NIM: 0503100442-41
Teknik kimia /1a
BILA kita rajin menelusuri sungai atau parit kecil yang membelah
perumahan di kota-kota besar, seperti Kota Bandung, pemandangan
yang langsung kita lihat adalah: Di pinggir sungai bersembulan pipa
saluran pembuangan limbah rumah tangga. Air yang keluar dari pipa
itu kotor, berbusa dan terkadang hitam pekat. Bukan hanya itu, sungai
pun tak jarang ditempatkan sebagai septiktank, untuk pembuangan
kotoran manusia. Biasanya pipa pembuangannya ditanam agak ke
dalam sungai, tempatnya tersembunyi, setidaknya tidak begitu
kelihatan secara mencolok. Hanya aromanya yang tak sedap yang
muncul di sekitar situ.
Waktu itu Agus memerlukan biaya sebesar Rp 6,5 juta. "Dari sekira
100 kepala keluarga, semula ada 25 kepala keluarga yang tertarik,
masing-masing keluarga ditarik iuran Rp 35.000 dicicil selama 2
tahun," ujarnya. Karena melihat Ipal yang dibuatnya cukup berhasil,
ke-75 keluarga tadi kemudian ikut memanfaatkan Ipal tersebut.
Dari setiap rumah, limbah cair ini dialirkan melalui pipa berdiameter
3 inci, kemudian menyatu dan disalurkan ke dalam tangki AG dengan
menggunakan pipa berdiameter 4 inci. "Tangki ini mampu
menampung dan menyaring limbah cair, termasuk kotoran, dari 200
rumah," ujar Agus Gunarto.
Air limbah yang telah disaring dan kotorannya sudah dihancurkan ini
tidak langsung dibuang ke sungai, tapi diproses lagi di dalam kolam
penampungan yang berukuran panjang 10 meter, lebar 3, dan
dalamnya 1 meter. Dasarnya berplester semen, serta pinggirnya
ditembok beton supaya kuat dan tahan lama.
"Di bak terakhir kita bisa memelihara ikan, terutama ikan lele.
Bahkan ikannya cepat gede," kata Agus. Karena itulah bak terakhir
dimaksudkan untuk pemanfaatan air hasil pengolahan Tangki AG.
"Jadi Tangki AG secara langsung dapat memberikan nilai ekonomis,
yakni memelihara ikan, minimal untuk konsumsi sendiri," ujar Agus.