Anda di halaman 1dari 6

1.

Ketosis Diabetes Mellitus


Pasien datang dengan keluhan luka yang tidak kunjung sembuh pada tangan yang
dicurigai sebagai luka akibat DM, selain itu pasien juga datang dengan lemas pada tubuh
beberapa hari SMRS. Dari hasil laboratorium didapatkan hiperglikemia, ketonemia (keton
darah: 0,7). Adapun rencana tatalaksana yang akan dilakukan adalah:
1. Rencana diagnostic:
a. Pemantuan glukosa darah yang dilakukan setiap 1-2 jam untuk mengetahui
kebutuhan insulin dalam 24 jam dan perencanaan fixed dose insulin yang
akan diberikan.
b. Pemeriksaan analisa gas dasarh (AGD) untuk mengetahui ada tidaknya
keadaan ketoasidosis diabetic
c. Pemantauan keton darah yang dilakukan setiap 3 hari.
d. Pemantauan elektrolit terutama kalium karena pemberian insulin dapat
memeberikan dampak hypokalemia pada pasien.
2. Rencana Terapi:
a. Non-medika mentosa: pengaturan diet DM, edukasi pasien mengenai cara
pengendalian glukosa darah seperti pengaturan makan dan berolahraga.
b. Medikamentosa:
i. Drip insulin dengan dosis pemberian
Jam RI Unit/ GDS Jam RI RI (Corection GDS
Jam Dose)
- 150 06.00 - 200
0,5 IU 150-200 5 IU 201-250
1 IU 201-300 12.00 10 IU 251-300
1,5 IU 301-400 15 IU 301- 350
2 IU 400-450 18.00 20 IU >351
3 IU >400 Extra 24.00
ii. Pemberian KCl untuk menghindari terjadinya hypokalemia karena
pemberian insulin. Pemberian dilakukan dengan dosis 20-30
mEq/L.
KETOSIS DIABETES MELLITUS

Dalam kondisi metabolik dengan laju oksidasi asam lemak yang tinggi, hati menghasilkan
banyak aseto asetat dan b-hidroksibutirat. Kemudian asetoasetat mengalami dekarboksilasi
spontan untuk menghasilkan aseton. Ketiga zat ini disebut sebagai benda keton. Badan keton
berfungsi sebagai bahan bakar bagi jaringan ekstrahepatik seperti otot.
Pada keadaan puasa atau kelaparan juga pada keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
asam lemak dalam darah, misalnya pada diit tinggi lemak, kegiatan jasmani yang berat tanpa di
sertai intake KH yang cukup, produksi keton-keton akan meningkat, hal yang sama terjadi pada
keadaan diabetes mellitus. Bila benda-benda keton dalam darah kadarnya meningkat melebihi 1
mg% disebut ketonemia. Peningkatan kadar benda-benda keton dalam darah ini pada keadaan
normal akan diimbangi dengan bertambahnya proses oksidasi senyawa-senyawa tersebut oleh
jaringan ekstrahepatik.
Bila produksi semakin bertambah sampai kadar didalam darah mencapai 70mg%, maka
kapasitas oksidasi pada jaringan ekstrahepatik tidak dapat ditingkatkan lagi, sehingga peningkatan
lebih lanjut produksi senyawa tersebut akan sangat meningkatkan kadar di dalam darah. Pada
keadaan normal keton-keton selain di oksidasi oleh otot, otak, serta otot jantung, sebagian kecil
yang jumlahnya tidak melebihi 1 mg% diekskresikan melalui urin per 24 jam. Ambang ginjal
untuk ekskresi benda-benda keton bila kadar dalam darah dibawah 70mg% tidak mempengaruhi
jumlah ekskresinya, tetapi bila lebih dari 70mg%, maka ekskresi lewat ginjal akan sangat
meningkat, karena ambang ginjal dilampaui.
Peningkatan ekskresi benda-benda keton lewat ginjal bersama urine ini di sebut ketonuria.
Keadaan dimana ketonemia dibarengi dengan terjadinya ketonuri disebut KETOSIS. Oleh karena
senyawa-senyawa tersebut bersifat asam maka akan berakibat terjadinya asidosis metabolik, oleh
karena cadangan alkali diturunkan, keadaan ini disebut ketoasidosis, yang dapat berakibat fatal.
Pada DM yang tak terkendalikan, ketosis dapat terjadi sangat berat, karena pada DM
disamping produksi benda-benda keton meningkat dengan cepat, kapasitas jaringan ekstra hepatic
untuk mengoksidasi benda-benda tersebut malah berkurang, oleh sebab pengaruh dari hormone
insulin. Pada kasus-kasus demikian sering kali dapat tercium bau aseton karena kadarnya yang
tinggi dalam darah.
Ketosis secara umum dapat terjadi pada 2 keadaan klinis yakni DM dan kelaparan. Faktor-
faktor yang meningkatkan terjadinya ketosis :
1. Kekurangan KH dengan akibat mobilisasi FFA sehingga FFA meningkat dalam sirkulasi,
dengan sendirinya asetil KoA akan meningkat juga.
2. Pada keadaan kelaparan persedian glikogen terpakai habis, hingga oksidasi glukosa akan
menurun, untuk 3lucon yang akan digunakan adalah lemak, sehingga sintesis asam lemak
menurun.
3. Pengaruh insulin yang menekan proses ketogenesis, dan memacu proses oksidasi benda
keton pada jaringan ekstrahepatik. Pada keadaan kelaparan atau DM kadar insulin dalam
tubuh menurun, hingga proses ketogenesis meningkat, oksidasi benda-benda keton
menurun.
4. Semua factor yang menghambat siklus TCC akan meningkatkan ketogenesis, karena
kapasitas untuk mengoksidasi secara menyeluruh asetil KoA menurun.
Ketosis pada kelaparan sama dengan keadaan DM. Pada DM terjadi glukosuria yang terus
menerus, hingga glukosa hilang terhambur. Pada kelaparan timbulnya ketosis semata-mata oleh
sebab produksi benda-benda keton yang berlebihan, terjadinya ketosis memerlukan waktu lama
dan tidak akan menyebabkan ketoasidosis yang serius, hal ini berbeda dengan DM, ketosis pada
DM terjadi secara progresif yang akhirnya terjadi ketoasidosis yang hebat. Perbedaan ini mungkin
disebabkan 2 hal :
1. Pengaruh insulin terhadap oksidasi benda keton ekstrahepatik yang pada kelaparan hal ini
tidak mengurangi gangguan yang berarti.
2. Pada DM biasanya glukoneogenesis prosesnya lebih hebat daripada kelaparan dengan
demikian akan mengganggu proses TCC.

I. KETOSIS DIABETES MELLITUS


Benda keton adalah asam organic yang terdapat didalam tubuh manusia yang terdiri dari
asam asetoasetat, asam betahidroksilbutirat dan aseton. Peningkatan benda keton mengakibatkan
penumpukan benda keton dalam darah yang disebut dengan ketosis. Ketosis merupakan salah satu
komplikasi pada diabetes mellitus akibat tingginya tingkat glukosa darah dalam plasma.
Kadar insulin yang sangat menurun pada diabetes mellitus menyebabkan penderita
mengalami hiperglikemia disertai dengan pembentukan keton. Keton merupakan asam organic
yang dapat tertimbun didalam sirkulasi karena kecepatan penggunaannya melebihi produksinya,
maka benda keton tersebut akan terakumulasi dan tertumpuk didalam darah maka akan
menyebabkan ketosis.
I. Pembentukan Keton
Dalam kondisi metabolik dengan laju oksidasi asam lemak yang tinggi, hati menghasilkan
banyak aseto asetat dan b-hidroksibutirat. Kemudian asetoasetat mengalami dekarboksilasi
spontan untuk menghasilkan aseton. Ketiga zat ini disebut sebagai benda keton. Badan keton
berfungsi sebagai bahan bakar bagi jaringan ekstrahepatik seperti otot.
Pada keadaan puasa atau kelaparan juga pada keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
asam lemak dalam darah, misalnya pada diit tinggi lemak, kegiatan jasmani yang berat tanpa di
sertai intake KH yang cukup, produksi keton-keton akan meningkat, hal yang sama terjadi pada
keadaan diabetes mellitus. Bila benda-benda keton dalam darah kadarnya meningkat melebihi 1
mg% disebut ketonemia. Peningkatan kadar benda-benda keton dalam darah ini pada keadaan
normal akan diimbangi dengan bertambahnya proses oksidasi senyawa-senyawa tersebut oleh
jaringan ekstrahepatik.
Bila produksi semakin bertambah sampai kadar didalam darah mencapai 70mg%, maka
kapasitas oksidasi pada jaringan ekstrahepatik tidak dapat ditingkatkan lagi, sehingga peningkatan
lebih lanjut produksi senyawa tersebut akan sangat meningkatkan kadar di dalam darah. Pada
keadaan normal keton-keton selain di oksidasi oleh otot, otak, serta otot jantung, sebagian kecil
yang jumlahnya tidak melebihi 1 mg% diekskresikan melalui urin per 24 jam. Ambang ginjal
untuk ekskresi benda-benda keton bila kadar dalam darah dibawah 70mg% tidak mempengaruhi
jumlah ekskresinya, tetapi bila lebih dari 70mg%, maka ekskresi lewat ginjal akan sangat
meningkat, karena ambang ginjal dilampaui.
Peningkatan ekskresi benda-benda keton lewat ginjal bersama urine ini di sebut ketonuria.
Keadaan dimana ketonemia dibarengi dengan terjadinya ketonuri disebut KETOSIS. Oleh karena
senyawa-senyawa tersebut bersifat asam maka akan berakibat terjadinya asidosis metabolik, oleh
karena cadangan alkali diturunkan, keadaan ini disebut ketoasidosis, yang dapat berakibat fatal.
Pada DM yang tak terkendalikan, ketosis dapat terjadi sangat berat, karena pada DM
disamping produksi benda-benda keton meningkat dengan cepat, kapasitas jaringan ekstra hepatic
untuk mengoksidasi benda-benda tersebut malah berkurang, oleh sebab pengaruh dari hormone
insulin. Pada kasus-kasus demikian sering kali dapat tercium bau aseton karena kadarnya yang
tinggi dalam darah.
Ketosis secara umum dapat terjadi pada 2 keadaan klinis yakni DM dan kelaparan. Faktor-
faktor yang meningkatkan terjadinya ketosis :
5. Kekurangan KH dengan akibat mobilisasi FFA sehingga FFA meningkat dalam sirkulasi,
dengan sendirinya asetil KoA akan meningkat juga.
6. Pada keadaan kelaparan persedian glikogen terpakai habis, hingga oksidasi glukosa akan
menurun, untuk 6lucon yang akan digunakan adalah lemak, sehingga sintesis asam lemak
menurun.
7. Pengaruh insulin yang menekan proses ketogenesis, dan memacu proses oksidasi benda
keton pada jaringan ekstrahepatik. Pada keadaan kelaparan atau DM kadar insulin dalam
tubuh menurun, hingga proses ketogenesis meningkat, oksidasi benda-benda keton
menurun.
8. Semua factor yang menghambat siklus TCC akan meningkatkan ketogenesis, karena
kapasitas untuk mengoksidasi secara menyeluruh asetil KoA menurun.
Ketosis pada kelaparan sama dengan keadaan DM. Pada DM terjadi glukosuria yang terus
menerus, hingga glukosa hilang terhambur. Pada kelaparan timbulnya ketosis semata-mata oleh
sebab produksi benda-benda keton yang berlebihan, terjadinya ketosis memerlukan waktu lama
dan tidak akan menyebabkan ketoasidosis yang serius, hal ini berbeda dengan DM, ketosis pada
DM terjadi secara progresif yang akhirnya terjadi ketoasidosis yang hebat. Perbedaan ini mungkin
disebabkan 2 hal :
3. Pengaruh insulin terhadap oksidasi benda keton ekstrahepatik yang pada kelaparan hal ini
tidak mengurangi gangguan yang berarti.
4. Pada DM biasanya glukoneogenesis prosesnya lebih hebat daripada kelaparan dengan
demikian akan mengganggu proses TCC.
Faktor resiko pada ketosis DM
Pencetus atau factor resiko paling sering dari ketosis dm adalah Infeksi. Pencetus lain
diantaranya adalah menghentikan atau mengurangi insulin, infark miokard, stroke akut,
pankreatitis dan obat-obatan. Penyebab penghentian pemakaian insulin seringkali menjadi sebab
penderita dengan dm tipe 1 masuk ke dalam tahap ketosis. Pada beberapa pasien dengan dm tipe
2 kadang-kadang tidak ditemukan pencetus yang jelas dan setelah diberikan insulin dalam jangka
waktu yang pendek keadaannya cepat membaik bahkan tidak membutuhkan medikasi sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai