PENDAHULUAN
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tercapainya tekanan darah terkontrol pada Ny. E sehingga diharapkan
mengurangi dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari hipertensi grade II tidak
terkontrol dengan gangguan penglihatan yang dialaminya.
a. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang, melainkan sebagai
anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitar.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala
keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun
keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah
kesehatan yang sedang dihadapi.
2. Kontinu
3. Mengutamakan pencegahan
2.2. Hipertensi
2.2.1. Definisi
Hipertensi ialah kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya, hipertensi sendiri dibagi menjadi dua kelompok
yaitu [American Heart Association, 2017; Longo DL, et al, 2013; Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013; James PA, et al, 2014]:
2.2.2. Epidemiologi
Bila penyakit ini tidak dikontrol dengan baik, akan terjadi komplikasi yang
seperti kerusakan organ tubuh, serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal, serta
kerusakan sistem saraf mata. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dilaporkan
bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol meningkatkan kemungkinan terkena
serangan stroke sebanyak 7 kali lebih besar, congestive heart failure 6 kali lebih besar,
dan serangan jantung 3 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak memiliki
hipertensi [Sudoyo AW, et al (2010)].
2.2.3. Klasifikasi
2.2.3.1. Klasifikasi menurut JNC 8
Tabel 2.1.Klasifikasi menurut JNC 8 [American Heart Association, 2017; James PA, et
al, 2014]:
Meningkat/ Pre-
120 – 129 dan < 80
Hipertesi
Tabel 2.3 Klasifikasi menurut WHO dan ISHWG Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia (2015) [Sudoyo AW, et al (2010)]:
Prehipertensi
Komplikasi yang disebabkan oleh hipertensi tidak terbatas pada penderita yang sudah
lama mengidap hipertensi. Pada pasien dengan tekanan darah sistol diatas 180 mmHg,
juga memiliki komplikasinya sendiri yang termasuk dalam kegawatdaruratan medik.
Klasifikasi krisis hipertensi yaitu [Sudoyo AW, et al (2010)]:
Beberapa faktor resiko atau faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu faktor utama yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan
faktor resiko yang tidak dapat diubah [Sudoyo AW, et al (2010)].
Stres
Stres merupakan kondisi normal/ fisiologis yang sering dialami oleh individu dalam
kesehariannya. Stres sendiri merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia
yang berguna untuk menunjang kehidupan individu tersebut, namun pada beberapa
individu stres yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah [American Heart
Association, 2017; Sudoyo AW, et al, 2010].
Saat stres, sistem saraf simpatis akan merangsang pengeluaran hormon adrenalin
dan kortisol yang berakibat meningkatnya denyut jantung sehingga tekanan darah akan
meningkat [American Heart Association, 2017; Sudoyo AW, et al, 2010].
Obesitas
Obesitas berkaitan erat dengan peningkatan tekanan darah. Individu yang mengalami
obesitas memiliki resiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
tidak memiliki obesitas [Sudoyo AW, et al, 2010; Richard N, 2009].
Faktor lain yang ikur berperan adalah peningkatan insulin yang kemudian
menyebabkan retensi natrium dan air, sehingga volume darah di tubuh juga meningkat.
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa peningkatan berat badan sebesar 10%
mengakibatkan kenaikan tekanan darah + 7 mmHg oleh karena itu, penurunan berat
badan bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah terjadinya hipertensi [Sudoyo
AW, et al (2010)].
Nutrisi
Faktor nutrisi yang paling utama dalam kontribusinya meningkatkan tekanan darah
adalah peningkatan IMT. Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan kolestrol tinggi
memiliki kaitan yang erat terhadap peningkatan berat badan yang akan berujung pada
peningkatan tekanan darah [Sudoyo AW, et al, 2010; Lelong H, 2014].
Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh yang tinggi juga
dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah akibat proses atherosclerosis yang
menyebabkan sempitnya lumen pembuluh darah dan menyebabkan meningkatnya
tekanan darah [Sudoyo AW, et al (2010)].
Pada suatu penelitian pada kelompok orang dengan asupan garam yang sedikit
<3 gram per hari memiliki prevalensi hipertensi yang lebih rendah, sedangkan
peningkatan konsumsi garam hingga 5 – 15 gram perhari meningkatkan prevalensi
hipertensi menjadi 15 – 20% [Sudoyo AW, et al (2010)].
Pembatasan dalam konsumsi garam akan menurunkan kadar potasium yang akan
mendukung terapi diuretic. Menurut pedoman makan DASH (Dietary Approaches to
Stop Hypertension), diet yang didominasi sayur dan buah dapat menurunkan tekanan
darah sistol sebesar 2,8 mmHg dan tekanan darah diastol sebesar 1,1 mmHg [Sudoyo
AW, et al (2010)].
Zat – zat seperti nikotin (rokok), kafein (kopi), dan alkohol dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah, terlebih ketika zat – zat tersebut di konsumsi dalam jumlah
yang banyak dan jangka waktu yang panjang. Nikotin pada rokok dapat meningkatkan
tekanan darah akibat dari peningkatan curah jantung dan vasokonstriksi pembuluh darah
[Sudoyo AW, et al, 2010; Omvik P; Pickering T G, 2001].
Kopi yang mengandung kafein dapat meningkatkan tekanan darah pada semua
individu, terutama pada penderita hipertensi. Meskipun secara penelitian telah
dibuktikan bahwa konsumsi kafein mengakibatkan peningkatan tekanan darah, namun
mekanisme peningkatan tersebut masih belum diketahui secara pasti [Sudoyo AW, et al,
2010; Hartley T R, et al].
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik rutin dengan intensitas sedang telah banyak dibuktikan efektifitasnya
dalam menurunkan tekanan darah melalui berbagai mekanisme. Salah satu
mekanismenya adalah dengan menurunkan resistensi perifer yang kemudian akan
menurunkan tekanan darah [Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; Lelong H, 2014].
Aktivitas fisik terutama aerobik dengan intensitas sedang dan teratur akan
menjaga sistem kardiovaskuler yang baik dan menurunkan berat badan bagi penderita
hipertensi dengan obesitas, serta dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler yang
dapat meningkatkan mortalitas [Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; Lelong H, 2014]. Aktivitas fisik dengan intensitas sedang
(konsumsi oksigen 60 – 80%) yang dilakukan secara rutih dapat secara efektif
menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik ini dilakukan selama + 30 menit, dua sampai
tiga kali dalam satu minggu [Sudoyo AW, et al (2010)].
Peningkatan kadar gula dalam darah yang pada penderita diabetes melitus
mengakibatkan peningkatan kekentalan darah, akibat kondisi darah yang kental ini,
jantung dipaksa untuk bekerja lebih keras agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh
sehingga meningkatkan tekanan darah [Sudoyo AW, et al, 2010; Cheung B M, et al;
Lastra G, et al].
Disisi lain, resistensi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II juga akan
menimbulkan hiperinsulinemia yang dapat mengakibatkan peningkatan retensi natrium
oleh tubulus proksimal ginjal sehingga meningkatkan volume reabsorpsi dan hasil
akhirnya terjadi hipertensi. Selain itu, insulin memacu sistem saraf simpatis dalam
meningkatkan natrium dan kalium intra selululer sehingga sel otot polos pembuluh
darah menjadi mudah terpacu oleh norepinefrin, angiostensin II, dan terjadi
pembebanan NaCl sehingga terjadi peningkatan resistensi vaskular perifer dan
kontraktilitas otot polos vaskular. Kadar insulin yang tinggi bisa menyebabkan inisiasi
aterosklerosis, yaitu dengan stimulasi proliferasi sel-sel endotel pembuluh darah.
Hiperglikemia kronis, dapat terjadi peningkatan rigiditas vaskular dengan merubah
struktur vaskular. Konsentrasi yang tinggi, glukosa memberikan efek toksik pada sel
endotelial sehingga terjadi penurunan relaksasi endothelialmediated vascular, yang
akan meningkatkan konstriksi dan hiperplasia sel otot polos vaskular serta remodeling
vascular [Sudoyo AW, et al, 2010; Cheung B M, et al; Lastra G, et al].
Ras
Jumlah penderita hipertensi lebih tinggi pada orang dengan ras kulit dibandingkan
dengan orang kulit putih dan hispanik. Terdapat hubungan antara kadar renin yang lebih
rendah, sensitivitas terhadap vasopresin yang lebih tinggi, konsumsi garam yang lebih
banyak, dan faktor stres lingkungan yang lebih tinggi yang dialami ras kulit hitam
sehingga banyak yang menderita hipertensi [Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia,
2015; Sudoyo AW, et al, 2010].
Usia
Insiden hipertensi juga ikut meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada
umumnya orang terdiagnosa hipertensi pada usia 30 – 50 tahun, dimana hipertensi yang
menyerang populasi tersebut umumnya adalah hipertensi primer. Angka kejadian
hipertensi pada kelompok usia lanjut sekitar 40%, dimana angka kematiannya sekitar
Riwayat Keluarga
Faktor keturunan keluarga juga menjadi salah satu faktor predisposisi terkena hipertensi
di kehidupannya kelak. Individu yang memiliki riwayat keluarga memiliki hipertensi
maupun penyakit jantung memiliki resiko hipertensi hingga 2 – 5 kali libat
dibandingkan individu yang tidak memiliki faktor resiko ini. Jika kedua orang tua
individu tersebut memiliki riwayat penyakit hipertensi, maka individu tersebut memiliki
kemungkinan terkena hipertensi hingga 60% di kehidupannya kelak [Perhimpunan
Dokter Hipertensi Indonesia, 2015; Sudoyo AW, et al, 2010].
Jenis Kelamin
Faktor resiko lainnya yang tidak dapat dimodifikasi adalah jenis kelamin, dimana pada
penelitian yang dilakukan oleh Lelong, et al (2014) menunjukkan bahwa wanita
memiliki resiko lebih rendah untuk terkena hipertensi yang diakibatkan oleh konsumsi
garam. Faktor lain yang berpengaruh terhadap jenis kelamin adalah hormonal, dimana
wanita yang memiliki hormon estradiol lebih tinggi memiliki faktor resiko terkena
hipertensi lebih rendah dibandingkan laki – laki yang memiliki hormon testosterone
lebih dominan, hal ini dapat kita lihat ketika usia sebelum pubertas populasi perempuan
dan laki – laki cenderung memiliki tekanan darah yang relatif sama dibandingkan
Laki – laki dengan usia dibawah 55 tahun memiliki resiko lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan perempuan, namun ketika usia berada diatas 55 tahun risiko
kejadian hipertensi akan lebih besar pada perempuan. Hal ini, disebabkan karena
perubahan hormonal yang terjadi pada perempuan akibat menopause [Sudoyo AW, et
al, 2010; Ashraf, et al; Barton M, et al, 2012].
Pada wanita yang sudah menopause akan didapatkan peningkatan tekanan darah,
hal ini juga mendukung bahwa kurangnya hormon estrogen merupakan salah satu faktor
resiko yang menyebabkan peningkatan tekanan darah [Sudoyo AW, et al, 2010; Ashraf,
et al; Barton M, et al, 2012].
2.2.5. Patofisiologi
Hingga saat ini, penyebab pasti dari hipertensi belum dapat ditentukan, namun dari
berbagai penelitian beberapa hal yang dapat memicu tumbulnya hipertensi esensial
dapat dikatagorikan sebagai berikut [Sudoyo AW, et al (2010)]:
Tekanan darah sendiri merupakan hasil perkalian dari curah jantung dengan
resistensi perifer, sehingga peningkatan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah [Sudoyo AW, et al (2010)].
Pada penderita hipertensi, gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala
terutama pada bagian kepala belakang yang memiliki sensasi tegang dan berdenyut. Jika
peningkatan tekanan darah yang terjadi dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti
bingung, gangguan penglihatan, mual dan muntah [Longo DL, et al, 2013; Sudoyo AW,
et al, 2010].
Pada pemeriksaan fisik untuk pasien dengan hipertensi banyak faktor yang perlu
kita perhatikan termasuk bentuk tubuh, berat badan, dan tinggi badan. Pada saat
bertemu dengan pasien, pemeriksaan tekanan darah diukur pada lengan kanan dan kiri,
dan pemeriksaan pada berbagai posisi (terlentang, duduk, dan berdiri) lebih dianjurkan
untuk menyingkirkan hipotensi postural. Pemeriksaan kelenjar tiroid dengan perabaan
juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan tanda – tanda hiper atau hipotiroid.
Pemerksaan funduskopi dan auskultasi untuk mendeteksi adanya bruit atau bunyi
abnormal pada vaskuler terutama arteri karotis juga perlu dilakukan untuk memastikan
komplikasi. Selain itu, pemeriksaan pembuluh darah pada retina juga dapat dilakukan
2.2.7. Pencegahan
Pencegahan agar tidak timbul hipertensi merupakan satu – satunya cara agar terhindar
dari konsumsi obat hipertensi seumur hidup, dikarenakan ketika seseorang sudah
terkena hipertensi yang tidak dapat dikontrol melalui pola hidup dan makanan, maka
obat anti hipertensi seumur hidup menjadi salah satu alternatif yang cukup menjanjikan
meskipun tidak dapat dilepas dari pola hidup yang baik. Perubahan pola hidup yang
baik dan sehat terbukti melalui berbagai penelitian memiliki dampak yang baik dalam
menurunkan tekanan darah. Disamping dapat mengkontrol tekanan darah, perubahan
pola hidup menjadi lebih baik dapat meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan
angka kejadian penyakit jantung akibat dari hipertensi [Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia (2015)].
Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah
yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia (2015) Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan beberapa sumber adalah
[Longo DL, et al, 2013; James PA, et al, 2014; U.S. DEPARTMENT OF HEALTH
AND HUMAN SE RVICES, 2003; Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2015;
Sudoyo AW, et al, 2010; Richard N, 2009; Lelong H, 2014; Omvik P; Pickering T G,
2001; Hartley T R, et al; Lastra G, et al]:
Penurunan berat badan terbukti menurunkan resistensi vaskuler yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah. Selain itu, penurunan berat badan juga berarti mengurangi
“bagian tubuh” yang membutuhkan asupan darah, sehingga volume darah pun akan
berkurang sesuai dengan kebutuhannya.
Mayoritas makanan di Indonesia mengandung garam dan lemak dalam jumlah yang
cukup tinggi, seperti asinan, dan makanan yang menandung santan merupakan makanan
yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat di Indonesia. Disamping
itu makanan – makanan siap saji juga memiliki kandungan garam yang tinggi, makanan
kaleng dan produk olahan lainnya juga memiliki kandungan garam yang tinggi.
Diharapkan dengan pembatasan makanan – makanan tinggi garam dapat bermanfaat
dalam mengkontrol tekanan darah seseorang atau bahkan dapat menurunkan dosis obat
pada pasien dengan hipertensi derajat 2 atau lebih, dimana asupan garam yang
dianjurkan tidak melebihi 2 gram per hari.
Olahraga
Olahraga yang dianjurkan untuk orang dengan hipertensi merupakan olahraga aerobik,
dimana olahraga dilakukan dengan intensitas sedang seperti berjalan, bersepeda,
berenang, yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit setiap kali latihan dan
dilakukan setidaknya 3 kali dalam 1 minggu. Jika pasien tidak dapat melakukan
olahraga tersebut, dianjurkan untuk melakukan jalan kaki di sela – sela kesibukannya,
seperti berjalan kaki ke toko dekat rumah, atau lebih memilih tangga ketimbang tangga
berjalan atau elevator di tempat kerja.
Berhenti merokok
Meskipun hingga saat ini rokok belum terbukti menimbulkan efek pada tekanan darah
secara langsung, namun merokok telah dikaitkan dengan resiko penyakit
kardiovaskular, sehingga pasien sebaiknya tetap dianjurkan untuk berhenti
mengkonsumsi rokok.
2.2.8. Diagnosis
2.2.9.1. Farmakologi
Berdasarkan klasifikasi hipertensi terbaru dari JNC 8 sejak 2013, JNC 8 juga sudah
mengeluarkan rekomendasi manajemen hipertensi untuk orang dewasa yang terkait
dengan penyakit kardiovaskuler [James PA, et al (2014)]:
A. Rekomendasi kuat, dari evidence base terdapat banyak bukti penting yang
menguntungkan
E. Opini ahli
F. Tidak direkomendasikan
9. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan,
tiingkatkan dosis obat awal atau menambahkan obat kedua dari salah satu
kelas dalam Rekomendasi 6. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai
dengan dua obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia.
Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada pasien yang sama. Jika
target tekanan darah tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan obat-
obatan dalam Rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau kebutuhan untuk
menggunakan lebih dari 3 obat untuk mencapai target tekanan darah, maka
obat antihipertensi dari kelas lain dapat digunakan
Hidroklorotiazid 12,5-50 1
Diuretik tiazid
Klortalidon 6,25 – 25 1
Amlodipin 2,5 – 10 1
Diltiazem 180-360 1
Terapi Kombinasi
Terapi Kombinasi
CCB – ACEI
CCB – ARB
Terapi non-farmakologi yang dianjurkan agar dapat menurunkan tekanan darah secara
optimal adalah [U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SE RVICES,
2003; Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2015; Sudoyo AW, et al, 2010;
Department Of Health and Human Services, 2006]:
Menghentikan rokok
Kolesterol: 150 mg
Kalsium: 1.250 mg
Magnesium: 500 mg
Serat: 30 gram
Natrium : 2.300 mg atau diberikan sebanyak 1.500 mg, maka akan lebih
baik dalam menurunkan tekanan darah terutama pada dewasa dan lansia,
Afrika-Amerika.
2.2.9.3 Edukasi
1. Definisi hipertensi
Perlu untuk diketahui oleh masyarakat apa itu hipertensi, sehingga saat
mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah, masyarakat dapat mengetahui
apakah ia sudah “sakit” atau masih dalam batas normal.
2. Faktor resiko
Poin berikutnya yang perlu disampaikan dalam mengedukasi pasien adalah
faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya hipertensi, dimana diharapkan
pasien yang sudah mengetahui faktor resiko yang mennyebabkan penyakitnya
dapat mengkontrol faktor resiko tersebut sehingga penyakit hipertensinya tidak
bertambah parah dan tidak terjadi komplikasi, sedangkan untuk individu yang
sehat juga perlu disampaikan agar para indiviu yang sehat ini dapat
2.2.10 Komplikasi
2.3.1 Definisi
b. Fasilitas kesehatan
Dari kerjasama komponen tersebut, diharapkan individu yang menderita penyakit kronis
seperti Hipertensi, dapat mencapai kualitas hidup yang maksimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien [BPJS, 2015].
2.3.2 Tujuan
2.3.3 Sasaran
Sasaran dari program PROLANIS yang di masukkan dalam program tersebut sampai
saat ini masih terbatas pada penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi. [BPJS, 2015]
c. Pengingatan/ reminder
d. Aktivitas kelompok
Penanggungjawab dari program PROLANIS ini adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan
bagian Manajemen Pelayanan Primer [BPJS Kesehatan].
Dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dengan penyakit kronik, maka terdapat
beberapa langkah dalam proses pelaksanaan program PROLANIS seperti [BPJS
Kesehatan]:
12. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS
15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta
per Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
b. Menganalisa data
Aktivitas yang termasuk dalam program PROLANIS adalah sebagai berikut [BPJS
Kesehatan]:
Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta
dengan Faskes Pengelola
Definisi: Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya
kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta PROLANIS
Langkah - langkah:
d. Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal dari peserta. Duta
PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok Prolanis (membantu
Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klub)
h. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya
Sasaran:
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/ Klinik/ Puskesmas 3 bulan
berturutturut
Langkah – langkah:
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas sebagai
berikut:
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit/ lembar anjuran Faskes Pengelola
g. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visit
dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta
Agar program PROLANIS dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan, maka terdapa
beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian kusus seperti [BPJS Kesehatan]:
c. Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus dilakukan proses entri data dan
pemberian flag peserta didalam aplikasi kepesertaan. Demikian pula dengan peserta
yang keluar dari program.
3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada hari Senin, 5 Maret 2018 pukul 11.30 WIB di Puskemas
Teluk Naga.
Mata:
Kedudukan bola mata : simetris
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : arkus senilis (+/+)
Pupil : isokor, bulat,
Iris : hitam
Lensa : keruh (IOL/+)
Ketajaman penglihatan : VOD: 6/15
VOS: 1/60
*Kesan: lensa mata kiri keruh; mata kanan dan kiri pasien tidak memiliki
Ketajaman penglihatan yang normal
Hidung:
Bentuk normal, sekret -/-
*Kesan: hidung dalam batas normal
Mulut:
Bibir kering : (-)
*Kesan: mulut dalam batas normal
Pemeriksaan Sensorik : + +
+ +
*Kesan: dalam batas normal
*Non Farmakologis:
Petugas kesehatan Puskesmas Teluk Naga tidak memberikan terapi non farmakologis.
3. Tn. SA L 37 - - - - - -
4. Ny. P 35 - - - - - -
SUH
5. Ny. SI P 33 - - - - - -
6. Ny.SU P 31 - - - - - -
7. Tn. SU L 29 - - - - - -
8. Ny. P 27 - - - - - -
MU
9. Ny. P 25 - - - - - -
NU
10. Tn. KH L 23 1x 1x 3x 4x 4x -
Keterangan
L : Laki-laki
P : Perempuan
BCG : Bacille Calmette Guerin
DPT : Diphteria Pertussis Tetanus
Hep B : Hepatitis B
Menu makan siang: nasi putih, paha ayam goreng, dan tumis kol
Tabel 4.7 Dietary recall makan siang Ny. E
Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
URT
Makanan (g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras putih 1 centong nasi 50 175 3.40 0,35 39.5
Ayam 1 potong besar 100 95 18.5 2.5 0
Minyak
3sdt 15 132.9 0.15 14.7 0
Kelapa
Kol 1 mangkok 100 32 2.4 0.2 5.1
SUBTOTAL 434.9 24.15 17.75 44.6
4.7.3 Lokasi
Rumah pasien Ny. E berada di Kp. Rawa Lini RT 001/ RW 006 Kelurahan Teluk Naga,
Kecamatan Teluk Naga. Jarak rumah Ny. E sekitar 6,5 km dari Puskesmas Teluk Naga,
terletak lumayan jauh dari jalan raya (±1,2 km). Rumah berada di dalam gang yang
hanya ddapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Letak rumah saling berdekatan dengan
tetangga. Rumah paisen berdekatan dengan Posyandu dan toko klontong.
Ventilasi Permanen
Kesimpulan: ventilasi di rumah Ny. E cukup karena luas ventilasi >15% luas lantai
namun tidak berfungsi dengan baik karena jendela pada ruang tamu dan kamar tidur
tidak pernah dibuka.
Pada pagi dan siang hari pencahayaanpada setiap ruangan hanya mengandalkan sinar
matahari yang masuk ke dalam rumah melalui jendela dan lubang ventilasi, sedangkan
pada kamar mandi pencahayaan menggunakan penerangan lampu. Pencahayaan melalui
sebuah lampu pada ruang tamu hanya digunakan pada sore dan malam hari dengan daya
lampu 20 watt. Pada siang hari Ny. E dapat membaca dengan jelas pada jarak sekitar 30
cm, namun pada malam hari Ny. E merasa sulit untuk membaca di dalam rumah.
Kesimpulan: Pencahayaan di rumah Ny. E tergolong kurang baik.
4.7.7 Limbah
Air bekas pakai yang berasal dari kamar mandi dan dapur dialirkan melalui saluran
pembuangan secara langsung ke tanah melalui lubang.
Kesimpulan: Air bekas pakai tersebut secara langsung mencemari tanah, bisa
saja mikroorganisme yang terdapat pada tanah tersebut menjadi mati dan terganggu
ekosistemnya.
5.1. Resume
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke Puskesmas Teluk Naga
dengan keluhan sakit kepala yang terjadi sejak bulan Agustus tahun 2015 dan dirasakan
di seluruh bagian kepala dengan sensasi tertekan, muncul sepanjang hari, hilang
timbul,dirasakan berkurang saat pasien beristirahat dan bertambah saat beraktivitas.
Pasien juga mengeluh tengkuk sering terasa pegal sejak 5 bulan yang lalu sehingga
aktivitasnya menjadi terbatas dan diperberat jika banyak beraktivitas tapi diperingan
dengan beristirahat. Selain itu pasien juga mengeluh penglihatan mata kiri nya semakin
buram seperti tertutup awan/ kabut tebal, dirasakan sepanjang hari, tidak hilang timbul,
tidak diperingan dengan beristirahat dan tidak diperberat dengan aktifitas. Mata kiri
buram terjadi sejak umur 45 tahun namun terasa semakin buram pada 6 bulan terakhir.
Penglihatan mata kanan pasien juga pernah mengalami hal serupa, namun setelah di
operasi katarak pada tahun 2016, penglihatan mata kanan pasien kembali menjadi jelas.
Pada tahun 2017 pasien sempat berencana akan menjalani operasi untuk mata kiri nya
yang buram tersebut, namun ditunda karena tekanan darahnya yang tinggi. Keluhan
dada berdebar-debar, sesak nafas, dan bengkak pada tungkai disangkal.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2015. Pada riwayat keluarga
pasien, ibu pasien memiliki riwayat hipertensi selama 10 tahun tapi tak pernah
mengkonsumsi obat anti hipertensi. Sedangkan kakek pasien memiliki riwayat asma dan
sudah meninggal sejak lama.
Pemeriksaan Fisik tanggal 5 Maret 2018
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Pemeriksaan mata :
Mata Kanan Mata Kiri
Palpebra edema - -
Bersambung ke halaman 67
Sklera ikterik - -
2. Gangguan Penglihatan
Rencana Penatalaksanaan:
Terapi Non-farmakologis:
- Menjelaskan kepada pasien mengenai gangguan penglihatan
tersebut.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa operasi yang dianjurkan untuk
menyembuhkan gangguan penglihatan tersebut hanya dapat
dilakukan bila tekanan darah pasien terkontrol.
Menu makan siang: nasi putih, tumis kol, ayam bakar, susu UHT lowfat Ultramilk rasa
coklat, telur goreng
Tabel 6.3 Rekomendasi menu makan siang Ny.E
Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
URT
Makanan (g) (kkal) (g) (g) (g)
Beras putih 1 centong nasi 50 175 3,4 0,35 39,5
Sawi 1 mangkok 100 29 2,3 0,3 4.2
Ayam 1 potong (paha) 100 95 18,2 2,5 0
Telur 1 butir 50 79 6,4 5,75 0,35
Minyak
2 sdm 10 88,5 0,1 9,8 0
kelapa
Susu kotak
1 kotak 150 8 2,5 23
rasa coklat
SUBTOTAL 616,5 38,4 21,2 67,05
Kunjungan keluarga Ny. dilakukan pada tanggal 5 Maret 2018 sampai dengan 4 April
2018. Pada setiap kunjungan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan observasi
keadaan di dalam dan luar rumah. Intervensi dilakukan dari tanggal 5 Maret 2018 – 4
April 2018.
2. Gangguan Penglihatan
Intervensi Non Farmakologis:
- Menjelaskan kepada pasien mengenai gangguan penglihatan tersebut.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa operasi yang dianjurkan untuk
menyembuhkan gangguan penglihatan tersebut hanya dapat dilakukan bila
tekanan darah pasien terkontrol.
Hasil Intervensi Non Farmakologis:
- Pasien memahami mengenai gangguan penglihatan tersebut.
- Pasien memahami bahwa operasi yang dianjurkan untuk menyembuhkan
gangguan penglihatan tersebut hanya dapat dilakukan bila tekanan darah pasien
terkontrol.
8.1 Kesimpulan
Kunjungan Tanggal Tekanan
Darah
(mmHg)
1 5 Maret 2018 190/120
2 16 Maret 2018 160/100
3 22 Maret 2018 200/110
4 28 Maret 2018 190/120
5 31 Maret 2018 160/90
6 4 April 2018 140/90
Tabel 8.1 Follow Up Tekanan Darah Ny. E di Tiap Kunjungan
Tekanan darah Ny. E mencapai target terkontrol yaitu 140/90 mmHg sehingga
diharapkan dapat mengurangi dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari hipertensi
grade II yang dialaminya.
Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh
Ny. E, yaitu:
Alternatif masalah internal:
Menjelaskan kepada pasien mengenai permasalahan kesehatan yang dialami
pasien yang mencakup pengertian, penyebab, faktor resiko, pengobatan, serta
komplikasi yang dapat timbul bila pasien tidak rutin kontrol dan minum obat.
Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya minum obat secara teratur
untuk mengontrol tekanan darah.
Menjelaskan kepada pasien mengenai peran aktifitas fisik dalam membantu
pengontrolan tekanan darah.
Menjelaskan manfaat program Prolanis serta memberitahu jadwal diadakannya
senam Prolanis yang diselenggarakan oleh Puskesmas Teluk Naga.
8.2 Saran
Saran untuk pasien:
Menganjurkan Ny. E untuk melakukan pemeriksaan EKG, lemak darah (kolestrol
total, trigliserida, kolestrol HDL, kolestrol LDL), asam urat, dan gula darah
(glukosa puasa dan glukosa 2 jam PP).
Mengajurkan Ny. E untuk bersedia di rujuk ke RS Hermina Pasar Baru bagian
Poliklinik Mata untuk dilakukan operasi mata segera setelah tekanan darah
terkontrol.
Menganjurkan Ny. E untuk meminum obat anti hipertensi secara rutin.
Menganjurkan Ny. E untuk melakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin.
Menganjurkan Ny. E untuk menerapkan pola makan penderita hipertensi sesuai
anjuran dokter.
Menganjurkan Ny. E untuk rutin melakukan aktifitas fisik secara teratur 3-4 x/
minggu, dengan intensitas 30-45 menit setiap kali melakukan aktifitas fisik.
Dokumentasi Kegiatan