Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD

Kebijakan Umum Perubahan APBD pada dasarnya adalah rencana tahunan yang
bersifat makro, merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang disusun
dengan mengacu pada agenda pembangunan nasional, kebijakan pemerintah pusat, serta
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Dalam melakukan sinkronisasi program dan kegiatan, perlu adanya keterkaitan


antara sasaran program dan kegiatan pemerintah dengan pemerintah
provinsi/kabupaten/kota serta program dan kegiatan pemerintah provinsi dengan
pemerintah kabupaten/kota untuk mencapai sinergitas sesuai dengan kewenangan
provinsi dan kabupaten/kota. Untuk efektifitas dan efisiensi anggaran daerah, supaya
dihindari adanya tumpang tindih pendanaan antara urusan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah provinsi/kabupaten/kota.

Program dan kegiatan yang ada pada dasarnya dimungkinkan untuk


dikembangkan atau dilakukan penambahan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan
daerah. Pemberian judul dan pengkodean program dan kegiatan akibat pengembangan
atau penambahan yang dilakukan pada setiap urusan pemerintahan daerah, hendaknya
tetap menjaga konsistensi dan harmonisasi serta sinkronisasi dengan prioritas nasional
dan fokus dari masing-masing prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD supaya memuat target


pencapaian kinerja yang terukur dari setiap program dan kegiatan menurut urusan
pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja
daerah, sumber dan penggunaan biaya yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya,
yakni perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang
ditetapkan oleh pemerintah.

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 1


Mengacu pada penyusunan kebijakan sebagaimana tersebut di atas, diupayakan
menggunakan segala sumberdaya dan kemampuan keuangan yang ada secara efisien
dan efektif agar pencapaian sasaran kinerja program dan kegiatan yang dituangkan dalam
Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Perubahan APBD hasilnya benar-benar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

1.2 Tujuan Penyusunan KUA Perubahan APBD

Tujuan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah, adalah :

1. Memberikan arah bagi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pada Tahun
Anggaran 2013 agar berdaya guna dan berhasil guna.
2. Mengoptimalkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan
Tahun Anggaran 2013.
3. Sebagai acuan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Perubahan (PPAS Perubahan) APBD Tahun Anggaran 2013.

1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD

Dasar penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah Kabupaten Maros, adalah :

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan ;
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional ;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 2


6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010–2014 ;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2013 tentang Dana
Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun, dan terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum
Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2013;

15. Peraturan Menteri Keuangan 202/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan


Alokasi Dana Insentif Daerah Tahun Anggaran 2013;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207/PMK.07/2012 tentang Perkiraan Alokasi
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Perikanan Tahun Anggaran 2013;

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 3


17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.07/2012, tentang Alokasi Sementara
Dana Bagi Hasil Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan
PPh Pasal 21 Tahun Anggaran 2013;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.07/2013, tentang Perkiraan Alokasi
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan Tahun Anggaran 2013;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.07/2013, tentang Perkiraan Alokasi
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2013;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.07/2013, tentang Perubahan Atas
PMK No. 205/PMK.07/2012 tentang Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Pajak Bumi
dan Bangunan Tahun Anggaran 2013;

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.07/2013, tentang Pedoman Umum


dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD Kepada Daerah Provinsi, Kabupaten,
dan Kota Tahun Anggaran 2013;

22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 42/PMK.07/2013, tentang Pedoman Umum


dan Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD Kepada Daerah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran 2013;
23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.07/2013, tentang Alokasi Dana Bagi
Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2013;
24. Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2001 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 2);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Maros Tahun 2007
Nomor 01);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Maros Tahun 2010-
2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Maros Tahun 2010);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 17 Tahun 2012 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Maros Tahun Anggaran 2013
(Lembaran Daerah Kabupaten Maros Tahun 2012 Nomor 17);
28. Peraturan Bupati Maros Nomor 33 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Maros Tahun 2013.

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 4


BAB II
PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD

2.1 Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

Kebijakan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan kebijakan


fiskal yang digunakan untuk mengatasi permasalahan dan tantangan dalam
pembangunan. Perkembangan dinamika pelaksanaan pembangunan disertai dengan
kebijakan fiskal yang diambil pemerintah menuntut kita untuk dapat lebih
mengimplementasikan program dan kegiatan pembangunan Kabupaten Maros agar lebih
efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut diperlukan perubahan-perubahan dalam
kebijakan Umum Anggaran Perubahan APBD dalam mencapai sasaran prioritas
pembangunan.

Dalam rangka mengintegrasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


(APBD) tahun 2013 dengan perkembangan yang terjadi dalam satu tahun anggaran maka
diperlukan adanya perubahan Anggaran dan Belanja Daerah Kabupaten Maros.
Perubahan APBD tahun 2013 juga mempertimbangkan aspek-aspek yang lebih luas yaitu
perubahan asumsi makro APBN tahun 2013 dan digunakannya sisa lebih anggaran tahun
sebelumnya, serta perubahan beberapa variabel makro lainnya seperti pertumbuhan
ekonomi, PAD, Bagi Hasil Pajak, dan Dana Perimbangan, serta nilai tukar rupiah.
Beberapa perubahan asumsi ini tentunya berimbas pada perubahan APBD dan akhirnya
membawa perubahan alokasi pagu anggaran yang dilakukan oleh SKPD.
Asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Tahun Anggaran 2013, adalah :

1. Laju Inflasi Kabupaten Maros tahun 2013, diperkirakan pada kisaran 7,65 %;
2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maros tahun 2013 diperkirakan berada pada
kisaran 8,00 % - 8,74 %;
3. PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku dapat mencapai kurang
lebih Rp. 4.135.550.730.000;

4. PDRB atas dasar harga konstan kurang lebih Rp.1.436.439.870.000;

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 5


5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku berada pada kisaran Rp 12.358.289. Angka
tersebut berdasarkan besaran PDRB perkapita tahun sebelumnya sebesar
Rp. 10.743.536 dengan asumsi bahwa tahun ini mengalami pertumbuhan sebesar
15 persen.

Tabel 2.1
Asumsi Ekonomi Makro Kabupaten Maros Tahun 2013

No INDIKATOR 2013**

1. PDRB
a. Atas Dasar Harga Berlaku (rupiah) 4.135.550.730.000
b. Atas Dasar harga Konstan (rupiah) 1.436.439.870.000
2. Laju Inflasi (%) 7,65
3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 8,00 % - 8,74 %
4. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rupiah) 12.358.289
Ket : **) Angka proyeksi sangat sementara berdasarkan data BPS Kab. Maros Tahun 2008-2012

2.1.1 Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan laju inflasi yang terkendali sebagaimana
asumsi diatas diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat
Kabupaten Maros. Dari uraian terdahulu dapat kita lihat bahwa Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Maros sampai dengan tahun
2012* mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan hingga 1,339 trilyun rupiah,
dengan pertumbuhan sebesar 8 persen. Proyeksi PDRB ADHK Kabupaten Maros tahun
2013**diperkirakan mencapai 1,436 trilyun rupiah dengan pertumbuhan diperkirakan
sekitar 8 persen sampai dengan 8,74 persen.

Struktur ekonomi Kabupaten Maros menunjukkan bahwa sebagian besar nilai PDRB
atas dasar Harga Berlaku masih disumbang oleh sektor pertanian yakni diproyeksi sebesar
34,36 persen, sektor kedua yang memberikan sumbangan terbesar setelah sektor
pertanian adalah sektor Jasa–jasa sebesar 25,09 persen. Kedua sektor tersebut cukup
signifikan mempengaruhi PDRB ADHB Kabupaten Maros yang pada tahun 2013**

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 6


diperkirakan mencapai kisaran 4,135 Trilyun Rupiah. Demikian juga padasektor-sektor
yang lain walaupun tidak signifikan akan tetapi diproyeksikan mengalami pergeseran. Hal
ini menunjukkan bahwa distribusi peranan sektoral akan semakin merata yang secara
ekonomis kondisi dimaksud akan semakin menguntungkan dan menguatkan pertumbuhan
perekonomian daerah oleh karena ketergantungan pada salah satu sektor akan semakin
berkurang.

Semakin meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, restoran dan hotel tidak


lepas dari Kabupaten Maros sebagai daerah wisata. Berbagai macam jenis lokasi wisata
yang ada di Kabupaten Maros seperti Wisata Alam (Bantimurung, Pantai Kuri, Taman
Safari Pucak, Leang Panninge, Sungai Pute, Gua Pattunuang, Air Panas Reatoa, Air
Terjun Bontosomba dan Cagar alam Karaenta) dan Wisata (Budaya ( Situs Prasejarah
Rammang, Situs Prasejarah Bulu Sipong, Taman Prasejarah Leang–Leang dan Taman
Nasional Bantimurung–Bulusaraung) kesemuanya membawa kebiasaan dan budaya yang
berasal dari nenek moyangnya. Kekayaan alam dan budaya yang sangat besar demikian
mendorong berkembangnya industri pariwisata dan perdagangan.

2.1.2 Laju Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa,
bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum
tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-mempengaruhi.

Laju inflasi di wilayah Kabupaten Maros Tahun 2013** diproyeksikan sekitar


7,65 %. Pada tingkat inflasi yang demikian yang diharapkan akan memberi dampak positif
pada perekonomian Kabupaten Maros yaitu mendorong perekonomian lebih baik,

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 7


membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Pada
tingkat inflasi ringan pertumbuhan ekonomi akan semakin baik oleh karena terjadi
keseimbangan antara permintaan dengan suply dalam bentuk uang dan barang baik
ditingkat domestik ataupun perdagangan internasional. Laju Inflasi wilayah lokal dapat
terkendali manakala kebutuhan masyarakat lokal dapat tercukupi dengan baik utamanya
dalam hal ketersediaan pangan (Ketahanan Pangan) dan ketersediaan energi/BBM.
Beberapa penyebab tingginya laju inflasi adalah adanya kenaikan harga barang dan jasa
yang diatur oleh pemerintah seperti tarif dasar listrik karena pada tahun yang akan datang
direncanakan adanya penyesuaian tarif dasar listrik, dan BBM. Hal ini dilakukan oleh
pemerintah untuk mengurangi beban pemerintah, dimana subsidi yang diberikan
pemerintah untuk energi listrik dan bahan bakar minyak akan dialihkan untuk kegiatan
yang memiliki asas manfaat yang lebih.

Rencana kenaikan gaji pegawai negeri dan pensiunan secara psikologis akan
mempengaruhi pasar sehingga terjadi kenaikan harga barang dan pasar sebelum
ditetapkannya kenaikan gaji pegawai negeri dan pensiunan dimaksud. Selain itu naiknya
harga komoditas yang disebabkan oleh tingginya demand, nampaknya akan juga menjadi
penyebab utama tingginya laju inflasi. Wacana kenaikan harga BBM oleh pemerintah telah
berakibat pada kenaikan harga bahan produksi sehingga terjadi efek pada harga barang
dan jasa. Demikian juga terhadap penyediaan infrastruktur yang kurang memadai dalam
distribusi barang dan jasa yang menyebabkan biaya transportasi menjadi tinggi turut serta
dalam mendorong laju inflasi.

2.1.3 Lain-lain Asumsi

Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan keamanan yang terjaga serta tingkat
kepercayaan pada pemerintah melalui dukungan seluruh elemen masyarakat merupakan
salah satu faktor untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
sebagai fasilitator dan regulator mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat
utamanya investor dengan memberikan kemudahan-kemudahan sehingga terjadi arus
modal yang signifikan untuk pengembangan daerah.

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 8


Asumsi lain yang cukup mempengaruhi APBD Tahun Anggaran 2013 adalah
peningkatan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan melalui kenaikan gaji pokok,
Pemerintah berencana menaikkan gaji pokok PNS/TNI/Polri dan pensiun sebesar rata–
rata 10 persen. Demikian juga pemberian gaji dan pensiun bulan ke-13 akan tetap
diberikan bagi PNS/TNI/Polri dan Pensiunan. Kenaikan gaji dimaksud diberikan guna
peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh kapasitas pegawai yang
memadai sebagai bagian dari reformasi birokrasi. Konsekuensi langsung dari kenaikan gaji
pokok sebagaimana dimaksud adalah meningkatnya belanja pegawai yang diprediksi akan
mencapai lebih dari 50 persen total anggaran belanja daerah.

Selain hal tersebut, kebijakan pembayaran terhadap tambahan penghasilan bagi


guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) dan tunjangan profesi guru PNSD, serta
sertifikasi guru sebagaimana pada tahun 2011 dan 2012 akan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk itu yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional
dan atau Kementerian Keuangan. Semakin banyaknya Guru PNSD yang memiliki sertifikat
pendidik maka akan semakin besar pula anggaran yang akan dikeluarkan untuk memberi
penghargaan atas profesionalitasnya yang tentunya akan diikuti dengan dedikasi dalam
mengembangkan pendidikan di Kabupaten Maros.

2.2 Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah

Dalam menentukan kebijakan perencanaan pendapatan daerah dalam APBD


Perubahan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak penerimaan daerah dalam
satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
2. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, mempunyai
makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan
bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
3. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki
dasar hukum yang dapat dicapai sebagai sumber pendapatan.

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 9


Perubahan dan pergeseran pendapatan daerah dalam tahun 2013 disebabkan
adanya penurunan pendapatan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil pajak dan bukan
pajak serta penurunan dana penyesuaian dan otonomi khusus berdasarkan PMK yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Salah satu penyebab penurunan tersebut adalah
dengan adanya subsidi BBM sehingga berakibat terhadap berkurangnya alokasi dana ke
daerah. Pada awalnya, pendapatan daerah ditargetkan sebesar Rp 931.492.367.900,-
dan setelah perubahan mengalami penurunan sebesar Rp 11.371.121.986,- atau sekitar
1,22% menjadi Rp 920.121.245.914,-
Secara rinci, hal – hal yang berkenaan dengan perubahan kebijakan pendapatan
daerah Kabupaten Maros Tahun Anggaran 2013, adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari komponen (1) Pajak daerah; (2) Retribusi
daerah; (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan (4) Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Target awal sebesar Rp 102.470.000.000,-
mengalami perubahan menjadi Rp 102.732.500.000,-. Hal ini berubah dari
komponen Lain-lain PAD yang sah mengalami peningkatan dari target awal sebesar
Rp 23.820.000.000,- menjadi 24.082.500.000,- dengan adanya tambahan perolehan
dari sumbangan pihak ketiga termasuk dari sumbangan PT. Semen Bosowa Maros,
Bank SulSelBar dan Perusahaan Marmer.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan yang diterima pemerintah daerah diproyeksikan mengalami


perubahan dari target awal sebesar Rp 641.748.651.900,- dan setelah perubahan
menjadi Rp. 624.604.905.354,- mengalami penurunan sebesar 17.143.746.546,-
atau sekitar 2,67 %. Rincian perubahan dari komponen dana perimbangan,
sebagai berikut:

a. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak

Penerimaan dana bagi hasil pajak bukan pajak yang sebelum perubahan
sebesar Rp 50.159.819.900,- dan setelah perubahan menurun sebesar
Rp 17.143.746.546,- atau sekitar 34,18% menjadi Rp. 33.016.073.354,.
Penurunan tersebut dikarenakan adanya penyesuaian Peraturan Menteri

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 10


Keuangan (PMK) yang telah ditetapkan mengatur besarnya pendapatan dana
bagi hasil pajak bukan pajak bagi Kabupaten Maros sebagai berikut :
1) Dana Bagi Hasil Pajak

• PMK No. 35/PMK.07/2013, tentang Perubahan Atas PMK No.


205/PMK.07/2012 tentang Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Pajak
Bumi dan Bangunan Tahun Anggaran 2013. Dengan nilai total DBH
sebesar Rp 21.942.830.896,- ,dengan rincian sebagai berikut:
− Bagian Pemeritah Pusat yang dibagikan
kepada Kabupaten Rp 3.373.910.505,-
− DBH Bagian Daerah Rp 17.423.105.727,-
− Biaya Pemungutan Rp 1.145.814.664,-
• PMK No. 218/PMK.07/2012, tentang Alokasi Sementara Dana Bagi
Hasil Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan
PPh Pasal 21 Tahun Anggaran 2013, dengan nilai DBH sebesar Rp
9.368.868.170,-

2) Dana Bagi Hasil Non Pajak

• PMK No. 207/PMK.07/2012 tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi


Hasil Sumber Daya Alam Perikanan TA 2013, dengan nilai DBH
sebesar Rp 289.738.431,-
• PMK No. 20/PMK.07/2013, tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam Kehutanan TA 2013, dengan nilai DBH sebesar
Rp 465.685,-
• PMK No. 23/PMK.07/2013, tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam Pertambangan Umum TA 2013, dengan nilai DBH
sebesar Rp 1.066.149.700,-
• PMK No. 44/PMK.07/2013, tentang Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau TA 2013, dengan nilai DBH sebesar Rp
141.220.057,-

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 11


b. Dana Alokasi Umum (DAU)

Penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berubah sebesar


Rp 540.383.322.000,- berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2013,
tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2013.

c. Dana Alokasi Khusus

Penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) juga tidak berubah sebesar


Rp 51.205.510.000,- berdasarkan PMK No. 201/PMK.07/2012, tentang
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2013.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Diproyeksikan mengalami perubahan dari target awal sebesar Rp 187.273.716.000,-


dan setelah perubahan menjadi Rp. 192.783.840.560,- mengalami peningkatan
sebesar 5.510.124.560,- atau sekitar 2,94 %. Rincian lain-lain pendapatan daerah
yang sah, sebagai berikut :

a. Hibah

Penerimaan hibah diproyeksikan akan berubah dari target awal sebesar


Rp 15.000.000.000,-. Mengalami penurunan sebesar Rp 3.000.000.000,-
menjadi Rp 12.000.000.000,-. Penerimaan hibah, diperoleh dari hibah Australia
yang diperuntukkan bagi pengembangan pelayanan PDAM dan kegiatan
Kecipta karyaan. Hibah untuk pengembangan PDAM dengan syarat adaya
penyertaan modal dari Pemerintah Kabupaten.
b. Dana Bagi Hasil Pajak dari Daerah dan Pemerintah daerah lainnya,
diproyeksikan tidak berubah dari target awal sebesar Rp 29.630.600.000,- yang
berasal dari :

• Bagi hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor,


• Bagi hasil dari Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor,
• Bagi hasil dari pengembalian pemanfaatan air bawah tanah,
• Bagi hasil dari PLTA Bakaru.

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 12


c. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Dana penyesuaian dan otonomi khusus diproyeksikan berubah menjadi


Rp 129.101.922.000,- meningkat sebesar Rp 6.458.806.000,- atau sekitar
5,27% dari target awal sebesar Rp 122.643.116.000,-. Perubahan ini
berdasarkan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang telah
ditetapkan, degan rincian, sebagai berikut:

• PMK No. 202/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana


Insentif Daerah TA 2013, dengan jumlah dana sebesar Rp 28.643.116.000,-
• PMK No. 101/PMK.07/2013, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 41/PMK.07/2013 Tentang Pedoman Umum Dan Alokasi
Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada Daerah
Provinsi, Kabupaten, Dan Kota Tahun Anggaran 2013, dengan jumlah dana
sebesar Rp 93.852.806.000,-.
• PMK No. 42/PMK.07/2013, tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana
Tambahan Penghasilan Guru PNSD Kepada Daerah Provinsi, Kabupaten,
dan Kota Tahun Anggaran 2013, dengan jumlah dana sebesar
Rp 3.303.000.000,-
d. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

Bantuan keuangan dari provinsi, mengalami peningkatan dari target awal


sebesar Rp 20.000.000.000,- meningkat sekitar 10,26% menjadi
Rp 22.051.318.560. Peningkatan ini, dikarenakan adanya tambahan bantuan
berupa bantuan bencana alam, bantuan Korpri, serta perolehan bantuan atas
penghargaan meraih Piala Adipura dan Piala Adiwiyata.

2.3. Perubahan Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah yang dianggarkan dalam perubahan APBD berpedoman pada hal-
hal sebagai berikut :

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 13


1. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten , yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
2. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan
sistem jaminan sosial.
3. Belanja daerah disusun berdasarkan program/kegiatan yang berorientasi pada
pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
4. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah
senantiasa memberikan perhartian yang maksimal terhadap peningkatan investasi
daerah.
5. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektifitas pelaksanaan
tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan
pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya.

Anggaran belanja Kabupaten Maros Tahun Anggaran 2013 sebelumnya


ditargetkan sebesar Rp 930.312.357.200,- dan setelah perubahan mengalami penurunan
sebesar Rp 1.066.185.244,- atau sekitar 0,11% menjadi Rp 929.246.171.956,- dengan
rincian sebagai berikut :

1. Belanja Tidak Langsung sebelumnya ditargetkan sebesar Rp 482.129.773.751,- dan


setelah perubahan mengalami penurunan sebesar Rp 17.077.462.853,- atau sekitar
3,54% menjadi Rp 465.052.310.898,-.Rincian belanja tidak langsung, sebagai berikut :

a. Belanja Pegawai

Belanja pegawai dari target awal sebesar Rp 451.629.773.751,- berubah menjadi


Rp 443.877.310.898,-. Pada dasarnya, belanja pegawai tidak berkurang akan
tetapi disebabkan selama ini perhitungan gaji pegawai melampaui angka riil, serta
terjadinya pengurangan jumlah pegawai karena memasuki masa pensiun

b. Belanja Bunga

Belanja bungan tidak mengalami perubahan, tetap senilai Rp 500.000.000,-

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 14


c. Belanja Hibah

Belanja hibah diproyeksikan mengalami perubahan dari target awal sebesar


Rp 8.000.000.000,- mengalami penurunan sebesar 79,38% menjadi
Rp 1.650.000.000,-. Pengurangan belanja hibah didasarkan pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD, Bab III Pasal 4 (4) bagian a yang
menyatakan bahwa pemberian hibah tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus
menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan, sehingga bagi organisasi, perusahaan daerah, masyarakat yang telah
menerima bantuan hibah pada tahun sebelumnya, untuk tahun 2013 tidak
dianggarkan lagi. Penetapan besaran jumlah belanja hibah ditetapkan
berdasarkan keputusan Bupati Maros. Juga adanya kebijakan pemberian hibah
dalam bentuk hibah barang, yang dibelanjakan pada belanja barang dan jasa.

d. Belanja Bantuan Sosial

Belanja bantuan sosial mengalami perubahan menjadi Rp 2.525.000.000,- yang


diperuntukkan bagi bantuan PNPM dan Partai Politik.

e. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa

Tidak mengalami perubahan, tetap senilai Rp 15.000.000.000,-. Dianggarkan


untuk Alokasi Dana Desa.

f. Belanja Tak Terduga

Belanja tak terduga mengalami penurunan sebesar Rp 1.000.000.000,- dari


Rp 2.500.000.000,- menjadi Rp 1.500.000.000,- Pengurangan anggaran ini
disesuaikan dengan realisasi sampai semester pertama dan dana persiapan untuk
tanggap daurat hingga bulan Desember 2013.

2. Belanja Langsung sebelum perubahan ditargetkan sebesar Rp 448.182.583.449,- dan


setelah perubahan diproyeksikan menjadi Rp 464.193.861.058-, meningkat sebesar
Rp 16.011.277.609,- atau sekitar 3,57%. Rincian belanja langsung, diproyeksikan
sebagai berikut:

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 15


a. Belanja Pegawai

Belanja pegawai mengalami perubahan, menjadi Rp 30.836.082.500,- dari target


awal sebesar Rp 29.444.150.500,- Hal ini dikarenakan adanya pergeseran belanja
Honorarium Non PNS (Imam, guru mengaji, pastur) yang awalnya dialokasikan di
belanja barang dan jasa, kemudian berpindah ke belanja pegawai.

b. Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang dan jasa mengalami perubahan menjadi Rp 153.089.159.743,-.


Salah satu penggunaan anggaran belanja barang dan jasa adalah untuk
penambahan belanja jasa Penerangan Jalan Umum (PJU) dikarenakan semakin
bertambahnya lampu jalan sampai ke tingkat kelurahan / desa yang merupakan
salah satu program andalan kabupaten, serta adanya perubahan kebijakan
pemberian bantuan hibah dalam bentuk barang dan jasa yang ditangani oleh
SKPD terkait.

c. Belanja Modal

Belanja modal mengalami peningkatan dari Rp 269.019.544.376,- menjadi


Rp 280.268.618.815,-, meningkat sekitar 4,18%. Berdasarkan Permendagri No. 37
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2013, bahwa jumlah
belanja modal yang dialokasikan dalam APBD sekurang-kurangnya 29 persen dari
belanja daerah. Benambahan belanja modal diantaranya berasal dari bantuan
sumbangan Pihak III, bantuan keuangan dari provinsi, sisa dana dari belanja tak
terduga, serta belanja bantuan sosial. Sumber pendanaan ini digunakan untuk
penganggaran meubiler Pemerintah Kabupaten dan pembangunan jembatan
darurat. Sesuai saran BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan,
dimungkinkan bantuan pemerintah provinsi dan pihak III untuk digunakan dalam
belanja modal karena telah melewati batas tanggap darurat terhadap bencana
alam yang telah dialami dalam kurun waktu Januari – April 2013, dengan tetap
melalui proses di ULP.

2.4 Perubahan Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah merupakan pembiayaan yang disediakan untuk


menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 16


yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun berikutnya. Penerimaan Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang
dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya
belanja daerah dibanding dengan pendapatan yang diperoleh. Penerimaan utama
pembiayaan dalam rangka menutup defisit anggaran adalah penerimaan Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran tahun yang lalu (SiLPA), sedangkan yang kedua berasal dari
penerimaan pinjaman daerah.

Adapun pengeluaran pembiayaan yang diprioritaskan pada pengeluaran yang


bersifat wajib, antara lain penyertaan modal (investasi) dan pembayaran pokok utang
belanja modal. Setelah pengeluaran wajib terpenuhi, maka pengeluaran pembiayaan
diarahkan untuk penyertaan modal kepada BUMD yang beriorientasi keuntungan dan
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Anggaran Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Maros Tahun Anggaran


2013 sebelumnya ditargetkan sebesar Rp 46.034.201.500,- mengalami peningkatan
menjadi Rp 46.624.926.042,- yang terdiri dari :

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) sebelum perubahan


sebesar Rp 16.034.201.500,- dan setelah perubahan menjadi Rp 20.039.600.626,37,-
meningkat sebesar Rp 4.005.399.126,63 atau sekitar 24,98%.
2. Penerimaan Pinjaman Daerah mengalami perubahan menjadi Rp 26.585.325.415,63,-
turun sebesar Rp 3.414.674.584,37,- atau sekitar 11,38% dari target awal sebesar
Rp 30.000.000.000,-

Sedangkan pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Maros Tahun 2013


sebelumnya ditargetkan sebesar Rp 47.214.212.200,- dan mengalami penurunan menjadi
Rp 37.500.000.000,- yang terdiri dari :

1. Penyertaan modal (investasi) daerah menurun menjadi Rp 9.500.000.000,-.


Penyertaan modal ini diperuntukkan bagi Bank SulSelBar, Perusda Asset, Perusda
Pertanian, Perusda Wisma Maros, dan PDAM. Khusus penyertaan modal bagi PDAM,
merupakan persyaratan bagi penerimaan hibah dari Australia.
2. Pembayaran pokok utang mengalami perubahan yaitu menurun menjadi
Rp 28.000.000.000,- Hal ini disesuaikan dengan Laporan Hasil Pemeriksaan dari
Badan Pemeriksa Keuangan, untuk pembayaran utang kepada pihak ketiga dan
besaran utang dari ASKES.

Kebijakan Umum Perubahan APBD Kabupaten Maros Tahun 2013 17

Anda mungkin juga menyukai