Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI

“PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT”

Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes

Disusun oleh:
Isna Amanatul Hayati
NIM 17708251025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. TUJUAN
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah :
1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi
larutan.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit.

B. DASAR TEORI
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan
perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,
panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma
darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas
(oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet) (Watson, 2002).
Darah adalah cairan yang tersusun atas plasma cair (55%), yang komponen
utamanya adalah air, dan sel-sel yang mengambang di dalamnya (45%). Plasma kaya akan
protein-protein terlarut lipid, dan karbohidrat. Limfe sangat mirip dengan plasma, hanya
saja kosentrasinya sedikit lebih rendah total tubuh darah sendiri merupakan satu per dua
belas berat tubuh, dan pada manusia umumnya volume darah adalah kurang dari lima liter
(George, 1999).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Larutan
yang mempunyai tekanan osmotik yang sama yaitu larutan isotonik. Larutan yang
mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari pada larutan lain disebut larutan hipertonik,
sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari pada larutan lain
disebut larutan hipotonik. Membran sel hidup merupakan selaput semipermiabel. Bila sel
ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi (hipertonik), air dalam
sel akan keluar sehingga sel berkeriput dan proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya
apabila sel ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah (hipotonik),
air dari luar akan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkan dan proses ini
disebut plasmotipse (Sumardjo, 2009).
Tonisitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh
larutan terhadap bentuk sel menurut hukum osmosis. Larutan disebut isotonik terhadap
cairan sitoplasma sel jika memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikel yang
tidak dapat berdifusi. Air tidak akan berosmosis ke dalam atau ke luar sel. Larutan disebut
hipotonik terhadap sel jika larutan lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan air ke dalam
sel dapat menyebabkan sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan disebut
hipertonik terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan dengan isi sel.
Pergerakan air keluar sel menyebabkan sel berkerut atau biasa disebut dengan krenasi
(Sloane, 2004).
Darah merupakan medium transport dalam tubuh. Darah tersusun atas dua
komponen, yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair
dan terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan
trombosit. Sel darah merah (erotrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar
7 mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis. Proses penghancuran eritrosit terjadi karena
proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan
tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan
mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein
dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan
dapat digunakan kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang
masih bisa digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan (Handayani dan Haribowo,
2008).
Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh,
dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa
metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel,
sebagai contoh kehangatan (suhu), kekentalan (viskositas), dan keasaman (pH) yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh. Zat-zat
yang diperlukan sel antara lain:
1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis.
2. Makanan dalam bentuk sari-sari makanan (glukosa, asam lemak, dan asam amino) untuk
membentuk energi, dinding sel, dan sintesa protein.
3. Vitamin
4. Mineral sebagai katalisator proses ensimatis.
5. Air untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel.
Zat-zat yang dihasilkan oleh sel anatara lain:
1. Karbon dioksida dari proses pembakaran.
2. Protein dari sintesis di ribosoma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan interseluler antara lain:
1. Suhu,
2. Derajat keasaman (pH), dan
3. Kekentalan (viskositas) cairan.
Bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak
atau mengkerut disebut larutan isotonis, oleh karena tidak terjadi perubahan osmosis, yang
terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Larutan NaCl 0,9% atau dextrose
5% merupakan contoh larutan isotonis. Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang
penting karena dapat diinfuskan kedalam darah tanpa menimbulkan gangguan
keseimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel (Siregar, 1995).
Cairan yang memiliki kekentalan atau konsentarasi sama dengan cairan dalam sel
disebut isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada dalam sel disebut hipertonis,
dan lebih rendah daripada sel disebut hiipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air secara
osmosis dari sitoplasma eritrosit ke luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan dan
membran selnya tampak berkerut-kerut atau yang disebut krenasi atau plasmolysis.
Sebaliknya, cairan hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma
eritrosit sehingga eritrosit akan menggembung (plasmoptysis) yang kemudian pecah
(hemolisis) (Djukri dan Heru, 2015).
Krenasi merupakan proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan hipotonis
dan hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis yang
menyebabkan adanya pergerakan air dalam sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau
mengecil. Proses yang sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana sel
tumbuhan juga mengecil karena dimasukkan dalam larutan hipertonik. Krenasi ini dapat
dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
(Watson, 2002).
Menurut Lakitan (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan osmotik
larutan adalah:
a. Konsentrasi: peningkatan konsentrasi larutan mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan osmosis.
b. Ionisasi molekul terlarut: tekanan osmosis.
c. Hidrasi molekul terlarut: air yang berikatan dengan molekul terlarut disebut hidrasi
air. Hidrasi air dapat meningkatkan tekanan osmosis.
d. Temperatur: tekanan osmosis meningkat seiring denganpeningkatan temperatur.
Mekanisme mengembang dan mengkerut sel saat sel dalam larutan diakibatkan
karena aliran air keluar dari vakuola tengah. Vakuola tengah akan mengkerut dan
protoplasma serta dinding sel yang menempel juga akan keluar bersama vakuola itu, jika
penurunannya terlalu besar maka protoplasma akan terlepas dari dinding sel waktu
mengkerut itulah protoplasma akan mengalami serangkaian bentuk tidak beraturan,
akhirnya berbentuk membulat yang dianggap terpengaruh oleh gaya permukaan. Jika telah
terlepas dari pengaruh tegangan, dinding sel tidak lagi mengkerut bersama protoplasma
sebab dinding sel lebih kaku sifatnya. Ruang yang terbentuk antara dinding sel dan
protoplasma yang mengkerut akan terisi oleh larutan yang masuk dengan lebar melalui
dinding yang permeabel.
Potensial osmotik mempunyai pengertian yaitu zat cair dalam vakuola dan bagian-
bagian sel lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di dalamnya, artinya zat cair tersebut
adalah suatu larutan dan potensial airnya (seandainya dikeluarkan dari sel adalah potensial
larutan atau potensial osmotik yang nilainya lebih rendah daripada potensial air
murni.sedangkan potensial tekanan yaitu keadaan dinding sel yang cukup mengandung air
memberikan tekanan pada isi sel yang arahnya ke luar sel. Akibatnya di dalam sel timbul
tekanan hidrostatik yang arahnya ke luar sel. Tekanan hidrostatik yang arahya keluar sel
disebut turgor. Sementara plasmolisis yaitu peristiwa keluarnya isi sel ke lingkungan akibat
meningkatnya konsentrasi zat terlarut di lingkungan. Semakin besar konsentrasi larutan
maka akan semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan osmosis anatara lain konsentrasi, ionisasi molekul, hidrasi, dan
temperatur.

C. METODE PRAKTIKUM
Jenis kegiatan : Observasi
Objek pengamatan : Sel darah merah manusia
Bahan dan Alat :
1. Mikroskop cahaya
2. Stopwatch
3. Kaca benda dengan cekungan dan gelas penutup (Cover Glass),
4. Pipet pasteur
5. Garam fisiologis 3%, 0,9 %, 0,7 %, 0,5 %
6. Vaselin album,
7. Antikoagulan (Heparin atau Kalium Oksalat)
8. Darah perifer (probandus)
Prosedur Percobaan:
1. Mengambil darah perifer dari ujung jari manis sesuai SOP (standar operasional
prosedur aseptis)
2. Meneteskan 1 tetes darah di atas cekungan kaca objek, kemudian menambahkan 1 tetes
NaCl 0,7 %, mengamati di bawah mikroskop dengan hati-hati dan mengamati kapan
eritrosit tampak mulai hemolisis.
3. Melakukan seperti cara 1 untuk larutan NaCl 0,5% dan aquades, mencatat hasilnya
dalam table.
4. Untuk mengetahui kecepatan terjadinya reaksi melakukan seperti di atas dengan
menggunakan larutan NaCl lebih pekat daripada 0,7%. Mencatat hasilnya dalam tabel.
D. TABEL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit yaitu:

Kode Kadar Garam (menit)


No Keadaan
Nama 0,7% 0,9% 1% 3%
Krenasi - - 02:44:45 05:18:11
1 DN
Plasmolisis 04:03:10 - - -
Krenasi - 02:44 02:02 01:35
2 DTR
Plasmolisis 04:30 - - -
Krenasi - 04.10 - 03:30
3 AME
Plasmolisis 05.23
Krenasi - 02:38 01:53 01:23
4 KT
Plasmolisis - - - -
Krenasi - - 01.00 00.50
5 NH
Plasmolisis 03.00 - - -

RPS Krenasi - - - 01.14


6
IAH Plasmolisis - - 05.14 -

E. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan dan faktor
yang mempengaruhi kecepatan hemolysis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi
larutan. Praktikum ini dilakukan dengan mengambil darah perifer ujung jari secara aseptis
yang ditempatkan pada cekungan gelas objek, lalu ditetesi dengan berbagai konsentrasi
larutan NaCl untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dan dicatat waktu terjadinya
hemolysis atau krenasi. Larutan NaCl yang digunakan yaitu dengan konsentrasi 0,7%,
0,9%, 1,0% dan 3,0%.
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopik diketahui bahwa pada larutan NaCl
konsentrasi 0,7% dan 0,9% eritrosit nampak menggembung atau bengkak sehingga dapat
dikatakan bahwa pada konsentrasi tersebut eritrosit mengalami hemolisis. Hal tersebut
terjadi karena larutan NaCl pada konsentrasi 0,7% dan 0,9% bersifat hipotonik (lebih
encer), sehingga terjadi osmosis atau perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu
larutan NaCl 0,7% dan 0,9% menuju ke cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu
sitoplasma eritrosit, dengan kata lain air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke
dalam eritrosit sehingga mengembang dan pecah atau lisis.
Peristiwa krenasi ditunjukkan pada eritrosit yang berada pada larutan NaCl 1% dan
3% yaitu eritrosit nampak mengecil dan mengkerut ketika diamati dengan mikroskop. Hal
tersebut terjadi karena larutan NaCl pada konsentrasi tersebut bersifat hipertonik (lebih
pekat), sehingga terjadi osmosis atau perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu
sitoplasma eritrosit menuju ke cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu larutan NaCl
1% maupun 3%. Dengan kata lain cairan sitoplasma di dalam eritrosit ditarik keluar
sehingga selnya kehilangan air yang mengakibatkan sel nampak mengkerut. Adanya
pertimbangan bahwa kepekatan cairan di luar sel akan berpengaruh terhadap peristiwa
hemolysis atau krenasi, maka dapat dikatakan bahwa kecepatan hemolysis dan kecepatan
krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar sel eritrosit. Semakin encer cairan di luar
sel maka semakin cepat sel tersebut mengalami hemolysis, dan semakin pekat cairan di
luar sel maka semakin cepat pula terjadinya krenasi. Dengan kata lain kecepatan hemolysis
dan kecepatan krenasi dipengaruhi oleh adanya peristiwa osmosis. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Watson (2002) yang menyatakan bahwa faktor penyebab krenasi yaitu
adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan adanya pergerakan air dalam sel sehingga
ukuran sel menjadi berkurang atau mengecil. Proses yang sama juga terjadi pada tumbuhan
yaitu plasmolisis dimana sel tumbuhan juga mengecil karena dimasukkan dalam larutan
hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke
dalam medium luar eritrosit.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan hemolisis dan krenasi pada tabel hasil
pengamatan diketahui bahwa ada kelompok yang menunjukkan kecepatan krenasi eritrosit
pada NaCl 3% lebih lambat daripada NaCl 1%. Seharusnya semakin pekat cairan di luar
sel seharusnya semakin cepat sel mengalami krenasi. Sedangkan pada larutan NaCl
semakin pekat larutannya yaitu 3% maka potensi kecepatan krenasi eritrosit seharusnya
semakin tinggi. Namun dalam larutan 3% menunjukan semakin pekat larutan NaCl
semakin lambat kecepatan krenasi eritrosit yang terjadi. Hal tersebut dapat terjadi karena
berbagai kemungkinan diantaranya kalibrasi mikrokskop yang sulit difokuskan sehingga
memperlambat pengamat untuk mencatat waktu krenasi dan hemolisis eritrosit serta
adanya human error seperti ketidaktelitian pengamat saat mencatat waktu pada stopwatch
ketika mengamati dengan mikroskop

F. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah:
1. Eritrosit mengalami hemolisis pada larutan hipotonis NaCl 0,7% dan 0,9%, dan
mengalami krenasi pada larutan hipertonis NaCl 1% dan 3%.
2. Kecepatan hemolysis dan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar sel.

G. DAFTAR PUSTAKA
Djukri dan Heru N. 2015. Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: PPs UNY.

George, F. 1999. Schaum's Outline of Theory and Problems og Biology. Jakarta: Airlangga

Handayani,W. dan Haribowo, A. S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Siregar. 1995. Neuro Fisiologi edisi kelima. Bagian ilmu faal. Makassar: Fakultas
Kedokteran. Universitas Hasanuddin.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC
Buku Kedokteran.
H. LAMPIRAN

KRENASI KRENASI

HEMOLISIS HEMOLISIS

Anda mungkin juga menyukai