Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya
terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama
ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang
atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).

B. Klasifikasi
Pada kenyataannya IQ (Intelligence Quotient) bukanlah satu-satunya patokan yang
dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya Retardasi Mental.Melainkan harus dinilai
berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda.Penilaian tingkat kecerdasan
harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan Klinis, Prilaku Adaptif
dan hasil Tes Psikometrik. Sebagai kriteria dan bahan pertimbangan dapat dipakai juga
kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja.Tingkatannya mulai
dari taraf yang Ringan, Taraf Sedang, Taraf Berat, dan Taraf Sangat Berat. . Retardasi
mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan
1. Retardasi Mental Ringan
IQ sekitar 50-55 sampai 70.Sekitar 85 % dari orang yang terkena Retardasi
Mental.Pada umumnya anak-anak dengan Retardasi Mental Ringan ini tidak dapat
dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
2. Retardasi Mental Sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55
3. Retardasi Mental Berat
IQ sekitar 20-25 sampai 35-40.
4. Retardasi Mental Sangat Berat
IQ dibawah 20 atau 25.

C. Etiologi
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis,
2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut :
1. Infeksi dan/atau Intoksikasi.
Dalam Kelompok ini termasuk keadaan Retardasi Mental karena kerusakan jaringan
otak akibat infeksi Intrakranial, cedera Hipoksia (kekurangan oksigen), cedera pada
bagian kepala yang cukup berat, Infeksi sitomegalovirus bawaan, Ensefalitis,
Toksoplasmosis kongenitalis, Listeriosis, Infeksi HIV, karena serum, obat atau zat toksik
lainnya.
2. Rudapaksa dan atau Sebab Fisik Lain.
Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi
dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan Retardasi Mental,
Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil, Keracunan
metilmerkuri, Keracunan timah hitam juga dapat mengakibatkan Retardasi Mental.
3. Gangguan Metabolisme, Pertumbuhan atau Gizi.
Semua Retardasi Mental yang langsung disebabkan oleh gangguan Metabolisme
(misalnya gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan protein), Sindroma Reye,
Dehidrasi hipernatremik, Hipotiroid kongenital, Hipoglikemia (diabetes melitus yang
tidak terkontrol dengan baik), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini hal-
hal seperti Kwashiorkor, Marasmus, Malnutrisi dapat mengakibatkan Retardasi Mental.
4. Kelainan pada Kromosom
Kelainan ini bisa diartikan dengan kesalahan pada jumlah Kromosom (Sindroma
Down), defek pada Kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma
Prader-Willi), dan Translokasi Kromosom.
5. Kelainan Genetik dan Kelainan Metabolik Yang Diturunkan.
Seperti Galaktosemia, Penyakit Tay-Sachs, Fenilketonuria, Sindroma Hunter,
Sindroma Hurler, Sindroma Sanfilippo, Leukodistrofi metakromatik,
Adrenoleukodistrofi, Sindroma Lesch-Nyhan, Sindroma Rett, Sklerosis tuberose
6. Penyakit Otak Yang Nyata (Postnatal).
Dalam kelompok ini termasuk Retardasi Mental akibat Neoplasma (tidak termasuk
pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel
otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi
sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau
reparatif.
7. Penyakit/Pengaruh Pranatal Yang Tidak Jelas.
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui
etiologinya, termasuk Anomali Kranial Primer dan Defek Kogenital yang tidak diketahui
sebabnya.
8. Prematuritas dan Kehamilan Wanita diatas 40 tahun.
Kelompok ini termasuk Retardasi Mental yang berhubungan dengan keadaan bayi
pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa hamil
kurang dari 38 minggu. Serta behubungan pula dengan kehamilan anak pertama pada
wanita Adolesen dan diatas 40 tahun.

D. Tanda-Tanda Retardasi Mental


1. Rambut Rambut
- Keriting ganda
- Halus, mudah putus, cepat abu-abu atau putih menyeluruh
- Jarang atau tanpa rambut
- Keriting ganda
- Halus, mudah putus, cepat abu-abu atau putih menyeluruh
- Jarang atau tanpa rambut
2. Mata
- Mikroftelmia
- Hipertelorisme
- Hipotelorisme
- Miring ke atas dan ke luar atau ke bawah dan ke luar
- Lipatan epikantus sebelah dalam dan sebelah luar
- Koloboma iris atau retina
- Binti-bintik Brushfield
- Pupil terletak eksentris
3. Telinga
- Pinna letak rendah
- Pembentukan heliks sederhana atau abnormal
4. Hidung
- Jembatan hidung rata
- Ukuran kecil
- Lubang hidung menghadap ke atas
5. Wajah
- Panjang filtrum bertambah
- Hipoplasia maksila atau mandibula
6. Mulut
- Bentuk bibir atas V terbalik
- Lengkungan palatum lebar atau tinggi
7. Gigi
- Bukti adanya kelainan pembetukan email (enamelogenesis)
- Kelainan odontogenesis
8. Tangan
- Metakarpal ke-4 atau ke-5 pendek
- Jari-jari tangan pendek, gemuk
- Jari-jari tangan panjang, tipis, meruncing
- Ibu jari tangan lebar
- Klinodaktili
- Kelainan dermatoglifik (misalnya triradius distal)
- Garis kult telapak tangan melintang
- Kelainan kuku
9. Kulit
- Bintik-bintik cafe-au-lait
- Nevus depigmentasi
10. Genetalia
- Genetalia yang tidak jelas
- Mikropenis
- Testis besar
11. Kaki
- Metatarsal ke-4 atau ke-5 pendekJari kaki tumpang tindih
- Jari kaki pendek, gemuk
- Ibu jari kaki besar dan lebar
- Garis kulit yang mengarah dari sudut jari kaki pertama dan kedua, terlihat dalam
- Kelainan dermatoglifik

E. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah terutama
untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki
keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin,
flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk
menaikkan kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril),
metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA)
2. Rumah Sakit/Panti Khusus
Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar: kedudukan
sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat retardasi mental,
pandangan orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam masyarakat,
dan fasilitas untuk membimbing orangtua dan sosialisasi anak.Kerugian penempatan di
panti khusus bagi anak retardasi mental adalah kurangnya stimulasi mental karena
kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yang
memberikan kebutuhan dasar bagi anak.
3. Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua
anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan
psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi
sosialnya.
4. Pemenuhan Kebutuhan-kebutuhan Kesenangan dan Rekreasi
Idealnya, anak penderita retardasi mental dapat berpartisipasi dalam aktivitas
bermain dan rekreasi. Ketika anak tidak ikut dalam aktivitas bermain, pada saat remaja
akan kesulitan untuk dapat berinteraksi sosial dengan tepat dan tidak kompetitif dalam
aktivitas olahraga. Partisipasi dalam olahraga memiliki beberapa keuntungan, yaitu
pengaturan berat badan, perkembangan koordinasi fisik, pemeliharaan kesehatan
kardiovaskular, dan peningkatan self-image (gambaran diri).
5. Pelayanan Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek yang paling penting berkaitan dengan treatment pada
anak penderita retardasi mental.Program pendidikan harus berkaitan dengan kebutuhan
anak dan mengacu pada kelemahan dan kelebihan anak.Target pendidikan tidak hanya
berkaitan dengan bidang akademik saja.Secara umum, anak penderita retardasi mental
membutuhkan bantuan dalam memperoleh pendidikan dan keterampilan untuk mandiri.
6. Kontrol Gangguan Tingkah laku
Gangguan tingkah laku dapat dihasilkan dari ekspektasi/harapan orang tua yang tidak
tepat, masalah organik, dan atau kesulitan keluarga. Kemungkinan lain, gangguan
tingkah laku dapat muncul sebagai usaha anak untuk memperoleh perhatian atau untuk
menghindari frustrasi. Dalam mengukur tingkah laku, kita harus mempertimbangkan
apakah tingkah lakunya tidak sesuai dengan usia mental anak, daripada dengan usia
kronologisnya. Pada beberapa anak, mereka memerlukan teknik manajemen tingkah
laku dan atau penggunaan obat.
7. Mengatasi Gangguan
Jika terdapat gangguan lain- Cerebral palsy; gangguan visual & pendengaran;
gangguan epilepsi; gangguan bicara dan gangguan lain dalam bahasa, tingkahlaku dan
persepsi- maka yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal adalah
diperlukan terapi fisik terus menerus, terapi okupasi, terapi bicara-bahasa, perlengkapan
adaptif seperti kaca mata, alat bantu dengar, obat anti epilepsi dan lain sebagainya. Perlu
diagnosa yang tepat untuk menetapkan gangguan, diluar hanya masalah taraf intelegensi.
8. Konseling Keluarga
Banyak keluarga yang dapat beradaptasi dengan baik ketika memiliki anak yang
menderita retardasi mental, tetapi ada pula yang tidak. Diantaranya karena faktor-faktor
yang berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah perkawinan,
usia orang tua, self-esteem (harga diri) orang tua, banyaknya saudara kandung, status
sosial ekonomi, tingkat kesulitan, harapan orang tua & penerimaan diagnosis, dukungan
dari anggota keluarga dan tersedianya program-program dan pelayanan masyarakat.
Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan bagi keluarga penderita
retardasi mental, agar keluarga dapat tetap menjaga rasa percaya diri dan mempunyai
harapan-harapan yang realistik tentang penderita.Perlu penerimaan orang tua mengenai
taraf kemampuan yang dapat dicapai anak.Orang tua disarankan untuk menjalani
konsultasi dengan tujuan mengatasi rasa bersalah, perasaan tidak berdaya, penyangkalan
dan perasaan marah terhadap anak. Selain itu orang tua dapat berbagi informasi
mengenai penyebab, pengobatan dan perawatan penderita baik dengan ahli maupun
dengan orang tua lain.
9. Remedial Teaching
Perlu pengulangan secara terus menerus di berbagai situasi dan kesempatan untuk
membantu mereka memahami hal-hal yang baru dipelajari.
10. Evaluasi Secara Berkala
Walaupun retardasi mental adalah suatu gangguan statis, kebutuhan-kebutuhan anak
dan keluarga berubah setiap waktu.Seiring perkembangan anak, informasi tambahan
harus diberikan kepada orang tua, dan tujuan harus ditetapkan kembali, serta program
perlu diatur.
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Kadim, Muzal. Sularyo, Titi S. 2000. Retardasi Mental. Sari Pediatrik, Vol. 2, No. 3, Desembber
2000 :170-177.

Anda mungkin juga menyukai