca resep, kegagalan komunikasi dan salah interpretasi antara dokter dengan
apoteker merupakan alah satu faktor kesalahan medikasi (medication error) yang
berakibat fatal bagi pasien (Cohen, 1999).

ketidaklengkapan dan kejelasan tulisan ada hal lain yang menyebabkan kesalahan resep
pada saat pembuatan obat racikan. Dilaporkan masih banyak masalah yang timbul pada
saat penggerusan tablet, pencampuran dan pembuatan bentuk sediaan. Dalam bentuk lain
misalnya sediaan puyer, obat tertentu apabila digerus atau dicampurkan dengan bahan
lain dapat menurunkan stabilitas obat dan terjadi inkompatibilitas tak tercampurkannya
obat yang menyebabkan rusaknya bentuk sediaan obat (Wiedyaningsih, 2008).

Di dalam setiap profesi tenaga kesehatan berlaku norma etika dan hukum. Oleh
sebab itu apabila timbul dengan adanya kesalahan praktek sudah seharusnya diukur atau
dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika
disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.
Hal in perlu dipahami mengingat dalam profess tenaga kesehatan berlaku etika dan
hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar.
TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan obat, jens-jenis obat, dan efek samping nya ?

2. Apa yang dimaksud dengan gangguan pada mata ?

3. Apa yang dimaksud dengan kelalaian dan malpraktik ?

4. Siapa saja petugas yang terkait dalam kasus pemberian obat ?

5. Apa dasar hukum pidana dan perdata apabila terjadi luka berat terkait kasus
pemberian obat ?

C. Tujuan Penulisan

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 5


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau
paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Menurut Ansel
(1985).
obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Obat dalam arti luas ialah
setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan
ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi
tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia)

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005)

B. Jenis-jenis obat

Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat
mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada
dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 6


dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus
demi tercapainya efek terapi yang diinginkan. Ketikapun bagi kita yang berpraktek di
apotek, maka perlu diperhatikan benar etiket obat yanbg dibuat. Misalnya tablet dengan
kaplet itu berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti obat maag golongan
antasida), seharusnyalah etiket obat memuat instruksi yang singkat namun benar dan
jelas. Jangan sampai pasien menjadi bingung dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena itu
Penting sekali bagi kita semua untuk mengetahui bentuk sediaan obat.

Jenis-jenis obat adalah :

1. Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
Ditujukan untuk pemakaian luar.

2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Contohnya adalah puyer

3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

4. Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :

Menutupi bau dan rasa yang tidak enak


Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 7


Mudah ditelan

5. Kaplet (kapsul tablet)


Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya
Oval seperti kapsul.

6. Larutan (Solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam
golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
Larutan topical (kulit).

7. Suspensi
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk
susu/magma),suspensi topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes
telinga (telinga bagian luar),suspensi optalmik,suspensi sirup kering.

8. Pil
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan
obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral.

9. Salep
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 8


harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

10. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh.

Tujuan pengobatan adalah :


Penggunaan local : memudahkan defekasi, serta mengobati
gatal dan iritasi dan implamasi karena hemoroid
Penggunaan sistemik : untuk anti muntah

11. Obat tetes


Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan
yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope indonesia.
Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat dalam), guttae
oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes
hidung), guttae opthalmicae (tetea mata).

12. Injeksi
Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat
serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan
melalui mulut.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 9


C. Gangguan pada Mata

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 10


D. Petugas yang terkait dalam kasus pemberian obat

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 11


E. Aspek Hukum pidana dan perdata

Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai


menyebabkan mati atau luka-luka berat.
1) Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati:
Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan
paling lama satu tahun.
2) Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat: Ayat (1)
Barang siapa karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat
luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau kurungan paling lama satu tahun. Ayat (2) Barang siapa karena
kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga
menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau
pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.
3) Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau
pekerjaan (misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain)
apabila melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya hingga
mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih
berat pula. Pasal 361 KUHP menyatakan: Jika kejahatan yang
diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan
atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam
mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya
putusnya diumumkan. Pertanggung jawaban didepan hukum pada
criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu
tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana
kesehatan.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 12


BAB III
KASUS

1. Identifikasi masalah atau situasi dilematik, hukum dan malpractice yang sdr temui
selama praktek diruang pediatric

KASUS

Kasus yang terjadi diruangan parkit berkaitan dengan kelalaian perawat dalam
memberikan obat pada anak Y. anak Y berusia 6 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, diagnosa
medis hiperpireksia, thypoid. Anak Y juga mempunyai luka jatuh serta gatal dibagian kaki dan
tangan. Tidak hanya itu, anak Y juga mempunyai penyakit mata.

Dalam kasus tersebut, pihak yang terkait dalam pemberian obat adalah pihak farmasi dan
perawat ruangan.

Kejadian berawal dari kesalahan pemberian obat. Kurangnya kolaborasi antara perawat
shift malam dengan perawat shift pagi memicu terjadinya kelalaian pemberian obat. Ketika itu,
anak Y akan diberikan obat salep kaki namun ketika diperiksa ditempat obat pasien terdapat dua
jenis obat salep yang sama tanpa keterangan nama obat. Karena obat harus segera diberikan,
maka perawat ruangan langsung memberikan label pada kedua obat tersebut tanpa melakukan
konfirmasi ulang kebagian farmasi. Dan ternyata obat yang seharusnya diberikan untuk luka kaki
telah diberikan pada waktu malam didaerah mata pasien oleh perawat shift malam. Sehingga
perawat beramsumsi bahwa obat salep yang belum digunakan pada pasien adalah untuk salep
kaki. Setelah dilakukan pemberian obat, terjadi iritasi pada mata anak Y sampai memerah. Orang
tua menanyakan sebab terjadinya iritasi pada mata anak Y. setelah obat diberikan, perawat
ruangan menanyakan kebagian farmasi. Bagian farmasi langsung membawa obat tersebut ke
apotek garuda yang tersedia dirumah sakit tersebut. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan,
obat tersebut digunakan untuk kaki.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 13


2. Bagaimana pendapat saudara bila ditinjau dari aspek hukum pidana dan perdata,
serta dan ditinjau dari aspek standar asuhan keperawatan

Bila ditinjau dari aspek hukum pidana dan perdata terkait kasus tersebut adalah :

1. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:Ayat (1) Barangsiapa
karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama
satu tahun.Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain
luka-luka sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan
menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga
ratus rupiah.

2. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan
mati atau luka-luka berat.Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang
mati :Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama
satu tahun.

3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan
(misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila
melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau
luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih berat pula.Pasal 361 KUHP
menyatakan:Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini di-lakukan dalam
menjalankan suatu jabatan atau pen¬caharian, maka pidana ditambah dengan
pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian
dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya
putusnya di-umumkan.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal
malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat
dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 14


Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :

(1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melak-sanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2). Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan uraian dari ditinjau dari aspek hukum bahwa seorang pasien yang memiliki hak dan
kewajibannnya berhak untuk menuntut kategori apabila tindakan atau pemberian obat tidak
sesuai dengan aturan nya sesuai dengan KUHP dari tindak kelalaian tersebut.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 15


3. Diskusikan bagaimana sikap perawat untuk menghadapi konsukensi
tersebut dan tindakan pencegahan apa yang harus dilakukan

Sikap perawat untuk menerima konsekuensi atas kelalaian yang perawat


lakukan adalah mengakui kesalahan perawat karena sudah lalai memberikan obat
kepada pasien, menerima sanksi yang diberikan dari pihak rumah sakit karena
setiap kelalaian yang dibuat akan ada sanksi baik itu pidana ataupu perdata. dalam
kelalaian yang telah dilakukan oleh perawat, perawat juga berhak untuk mendapat
perlindungan sesuai dengan hukum yang berlaku.

tindakan pencegahan yang harus dilakukan adalah perawat harus


mengikuti standar SOP yang ada dirumah sakit. Perlunya standarisasi praktek
keperawatan yang di buat oleh organisasi profesi dengan jelas dan tegas, perlunya
suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi perawat yang sebelum
bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek keperawatan,
memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi
keperawatan sebelum memberikan praktek keperawatan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam melakukan pemberian obat, perawat ruangan
terlebih dahulu melakukan komunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya yaitu
apoteker. Sama halnya dengan sesama perawat harus berkolaborasi dengan baik
supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan keperawatan. Bagi
perawat secara individu harus melakukan tindakan keperawatan/praktek
keperawatan dengan kecermatan dan ketelitian tidak ceroboh.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 16


4. Bagaimana pendapat kelompok tentang pelindungan hukum dan hak
advokasi bagi perawat dan klien/keluarga dalam kondisi tersebut ?

Menurut pendapat kelompok kami terkait pelindungan hukum dan hak advokasi
bagi perawat adalah bahwa dijelaskan dalam UU No 36 Tahun 2009 Pasal 29
tentang kesehatan yang menyatakan bahwa dalam hal tenaga kesehatan diduga
melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus di
selesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. Secara umum tujuan mediasi tersebut
untuk menyelesaikan sengketa diluar pengadilan oleh mediator yang disepakati
oleh para pihak terkait maupun RS. Dan menurut UU No 44 tahun 2009 pasal 46
tentang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di Rumah sakit.

Hak advokasi yang dimiliki perawat terkait kasus tersebut mungkin tidak
dilakukan dengan cukup baik, karena pada standart asuhan keperawatan
dijelaskan bahwa setiap tindakan harus berdasarkan SOP di rumah sakit atau
sesuai dengan ruangan dimana tempat bekerja, ketika dalam pemberian obat
hendak nya dicheck terlebih dahulu lebel atau nama obat tersebut, ketika nama
obat tersebut tidak ada maka konfirmasi terlebih dahulu kebagian farmasi nama
obat tersebut dan fungsinya untuk apa. Sehingga hak advokasi untuk pasien pun
dapat terlaksana dengan baik karena pasien tidak semua mengerti tentang
tindakan medis dan penyakit yang dialaminya.

Menurut kelompok kami terkait hak kilen/keluarga adalah klien atau keluarga
berhak mendapatkan informasi yang benar tentang pemberian obat tersebut dan
keluarga klien berhak untuk menuntut perawat karena telah lalai dalam pemberian
obat kepada klien.

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 17


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 18


DAFTAR PUSTAKA

TINDAKAN MALPRAKTEK DALAM PEMBERIAN OBAT 19

Anda mungkin juga menyukai