Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN


ANTENATAL

Disusun oleh:

VIVEN CORNYSEN

NIM: 142114

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Antenatal
Antenatal Care (ANC) Adalah pemeriksaan kehamilan untuk
menyiapkan diri sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka masa postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga
mental (Sarwono, 2010)
Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil
baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
(Wiknjosastro, 2005.; Manuaba, 2008).
Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Mitayani 2009).
Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care adalah kontak
ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan
dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan
memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan

B. Tanda dan Gejala Antenatal

Tanda dan gejala ( keluhan) normal pada wanita hamil adalah:

1. Morning Sicknees
2. Emesis gravidalum
3. Kaki kram
4. Varises tampak
5. Sesak bagian bawah
6. Pinggang pegal
7. Edema
8. Hemoroit

C. Perubahan dan adaptasi Fisologi pada masa Kehamilan

1. Trimester I (0-12 mg)


Seseorang yang mengalami kehamilan akan menunjukkkan gejala-gejala
yang berasal dari buah kehamilan yaitu dari janin dan plasenta.

a. Adanya human chorionic gonadotropic ( HCG) dalam air kemih.


b. Masalah gastrointestinal
1) Mual dan muntah(4-6 minggu)
2) morning sickness
3) anoreksia
4) Saliva berlebihan
5) Tak tahan terhadap bau–bau tertentu
c. Pengaruh hormon estrogen
Tonus otot menurun, mengakibatkan mual dan kontipasi.

d. Perubahan janin
1) Pada kahamilan 7 minggu rahim kurang lebih sebesar telur itik
2) pada kehamilan 10 minggu rahim kurang lebih sebesar jeruk
keprok
3) Pada kehamilan 12 minggu rahim kurang lebih sebesar kepalan
tangan
e. Tanda-tanda piscaseck
Pembesaran dan perlunakan pada tempat implantasi

f. Tanda-tanda hebat
Pada pemeriksaan dalam secara bimanual didapatkan seolah-olah jari-
jari yang diluar bertemu dengan jari-jari yang ada didalam, hal ini
sebabkan oleh bertambahnya jumlah pembuluh darah pada rahim.

g. Traktus urinarius
Kehamnilan mengakibatkan uterus membesar dan menekan kandung
kemih sehingga didapatkan ibu sering kencing

h. Kardiovaskuler
1) Diafragma terdorong kearah atas oleh karena pembesaran uterus
posisi jantung pada bagian kiri atas
2) Kardiak output
a) Denyut jantung meningkat
b) Nadi meningkat ± 10-15 x /menit
c) Filtrasi ginjal meningkat
d) transportasi oksigen meningkat
i. Uterus
1) Pada saat tidak hamil beratnya 35-50 gram, volumenya 10 cc
2) Pada hamil aterm 1000-1100 gram, volume 5-10 liter
3) Ismus hipertropi, panjang, lunak
j. Payudara
Membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus alveoli payudara

k. Vagina
1) Peningkatan vaskularisasi
2) Peningkatan sekresi, berwarna putih dan asam
l. Respirasi
1) Estrogen meningkat menyebabkan peningkatan jaringan ikat
2) Progesteron meningkat menyebabkan penurunan resistensi dengan
relaksasi, penurunan otot polos yang memudahkan mengalirnya
carbon dioksida dari janin ke ibu
3) Diafragma tertekan sehingga kurang leluasa bergerak
m. Muskuluskeletal
1) Relaksasi persendian
2) Uterus memanjang mengakibatkan nyeri pada ligamen rotundum
3) Perubahan postural
a) Saat pinggang untuk mengibangi lordosis dan tarikan tulang
belakang
b) Sakit anggota bagian atas oleh karena bahu dan dada
terdsorong kedepan
n. Kulit
Oleh karena pengaruh estrogen, kulit mengalami hiperpigmentasi,
kloasma, linianigra dan strie gravidalum

2. Trimester II (12-28 minggu)


Perubahan fisiologis

a. Uterus
1) uterus membesar, hipertropi sel-sel otot
2) dinding uterus tipis dan lunak
3) fetus dapat di palpasi pada abdomen
4) uterus jadi bentuk ovale
5) Adanya kontraksi” braxson his”
b. Servik
1) terus memanjang
2) Adanya mucous plag
3) Sel otot hipertropi
4) Kelenjar serviks aktif
c. Vagina
1) Sel otot hipertropi
2) Mukosa tebal
3) Adanya lorchea
4) PH asam : 3,5-6,0
d. Payudara
1) Duktus dan alveoli hipertropi
2) areola dan putting membesar
3) Mulai ada sekresi kolostrum
e. Sistem kardiovaskuler
1) volume darah meluas
2) Hb menurun akibat eskpirasi plasma lebih besar dari pada sel darah
merah
3) Output meningkat 30-50 %
4) stroke volume meningkat
5) tekanan darah sama dan cenderung sedikit menurun
6) Terjadi hipertropi, supine khusus pada trimerter kedua akhir
f. Sistem respiratory
1) Oksigen dalam darah meningkat
2) Pernafasan lebih dalam
3) volume darah stabil
4) Kebutuhan oksigen meningkat
5) Uterus membesar dan menekan diagfragma menyebabkan
sulit/sesak nafas
g. Sistem Urinary
1) Perubahan ukuran pada kandung kemih meningkat
2) udema fisiologis pada kandung kemih
3) frekuensi berkemih menurun
4) Dilatasi ginjal dan ureter
5) Ibu rentang terhadap infeksi traktus urinarius
6) Filtrasi glomerolus meningkat 50 %
7) Aliran plasma renal meningkat
8) Ekskresi glokosa, polipeptida, elektrolit dan vitamin yang larut
dalam air meningkat
h. Sistem muskulus keletal
1) Pusat graviti berubah sebagai akibat membesarnya uterus, lordosis
fisiologis
2) Kram pada kaki
i. sistem integumen
1) Hiperpigmentasi terutama pada putting dan perinium
2) adanya linianigra
3) vaskuler adanya palmar eritema
4) rambut menjadi lebih halus
5) Kuku lebih lunak dan tingkat pertumbuhan meningkat
j. Sisten gastrointestinal
1) Mulut dan gigi
Hiperimia, sensitif terhadap zat iritan

2) Esofagus dan gaster


a) Kapasitas lambung menurun
b) sekresi asam hidroverolik dan pepsin dalam lambung menurun
3) Liver
Meningkatnya serum phospotase, menurunnya albumin dan
globulin

4) Pankreas
a) Hipertropi, hiperplasia dan hiperaktif yang sering terjadi pada
sel-sel beta
b) Kebutuhan fisiologis kehamilan, pencetus diabetus gestasional
5) Intestinal
Pengosongan lambung meningkat

Absorbsi nutrien dan air meningkat

k. Sistem endokrin
1) Pituitary
Sekresi hormon luteinising dan folikel stimulating hormon

Prolaktin meningkat

2) Tiroid
a) Vaskularisasi meningkat
b) Meningkatnya T3 dan T4
c) BMR meningkat
3) Paratiroid
Hiperplasia, sekresi hormon meningkat

4) Adrenal
a) Sekresi adenocorticotropik hormon (ACTH) meningkat
b) Level kortisol meningkat
c) Level aldesteron meningkat
5) Plasenta
Fungsi utuh dan komplek

Perubahan Psikologis
a. Reaksi – reaksi psikologis dan fokus perhatiannya, perasaan “Well
being” menyadari bahwa kehamilan akan mudah dikenal orang lain.
b. Penerimaan terhadap kehamilan.
“Ambivalence” sebagian besar dapat teratasi dan kehamilan dapat
diterima.

c. Maternal role atteinment


Reflikasi berlanjut, peran model yang diperlukan untuk pergerakan
janin, internalisasi dan fantasi.

d. Fantasi
Berlanjut, membantu untuk mengenal perannya.

e. Hubungan dengan ibu


Semakin erat dan penting, tukar pengalaman, perlu penerimaan ibunya
yang membutuhkan support.

f. Hubungan dengan janin


Sadar dengan adanya pergerakan janin, memulai perilaku kontak
dengan janin, gerak janin diartikan sebagai “Bentuk komunikasi yang
rutin”.

g. Body image
Janin merupakan bagian yang terpisah dari ibu, tanda-tanda kehamilan
mulai dapat diobservasi.

h. Waktu dan jarak


Kehamilan tidak akan lama lagi berakhir, ibu berfokus pada janinnya,
ibu mungkin menarik diri dari orang lain
3. Trimester ketiga ( 28 minggu – kehamilan berakhir / 38-42 minggu )
Perubahan fisiologis

a. Sistem reproduksi
1) Uterus
Ukuran bertambah besar, distensi miometrium, dinding menipis,
kontraksi “broxon hicks” semakin jelas.

2) Serviks
Effousment, pengeluaran mukosa.

3) Vagina
Hiperemia, pertumbuhan laktobual, leukhorea

4) Payudara
Membesar, tegang, colusterum keluar.

b. Sistem kardiovaskuler
1) COP meningkat 40 %
2) volume darah ibu meningkat 30 – 50 %
3) HR meningkat 15 kali/menit
4) Stroke volume meningkat
5) Kerja kardiovaskuler meningkat sangat beresiko pada ibu dengan
masalah jantung
c. Sistem pernafasan
1) Diafragma tertekan karena pembesaran uterus keatas
2) Iga-iga ekspansi
3) Kebutuhan oksigen meningkat
d. Sistem perkemihan
1) Dilatasi kaliks renal, filtrasi glomerolus meningkat
2) Frekwensi miksi meningkat
3) Kosentrasi albumin plasma menurun
e. Sistem muskuloskeletal
Lordosis, sulit berjalan, rebas – rebas ekstremitas
f. Sistem integumen
1) Strie semakin terlihat, pigmentasi meningkat
2) Rambut tipis dan rontok
3) Kuku cepat tumbuh dan mudah patah
g. Sistem gastrointestinal
1) Mulut dan gusi hiperemia, gusi sangat sensitif
2) Gastrik refluks, kapasitas gaster menurun
3) Mobilitas intestinal menurun, rentan terhadap konstipasi
h. Sistem endokrin
1) Pituitary
Prolaktin meningkat, oksitosin meningkat

2) Tiroid
BMR meningkat

3) Plasenta
Fungsi maksimal

- Perubahan Psikologis Ibu

a. Penerimaan terhadap janin meningkat


b. Fantasi terhadap perubahan peran
c. Rasa cemas akan keadaan janin meningkat
d. Fokus perhatian pada persalinan
e. Menaruh perhatian pada persalinan

- Perubahan Psikologis Ayah

a. Butuh perhatian, kecemasan meningkat, merasa kehilangan, personal


freedom, covvod sindrom berat
b. Parent hood, fantasi, bicara dengan calon ayah lain
D. Patofisologi (proses kehamilan) dan payhway
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur dari indung telur,
kemudian terjadi peningkatan hormon estrogen sehingga selaput lendir mulai
menebal dan terjadi proses ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur).
Kehamilan terjadi bila senggama (koitus) dilakukan pada sekitar saat ovulasi
(14 hari atau 2 minggu setelah haid). Apabila tidak terjadi pembuahan, maka
sel telur akan berdegenerasi dan sel telur akan keluar bersama-sama dengan
darah haid. Apabila terjadi pembuahan (bertemunya sel telur dan sel sperma),
terjadi penyatuan kedua pronuklei yang disebut dengan zigot, kemudian akan
mengalami pembelahan (mitosis)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai, disebut trofoblas, yang
mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai
rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam masa sekresi (blastolisis).
Kemudian terbentuk plasenta pada bagian luar, dan membentuk embrio yang
kemudian menjadi janin pada bagian dalam. Pembentukan plasenta
menyebabkan peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang dapat
menyebabkan banyak perubahan fisik pada ibu sehingga ibu mengalami
ketidaknyamanan dan terjadi perubahan pola seksualitas. Selain itu, juga
mempengaruhi sistem urinarius, sistem pernapasan, sistem pencernaan dan
sistem kardiovaskuler.
Perubahan pada sistem urinarius, terjadi dilatasi, pemanjangan dan
penekukan ureter. Penumpukan urin dalam ureter bagian bawah dan
penurunan tonus kandung kemih menyebabkan pengosongan kandung kemih
tidak tuntas dapat menyebabkan resiko tinggi infeksi traktus urinarius.
Semakin bertambahnya usia kehamilan, maka besar uterus juga dapat
menyebabkan penekanan pada traktus urinarius sehingga bladder tidak dapat
menampung urine secara maksimal dan frekuensi BAK menjadi lebih sering.
Pada sistem pernapasan, terjadi pergeseran diafragma karena paru-
paru terdesak oleh pembesaran uterus. Hal ini menyebabkan sesak napas
sehingga terjadi ketidakefektifan pola napas.
Pada sistem pencernaan, terjadi penurunan peristaltik usus dan
penekanan uterus sehingga menyebabkan konstipasi. Selain itu, terjadi
perubahan hormon-hormon dalam tubuh yang menyebabkan mual dan/atau
muntah. Keadaan ini dapat mempengaruhi status nutrisi menjadi berkurang
dari kebutuhan tubuh dan beresiko defisit volume cairan dan elektrolit.
Proses kehamilan juga berpengaruh pada sistem kardiovaskuler yaitu
terjadi hemodilusi yang mengakibatkan penurunan kadar Hemoglobin dalam
darah ibu. Ibu menjadi mudah lelah dan apabila tekanan darah juga ikut
menurun, dapat menyebabkan pingsan (hipotensi ortostatik) sehingga beresiko
cidera dan dapat mengganggu aktivitas.
E. Komplikasi kehamilan

a. Pra eklampsia
Pra eklampsia atau juga dikenal dengan toxemia, adalah kondisi
dimana kehamilan disertai dengan naiknya tekanan darah meski tanpa
adanya riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya pada calon mama. Gejala
umumnya antara lain: Naiknya tekanan darah secara signifikan semasa
kehamilan, ditemukannya protein di dalam urin, pusing kepala, iritasi,
berkurangnya urin, nyeri abdomen, pandangan mengabur, serta bengkak
dan nyeri pada beberapa bagian tubuh seperti wajah, tangan dan kaki
akibat penumpukan cairan.
Penyebab dari praeklampsia ini belum diketahui secara pasti.
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Harvard Medical School dan Beth
Israel Deaconess Medical Center tahun 2003 lalu menunjukkan bahwa
risiko yang dihadapi ibu hamil untuk menderita praeklampsia adalah
sebanyak 5-8 persen.
Meski angka risiko ini terbilang rendah, namun pra eklampsia
merupakan penyebab utama kematian ibu saat melahirkan, terutama di
negara-negara berkembang. Kriteria calon mama yang risikonya paling
tinggi menderita komplikasi ini antara lain kehamilan lebih dari satu janin
(multiple pregnancy), hamil di usia remaja, hamil diusia lebih dari 40
tahun, serta adanya riwayat terkena darah tinggi, diabetes ataupun
penyakit ginjal, baik pada si calon mama maupun kerabat dekat.
Perawatan yang dilakukan terhadap penderita praeklampsia
tergantung pada kondisi calon mama. Ada yang perlu mendapat perawatan
intensif di rumah sakit, atau cukup dengan bedrest di rumah. Yang pasti,
pengobatan untuk menurunkan tekanan darah serta pengawasan terhadap
kondisi calon mama dan janin perlu dilakukan terus menerus.
Umumnya, penderita pra eklampsia melahirkan dengan operasi
Caesar untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
b. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik terjadi apabila janin berkembang di luar rahim.
Setelah terjadi pembuahan, zigot hasil penggabungan sel sperma dan ovum
menempel di jaringan selain dinding rahim dan menetap serta berkembang
di jaringan tersebut. Perkembangan janin ini bisa terjadi di tuba fallopi,
kanal serviks, pelvis atau rongga abdomen. Kehamilan ektopik dapat
terjadi hingga 50 persen dari kehamilan yang ada.
Penyebabnya umumnya jalur tuba fallopi yang terblokir. Calon
mama yang berisiko tinggi menderita komplikasi ini adalah mereka yang
pernah menjalani proses sterilisasi tuba dibawah usia 30 tahun.
Salah satu faktor yang juga mungkin bisa menyebabkan kehamilan
ektopik adalah infeksi. Infeksi yang terjadi di vagina dapat mempengaruhi
kualitas sel sperma dan ovum sehingga ada kemungkinan saat pembuahan,
zigot tidak dapat mencapai rahim
Gejala kehamilan ektopik bervariasi mulai dari munculnya flek
hingga rasa nyeri. Biasanya, untuk mengetahui ada-tidaknya kehamilan
ektopik, digunakan screening dengan ultrasound. Penanganan yang
dilakukan bagi calon Ibu yang mengalami kehamilan ektopik bisa berupa
pengobatan atau operasi pengangkatan janin yang biasanya berakhir
dengan gugurnya janin.
c. Perdarahan
Perdarahan saat kehamilan adalah perdarahan vagina yang terjadi
di masa kehamilan yang umumnya mengacu pada perdarahan abnormal,
bukan bagian dari menstruasi. Perdarahan atau hemorrhage merupakan
sebab umum penyebab kematian ibu hamil.
Biasanya, perdarahan vagina merupakan hal yang umum pada
kehamilan trimester pertama dan mempengaruhi 20-30 persen dari total
kehamilan yang ada. Namun hal ini tetap perlu diwaspadai. Karena ada
kalanya perdarahan pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda
komplikasi serius seperti perkembangan janin yang tidak normal,
gugurnya janin dalam kandungan(abortus) hingga kehamilan molar
(kehamilan dimana yang berkembang bukanlah janin tetapi jaringan
tertentu yang dapat berkembang menjadi kanker).
Perdarahan yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan
dan seterusnya umumnya dianggap tidak normal. Terutama perdarahan
yang terjadi setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu. Perdarahan pada
masa ini bisa jadi pertanda adanya komplikasi plasenta maupun infeksi
vagina atau serviks. Perdarahan yang terjadi bisa samar tanpa rasa sakit,
atau perdarahan hebat yang diikuti oleh nyeri abdomen. Penanganan pada
calon ibu yang mengalami perdarahan bervariasi tergantung diagnosa
selanjutnya, mengenai apa yang menyebabkan perdarahan. Perawatan bisa
berupa pengobatan ataupun rawat inap di rumah sakit.

d. Plasenta previa
Plasenta previa merupakan kondisi dimana sel telur yang telah
dibuahi oleh sperma bergulir dan menempel dekat dengan mulut rahim
atau menutup mulut rahim sehingga plasenta otomatis menutup jalan lahir.
Normalnya, plasenta seharusnya terletak di bagian atas dinding rahim.
Kondisi ini muncul dalam perbandingan satu di antara 200 kelahiran dan
lebih banyak muncul pada calon ibu yang memiliki luka di dinding
rahimnya akibat kehamilan sebelumnya, atau pada calon mama yang
pernah menjalani operasi saluran rahim.
Gejala yang dialami calon mamayang menderita plasenta previa
bisa berupa perdarahan vagina yang umumnya tidak disertai dengan nyeri.
Untuk mendiagnosa apakah seorang calon mama menderita plasenta
previa, dilakukan pemeriksaan fisik dan pengecekan dengan ultrasound.
Perawatan yang dilakukan seperti penyesuaian aktivitas maupun bedrest,
tergantung pada kondisi kehamilan. Umumnya, calon mama yang
menderita plasenta previa disarankan melahirkan secara Caesar untuk
mencegah plasenta luruh lebih cepat yang dapat memutus suplai oksigen
pada janin.
e. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional (DG) adalah kondisi naiknya gula darah calon
ibu, dengan maupun tanpa riwayat diabetes sebelumnya. Komplikasi ini
bisa mempengaruhi setidaknya 4 persen dari total jumlah ibu hamil. Gejala
yang muncul di antaranya: Meningkatnya kadar gula dalam darah ibu
hamil secara signifikan, pandangan mengabur, limbung, muntah,haus
berkepanjangan serta meningkatnya frekuensi buang air kecil.
Penyebab komplikasi ini tidak diketahui secara spesifik. Namun
ada indikasi yang menunjukkan bahwa hormon yang diproduksi selama
kehamilan meningkatkan resistensi calon mama terhadap insulin (insuline
resistance), sehingga tubuh calon mama tidak dapat memproses insulin
seperti seharusnya.
Risiko bagi janin dengan calon ibu yang menderita DG adalah bayi
lahir dengan berat lebih dibanding umumnya atau bayi ‘besar’
(macrosomia). Karena gula darah yang ada pada ibu akan tersalurkan pada
bayi, maka bayi pun cenderung memiliki kadar gula darah tinggi dan
setelah lahir berisiko untuk menjadi penderita diabetes. Umumnya, kadar
gula darah klien yang menderita DG akan menurun beberapa waktu
setelah melahirkan. Namun ada pula kasus dimana kadar gula darah klien
tetap tinggi sehingga klien tetap tinggi sehingga klien menderita Diabetes
Melitus (DM).

f. Keguguran
Keguguran adalah berakhirnya kehamilan sebelum usia 20 minggu.
Sayangnya, keguguran bisa terjadi pada sekitar 10-15% kehamilan. Jika
keguguran terjadi secara berturutan (sampai 2 kali atau lebih), ini disebut
keguguran berulang dan perlu tes khusus untuk mencari penyebab.

F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
Ante Natal Care (ANC), selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan
laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan
resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar
minimal ”7T” untuk pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang terdiri atas:
1. (Timbang) berat badan
Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang
seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III
dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah.
2. Ukur (tekanan) darah
Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
3. Ukur (tinggi) fundus uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke
dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu.
4. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap.

5. Untuk mencegah tetanus neonatorum.


Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Interval
Antigen Lama perlindungan % Perlindungan
(selang waktu minimal)
Pada kunjungan
TT1 - -
antenatal pertama

TT2 4 minggu setelah TT 1 3 Tahun 80

TT3 1-6 bulan setelah TT 2 5 Tahun 95


TT4 1 tahun setelah TT 3 10 Tahun 95

25 Tahun/seumur
TT5 1 tahun setelah TT 4 99
hidup

Keterangan : apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut


melahirkan maka bayi yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus
neonatorum
Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan
6. (Tes) terhadap penyakit menular seksual
Melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan janin
berlangsung normal.
7. (Temu) wicara dalam rangka pensiapan rujukan. Memberikan saran yang
tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang tanda-tanda resiko
kehamilan.
BAB II

Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil

I. PENGKAJIAN
Nama klien, Alamat, Umur, Agama, Usia Kehamilan, Tanggal pengkajian,
HPHT, HPT, Suku bangsa.

A. Persepsi dan harapan klien sehubungan dengan kehamilan


1. Mengapa ibu dating ke klinik?
2. Apakah kehamilan ini menimbulkan perubahan terhadap
kehidupan sehari-hari?
3. Harapan apa yang ibu inginkan selama masa kehamilan?
4. Ibu tinggal dengan siapa?
5. Siapa yang terpenting bagi ibu?
6. Dengan kunjungan ke klinik, dampak apa yang terjadi dalam
keluarga?
7. Apakah suami (orang terdekat)mau menemani untuk dating ke
klinik?
8. Rencana melahirkan dimana?
9. Apakah ibu merencanakan menyusui bayinya?
10. Apakah ibu sudah di imunisasi? Kapan, apa jenisnya?
11. Apakah ibu memelihara kucing ? siapa yang membershkan kotoran
kucingnya?

B. Kebutuhan dasar khusus


1. Kenyamanan dan istirahat tidur
2. Keselamatan
3. Cairan
4. Nutrisi
5. Eliminasi
6. Oksigen
7. Seksual
C. Riwayat Kebidanan yang Lalu: G…P…A…
D. Keluarga Nerencana
E. Hasil Pemeriksaan Umum
F. Hasil Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
2. Leher
3. Dada
4. Perut
5. Pemeriksaan ekstremitas
6. Pemeriksaan urogenital
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Terapi Medis

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan napsu makan, mual dan muntah
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perubahan napsu
makan, mual dan muntah
3. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan pergeseran
diagfragma sekunder kehamilan
4. Ketidaknyamanan b/d perubahan fisik dan pengaruh hormonal.
5. Perubahan pola seksualitas b/d perubahan struktur tubuh &
ketidaknyaman.
6. Resiko tinggi konstipasi b/d penurunan peristaltik, penekanan uterus.
III. TUJUAN, KRITERIA HASIL dan INTERVENSI KEPERAWATAN

No NOC
NIC(Intervensi)
dx (Tujuan dan Kriteria Hasil )
1. setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Tentukan asupan nutrisi /24 jam.
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari 2) Kaji tentang pengetahuan
kebutuhan tubuh teratasi dengan kebutuhan diet.
Kriteria Hasil: 3) Berikan nformasi tertulis diet
1) Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal & suplemen.
prenatal. 4) Tanyakan keyakinan diet sesuai
2) Mengikuti diet yang dianjurkan. budaya.
3) Mengkonsumsi Zat besi/ vitamin. 5) Timbang BB & kaji BB pregravid.
4) Menunjukkan ↑ BB ( min 1,5 kg pd TM 6) Berikan ↑ BB selama TM I yang
I). optimal.
7) Tinjau tentang mual & muntah.
8) Pantau kadar Hb, test urine
(aseton, albumin & glukosa).
9) Ukur pembesaran uterus.
10) Kolaborasi : program diet ibu
hamil.

2. setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Auskultasi DJJ.


Resiko defisit volume cairan teratasi dengan 2) Tentukan beratnya mual/muntah.
Kreteria hasil: 3) Tinjau riwayat (gastritis,
1) Mengidentifikasi & melakukan kegiatan kolesistiasis).
untuk menurunkan frekwensi & 4) Anjurkan mempertahankan
keparahan mual/muntah. asupan cairan.
2) Mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan. 5) Kaji suhu, turgor kulit, membran
3) Mengidentifikasi tanda & gejala mukosa, TD, intake & output,
dehidrasi. Timbang BB.
6) Anjurkan asupan minum manis,
makan sedikit tapi sering, makan
roti kering sebelum bangun tidur.

3. setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji status pernapasan.


Ketidakefektifan pola pernafasan teratasi 2) Pantau riwayat medis (alergi,
dengan rinitis, asma, TBC).
Kriteria Hasil: 3) Kaji kadar HB à tekankan
1) Melaporkan ↓ keluhan. pentingnya vit.
2) Mendemonstrasikan fungsi pernapasan. 4) Informasikan hubungan program
latihan & kesullitan pernafasan.
5) Anjurkan istirahat & latihan
berimbang.

4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Catat derajat rasa tidak nyaman


Ketidaknyamanan dapat teratasi dengan minor.
Kriteria Hasil: 2) Evaluasi derajat rasa tidak nyaman
1) Mengidentifikasi tindakan yang selama pemeriksaan lanjutan.
melegakan & menghilangkan Ketidak 3) Anjurkan pemakaian korset
nyamanan. uterus.
2) Melaporkan penatalaksanaan ketidak 4) Tekankan menghindari stimulasi
nyamanan. puting.
5) Instruksikan perawatan puting
mendatar.
6) Kaji adanya haemoroid.
7) Instruksikan penggunaan kompres
dingin & intake tinggi serat pada
haemoroid.
8) Instruksikan posisi dorsofleksi pd
kaki & mengurangi keju/susu.
9) Kaji tingkat kelelahan dengan
aktifitas dl keluarga.
10) Kolaborasi : suplemen kalsium.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Tentukan pola aktivitas seksual


Perubahan pola seksualitas dapat teratasi pasangan.
dengan 2) Kaji dampak kehamilan terhadap
Kriteria hasil: kehamilan.
1) Mendiskusikan perubahan dl hasrat 3) Diskusikan miskonsepsi
seksual. seksualitas kehamilan.
2) Identifikasi langkah mengatasi situasi. 4) Anjurkan pilihan posisi koitus
3) Melaporkan adaptasi perubahan & selama kehamilan.
modifikasi situasi selama kehamilan. 5) Informasikan tindakan yang
dpt ↑ kontraksi (stimulasi puting
susu, orgasme pada wanita,
sperma).
6) Kolaborasi : konseling bila
masalah tidak teratasi.

6. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Tentukan kebiasaan eliminasi


Resiko tinggi konstipasi dapat teratasi sebelum hamil & perhatikan
dengan perubahan selama hamil.
Kriteria Hasil: 2) Kaji adanya haemoroid.
1) Mempertahankan pola fungsi usus 3) Informasikan diet : buah, sayur,
normal. serat & intake cairan adekuat.
2) Mengidentifikasi perilaku beresiko. 4) Anjurkan latihan ringan.
3) Melaporkan tindakan untuk 5) Kolaborasi : berikan pelunak feces
meningkatkan eliminasi. bila diet tak efektif.
Daftar Pustaka

Cunningham,et al. Williamas Obstetrics : Preconception Coundeling. 23rd ed.


Amerika serikat: McGraw-Hill; 2010.p.223-37

Manuaba, Ida Bagus Gde.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Asuhan kebidanan I, 2010,ika pantikawati,S.Si.T and saryono, S.Kp.,M.Kes)

Sarwono, 2010. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk


perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta : EGC

Hadi, RA 2009, Kupas tuntas kehamilan dan melahirkan, Vivo Publisher,


Ungaran.

Handerson, C 2006, Buku ajar konsep kebidanan, EGC, Jakarta.

Manuaba, IBG 2008, Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan,
EGC, Jakarta

Mitayani 2009, Asuhan keperawatan maternitas, Salemba Medika, Jakarta.

Wiknjosastro, H 2005, Ilmu kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo, Jakart.
Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai