Anda di halaman 1dari 53

BAB-5

ALIRAN FLUIDA VISKOS


DALAM PIPA

Oleh: I Nengah Diasta 1


Hidrodinamik

Adalah studi tentang variabel-variabel


dari cairan dalam keadaan bergerak
(mengalir).

Variabel-variabel tersebut dapat


berupa tekanan, head, kecepatan, debit,
dll.

Oleh: I Nengah Diasta 2


Aliran Dalam Pipa
 Jenis-jenis aliran dalam pipa ditinjau dari
pola aliran:
1. Aliran Laminar
2. Aliran turbulen
 Jenis-jenis aliran dalam pipa ditinjau dari
jumlah fasa yang terlibat:
1. Aliran satu fasa
2. Aliran dua fasa
3. Aliran tiga fasa

Oleh: I Nengah Diasta 3


Aliran Dalam Pipa

Aliran laminer:
Adalah aliran fluida yang mengikuti pola
tertentu dalam pipa.
Aliran laminer bersifat halus dan beraturan
Aliran laminer memiliki tahanan gesek yang
kecil.

Oleh: I Nengah Diasta 4


Aliran Dalam Pipa

Aliran turbulen:
Adalah aliran yang bersifat kasar dan tidak
beraturan serta memiliki pusaran-pusaran kecil
dan berfluktuasi dalam semua arah (eddy current).
Aliran turbulen memiliki tahanan aliran yang
tinggi

Oleh: I Nengah Diasta 5


Aliran Dalam Pipa
Untuk membedakan apakah aliran bersifat
laminar atau turbulen, didefinisikan suatu
bilangan Reynold (Re):
 .v.D v.D
Re  
 
Dimana:
v = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
 = Viskositas kinematik (m2/s)
D = Diameter pipa (m)
Oleh: I Nengah Diasta 6
Aliran Dalam Pipa

Jenis-jenis aliran menurut Bilangan Reynold:

Re <2300 : aliran laminer


Re>4000 : aliran turbulen
2300< Re<4000 : aliran transisi

Oleh: I Nengah Diasta 7


Aliran Dalam Pipa
Aliran satu fasa:
Hanya terdapat satu fasa (wujud) saja dari
fluida yang mengalir dalam pipa.

Contoh: aliran fasa gas, aliran air, aliran


minyak melalui sebuah pipa.

Oleh: I Nengah Diasta 8


Aliran Dalam Pipa
Aliran dua fasa:
Terdapat dua fasa fluida secara bersama-
sama mengalir dalam satu pipa.
Kedua fasa tersebut tidak bercampur karena
keduanya tidak saling melarutkan.
Contoh: aliran air dan minyak dalam suatu
pipa, aliran minyak dan gas dalam suatu
pipa.

Oleh: I Nengah Diasta 9


Aliran Dalam Pipa
Aliran tiga fasa:
• Jika terdapat tiga fasa fluida secara
bersama-sama mengalir dalam suatu pipa.
Ketiga fasa tersebut tidak bercampur karena
ketiganya tidak dapat saling melarutkan.
• Contoh: aliran air, minyak, dan gas dalam
suatu pipa.

Oleh: I Nengah Diasta 10


Energi Aliran Fluida
 Energi yang terkandung dalam fluida
yang sedang mengalir:
1. Energi potensial
2. Energi kinetik, dan
3. Energi tekanan

Oleh: I Nengah Diasta 11


Energi Potensial
Adalah energi yang dimiliki oleh fluida
secara khayal akibat posisinya.
Jika fluida dengan massa m berada z meter
di atas suatu titik acuan, maka energi
potensial partikel cairan adalah:

E p  mgz

Oleh: I Nengah Diasta 12


Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh
fluida, secara khayal akibat gerakan atau
kecepatan fluida tersebut.
Jika fluida dengan massa m mengalir dengan
kecepatan rata-rata V m/s, maka energi kinetik
fluida adalah:

1 2
EK  mv
2
Oleh: I Nengah Diasta 13
Energi Tekanan

Adalah energi yang dimiliki oleh sebuah


fluida, secara khayal akibat tekanannya.
Jika fluida dengan tekanan p, maka energi
tekanan dari fluida adalah:

ET  p.V

Oleh: I Nengah Diasta 14


Energi Total

Energi total yang dimiliki oleh partikel


fluida yang bergerak adalah
penjumlahan dari energi potensial,
energi kinetik, dan energi tekanan.

1 2
ETot  mgz  mv  p.V
2
dimana g adalah percepatan gravitasi
bumi.
Oleh: I Nengah Diasta 15
Persamaan Bernoulli
Berdasarkan hukum kekekalan energi
berlaku:

 p    p
m  e    Q  W p  m  e  
  1   2
 V12 p1     v12 p2 
m  u1   gz1   Q  W p   m  u 2   gz 2  
 2    2  

Oleh: I Nengah Diasta 16


Persamaan Bernoulli
Bila Q=0 dan WP=0, maka persamaan di atas
menjadi:

p1 V12 p 2 V22
  gz1    gz 2
 2  2
Persamaan ini disebut dengan persamaan
Bernoulli, yang difomulasikan untuk
menghitung variabel-variabel yang tidak
diketahui pada setiap penampang pipa.

Oleh: I Nengah Diasta 17


Persamaan Bernoulli
Bentuk persamaan Bernoulli dapat
bermacam-macam antara lain:
 v12 v22
p1    gz1  p2    gz 2
2 2

p1 V12 p 2 V22
  gz1    gz 2
 2  2
p1 v12 p2 v22
  z1    z2
 2g  2g
Oleh: I Nengah Diasta 18
Persamaan Bernoulli
Didalam aliran fluida riil, terjadi gesekan-gesekan
sepanjang saluran sehingga terjadi kehilangan
energi yang disebut sebagai “losses”, persamaan-
persamaan di atas berubah menjadi:

p1 v12 p2 v22
  gz1    z2  H L
 2g  2g
 v12  v 22
p1    gz1  p2    gz 2  p
2 2

Oleh: I Nengah Diasta 19


Kerugian Aliran Fluida
Untuk dapat mengalir, fluida membutuhkan
tekanan/energi untuk mengatasi gesekan
antara fluida dengan dinding saluran dan
gesekan internal antar partikel-partikel
fluida akibat kekentalannya.
Kerugian tekanan/energi terbuang ke
lingkungan dalam bentuk panas.

Oleh: I Nengah Diasta 20


Kerugian Aliran Fluida
Penurunan tekanan akibat kerugian tersebut
dinamakan dengan kerugian tekanan atau
drop tekanan (pressure drop).
Jika kerugian/drop tekanan diperhitungkan,
persamaan Bernoulli akan menjadi:
1 2 p1 1 2 p2
z1  v1   z2  v2   HL
2g  2g 
Dimana HL adalah kerugian tekanan dalam bentuk
head (head loss).
Oleh: I Nengah Diasta 21
Kerugian Aliran Fluida
 Penurunan tekanan (pressure drop) adalah
kerugian energi pada saat terjadi aliran
yang disebabkan oleh:
1. Gesekan antara fluida dengan dinding pipa dan
antar partikel-partikel fluida sendiri. Kerugian ini
disebut dengan kerugian mayor
2. Gesekan yang terjadi pada komponen-komponen
lain dalam sistem pemipaan separti: belokan
(elbow), percabangan (Tee), masukan (entrance),
keluaran (exit), katup (valve), pereduksi (reducer),
dll., yang disebut dengan kerugian minor

Oleh: I Nengah Diasta 22


Kerugian Head Mayor
Kerugian head aliran fluida melalui pipa
dapat dihitung dengan persamaan:
L v2
HL  f
D 2g
Dimana:
v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan grafitasi bumi (9.81 m2/s)
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
f = faktor kerugian gesekan
Oleh: I Nengah Diasta 23
Kerugian Head Mayor
Faktor Kerugian Gesek
 Untuk aliran laminer: f=64/Re
Untuk aliran turbulen: f=0.02+0.0005/D
dimana D dalam meter
Catatan:
Persamaan diatas diterapkan untuk pipa yang
masih baru. Untuk pipa yang sudah tua, maka
kerugian head (HL) harus dikalikan dengan faktor
1.5 – 2.
Harga f dapat juga ditentukan dengan
menggunakan “Diagram Moody”

Oleh: I Nengah Diasta 24


Diagram Moody
Diagram Moody

Oleh: I Nengah Diasta 25


Kerugian Head Mayor
Persamaan Hazen-William (hanya berlaku untuk air)
1.85
10.666  Q  L
HL  1.85  4.87
( m)
C D
Dimana:
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter dalam pipa (m)
Q = flowrate (m3/sec)
L = panjang pipa (m)

Oleh: I Nengah Diasta 26


Kerugian Head Mayor
Koefisien kekasaran pipa (C)

Oleh: I Nengah Diasta 27


Kerugian Head Mayor

Kerugian
gesek
pada pipa
lurus
untuk
C=100

Oleh: I Nengah Diasta 28


Kerugian Head Mayor

Kerugian
gesek
pada pipa
lurus
untuk
C=110

Oleh: I Nengah Diasta 29


Kerugian Head Mayor

Kerugian
gesek
pada pipa
lurus
untuk
C=120

Oleh: I Nengah Diasta 30


Kerugian Head Mayor

Kerugian
gesek
pada pipa
lurus
untuk
C=130

Oleh: I Nengah Diasta 31


Kerugian Head Minor
Kerugian head pada masukan (entrance)
belokan (elbow), percabangan (Tee) dan
sambungan ulir dapat dihitung dengan
persamaan:
2
v
HL  KL
2g
Dimana KL adalah koefisien kerugian yang
ditentukan dari grafik/tabel (diberikan pada
lampiran).
Oleh: I Nengah Diasta 32
Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada pemasukan (entrance)

Oleh: I Nengah Diasta 33


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada elbow

Oleh: I Nengah Diasta 34


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada belokan siku-siku

Oleh: I Nengah Diasta 35


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada macam-macam elbow

Oleh: I Nengah Diasta 36


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada percabangan (Tee)

Koefisien kerugian pada sambungan ulir

Oleh: I Nengah Diasta 37


Kerugian Head Minor
Kerugian head pada reducer dan expander
dapat dihitung dengan persamaan:
2
v 2
H L  KL
2g

Dimana harga KL ditentukan dengan menggunakan


tabel dan v2 adalah kecepatan aliran pada diameter
yang lebih kecil.

Oleh: I Nengah Diasta 38


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada kontraksi tiba-tiba

Oleh: I Nengah Diasta 39


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada ekspansi tiba-tiba

Oleh: I Nengah Diasta 40


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada difusor konus

Oleh: I Nengah Diasta 41


Kerugian Head Minor
Kerugian head pada ujung bagian akhir pipa
yang terbuka dihitung dengan persamaan:
2
v
HL  KL
2g

Harga faktor kerugian (KL) adalah: 1

Oleh: I Nengah Diasta 42


Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada keluaran (exit)

Oleh: I Nengah Diasta 43


Kerugian Head Minor
Kerugian head aliran fluida yang melalui
sebuah katup dihitung dengan persamaan:

2
v
H L  KL
2g

Dimana v adalah kecepatan aliran yang memasuki


katup. Harga faktor kerugian (KL) ditentukan dari
tabel.
Oleh: I Nengah Diasta 44
Kerugian Head Minor
Koefisien kerugian pada berbagai jenis katup

Gate valve
Globe valve

Swing check valve Stop check valve

Oleh: I Nengah Diasta 45


Kerugian Head Total
2 2
L v v
HL   f K
D 2. g 2.g

Oleh: I Nengah Diasta 46


Pengukuran Laju Aliran
Salah satu metode pengukuran laju aliran
(debit) fluida yang mengalir dalam pipa
adalah dengan cara menghambat aliran
dengan:
– Pelat Orifice,
– Nosel, atau
– Venturi.

47
Pengukuran Laju Aliran

Orifice Nosel

Venturi
48
Pengukuran Laju Aliran
Untuk aliran ideal (tidak ada kehilangan energi),
persamaan Bernoulli antara pipa dan hambatan dapat
ditulis menjadi:
2 2
V1 p1 V2 p2
  z1    z2
2g  2g 
Persamaan kontinyuitas untuk aliran ideal:

A2 D22 / 4 D22 2
V1  V2  V2 2
 V2 2
 V2 
A1 D1 / 4 D1
Dimana  = D2/D1
49
Pengukuran Laju Aliran
Substitusi persamaan kontinyuitas ke dalam
persamaan Bernoulli memberikan persamaan:
 p1  p2 
2  g ( z1  z2 )
  
V2 
(1   4 )

Debit aliran dapat dihitung dengan pers.: Qideal = V2A2

 p1  p2 
2  g ( z1  z2 ) 
Qideal  A2   
(1   4 )

50
Pengukuran Laju Aliran
Untuk pipa horisontal maka: z1 = z2, sehingga:

2( p1  p2 )
Qideal  A2
 (1   4 )
Laju aliran yg sebenarnya (riil)
2( p1  p2 )
Q  CA2
 (1   4 )
Dimana A2 adalah luas penampang aliran yang
sesungguhnya dan C koefisien kalibrasi, ditentukan dari
grafik-grafik berikut:
51
Pengukuran Laju Aliran

Untuk orifice
berlaku:
A2 = AO; C = Co

52
Pengukuran Laju Aliran
Untuk nosel berlaku: A2 = An; C = Cn

53

Anda mungkin juga menyukai