Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 8. Upaya Pemerataan Pembangunan guna Meningkatkan.

Kesejahteraan Rakyat dalam Rangka Ketahanan Nasional. Pembimbing: Prof. Dr.


Ir. Sedarnawati Yasni, M. Agr
ABSTRAK
Pembangunan Nasional adalah suatu rangkaian upaya pembangunan yang
dilakukan secara berkesinambungan dalam semua bidang kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan Nasional
dilakukan dalam rangka merealisasikan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan
segenap tumpah darah indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Ketimpangan
pembangunan ekonomi antarwilayah merupakan fenomena umum yang terjadi
dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada awalnya
disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan demografi yang terdapat pada
masing-masing wilayah, misalnya Papua Barat, dimana sebagian besar area masih
terpencil dan sulit diakses sehubungan dengan rapatnya hutan, kondisi
pegunungan dan hutan bakau di pesisir pantai. Pemerataan pembangunan didesak
oleh para pemuda Indonesia agar pemerintah Indonesia dapat merealisasikan
pembangunan, walaupun membutuhkan waktu yang panjang terkhusus wilayah
daerah pelosok Papua Barat yang masih minim akan fasilitas sarana prasarana.
Beberapa alternatif yang dapat diajukan dalam bidang pembangunan akses antara
lain tol laut, jalan Trans Papua, kereta api, dll. Kemudian, dibutuhkan adanya
kerjasama antar seluruh pemerintah daerah untuk menunjang munculnya investasi
di Papua Barat. Dalam bidang pendidikan misalnya beasiswa afirmasi dan BUD,
serta pembangunan sekolah vokasi.

Kata kunci: Pembangunan Nasional, pemerataan pembangunan, ketimpangan


antarwilayah
MAKALAH KELOMPOK
TEMA : PENGUATAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA DALAM RANGKA
KEUTUHAN NKRI
TOPIK : PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
JUDUL:
Upaya Pemerataan Pembangunan guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
dalam Rangka Ketahanan Nasional

Oleh Kelompok 8:
Muh. Nur Fiqri Adham (G1417001/42/Ketua)
Divina Umanita Iliyyan (G24170002/47/Moderator)
Nadya Tasha Safira (G14170058/45/Notulis)
Muhammad Hilmi (F44170023/37/Anggota)
Muhammad Faiz Namora Hasibuan (F44170077/41/Anggota)

Pembimbing:
Prof.Dr.Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr
Kamis, 13:00 - 14:40 WIB
Ruang CCR 2.02
DIREKTORAT PROGRAM PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk menyelesaikan penulisan makalah berjudul Upaya Pemerataan
Pembangunan guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dalam Rangka
Ketahanan Nasional. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman
kegelapan menuju jaman yang terang benderang.
Pembahasan masalah berfokus pada kasus ketimpangan pembangunan yang
terjadi di Papua Barat, seberapa penting pengaruh pemerataan pembangunan
terhadap ketahanan Nasional, serta upaya dari pihak pemerintah dalam melakukan
pemerataan pembangunan. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasmi, M.Agr, yang tak henti – hentinya memberikan kami
masukan untuk membentuk satu makalah yang bermutu dengan memperhatikan
segala aspek aturan penulisan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk
pembuatan makalah selanjutnya. Terakhir, penulis berharap bahwa makalah ini
dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi para pembaca.

Bogor, November 2017


Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................2


Daftar Isi ...............................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4
1.2 Tujuan .............................................................................................. 5
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................... 6
1.4 Pengertian-Pengertian ......................................................................6
Bab II PERMASALAHAN
2.1 Permasalahan Umum ...................................................................... 7
2.2 Permasalahan Khusus ..................................................................... 8
Bab III PEMBAHASAN
3.1 Pendekatan Pembahasan Masalah .................................................10
3.2 Uraian Tahapan Pembahasan .........................................................10
3.2.1. Ketimpangan Pembangunan di Sektor Infrastruktur ..............11
3.2.2. Ketimpangan Pembangunan di Sektor Pendidikan ...............11
3.2.3. Ketimpangan Pembangunan di Sektor Kesehatan ................13
3.2.4. Ketimpangan Pembangunan di Sektor Energi dan Listrik .....14
3.2.5. Ketimpangan Pembangunan di Sektor Akses .......................16
3.3 Alternatif Konsepsi yang Diajukan ...................................................17
Bab IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................20
4.2 Saran ...............................................................................................20
Notulensi Paparan ..............................................................................................21
Daftar Pustaka ....................................................................................................23
Daftar Narasumber .............................................................................................24

3
Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah menjadi kodrat alam, bahwa manusia sejak dahulu kala selalu hidup
bersama-sama dalam suatu kelompok (zoon politicon). Dalam kelompok manusia
itu berjuang bersama-sama mempertahankan hidupnya mencari makan, melawan
bahaya dan bencana serta melanjutkan keturunannya. Saling berinteraksi,
mengadakan hubungan sosial. Untuk mempertahankan hak untuk dapat hidup di
tempat tinggal tertentu yang dianggap baik untuk sumber penghidupan, diperlukan
seseorang atau sekelompok kecil orang-orang yang ditugaskan mengatur dan
memimpin kelompoknya. Kepada pemimpin kelompok inilah diberikan
kekuasaan-kekuasaan tertentu dan kelompok manusia tadi diharuskan menaati
peraturan-peraturan perintah pemimpinnya.1
Negara adalah lanjutan dari kehendak manusia bergaul antara seorang dengan
orang lainnya dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya.
Semakin luasnya pergaulan manusia tadi maka semakin banyak kebutuhannya,
maka bertambah besar kebutuhannya kepada sesuatu organisasi negara yang
akan melindungi dan memelihara hidupnya. Secara etimologi, negara dapat
diterjemahkan dari kata-kata asing staat (bahasa Belanda), state (bahasa Inggris)
dan Etat (bahasa Prancis). Asalnya adalah bahasa latin yang berarti menaruh
dalam keadaan berdiri; membuat berdiri;menempatkan.2
Pembangunan menjadi suatu proses kegiatan yang dianggap penting dan wajib
dilaksanakan oleh semua negara, karena globalisasi yang disertai dengan
kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengatahuan telah berdampak pada
perubahan dan pembaharuan dalam semua aspek kehidupan manusia. Sehingga,
dalam proses pembangunan, harus mencakup seluruh aspek baik ekonomi
maupun sosial.3 Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad
suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi
proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba

1
C.S.T. Kansil, Ilmu Negara Umum dan Indonesia (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2001), hlm. 133
2
Samidjo, Ilmu Negara (Bandung: Amirco, 1986), hlm.31
3
Widi Asih, Analisis Ketimpangan dalam Pembangunan Ekonomi Antar Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun
2004-2013 (Yogyakarta, Skripsi Pendidikan Ekonomi Program Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), hlm. 1

4
lebih baik.4 Hal ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu
keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang
lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa.
Pembangunan Nasional adalah suatu rangkaian upaya pembangunan yang
dilakukan secara berkesinambungan dalam semua bidang kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan Nasional
dilakukan dalam rangka merealisasikan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan
segenap tumpah darah indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
5
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta menjalankan roda perekonomian dan mewujudkan
kesejahteraan sosial.
Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, pembangunan Nasional mengalami
pasang surut. Dimulai pada masa Orde Lama, pembangunan Nasional lebih
diarahkan pada sektor politik. Akibatnya pembangunan Nasional disektor lain
terabaikan. Masyarakat tetap terkurung dalam belenggu kemiskinan. Selanjutnya
pada masa Orde Baru, dengan tekad memperbaiki kesejahteraan rakyat,
pembangunan Nasional diarahkan pada usaha mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Untuk maksud tersebut semua aspek kehidupan diarahkan untuk
mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akibatnya, kehidupan
demokrasi menjadi terbelenggu, KKN merajalela dan sektor pertanian sebagai
leading sector masyarakat terabaikan. Sekarang ini, dengan tekad reformasi
disegala bidang, pembangunan Nasional diarahkan pada usaha pembangunan
yang berkelanjutan serta berkeadilan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah adalah untuk mengetahui dan menegaskan
pemahaman pembaca terhadap pembangunan Nasional, peran penting

4
Todaro, Pembangunan Ekonomi Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 28
5
Dra. Alam. S, MM, Ekonomi Jilid II (Jakarta: ESIS, 2007), hlm. 32

5
pembangunan Nasional terhadap keutuhan NKRI, dan kondisi pembangunan
Nasional khususnya di Provinsi Papua Barat.

1.3 Pembatasan Masalah


Pembahasan masalah dibatasi pada kasus ketimpangan pembangunan di
daerah Papua dan upaya untuk melakukan pemerataan pembangunan Nasional.

1.4 Pengertian-Pengertian
Negara menurut Samidjo (Samidjo, 1986) dapat diterjemahkan dari kata-kata
asing staat (bahasa Belanda), state (bahasa Inggris) dan Etat (bahasa Prancis).
Asalnya adalah bahasa latin yang berarti menaruh dalam keadaan berdiri;
membuat berdiri;menempatkan.
Pembangunan menurut Todaro (Todaro, 2006) merupakan suatu kenyataan
fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui
serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai
kehidupan yang serba lebih baik.
Pembangunan Nasional menurut Alam S (Alam S, 2007) adalah suatu
rangkaian upaya pembangunan yang dilakukan secara berkesinambungan dalam
semua bidang kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk mewujudkan
tujuan nasional.

6
Bab II
PERMASALAHAN

2.1 Permasalahan Umum


Perjalanan Indonesia sejak awal proklamasi telah mengalami peningkatan
pesat. Banyak masalah pemerintahan yang telah teratasi dalam kurun waktu lebih
dari 70 tahun Indonesia merdeka. Meskipun begitu, ada pula masalah yang masih
tersisa karena membutuhkan waktu yang relatif lama atau membutuhkan
kekontinuan dalam implementasinya, seperti pembangunan.
Dalam proses pembangunan yang menciptakan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia berlangsung secara kontinu akan tetapi tidak diimbangi dengan azas
keadilan dan pemerataan. 6 Dampak yang langsung terlihat adalah timbulnya
ketimpangan pembangunan antarwilayah. Ketimpangan pembangunan
antarwilayah tersebut, terlihat dengan adanya wilayah yang maju dengan wilayah
yang terbelakang atau kurang maju. Untuk itu, maka diperlukan suatu kebijakan
pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan distribusi pendapatan.
Ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah merupakan fenomena
umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah.
Ketimpangan ini pada awalnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan
demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini,
kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah
mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju
(developed region) dan wilayah relatif terbelakang (underdeveloped region).7
Direktorat Jenderal PMD, Kementerian Dalam Negeri seperti, dalam Bulan
Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM), Lomba Desa dan Kelurahan, Hari
Kesatuan Gerak PKK (HKG-PKK), dan Gelar Teknologi Tepat Guna (Gelar TTG),
menegaskan bahwa ujung tombak pembangunan Nasional adalah pembangunan
di tingkat pedesaan. Kebijakan ini kiranya dapatlah dipahami, mengingat dari
sekitar 234,2 juta penduduk Indonesia, sekitar 14,15 % adalah penduduk miskin

6
Ari Mulianta Ginting, 2015, Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia
2004-2013, Jurnal Ekonomi, Vol. 20 No, 1, hlm. 46
7
Sjafrizal, Ekonomi Wilayah dan Perkotaan, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm.108-110

7
yang umumnya tinggal di perdesaan dan daerah kumuh perkotaan. 8 Adapun hal
yang lebih membuat miris bangsa ini adalah fakta bahwa di kota-kota besar pun
masih terdapat kesenjangan sosial, dimana saat bangunan-bangunan megah
berdiri terdapat rumah-rumah kumuh yang terletak tidak jauh dari bangunan megah
tersebut. Pemandangan yang sangat kontras tersebut menggambarkan masih
buramnya pemerataan pembangunan bangsa ini. Maka dari itu, pembangunan
Nasional Indonesia juga harus memperhatikan dan mementingkan daerah
pedesaan, daerah-daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), juga daerah kumuh
di perkotaan.

2.2 Permasalahan Khusus


Sebagai bagian dari wilayah Indonesia yang terletak paling ujung timur, Pulau
Papua meliputi area seluas420.540 km2dan meliputi dua provinsi:Papua Barat
dengan ibukota Manokwaridan Papua dengan ibukota Jayapura. Pulauini telah
beberapa berganti nama resmi mulaidari New Guinea Belanda (1895–1962),
NuginiBarat (1962–1963), Irian Barat (1963–1973),Irian Jaya (1973–2001), dan
Papua (2002–sekarang). Secara geografis, Papua miripdengan Papua Nugini
(PNG) dimana sebagianbesar area masih terpencil dan sulit diaksessehubungan
dengan rapatnya hutan, kondisipegunungan dan hutan bakau di pesisir pantai. 9
Sementara itu, salah satu indikator lain yang dapat menggambarkan
ketimpangan pembangunan yang terjadi di Papua antara lain melalui Laporan
Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan
Program Pembangunan (UNDP) yang menyatakan Indonesia sebagai negara
berkembang terus mengalami kemajuan walaupun lambat. IPM Indonesia
menempati peringkat ke 110 dari 187 negara. Jika dihitung dari sejak tahun 1980
hingga 2014, berarti IPM Indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen, namun
angka IPM ini masih jauh di bawah rata-rata sejumlah negara di ASEAN.
Terkhusus untuk Papua rupanya masih menempati peringkat terendah IPM
dibandingkan wilayah lain di Indonesia dengan hanya mencapai skor 61,28 (Papua

8
Liefy Any, Desa, Ujung Tombak Pembangunan Nasional
(http://www.kemendagri.go.id/article/2011/09/21/desa-ujung-tombak-pembangunan-nasional), diakses 24 November
2017, 16:49 WIB
9
Kristian Hariyono Putro, 2015, Perencanaan Pembangunan di Papua dan Bonus Demografi 2020, Jurnal Tata Kelola dan
Akuntabilitas Keuangan Negara, Vol. 2 No. 1, hlm. 53

8
Barat) dan 56,75 (Papua) sementara skor IPM skala nasional mencapai 68,9 (BPS,
2015).10
Dalam masalah pendidikan, secara umum tingkat pendidikan di Papua Barat
lebih baik apabila dibandingkanProvinsi Papua, namun masih jauh dibandingkan
provinsi lain di Indonesia. Angka PartisipasiSekolah (APS) usia 7-12 tahun dan
13-15 tahun (pendidikan dasar) tahun 2013 antarkota dankabupaten di Provinsi
Papua Barat cenderung merata dan sebagaian besar sudah mengikuti pendidikan
dasar (Gambar 8). Rata-rata APS Provinsi Papua Barat tahun 2013 sebesar
95,58persen untuk usia 7-12 tahun dan 92,81 persen untuk usia 13-15 tahun.
Kabupaten di ProvinsiPapua Barat yang memilki APS pendidikan dasar terendah
adalah Kabupaten Teluk Wondama,yaitu sebesar 71,93 persen, artinya masih ada
28,07 persen anak usia 7-13 tahun yang tidakbersekolah. APS di Papua Barat usia
7-13 tahun lebih baik dari Papua namun aktivitas belajar disekolah dasar juga tidak
berjalan dengan baik terutama di daerah terpencil. 11 Kekurangan tenagaguru
menjadi salah satu kendala tidak maksimalnya pendidikan dasar di Papua
Barat.Keberhasilan pelaksanaan program pendidikan di daerah terpencil
adalahmeningkatkanfasilitas dan dukungan bagi guru yang bekerja di daerah
pedalaman tersebut. Kurangnyainformasi mengenai pembangunan pendidikan di
daerah menyebabkan masyarakat tidakmengetahui maksud dan tujuan dari
program pendidikan yang diselengarakan pemerintahserta rendahnya partisipasi
dan kesadaran untuk mendapatkan pendidikan. Adanya ketimpangan (inequality)
di berbagai bidang ini juga merupakan masalah utama dalam dinamika demografi
yang juga menjadi bahan bakar gerakan separatisme.

10
Kristian Hariyono Putro, op. cit, hlm. 55
11
Tim Penyusun, Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Papua Barat, (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
2015), hlm. 8

9
Bab III
PEMBAHASAN

3.1 Pendekatan Pembahasan Masalah


Pendekatan masalah yang digunakan melalui pendekatan historis komparatif,
pendekatan yuridis dan pendekatan sosiologis dengan penjabaran sebagai berikut.
Pertama, pendekatan historis komparatif, Indonesia dahulu pernah mengalami
banyak pemberontakan, beberapa diantaranya antara lain pemberontakan
PRRI/Permesta, Gerakan Aceh Merdeka, dan Organisasi Papua Merdeka.
Pemberontakan-pemberontakan ini terjadi karena sebuah alasan yang sama yaitu
ketimpangan pembangunan. Hal tersebut hingga saat ini masih menjadi sebuah
kekhawatiran akan munculnya kembali gerakan separatisme jika ketimpangan
pembangunan masih tetap dibiarkan.
Kedua, pendekatan sosiologis. Sebagai negara kesatuan, ketimpangan
pembangunan antar daerah dapat menimbulkan kecemburuan dalam aras masalah
sosial dan institusi. Dan ketiga, pendekatan yuridis yaitu berdasarkan Peraturan
Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (terbaru
adalah Perpres No. 58 Tahun 2017).

3.2 Uraian Tahapan Pembahasan


Ketimpangan atau kesenjangan pembangunan antarwilayah terutama terjadi
antara perdesaan dan perkotaan, antara Pulau Jawa dan luar Jawa, serta antara
Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Indikasi ketimpangan
pembangunan antarwilayah dapat dilihat dari perbedaan tingkat kesejahteraan dan
perkembangan ekonomi antarwilayah.Ketimpangan itu juga antara lain menyangkut
ketersediaan tempat tidur di puskesmas dan rumah sakit, serta tenaga dokter dan
paramedis. Belum lagi persoalan obat-obatan yang tersedia.
Infrastruktur transportasi darat yang terdiri dari sarana jalan, jalan bebas
hambatan, rel kereta api, dan jembatan masih terkonsentrasi di pulau Jawa yang
dihuni 59 persen dari total populasi negara serta menempati sekira tujuh persen
dari luas daratan Indonesia.Sektor industri baik perdagangan dan jasa hingga kini
80 persennya masih berada di Jawa.12

12
Ardito Bhinadi, 2003, Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dan Luar Jawa, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8 No.
1, hlm. 39

10
3.2.1. Ketimpangan Pembangunan di Papua Barat di Sektor Infrastruktur
Di Papua sendiri, kebutuhan infrastruktur berupa rumah layak huni di Papua
Barat sangat besar, mengingat masih banyaknya penduduk yang belum memiliki
rumah yang layak ditempati. Kepemilikan pemukiman juga belum tertata, serta
terdapat keterbatasan lahan yang disebabkan oleh kondisi fisik wilayah Papua
Barat. Pemenuhan hunian yang layak dengan didukung oleh prasarana, sarana,
dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Masyarakat
berpenghasilan rendah masih banyak yang belum tinggal di rumah layak huni
karena rendahnya keterjangkuan untuk membangun maupun membeli rumah.
Untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat Papua Barat
dibutuhkan peran developer dalam membangun rumah yang dapat dijual pada
masyarakat dengan kriteria tertentu.
Gambar 3.1
Persentase Rumah Tangga Krieteria Kelayakan Sanitasi dan Air Minum

Pembangunan perumahan yang layak huni bagi masyarakat juga harus


memperhatikan akses air minum dan sanitasi layak. Selama tahun 2010-2013
rumah tangga di Papua Barat yang mendapatkan kriteria kelayakan sanitasi
cenderung menurun, sementara yang mendapatkan kriteia kelayakan air minum
meningkat, dan keduanya masih berada di bawah nasional. Kurangnya dukungan
infrastruktur yang memadai serta masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
melakukan pola hidup bersih merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas
dan kuantitas sanitasi baik dalam hal pengelolaan air limbah, persampahan,
maupun drainase permukiman. Banjir tahunan yang terjadi di Kabupaten Sorong
menjadi salah satu bukti buruknya sistem drainase permukiman yang ada.
3.2.2. Ketimpangan Pembangunan di Papua Barat di Sektor Pendidikan

11
Capaian APS (Angka Partisipasi Sekolah) pendidikan Papua Barat
berpengaruh terhadap rata-rata lama sekolah (RLS) dan angka melek huruf (AMH)
sebagai indikator keberhasilan pembangunan oleh MDGs. RLS di Provinsi Papua
Barat 8 tahun, sama dengan RLS nasional. Rata-rata penduduk Papua Barat
hanya bersekolah sampe kelas 2 SMP atau putus sekolah pada pendidikan dasar
dan tidak melanjutkan ke pendidikan menengah. Sementara itu AMH Provinsi
Papua Barat tahun 2009-2013 berkisar pada angka 93 persen dan terus
mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan AMH nasional. 13 Rendahnya
AMH dan RLS di Provinsi Papua Barat antara lain disebabkan kondisi Papua Barat
dengan aksesibilitas yang masih rendah sehingga pertumbuhan pencapaian
komponen AMH dan RKS berjalan lambat. Beberapa faktor yang juga
menyebabkan rendahnya APS, AMH, dan RLS di Provinsi Papua Barat, seperti
rendahnya pendanaan dukungan pendanaan bidang pendidikan karena alokasinya
yang belum sesuai, ketersediaan unit layanan dan kapasitas pelaksana kegiatan
yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan AMH, serta didukung kondisi
geografis yang sulit sehingga menyulitkan dalam penyediaan tenaga pendidik yang
belum memadai. Dampak dari rendahnya APS, AMH, serta RLS mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja di Provinsi Papua Barat. Angkatan kerja di Provinsi
Papua Barat memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga Papua Barat juga
berada dalam ekonomi dengan produktivitas rendah.
Parameter lain yang mengindikasikan adanya ketimpangan dalam hal
pendidikan adalah kurangnya tenaga pendidik khususnya di bidang eksak antara
lain matematika, fisika, kimia, dan biologi di wilayah Papua Barat. Akses untuk pergi
ke sekolah juga masih cenderung sulit bahkan jika melalui jalur darat dapat
memakan waktu hingga 4 jam untuk sekolah di daerah Fakfak. Selain itu, masih ada
ketimpangan antara kota dan desa pada fasilitas pendidikan misalnya bahan-bahan
praktikum yang tidak lengkap.14

13
Tim Penyusun, op.cit, hlm. 9-10
14
Hasil wawancara dengan sdr. Bahrun dan John, 23 November 2017 pukul 11.24 WIB di kediaman John

12
Gambar 3.2
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Tahun 2013 dalam Persen

3.2.3. Ketimpangan Pembangunan di Papua Barat di Sektor Kesehatan


Pemerintah Papua Barat berupaya memperbaiki pelayanan kesehatan dan
membangun fasilitas kesehatan untuk masyarakat Papua Barat. Program prioritas
pembangunan kesehatan di Provinsi Papua Barat antara lain peningkatan sarana
dan prasarana alat rumah sakit rujukan regional di RSUD Manokwari dan RSUD
Kabupaten Sorong. Jumlah rumah sakit di Papua Barat sampai akhir tahun 2013
sebanyak 16 unit dan hanya meningkat sebanyak 6 unit sejak tahun 2007.
Ketersediaan rumah sakit tidak merata penyebarannya karena di Kabupaten
Maybrat, Tambrauw, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak belum meiliki
rumah sakit sendiri, sementara itu 6 unit berada di Kota Sorong dan 3 unit di
Kabupaten Manokwari. Sampai akhir tahun 2014, jumlah pelayanan kesehatan di
Papua Barat berupa puskesmas terbanyak berada di Kabupaten Teluk Bintuni,
beserta unit perawatan yang tersedia, sementara di Kabupaten Manokwari Selatan
hanya memiliki 4 unit puskesmas dengan jumlah perawatan 2 unit.15
Mengingat luas wilayah Papua Barat dengan sebaran penduduk dan
pelayanan kesehatan yang tidak merata, jarak antara pusat kesehatan masyarakat
cukup jauh. Walaupun jumlah layanan kesehatan telah tersedia, namun

15
Tim Penyusun, op.cit, hlm. 11-13

13
aksesibilitas dan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat masih rendahnya
akses layanan dan informasi kesehatan di Papua Barat juga menyebabkan
permasalahan kesehatan terus bertambah. Untuk contoh, misalnya jumlah
penderita malaria terbanyak berada di Kabupaten Manokwari dan Fakfak, akibat
terlambat menerima penggunaan obat malaria. Pola hidup masyarakat yang tidak
sehat dan kondisi lingkungan yang berawa dan lembab mengakibatkan tingkat
penderita penyakit malaria tinggi. Untuk masalah gizi buruk, penanganannya harus
beriringan dengan program peningkatan kesejahteraan keluarga. Masalah gizi
buruk di Papua Barat terkait dengan status ekonomi masyarakat dan tidak bisa
lepas dari masalah kemiskinan. Peningkatan angka kecukupan gizi harus sejalan
dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Program prioritas yang harus
dilakukan terkait dengan pembangunan kesehatan harus menyeluruh dari
penurunan AKB, peningkatan gizi masyarakat, jaminan kesehatan ibu hamil, serta
pelatihan tenaga medis.
Gambar 3.3
Jumlah Puskesmas (Unit) Tahun 2014 Provinsi Papua Barat

3.2.4. Ketimpangan Pembangunan di Papua Barat di Sektor Energi dan Listrik


Kemudian, keterbatasan infrastruktur di Papua Barat berpengaruh terhadap
minimnya pemanfaatan energi yang dapat diperbarui sebagai bahan baku

14
pembangkit listrik. Kondisi ini menyebabkan pengembangan sumber energi
terbarukan sangat cocok dalam peningkatan pemanfaatan energi di wilayah
terpencil dan terisolasi. Potensi energi di Papua Barat dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan memanfaatkan sumber
daya energi lain yang berasal dari gelombang laut, angin, air, dan matahari.
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat harus diimbangi dengan
ketersediaan tenagalistrik karena meningkatnya permintaan tenaga listrik. Rasio
elektrifikasi di Provinsi Papua Barat tahun 2014 masih di bawah 100 persen, lebih
16
rendah dari rata-rata nasional sebesar 81,70 persen. Rasio elektrifikasi
merupakan perbandingan jumlah rumah tangga yang berlistrik dan jumlah
keseluruhan rumah tangga. Rasio elektrifikasi ini menggambarkan tingkat
ketersediaan energi listrik untuk masyarakat. wilayah Pulau Papua Barat secara
keseluruhan memiliki rasio elektrifikasi yang rendah karena luas wilayahnya dan
jarak antarrumah tangga cukup jauh. Pembangkit listrik hanya ada di distrik-distrik
besar saja, dan itupun menggunakan mesin yang usianya sudah tua sehingga PLN
acapkali melakukan pemadaman bergilir.17
Gambar 3.4
Rasio Elektrifikasi dalam Persen Tahun 2014

16
Tim Penyusun, op.cit, hlm. 21
17
Hasil wawancara dengan sdr. Bahrun dan John, 23 November 2017 pukul 11.24 WIB di kediaman John

15
3.2.5. Ketimpangan Pembangunan di Papua Barat di Sektor Akses
Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor pendorong
produktivitas daerah. Pembangunan ekonomi membutuhkan dukungan sarana
transportasi dan ketersediaan jaringan listrik yang memadai. Pembangunan
infrastruktur di Provinsi Papua Barat menjadi salah satu kebutuhan mendesak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat
di pulau yang kaya sumber daya alam tersebut. Keberadaan infrastruktur seperti
jalan raya dan jembaran akan mampu membuka akses bagi masyarakat untuk
melaksanakan aktivitas ekonomi. Tingkat kerapatan jalan di Papua Barat secara
nasional tergolong rendah. Tingkat kerapatan jalan merupakan rasio panjang jalan
dalam kilometer terhadap luas wilayah dalam kilometer persegi, dan dinyatakan
dalam persen.
Gambar 3.5
Kerapatan Jalan dan PDRB Per Kapita Provinsi Tahun 2014

16
Dari tabel tersebut juga perlu diketahui bahwa jalan raya hanya banyak di kota,
sementara akses menuju daerah-daerah pelosok masih belum memadai. Untuk
menuju Kampung Saharey, Distrik Fakfak Timur dari Fakfak, durasi naik angkutan
umum membutuhkan waktu 4 jam dengan harga Rp. 150.000. Jalur laut memang
dapat juga digunakan dengan durasi lebih singkat yaitu 2 jam namun harganya
yang jauh lebih mahal karena penggunaan bensin yang juga lebih boros membuat
masyarakat lebih memilih jalur darat. Selain itu, fasilitas penerangan berupa
lampu-lampu jalan juga hanya ada di daerah sekitar kota. Keterbatasan akses ini
juga membuat harga-harga bahan kebutuhan rumah tangga melambung tinggi
khususnya untuk beberapa wilayah. Sebutir telur dapat bernilai Rp. 5000. Satu liter
minyak goreng dapat bernilai Rp. 500.000. Satu karung beras dapat bernilai Rp.
1.000.000 dan satu sack semen dapat bernilai hingga Rp. 2.000.000. Fantastisnya
harga-harga bahan tersebut disebabkan karena satu-satunya akses distribusi yang
hanya bisa melalui udara yaitu dari Bandar Udara Wamena yang terisolasi dari jalur
darat karena kondisi geografisnya yaitu daerah perbukitan dan ketidakrataan
lahan.18

3.3 Alternatif Konsepsi yang Diajukan


1. Perbaikan Akses
A. Pembangunan Jalan Trans Papua oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Pembangunan jalan Trans Papua diharapkan dapat memudahkan distribusi
bahan kebutuhan rumah tangga melalui jalur darat sehingga dapat menurunkan
harga bahan kebutuhan.
B. Pembangunan Tol Laut oleh Pemerintah

18
Hasil wawancara dengan sdr. Bahrun dan John, 23 November 2017 pukul 11.24 WIB di kediaman John

17
Jalur alternatif seperti tol laut sangatlah menguntungkan mengingat dua pertiga
wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Artinya, distribusi melalui laut akan sangat
efisien dan menghemat waktu dan biaya.
C. Pembangunan Jalur Kereta Api oleh Kementerian Perhubungan
Kereta api diharapkan dapat menjadi alternatif lain transportasi jalur darat karena
lebih murah dalam hal biaya dan bahan bakar serta menghemat waktu. Kemudian,
ditambah juga dengan telah selesainya studi kelayakan pembangunan kereta api di
Papua dan hanya tinggal pelaksanaan pembangunan jalur kereta apinya.
D. Pembangunan Pelabuhan oleh Kementerian Perhubungan
Pembangunan pelabuhan merupakan pemicu aktifnya kegiatan distribusi bahan
kebutuhan dengan harapan bahwa kapal-kapal pengangkut dari daerah dari luar
Papua dengan tonase yang lebih besar dapat segera bersandar

2. Kerjasama Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Kabupaten


Kerjasama pemerintah daerah oleh pemerintah kabupaten adalah upaya
diversifikasi kegiatan ekonomi berdasarkan komoditas potensial yang dimiliki oleh
masing-masing daerah. Misalnya pada daerah Manokwari, komoditas yang dimiliki
adalah kelapa sawit. Maka, Kabupaten yang berada berdekatan dengan Manokwari
misalnya Biak dapat juga mengembangkan industri manufaktur minyak mentah dari
kelapa sawit. Daerah lainnya dapat juga mengembangkan industri pengolahan
minyak mentah menjadi minyak setengah jadi, dst. Hal ini tentu membutuhkan
adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara seluruh pemerintah daerah di
Papua.

3. Kebijakan untuk Mempermudah Investasi oleh Menteri Koordinator


Perekonomian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Jika kerjasama antardaerah dan akses menuju Papua sudah dibenahi, tentu hal
ini akan menarik investor dari dalam maupun luar negeri karena melimpahnya
sumber daya alam potensial yang dimiliki Papua. Oleh karena itu, dibutuhkan
adanya kebijakan yang dapat mempermudah proses investasi dan penanaman
modal yang harus disesuaikan dengan kearifan lokal dan kebutuhan masyarakat
Papua.

18
4. Pendidikan dan Vokasi
A. Beasiswa Afirmasi dan BUD (Beasiswa Utusan Daerah) oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Beasiswa ini merupakan salah satu pintu gerbang bagi pemuda-pemudi dari
daerah-daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) seperti Papua untuk dapat
mengenyam pendidikan pada perguruan tinggi negeri di saantero Indonesia
dengan kontrak yang mengikat. Hal ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan biaya dan
ketimpangan fasilitas yang dimiliki oleh siswa-siswi yang berada di daerah tersebut
agar dapat dididik dan pada akhirnya mampu membangun daerahnya
masing-masing jika kelak proses pendidikan itu sudah rampung dijalani.
B. Pembangunan Sekolah berbasis Vokasi oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Dengan dibangunnya sekolah-sekolah berbasis vokasi, para pemuda di Papua
diharapkan dapat menguasai keahlian terapan tertentu yang dapat menunjang
aktivitas ekonomi dan industri di daerahnya setelah banyaknya investasi misalnya
Sekolah Pertanian, Sekolah Perikanan, Sekolah Teknik dll. Selain itu, jadwal
kegiatan pendidikan yang cenderung longgar juga dapat dimanfaatkan oleh para
siswanya untuk membantu orangtuanya bekerja dsj.

19
Bab IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pembangunan Nasional mencakup hal-hal yang bersifat fisik maupun mental
yang selaras, serasi, dan seimbang. Namun, pembangunan Nasional di Indonesia
masih belum sepenuhnya merata. Adanya ketimpangan pembangunan yang terjadi
di Papua khususnya Papua Barat dapat dilihat dari berbagai aspek misalnya
keterbatasan akses, pendidikan, kesehatan, dll.
Upaya pemerataan pembangunan di Papua Barat masih perlu mendapatkan
perhatian serius karena luasnya wilayah, kondisi geografis dan masih rendahnya
wawasan masyarakat. Beberapa alternatif yang dapat diajukan dalam bidang
pembangunan akses antara lain tol laut, jalan Trans Papua, kereta api, dll.
Kemudian, dibutuhkan adanya kerjasama antar seluruh pemerintah daerah untuk
menunjang munculnya investasi di Papua Barat. Dalam bidang pendidikan
misalnya beasiswa afirmasi dan BUD, serta pembangunan sekolah vokasi.

4.2 Saran
Pemerintah pusat dengan bantuan pemerintah daerah Provinsi Papua Barat
sebagai pengemban amanat undang-undang pembangunan daerah perlu tetap
bekerja keras dan serius untuk mengatasi kendala dan hambatan yang ada dalam
upaya peningkatan pembangunan dan kualitas sumber daya manusianya.

20
Hasil Diskusi
Responden 1
Nama/NIM/No. Absen : Rama Zaky Rahmawan/F44170017/35
Pertanyaan : Mengapa tenaga pendidik di Papua itu masih kurang dan
masih jauh dari harapan padahal anggaran untuk Papua itu
cukup besar?
Jawaban/Penjawab : Penyebab kurangnya tenaga pendidik di Papua
diantaranya karena kurangnya fasilitas di daerah
pedalaman, kurangnya apresiasi bagi para tenaga pendidik
yang mengajar, biaya hidup yang tinggi dibandingkan
dengan daerah yang lain, letak sekolah yang sulit
dijangkau, dan minimnya fasilitas dan hiburan. (Nadya
Tasha Safira/G14170058/45, Muhammad
Hilmi/F44170023/37)

Responden 2
Nama/NIM/No. Absen : Fanny Febrianti Kusumastuti/G24170034/51
Pertanyaan : Bagaimana cara mahasiswa untuk turut berkontribusi
dalam pembangunan nasional tanpa harus mengikuti aksi
demo?
Jawaban/Penjawab : Peran mahasiswa sendiri di dalam menjaga kedaulatan
bangsa Indonesia cukup penting, khususnya dalam bidang
riset dan teknologi. Di bidang teknologi, peran mahasiswa
yaitu mendukung pembangunan infrastuktur nasional,
misalnya dalam pembangunan jembatan. Seorang
mahasiswa, khususnya yang berkecimpung dibidang teknik
sipil seharusnya memiliki pengetahuan yang menyeluruh,
dan tidak hanya memiliki intellegent yang baik, tetapi juga
harus memiliki skill dan attitude. Sehingga dalam
penerapan dalam kehidupan nyata, mereka dapat menjadi
ujung tombak dalam pembangunan infrastuktur di
Indonesia. Selain itu mahasiswa juga berperan untuk
mengabdikan ilmunya pada bangsa ini, seperti lulusan
beasiswa BUD dan afirmasi yang bersedia membangun

21
daerah asalnya nanti. (Muh. Nur Fiqri
Adham/G1417001/42, Muhammad Faiz Namora
Hasibuan/F44170077/41)

22
Daftar Pustaka

Alam. S, MM. 2007. Ekonomi Jilid II. Jakarta: ESIS.


Any, Liefy. 2017. Desa, Ujung Tombak Pembangunan Nasional
(http://www.kemendagri.go.id/article/2011/09/21/desa-ujung-tombak-pembanguna
n-nasional), diakses 24 November 2017, 16:49 WIB.
Asih, Widi. 2015. Analisis Ketimpangan dalam Pembangunan Ekonomi Antar
Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2004-2013. Skripsi Pendidikan Ekonomi
Program Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Bhinadi, Ardito. 2003, Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dan Luar Jawa,
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 1.
Ginting, Ari Mulianta. 2015. Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah
terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013. Jurnal Ekonomi. Vol. 20 No, 1.
Kansil, C.S.T. 2001. Ilmu Negara Umum dan Indonesia. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Putro, Kristian Hariyono. 2015. Perencanaan Pembangunan di Papua dan Bonus
Demografi 2020, Jurnal Tata Kelola dan Akuntabilitas Keuangan Negara, Vol. 2
No. 1.
Samidjo. 1986. Ilmu Negara. Bandung: Amirco.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Press.
Tim Penyusun. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Papua
Barat.Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Todaro, 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

23
Daftar Narasumber
(Wawancara Kamis, 23 November 2017, 11:24 WIB di kediaman John)

1. Bahrun
Nama Lengkap : Bahrun Arbakala
Nama Panggilan : Bahrun
Asal : Fakfak, Papua Barat
TTL : Weri, 24 April 1997
Dep/Fak/Akt : Fisika/FMIPA/54

2. John
Nama Lengkap : Yohanes Florensius Yaimo
Nama Panggilan : John
Asal : Manokwari, Papua Barat
TTL : Manokwari, 10 Oktober 1998
Dep/Fak/Akt : MNH/FAHUTAN/53

24

Anda mungkin juga menyukai