http://www.pancafashion.com
http://www.pancafashion.com 1
DAFTAR ISI
http://www.pancafashion.com 2
Usaha menjahit Nancy Modeste
Usaha menjahit Nancy Modeste berdiri sejak 1969, seiring waktu jasa
usaha menjahit ini terus merambah. Memasuki tahun 2000,
pemiliknya Hj Yusnaniar membuka toko baru di jalan Hang Tuah
Pekanbaru. Mereka juga menyediakan hasil jahitan yang siap dijual
kepada pembeli. Saat ini, jumlah karyawannya mencapai 11 orang,
Jasa jahitan Nancy Modeste ini bisa dibilang lebih khas dalam menjahit
kebaja. Menurut salah satu pelanggannya, hasil jahitan dari Nancy
Modeste ini rapi dan enak dipakai. Ini dikarenakan setiap hasil jahitan
sesuai dengan lekukan tubuh pemakainya. Sedangkan mode yang
ditawarkan jahitan ini selalu up to date.
Nancy Modeste
Jl. Hang Tuah No. 35 Pekanbaru
http://www.pancafashion.com 3
Usaha Kursus Menjahit
Usaha kursus menjahit akan selalu ada konsumennya dan Anda pun
bisa membuka kursus menjahit namun dengan syarat Anda harus
memiliki keterampilan menjahit! Anda tidak perlu menjadi seorang
pakar dalam bidang menjahit dan bila memang Anda tidak memiliki
keterampilan menjahit bisa saja Anda mengambil kursus dulu dibidang
menjahit.
http://www.pancafashion.com 4
Langkah berikutnya adalah mempersiapkan prasana dan peralatan
yang diperlukan. Sesuaikan peralatan dengan jumlah siswa yang Anda
akan ajar per sesi. Untuk tahap awal kita bisa memulai dengan 3-5
siswa terlebih dahulu dengan lama pertemuan 2-3 jam per sesi namun
sebetulnya itu hanya gambaran teknis yang bisa dikondisikan dengan
kondisi lapangan.
http://www.pancafashion.com 5
Pedagang Keliling menjadi Pengusaha Konveksi
Banyak cara atau jalan yang ditempuh oleh seseorang untuk merubah
nasib, agar tetap bisa berguna bagi orang lain dan dirinya sendiri.
Demikian pula yang dilakukan oleh seorang perantau asal Lombok-
NTB, yang mengadu nasib sebagai pedagang keliling
Pada tahun 1975 Bapak Marnan, seorang pemuda asal Lombok itu,
pergi merantau ke Kalimantan. Jiwa dagangnya mulai terlihat ketika
pertama kali ia berkenalan dengan seorang pedagang gorden keliling
dari Bandung. Selama beberapa tahun ia mencoba berjualan gorden,
juga dengan cara berkeliling dari kampung ke kampung. Pak Marnan
tidak mengenal lelah, seperti layaknya ciri-ciri seorang wirausahawan.
Digelutinya usaha berjualan gorden secara tekun. Sampai tahun 1984
Pak Marnan berdagang gorden tidak saja di Kalimantan, melainkan
juga pernah di Jakarta, Bandung, dan Ujung Pandang.
http://www.pancafashion.com 6
sampai kepada kesimpulan bahwa UD Beruntung Jaya layak untuk
dijadikan sebagai perusahaan pasangan usaha (PPU). Ternyata usaha
Pak Marnan tidak sia-sia. Dana tambahan yang ia dapatkan digunakan
untuk modal kerja dan investasi berupa mesin jahit dan mesin obras.
http://www.pancafashion.com 7
Perjalanan bisnis seorang tukang jahit
Dengan modal mesin jahit tua, pria asal Tasikmalaya itu merintis
usaha jahitnya di bawah pohon akasia. Kini celana jins buatan Rahmat
menjadi incaran para mahasiswa dan selebritis. Kuncinya adalah kerja
keras, menjaga kualitas, dan memasang harga murah.
Meski sudah banting tulang, duit yang dia peroleh dari mengojek dan
tukang batu ternyata tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Tak cukup buat makan istri dan dua anak, ujar Rahmat.
http://www.pancafashion.com 8
nasib di pinggiran metropolitan. Tidak tahu nasib saya akan
bagaimana. Yang saya tahu hanya menjahit, ujarnya lagi.
Bermodal mesin jahit tangan, plus sebuah kursi dan meja, Rahmat
membuka usaha jahit di bawah pohon akasia. Tapi, akibatnya Rahmat
harus rela kehujanan dan kepanasan. Dia pun tak jarang tertidur di
kursi kerja saat menunggu orang yang mau menjahitkan pakaian.
Pokoknya nongkrong di situ, katanya.
Tentu saja, makin banyak pelanggan yang datang makin banyak pula
kemauan yang harus dilayani. Apalagi kebanyakan pelanggan Rahmat
adalah para mahasiswa yang kuliah di Depok. Tak hanya permak,
banyak pula yang minta dibuatkan celana jins dengan berbagai model,
katanya.
http://www.pancafashion.com 9
Tahun 1998 boleh dibilang tahun keberuntungan bagi Rahmat. Krisis
ekonomi, yang mendorong barang impor melambung tinggi, membuat
usaha jahitnya berkembang pesat. Harga jins impor tak kebeli kantung
mahasiswa, ujar Rahmat. Tak mengherankan, tahun itu juga ia harus
merekrut 28 karyawan baru untuk memenuhi pesanan yang bertubi-
tubi datang. Kalau tidak, banyak pelanggan yang kecewa, ujarnya.
Meski tergolong laris, usahanya tak semulus jalan tol. Maklum, banyak
pelanggan mahasiswa yang tidak mengambil barangnya. Jumlahnya
lumayan banyak, ujarnya. Toh, Rahmat tak pernah kehilangan akal.
Biasanya, celana atau pakaian yang tak ditebus pelanggannya dijual
dengan harga miring. Yang penting balik modal, katanya.
Boleh jadi, kedua keahlian itulah yang membuat usaha celana jins
Rahmat di Depok maju pesat. Kelebihan lain, meski sudah dikenal luas
oleh masyarakat, dia berani menjual jins buatannya dengan harga
murah. Maklum, meski pelanggannya sudah merambah sampai
kalangan selebritis, mahasiswa tetap menjadi bidikan utama usaha
http://www.pancafashion.com 10
Rahmat. Mereka yang menjadikan saya seperti sekarang ini, ujar ayah
tiga orang anak ini.
http://www.pancafashion.com 11
Habis Guru Terbitlah Pengusaha
http://www.pancafashion.com 12
Ceritanya cukup panjang. Sejak kecil saya memang berkeinginan
menjadi guru. Maklum, dasa warsa 1980-an profesi guru begitu
melekat di masyarakat, termasuk dalam diri saya. Maka, selepas
Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya langsung melamar ke
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Denpasar. Kini menjadi SMA 7
Denpasar.
http://www.pancafashion.com 13
Solusinya?
Agar kuliah tak terbengkalai, apalagi
sampai berhenti, maka saya memilih kerja
di swasta dan itu bukan menjadi guru
melainkan di satu perusahaan garmen.
Saya dapat di administrasi. Begitu terjun di
kerjaan baru, malah kebingungan. Apalagi
bertugas merekap data dan mengetik.
Sedangkan kerja mengetik sama sekali
belum pernah dilakoni. Akibatnya, tugas-
tugas yang harus diselesaikan berjalan
lamban. Itu sebab waktu awal-awal bekerja, bos sempat bilang rugi
membayar karyawan kalau cara kerjanya seperti ini.
Cukup tersentak, dan saya bilang kalau begitu, nggak usah dibayar
saja. Untungnya pemilik perusahaan cepat tanggap dan mengataklan
maksud dari peringatan itu agar saya lebih giat belajar mengetik.
Desak Kriani menyadari kekurangan dalam diri, maka dia berupaya
belajar lebih giat. Begitu lepas dari IKIP tahun 1993, ternyata tak lagi
berkeinginan melamar jadi guru. Dia tetap memilih bekerja di
perusahaan. Selama rentang waktu 7 tahun dia sempat menjadi
karyawan di berbagai perusahaan swasta. Pindah dari satu perusahaan
ke perusahaan lain. Dan, dalam kurun waktu itu pula berbagai jabatan
pernah direngkuh, dari soal administrasi, menangani eksport, sampai
tingkat manager produksi. Tahun 2000, saat masih bekerja di kawasan
Kuta, terbersit keinginan lain.
Apa itu?
Saya memang tak bisa menjahit, bahkan sampai sekarang. Saat awal
membangun usaha juga merekrut empat orang tukang jarit.
Adakah usaha garmen yang di pilih akibat pengaruh dari tempat Anda
berkerja?
http://www.pancafashion.com 14
Itu semua memang tiada lepas dari pengaruh yang dapatkan selama
bekerja. Sebelum membuka usaha sendiri, saya pernah bekerja pada
beberapa perusahaan swasta di bilangan Denpasar dan Kuta.
Kebetulan tempat itu dominan bergerak di usaha garmen.
Beruntung bos tempat bekerja baik hati dan terus mendorong untuk
maju, termasuk memberikan orderan. Karena telah dipercaya, saya
pun berupaya memberikan pelayanan terbaik lewat menunjukkan hasil
kerja yang maksimal.
Pasca memiliki usaha sampingan, istri dari Gede Putu ini terus
memacu semangat kerja. Menjalin komunikasi dengan banyak orang
agar bisa. Sifat kerja keras yang tertanam sejak kecil tentu tak terlalu
menyulitkan Desak Kriani dalam melakukan tugas-tugasnya. Setiap
peluang ditangkap sebaik mungkin, kemudian dicerna secara
maksimal. Menginjak tahun ke tiga (2003), nyaris tanpa kendala.
Karyawan direkrut meningkat sampai 30 orang. Pesanan pun datang
mengalir.
http://www.pancafashion.com 15
Apa pula dilakukan agar karyawan bisa betah bertahan?
Cara lain?
Maksud Anda?
Mengelola perusahaan agar tetap maju itu penting dilakukan. Tapi bagi
saya, lebih penting masalah keluarga. Sesibuk apapun saya selalu
menyempatkan diri bercengkerama dengan anak-anak dan suami.
Kedekatan itu amat penting dilakukan sehingga keluarga tak mudah
terpecah. Saya juga sering melibatkan anak-anak dalam perusahaan.
Misalkan ada pengepakkan barang, mereka saya ajarkan dan langsung
dipraktekkan. Cara-cara seperti ini disamping untuk menjalin rasa
keakraban, sekaligus mengajarkan anak-anak agar nanti hidup
mandiri.
Kini Anda amat suka pergi sembahyang ke berbagai tempat suci di Bali
malah sampai ke luar daerah. Apa sejatinya yang Anda cari?
http://www.pancafashion.com 16
bercokol di kepala, saya rasakan lewat mendekatkan diri dengan
Tuhan sebagai satu cara di samping tiap minggu berolahraga.
Sesekali waktu saya ikutsertakan. Langkah ini juga sebagai satu upaya
menjalin keakraban sesama karyawan.
http://www.pancafashion.com 17
Dari Penjahit Menjadi Miliarder
Lebih dari 2.200 merek pakaian dan 3.000 desain baru setiap
tahunnya dijual di tokonya. Ekspansi yang terus digencarkan
Chengjian pun semakin menambah pundi-pundi kekayaannya. Forbes
mencatat, nilai kekayaan Chengjian mencapai USD2,6 miliar pada
tahun ini dan menduduki peringkat 246 orang terkaya di dunia.
Sedikit putus asa, pada 1986, dia pun bekerja pada sebuah
perusahaan menjadi seorang penjahit. Namun, kerja keras adalah
prinsip yang selalu dipegangnya. Sebagai penjahit, dia bekerja selama
16 jam per hari, bahkan kadang-kadang lebih. Walaupun sebagai
karyawan, dia tetap mengutamakan inovasi dan kreativitas dalam
bekerja. Ketika itu, dia lebih rajin menjahit pakaian jas resmi.
Dia pun berani mengubah jas yang identik dengan panjang dan lebar
menjadi lebih ketat. Atas inovasi itu, Chengjian pun meraih
kesuksesan dan mendapatkan pujian dari sang bos. Terinspirasi dari
prestasinya sendiri, Chengjian pun berpikir untuk memulai bisnis baru.
Dia ingin melepaskan diri dari bos lamanya.
http://www.pancafashion.com 18
1993, mimpi Chengjian untuk memiliki bisnis dengan modal yang kuat
terealisasi.
http://www.pancafashion.com 19
Tidak ketinggalan, Chengjian pun selalu merekrut sumber daya
manusia kelas satu untuk mendesain pakaian dan bekerja sama dalam
tim.
Bisa jadi Chengjian pun disebut banyak media di China sebagai orang
yang luar biasa dan tidak umum dibandingkan orang di usianya.
Kenapa? Tak bisa dimungkiri bahwa dia adalah orang yang sangat
hiperaktif. Kini, selain bisnis pakaian, Chengjian pun membuka bisnis
penginapan. Dia berniat membangun 1.000 penginapan di seluruh
China.
http://www.pancafashion.com 20
Sisi lain Chengjian adalah dia tidak malu mengakui asal usulnya
sebagai anak seorang petani. Chengjian mengakui melalui masa
kecilnya dengan bahagia di perdesaan. Semasa belajar di sekolah
dasar, dia sering menjadi korban kekerasan dan perkelahian.
Dia mengaku, sedari kecil telah beranggapan bahwa tidak akan maju
ketika tinggal di desa. Karena itu, dia memilih merantau ke kota.
"Ketika itu, saya ingin membuktikan kepada orang lain bahwa saya
mampu memberikan kebanggaan pada mereka," ungkapnya kepada
chinaretail.org.
http://www.pancafashion.com 21
NAIK TURUN, TETAP OKE DAN UNTUNG
http://www.pancafashion.com 22
pakaian. Tapi dengan catatan tidak salah mengukur dan memotong
bahan. Selain itu harus bayar di muka 30 persen.
http://www.pancafashion.com 23
karyawan lagi. Tapi kini, usahanya kembali tumbuh. Batam Tailor
punya dua orang karyawan karena order jahitan mulai banyak. "Habis
modal itu biasa dalam bisnis. Yang terpenting bagaimana usaha ini
(menjahit-red) tetap bertahan dan maju," katanya.
Almakruf yang berasal dari Padang dan terkenal suka merantau dan
berdagang mengusung nama Batam Tailor begitu merintis usaha
menjahitnya di Batam pada tahun 1990.Ditambah lagi, biduk rumah
tangganya hancur dan membuat aset usaha jahitnya harus dijual
untuk dibagi dua dengan mantan istri.
Dari pembagian harta gono gini, Almakruf mendapat Rp2 juta, nilai
yang lumayan besar di tahun 1983. Almakruf sampai belanja kain ke
Singapura, tiga kali sepekan. Waktu itu di Singapura, harga kain satu
meter masih murah, cuma Rp5 ribu. Lebih mahal di Jakarta Rp6 ribu
per satu meter.
http://www.pancafashion.com 24
Tak Cocok Berdagang Sembako dan Daging
http://www.pancafashion.com 25
Kisah Risna, Pemilik Usaha Kursus Menjahit Mode Centre
Musibah Mendatangkan Jutaan Rupiah
Tahun 2000-an, Kun Hidaya Risna hanyalah sebagai ibu rumah tangga
biasa. Ia sepenuhnya menggantungkan hidup dari penghasilan
suaminya, M Abidin (36) yang bekerja di PT Inovalue di Kawasan
Industri Camo Batam Centre. Pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga
waktu itu hanyalah mengurusi suami, anak pertamanya Hanan yang
baru berusia 2 tahun dan membereskan segala hal dari ujung dapur
hingga halaman depan rumah.
Tibalah musibah itu datang, tahun 2002 sang suami di PHK. Saat itu,
dampak PHK sangat terasa. Pundi-pundi ekonomi keluarga yang
selama ini aman-aman saja, sebesar Rp600 ribuan (UMK-di tahun itu)
lenyap seketika. Di sisi lain, segala kebutuhan sehari-hari tetap harus
dipenuhi. Paling utamanya soal makan, dan susu serta bubur untuk si
kecil. Belum lagi tagihan kredit rumah yang ditinggali mereka tipe 21
sebesar Rp140 ribuan yang wajib dibayar setiap bulan.
”Bingung mau makan dari mana. Sayapun mikir kira-kira apa yang
bisa saya lakukan, suami di PHK,” kata Kun Hidaya Risna.
Ada yang mau mengecilkan pakaian, ada yang potong celana karena
kepanjangan. Semuanya dikerjakan oleh Kun, begitu wanita ini disapa.
”Kalau tidak ada orderan, saya jalan keliling ke rumah-rumah, kali
saja ada yang mau dijahit. Hasilnya, habis untuk makan sehari-hari,
tapi lumayanlah untuk menyambung hidup,” kata Kun.
http://www.pancafashion.com 26
bisa diharapkan. ”Mengajar Iqro tidak digaji. Dibayarnya kalau ada
infak. Infak itu kan sukarela. Kadang ada kadang tidak ada,” katanya
Selain itu, Kun dan suaminya terus berusaha bertahan hidup di Batam.
Mereka mencoba membuat usaha kecil-kecilan. Dari mulai jadi penjual
bakso, jualan nasi kuning, sewa-sewa stan untuk berjualan. Mereka
juga pernah menyewa stan di Asrama Haji Batam saat musim haji.
Tapi dari semua usaha kecil-kecilan itu semuanya gagal dan tidak bisa
diharapkan.
Nilai utang senilai Rp4 juta yang harus dibayar oleh Kun benar-benar
menjadi beban berat. Apalagi saat itu suaminya tidak lagi punya
penghasilan tetap lagi. Masih di tahun 2002, tepatnya enam bulan
setelah suaminya di PHK, cobaan berat kembali datang. Suatu hari
ketika selesai menghadiri acara wisuda murid –murid suaminya di
Tiban, diperjalanan menuju ke rumahnya di Legenda Malaka, Kun dan
suaminya yang mengendarai sepeda motor diserempet mobil. Kun
yang menggendong anaknya terjatuh ke aspal dan mengalami patah
tangan. Anaknya juga ikut cedera dan dirawat di rumah sakit.
Untungnya sang suami tidak terlalu parah lukanya. ”’Uang berobat itu
dibayar sendiri. Waktu itu kami punya uang pesangon Rp4 juta. Uang
itu habis untuk berobat,” katanya.
Bolak-balik Mengajar
Di tengah rasa frustasi, bingung dan kesusahan, datang seorang
kawan yang tinggal di Batuaji menengoknya. Karmi itulah nama
http://www.pancafashion.com 27
temannya. Merekapun berbincang-bincang dan berbagi cerita. Dari
perbincangan santai itu, Karmi akhirnya mengajak Kun untuk
bekerjasama membuka kursus menjahit. Di kursus menjahit itu Kun
jadi gurunya. Kun jadi bolak balik mengajar di tempat kursus
temannya di Batuaji.
Jarak Legenda Malaka dan Batuaji yang cukup jauh itujugalah yang
akhirnya membuat Kun tidak lagi mengajar di tempat kursus
temannya. Karmi-pun memberi saran agar Kun membuka kursus
menjahit sendiri di Legenda Malaka. Karena tidak punya pilihan lain,
Kun akhirnya menuruti saran temannya. Ia membuka kursus menjahit
sendiri sekitar tahun 2004. Tempat kursus menjahitnya ia beri nama
‘Mode Centre’
Waktu itu kebetulan ada Muhammad Arif dan Cahyo dari Dana Sosial
Nurul Islam yang datang memberikan bantuan modal usaha. ”Katanya
dana itu berasal dari zakat profesi itu katanya sih memang buat
dialokasikan untuk bantuan modal usaha bagi yang mau usaha tapi
tidak punya modal,” ujar Kun.
Dana bantuan modal usaha yang diberi oleh Nurul Islam itu menjadi
setitik cahaya di tengah kondisi ekonomi keluarganya yang morat
marit plus cobaan yang datang bertubi-tubi. Dana yang diterima dari
Nurul Islam sebesar Rp6 jutaan digunakan oleh Kun untuk melunasi
hutangnya sebesar Rp4 juta, sisanya sebesar Rp2 juta untuk membeli
mesin obras.
Saat itu Kun mencari orang yang ingin belajar menjahit dari rumah ke
rumah. Saban hari Kun harus berjalan kaki mendatangi rumah ke
rumah di perumahan Legenda Malaka. ”Kalau di Blok F atau C ada
lima ibu-ibu yang ingin belajar menjahit, maka saya datangi mereka,”
katanya.
Usahanya membuatkan hasil, saat itu ada dua orang yang mau belajar
kursus ditempatnya.
Siang hari, saat berlangsung kursus menjahit di kamar tidur itu, kasur
untuk tidur itu digulung supaya sedikit lapang. Di sisi bagian kamar
tidur itu tampak dua mesin jahit manual dan 1 mesin jahit obras. Saat
http://www.pancafashion.com 28
itu, Kun Hidaya Risna menerapkan sistem seperti lembaga-lembaga
kursus atau pelatihan keterampilannya lainnya. Biaya kursusnya
Rp100 ribu, untuk satu bulan dengan tiga kali pertemuan. Dimana
setiap pertemuan berlangsung selama dua jam.
Gara-gara itu, beberapa tahun terakhir ini system bayar kursus setiap
bulan itu dihapuskan. Sejalan dengan itu, Kun mulai mengurus izin
usaha kursus menjahit. ”Alhamdulillah akhirnya Kursus Menjahit Mode
Centre dapat izin dari Dinas Pendidikan Kota Batam sekitar tahun
2007.
Sesudah mendapat izin, kursus menjahit yang dikelolanya tidak bayar
setiap bulan, tapi bayar Rp750 ribu sampai bisa menjahit terampil dan
profesional. Untuk jadwal kursus menjahitnya dari hari Senin sampai
hari Jumat. Sementara untuk proses belajar mengajar menjahit
dimulai dari pagi hari sampai sore hari. ‘’Jam kursusnya bisa sesuka
hati. Kalau untuk biaya kursusnya tidak harus kontan bayar di depan,
tapi bisa dibayar dengan dicicil selama dua kali atau tiga kali bayar,”
ujarnya.
Dengan sistem paket menjahit sampai bisa hanya bayar Rp750 ribu,
lambat laun tempat kursusnyapun mulai dibanjiri muridnya. Ratusan
orangpun berbondong-bondong datang belajar menjahit ke tempat
kursusnya. Tidak hanya warga perumahan Legenda Malaka, tapi juga
datang dari perumahan lain di Batam Centre. Selain itu muridnya juga
banyak dari daerah Kabil, Tiban, Nagoya hingga Nongsa dan Punggur.
‘’Baru dua tahun terakhir ini mulai ramai, mereka tahu dari spanduk,
kebetulan mereka lewat dan melihatnya. Ada juga yang dari teman,
kayak anak-anak PT itu, mereka memberi info ke temannya,” katanya.
Semua orang yang telah kursus di Mode Centre milik Kun, menurut
Kun lulus dengan memiliki keterampilan menjahit professional.
http://www.pancafashion.com 29
Mereka-pun tidak jadi pengangguran lagi. Bahkan sebanyak 70 persen
dari alumni kursus menjahitnya di Mode Centre rata-rata memilih
membuka usaha menjahit sendiri. Adapun sisanya sekitar 30
persennya, memilih bekerja di perusahaan garmen di kawasan-
kawasan industri Batam. Seperti di kawasan Industri Tunas, Batam
Centre.
http://www.pancafashion.com 30
Utama Pharma di kawasan Industri Tunas di Batam Centre. Belum lagi
pendapatan dari mengelola usaha kursus yang kata Kun setiap bulan
bisa menghasilkan Rp 2 jutaan.
Rumah tipe 21 milik keluarga M Abidin, terlihat tak lagi punya halaman
yang dihiasi tanaman. Sejak kursus menjahitnya kian maju, Kun dan
suaminya sepakat untuk menyulap halaman depan yang tidak terlalu
lebar itu menjadi tempat kursus menjahit. Halamannya ditembok
dengan semen. Di atasnya diberi atap sebagai peneduh dikala terik
matahari ataupun ketika hujan turun dari langit. Sementara sepuluh
mesin jahit ditata berderet di pinggir halaman, baik pinggiran dekat
dinding tetangga, dekat pagar rumah dan dekat batas ruang
tamunya. ”Beginilah mbak keadaannya, rumahnya kecil, cuma tipe
21,” lagi-lagi Kun menerangkan tempat kursusnya.
http://www.pancafashion.com 31
Saat datang ke rumahnya, siang itu terlihat seorang wanita
berkerudung sibuk menjahit dengan mesin jahit listrik di teras rumah
Kun. Ia terlihat asik mengatur kainnya, sesekali tangannya
menghidupkan dan mematikan mesin jahit. Di selembar kain yang
dipegangnya terlihat hasil sulaman mesin motif bunga-bunga. Ada
juga sulaman mesin bermotif daun. Jumlahnyapun sudah tidak
terhitung.
‘’Saya dari Kabil, baru tiga minggu belajar menjahit disini. Ini baru
belajar dasarnya saja,” kata wanita katanya bernama Rohani.
Rohani adalah salah satu murid Kun. Ia pun setiap hari datang rutin ke
tempat kursus menjahit milik Kun. Rohani yang tinggal di perumahan
Pertamina Tongkang di Kabil bertekad ingin bisa menjahit. ‘’Kalau
sudah bisa menjahit, saya mau usaha menjahit,” ujar ibu dari tiga
anak ini.
Saat Batam Pos bertanya pada Rohani, Kun yang saat itu menemani
Rohani, sesekali memberi arahan kepada Rohani. Saat itu, ke dua
tangan Rohani sibuk mengatur kain. Kun yang sejak dari tadi
menemani Rohani menjahitpun mulai ikut berbicara. ”Kalau siang sepi
mbak. Cuma satu orang saja yang kursus menjahit. Yang rame itu tadi
pagi mbak” ujar Kun kepada Batam Pos.
Sejak beberapa tahun terakhir ini, rumah Kun yang berfungsi gangga
sebagai tempat kursus menjahit memang menjadi ramai dengan
murid-muridnya. ‘’Mungkin karena kusrus paketnya menjahit sampai
bisa cuma bayar Rp750 ribu itu, makanya jadi diminati,” katanya.
Muridnya tidak lagi hanya dari seputaran Legenda Malaka, tapi daerah
lainnya di wilayah Batam.
Ternyata lembaga kursus menjahit yang didirikan oleh Kun tidak
direncanakan, tapi muncul gara-gara sang suaminya terkena PHK di
tahun 2002. ‘’Saya ibu rumah tangga saja waktu itu. Pas suami di PHK
benar-benar bingung, mau makan pakai apa, tidak ada uang sama
http://www.pancafashion.com 32
sekali. Belum lagi harus setor cicilan rumah ke bank, kami juga butuh
susu buat hanan (anaknya yang saat itu baru berumur 2 tahun),”
katanya.
Meski saat itu sang suami bergaji UMK sekitar Rp600 ribuan,
penghasilan sebesar itu sudah lebih dari cukup untuk makan sehari-
hari. Begitu di PHK semua penghasilan itu tidak ada. Di saat sedang
bingung, Kun berpikir keras mencari cara untuk bertahan hidup di
Batam. Akhirnya usaha kursus menjahit inilah yang jadi pilihannya.
”Kalau saya bilang, usaha kursus menjahit ini, usaha kepepet
(terjepit, red), karena waktu itu tidak ada penghasilan, kebutuhan
banyak, menjahit juga tak bisa karena tangan patah, mau buka usaha
lain juga tidak punya modal,” kata Kun.
Karena kondisinya terjepit, Kun yang hanya ibu rumah tangga jadi
berpikir keras dan akhirnya muncul ide buka usaha. ”Saya merasa,
sebenarnya perempuan (istri) itu harus membantu suami. Dalam
kondisi suami tidak punya penghasilan, kita sebagai istri harus
berusaha membeking. Seorang istri harus punya skill. Jadi kalau suami
ada halangan, sakit atau bahkan diambil Tuhan, kita sebagai istri
sudah siap,” ujarnya.
Dari sekian banyak pelajaran yang bisa dipetik, kata Kun yang paling
penting adalah seseorang harus punya skill. Jadi ketika terkena PHK
kita tetap bisa bertahan hidup dengan skill yang dimiliki. Lain halnya
kalau tidak punya kemampuan sama sekali. Tentu saat terkena PHK
akan bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. ***
http://www.pancafashion.com 33
UKM Binaan PT. KS Handayani Collection, Order Datang Sendiri
http://www.pancafashion.com 34
juta, tahap ketiga Rp 26 juta dan tahap keempat ini dipinjamai modal
sebesar Rp 48 juta oleh PT. KS.
Berkat modal dan binaan dari PT. KS, perlahan tapi pasti usaha yang
dibuka Hj. Hukmiyati mulai berkembang. “Saya gak pernah cari order
tapi rata-rata mereka pada datang ke sini untuk memesan pakaian. Di
sini kami hanya melayani pesanan, khusus pakaian muslim seperti
seragam karyawan, klinik-klinik, guru-guru dan lain lain. Dengan
harga yang beragam sesuai dengan bahannya,” jelasnya.
http://www.pancafashion.com 35
MUSIM SUKSES PARA PENJAHIT
Libur panjang telag usai, kini aktivitas kembali sibuk pada kegiatannya
masing-masing, begitu juga bagi para penjahit. Pada musim Tahun
ajaran Baru seperti sekarang ini para penjahit mendapatkan omset
yang lebih banyak/lebih besar pada biasanya.
Itu hanya salah satu contoh penjahit yang sukses dalam bidangnya,
mungkin diluar sana masih banyak penjahit yang sukses seperti pak
Loso meski hanya pada musim-musim tertentu saja. Tapi gak papa
meskipun hanya indutri rumah tangga, jasa penjahit sangat
dibutuhkan oleh manusia karena sekecil apapun pekerjaan apabila
ditekuni maka pekerjaan itu akan semakin berkembang dan orang
akan menilai itu sebagai profesi kita, Bangga Bukan???
http://www.pancafashion.com 36
KISAH SUKSES PENJAHIT DI BISNIS KONVEKSI
http://www.pancafashion.com 37
Kisah Sukses
MONICA SUBIAKTO: Katun Membawa
Berkah
Permintaan Si Sulung
“Saya lulus sarjana 3,5 tahun saja. Soalnya, sudah nggak betah kuliah,”
Monica tertawa. Maklum, sejak SMA, ibu dua anak ini sudah senang berjualan
dan tertarik pada fashion. Baju, kaus, bahkan batik, ia beli, lalu dijual kembali
ke teman-temannya. Sayang, orangtua tak mendukung minatnya. Mereka ingin
Monica menjadi apoteker, mendampingi kakaknya yang dokter. Tetapi, melalui
program PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan), Monica akhirnya
diterima di Fakultas Ekonomi tanpa tes.
Lulus dari Jurusan Manajemen, Monica memilih profesi yang dekat dengan
minatnya, fashion. Ia bekerja 5 tahun di Matahari Department Store,
disambung 7 tahun di Batik Danar Hadi. Setelah itu, Monica merasa
pengalamannya sebagai karyawan sudah cukup. “Saya banting setir jadi
pengusaha. Saya join kakak membangun restoran. Bisnis ini cukup sukses,
tetapi entah mengapa, lama-kelamaan saya kehilangan minat,” Monica
berterus-terang.
http://www.pancafashion.com 38
bertemu dengan calon pembeli di malam hari. “Klien saya kebanyakan memang
bapak-bapak,” ujarnya.
Di saat sibuk menjadi broker itulah, tiba-tiba putri sulungnya, Amanda (14),
meminta Monica untuk membuatkan bisnis untuknya. Amanda, meski baru
duduk di bangku SMP saat itu, sudah bertekad jika dewasa nanti tak ingin
kerja ‘ikut orang’. “Mungkin ia tidak nyaman melihat bapak-ibunya kerja pergi
pagi, pulang malam,” jelas Monica.
Monica tertantang untuk memenuhi permintaan lugu anaknya itu. Bukan hanya
karena rasa sayang, tetapi juga karena sejak kelas 3 SD, Amanda memang
sudah hobi berjualan pernak-pernik. Stiker, aksesori rambut, dan peralatan
sekolah dibeli Amanda secara grosir, lalu dijual ke teman-temannya. “Tetapi,
ia lebih lihai dari saya. Kalau sudah tidak ada yang mau membeli, ia bisa, lho,
merayu teman-temannya untuk tetap membeli dengan alasan untuk
dihadiahkan ke adik atau teman satu kelas yang ditaksir.”
http://www.pancafashion.com 39
cocok dipakai di Indonesia yang berhawa tropis. Harganya cukup terjangkau
untuk kalangan menengah ke atas, yakni Rp 175.000-700.000.
Kalau umumnya orang hanya memakai baju dengan satu jenis motif, baik itu
bunga, polkadot, atau garis, Monica bereksperimen dengan memadu-padankan
berbagai motif tersebut. Termasuk, tabrak warna dalam satu helai pakaian.
“Saya teringat baju Amanda sewaktu masih balita. Mereknya Oilily, produk
Belanda. Bajunya manis dengan motif bunga ‘tabrak lari’. Bahkan, 4 motif
dengan warna-warna berani dipadu jadi satu. Tapi, kok, tetap lucu.”
Warna-warna jreng ini kemudian diubah oleh Monica menjadi lebih kalem.
Inspirasinya datang dari Laura Ashley, pendiri sekaligus merek fashion dan
interior ternama asal Inggris yang mengawali bisnisnya dari kain perca.
Menurut Monica, warna-warna lembut seperti dusty pink, mint green,
mustard yellow belum terlalu banyak dipakai di Indonesia. “Setahu saya,
desainer Indonesia yang senang memakai warna itu hanya Biyan dan Ronald
V. Gaghana.”
Tantangan baru pun menghadang. Warna-warna yang diinginkan ada, tetapi
jumlahnya tak banyak. Untunglah, motif ‘tabrak lari’ yang diusung Monica
memang tak membutuhkan terlalu banyak kain. Dari modal Rp 12 juta, Monica
berhasil membuat lebih dari 50 pasang pakaian, yang dikerjakan oleh penjahit
terampil. Merek Romantic Cotton pun lahir pada Juli 2008.
Kesuksesan dari hasil jualan kecil-kecilan ini membuat Monica dan Amanda
makin pede. Seluruh uang hasil penjualan digunakan untuk membuat koleksi
baru. Rumah yang tadinya rapi di kawasan Kemang Pratama pun berantakan
http://www.pancafashion.com 40
karena kain-kain itu disebar Monica di ruang tamunya untuk menemukan padu
padan yang pas.
Kali ini Monica bertekad menembus event yang lebih besar, yaitu pameran
Inacraft di Jakarta Convention Center (JCC), April 2009. Tak disangka,
pengunjung memadati stan mungilnya. “Stannya sampai hampir roboh,” kata
Monica, yang waktu itu dibantu Amanda dan 2 orang asisten. Tak hanya
mendatangkan omzet Rp 150 juta, di acara itu koleksinya juga meraih
penghargaan sebagai produk pilihan editor femina.
Namun, jalan menuju sukses tak selalu mulus. Monica pernah menimbun
puluhan backpack akibat penjahit salah memberi warna pada ritsleting dan
talinya. “Bajunya warna kalem, tapi dikasih ritsleting warna hitam. Akhirnya
saya kirim semua ke panti asuhan,” jelas Monica, yang rutin memberikan
pakaian koleksinya ke panti asuhan.
http://www.pancafashion.com 41
Kebaya: Seksi & Padat Laba
“Kalau pesanan sedang banyak, saya sampai mengerahkan ibu mertua dan adik
ipar untuk membantu memasang payet,” tutur Ambar. Dalam sebulan rata-
rata ia menerima 70 pesanan kebaya. Saat peak season seperti Idul Fitri dan
juga sesudah Idul Adha -'bulan baik' untuk menikah- pesanan bahkan bisa
lebih dari 100 potong. Pernah, saking membludaknya pesanan, di malam
takbiran ia masih mengesum.
Seringkali klien datang memesan kebaya, tetapi tak tahu ingin model seperti
apa. Mereka hanya bilang, “Pokoknya, yang bagus di badan dan enak dilihat.”
Untuk itu, Ambar mencari gambar di majalah atau membuat sketsa, sampai
klien benar-benar merasa sreg dengan modelnya.
http://www.pancafashion.com 42
Meski sudah sangat akrab dengan pelanggan, Ambar tetap mengenakan uang
muka, paling tidak 30% dari total harga. Demi kepuasan pelanggan, Ambar tak
pernah menggunakan payet buatan lokal. Bukannya sok mau luar negeri, tetapi
karena kualitas produksi lokal masih belum bagus. Selain bentuk manik-
maniknya sering tidak ‘seragam’, manik-manik itu cenderung mudah pecah dan
warnanya mudah luntur. Bahkan, kalau kena lembap bisa berjamur. Karena itu,
payet buatan Jepang, Taiwan, dan Korea menjadi pilihan Ambar. Harganya
bervariasi, antara Rp 300.000-360.000 per kg. Untuk mempercantik kebaya,
Ambar juga menaburkan batu-batu swarovski dari Italia yang harganya
antara Rp 3.000–5.000 per butir. Satu kebaya bisa menggunakan ratusan
swarovski.
Karena pesanan makin banyak, Ambar meminjam rumah ibu mertuanya selama
2 tahun. Tahun 2006 Ambar menyewa ruko lebih besar di Taman Yasmin yang
sangat strategis. Di situ workshop dan ruang display menjadi satu. Ia juga
mengajak adik iparnya, Athanasia Dewi (33), bergabung. Mereka lalu berbagi
pekerjaan: Athanasia mendesain, dan Ambar di bagian produksi.
Untuk menggaet pelanggan baru, Ambar rajin ikut pameran. “Tak hanya
pameran besar, pameran di masjid pun tak ketinggalan. Kami tidak mengejar
omzet. Yang penting orang tahu usaha kami. Kami juga bekerja sama dengan
toko bahan dan jasa rias pengantin,” cerita Ambar, yang modalnya kembali
setelah satu tahun membuka bisnis ini.
http://www.pancafashion.com 43