Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Bromometri atau bromatometri adalah salah satu metode oksidimetri dengan dasar
reaksi oksidasi dari ion bromat (BrO3-).Dibutuhkan lingkungan atau suasana asam karena
kepekaan ion H+ sangat berpengaruh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida
(Br-).
Pada percobaan ini kita menggunakan asam salisilat sebagai sampel.Asam salisilat
diencerkan kemudian dipipet masing-masing sebanyak 10 ml ke dalam
erlenmeyer.Kemudian dipipet larutan KBrO3 sebanyak 10 mldan ditambahkan HCl P
sebanyak 5 ml.Kemudian larutan didiamkan selama 15 menit di tempat yang gelap,
dimaksudkan untuk membiarkan terjadinya reaksi brominasi, selain itu untuk
menghindari faktor oksidasi dari luar.Setelah itu ditambahkan 4 ml KI, KI digunakan
untuk menghasilkan I2 yang akan bereaksi dengan larutan baku tiosulfat.Dan
ditambahkan indikator kanji sebanyak 0,5 ml.Lalu dititrasi dengan larutan baku tiosulfat
0,1130 N sehingga terjadi perubahan dari yang semula berwarna cokelat menjadi tak
berwarna.Dalam percobaan ini mulut erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil untuk
mencegah menguapnya bromin.
Pada percobaan ini, persen kadar rata-rata asam salisilat yang diperoleh sebesar
84,54%.Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang ada pada farmakope yaitu asam salisilat
mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O3.Hasil ang diperoleh tidak sesuai dengan
teori dapat disebabkan oleh bebrapa faktor, diantaranya:
1.Adanya kesalahan titrasi yaitu kelebihan atau kekurangan dari volume titrasi yang
dihasilkan saat titrasi.
2.Kekurangtelititan saat melihat titik akhir titrasi yang terjadi.
3.Kesalahan saat membaca skala buret.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa %kadar rata-
rata asam salisilat pada metode bromatometri sebesar 84,54%
VI.2 Saran
Sebaiknya bahan-bahan yang alkan digunakan dalam percobaan dibuat
berlebih, agar semua kelompok mendapat bahan yang akan dicobakan
DAFTAR PUSTAKA
IV.2 Reaksi
BrO3- + 6 H+ + 6 e → Br- + 3H2O
BrO3- + 5Br- + 6 H+ → 3Br2 + 3H2O
KBrO3 + 5 Br + 6 HCl → 3Br2 + 6KCl + 3H2O
2KI + Br2 → 2KBr + I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
IV.3 Perhitungan
% Kadar Asam Salisilat = V x N Na2S2O3 x BE x Fp x 100%
Bs
= V x N Na2S2O3 x (1/6 BM) x Fp x 100%
Bs
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.2 Reaksi
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O x1 MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Fe2+ → Fe3+ + e x5 5Fe2+ → 5Fe3+ + 5e
MnO4- + 5Fe2+ +8H+ → Mn2++5Fe3++4H2O
IV.3 Perhitungan
% K= V x N x Bst
Bs x Fk
1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 27,80 ml FeSO4.7H2O
%K = 0,6 ml x 0,1138 N x 27,80 x 100%
300 x 0,1
%K = 1,898 x 100%
30
%K = 6,326 %
BAB V
PEMBAHASAN
Permanganometri adalah cara analisis volumetri yang didasrkan atas reaksi oksidasi
ion permanganat.Prinsip reaksi ini didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi dimana ion
permanganat menjadi Mn2+ dalam suasana asam, titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya warna merah muda yang tetap.
Titrasi poermanganometri dilakukan dalam lingkungan asam, sehingga terjadi reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
dimana potensial oksiasinya sangat dipengaruhi ooeh adanya kepekatan ion hidrogen,
akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada persenyawaan diatas tidak terlalu
berpoengaruh terhadap potensial redoks, karena konsentrasi ion mangan (II) sendiri
mampu mereduksi ion permanganat dengan membentuk ion mangan (III) dan mangan
oksida (MnO2) dimana reaksi akan berjalan lambat, tetapi masih cukup cepat untuk
memucatkan warna dari permanganat setelah reaksi sempurna sehingga titik akhirnya
mudah untuk diamati.
Dalam praktikum permanganometri, sampel yang ditentukan kadarnya adalah Besi
(II) sulfat.Mula-mula diisi buret dengan larutan baku KmnO 4 0,1138 N, kemudian
ditimbang FeSO4.7H2O sebanyak 300 mg.Kemudian ditambahkan 5 ml H 2SO4 10%,
kemudian dihomogenkan.H2SO4 ditambahakan untuk menjaga konsentrasi ion hidrogen
yang tetap dalam larutan titrasi, untuk mencegah pembentukan mangan dioksida,
mencukupi kebutuhan ion hidrogen mereduksi permanganat, yang paling penting asam
sulfat tidak bereaksi terhadap kalium permanganat dalam larutan encer.Lalu dipanaskan
agar FeSO4.7H2O cepat larut dalam pelarut.
Larutan kemudian dititrasi dengan KmnO4 0,1138 N dimana titik akhir tercapai padas
saat tercapai perubahan warna dari KmnO 4 yaitu dari tidak berwarna menjadi merah
muda yang tetap.Kalium permanganat berfungsi sebagai autoindikator, yaitu larutan yang
dapat berfungsi sebagai larutan yang dapat berfungsi sebagai larutan titran juga dapat
berfungsi sebagai indikator sendiri dalam titrasi tersebut.Karena larutan kaliun
permanganat sendiri yang berwarna.Kelebihan sedikit saja dari KmnO 4 menyebabkan
larutan berwarna merah muda yang tetap sehingga titik akhir titrasi mudah diamati
dengan jelas.
Volume titrasi yanmg diperoleh pada percobaan sebanyak 0,6 ml, sehingga % kadar
yang diperoleh sebesar 6,326%.Kadar yang diperoleh ini sangat jauh berbeda dengan
teori, yaitu tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari 90,0%.Kesalahan tersebut dapat
disebabakan oleh beberapa faktor, diantaranya ;
1.Pada saat melarutkan FeSO4.7H2O masih ada endapan yang belum larut dalam pelarut,
namun sudah dititrasi.
2.Pembacaan skala buret yang kurang tepat.
3.Pengamatan titik akhir titrasi yang kurang tepat.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa %
kadar FeSO4.7H2O yang diperoleh sebesar 6,326%.
VI.2 Saran
Sebaiknya digunakan juga sampel yang lain, sehingga praktikan dapat
mengetahui nilai % kadar sampel yang lain.
DAFTAR PUSTAKA